Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH

OLEH :
SUHERMAN
MUH. HABIBI
AR. SUDAIS AL-JUPRI
MUH. ZUL ATSARI AMRI

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat ,


petunjuk, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang bertemakan " *MUHKAM DAN MUTASYABIH*" Penulisan
makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak.

Penulis menyadari makalah ini ini jauh dari kata sempurna dan
bnyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membngun
sngat penulis harapkan guna perbaikan makalah selanjutnya

Makassar, 15 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………..2

DAFTAR ISI……………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..4

A. LATAR BELAKANG…………………………………….…4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………6
C. TUJUAN PENULISAN…………………………………..…6

BAB II PEMBAHASAN……………………………………….…..7

A. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH…..…….7


B. KRITERIA AYAT MUHKAM DANMUTASYA...………12

BAB III PENUTUP………………………………………..………15

A. KESIMPULAN…………………………………..…………15
B. DAFTARPUSTAKA………………………….……………16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Allah SWT memberi tugas kepada Nabi Muhammad SAW untuk


menyampaikan kaidah dan ajaran agama yang telah disampaikan kepada
manusia secara terperinci, baik kepada bangsa Arab maupun bangsa-
bangsa lain di dunia. Karena itulah semasa hidup beliau menegaskan
bahwa ia tidak meninggalkan Alquran dan Sunah agar umat manusia
tidak tersesat dalam kehidupannya. Sepeninggalnya, tugas mulia untuk
menegakkan dan mengembangkan ajaran tersebut dibebankan kepada
para ulama sebagai pewarisnya.

Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang masih


bisa kita temukan saat ini dan diberikan kepada seluruh ummat manusia
sampai akhir zaman. Pengkajian tentang kemukjizatan Al-Quran telah
banyak dilakukan mulai dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga saat
ini baik dari segi bahasa sampai sains dan teknologi. Pada masa Nabi
Muhammad SAW segala permasalahan dapat langsung ditanyakan
karena segala sesuatu yang berasal dari termasuk juga bagian dari sumber
hukum Islam.

Disamping sebagai sumber ajaran Islam, Alquran juga sebagai


salah satu bukti mukjizat Nabi Muhammad untuk mereka khususnya

4
yang sangat menentang sekali kerasulannya dan menentang dakwahnya.
Banyak sekali keistimewaan Alquran disamping bahasa yang digunakan
bertutur indah, dan jika kita lebih dalam memaknainya, akan ada banyak
kehebatan di dalamnya. Meskipun dengan tingkat pemahaman yang
berbeda. Perbedaan ini muncul tentu setelah tidak adanya Nabi
Muhammad SAW sehingga para sahabat melakukan penafsiran menurut
keilmuannya. Al-Quran yang merupakan sumber hukum Islam
diturunkan dengan berbahasa Arab, yaitu bahasa manusia yang tentu
banyak sekali perbedaan bergantung adat istiadat, letak geografis atau
tingkat keilmuan dari masyarakat tersebut. Banyak penafsiran-penafsiran
yang berbeda tergantung pada tingkat keilmuan dari para penafsir-
penafsir tersebut.

Memahami perbedaan dalam penafsiran Al-Quran menjadi penting


karena saat ini banyak tafsir-tafsir yang jika kita tidak bisa melihat dari
sudut pandang mufassir tersebut akan sangat berbeda sekali, bahkan
sampai saling mengkafirkan sesama muslim. Banyak pendekatan-
pendekatan yang dilakukan oleh cendekiawan muslim untuk memahami
ayat-ayat mutasyabihat. Pada pembahasan makalah ini akan sedikit
menjelaskan tentang definisi ayat-ayat muhkam dan mutasyabih serta
kajian tentang ayat-ayat ini menurut pendapat para ulama.

Redaksi ayat-ayat sebagaimana redaksi yang diucapkan atau


ditulis, tidak dapat dijangkau maksudnya secara pasti, kecuali oleh
pemilik ayat-ayat itu sendiri yakni Allah SWT. Hal ini kemudian
menimbulkan berbagai keberagaman penafsiran terhadap suatu

5
permasalahan atau suatu ayat. Oleh karena itu, wajarlah jika terjadi
berbagai variasi penafsiran di kalangan para mufasir dalam memahami
Alquran sebagai firman Allah SWT yang mengandung nilai-nilai
kebenaran yang selalu sesuai dengan ruang dan waktu.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka penulis dapat


mengangkat beberapa rumusan masalah antara lain :

a. Apa yang dimaksud dengan ayat muhkan ?


b. Apa yang dimkasud dengan ayat mutasyabih ?
c. Apa kriteria ayat muhkam dan ayat mutasyabih.?

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan ini untuk mengetahui apa perbedaan ayat


muhkam dan ayat mutasyabih.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Muhkam dan Mutasyabih

Kata Muhkam secara etimologi merupakan isim Maf‟ul dari fi‟il


madhi Hakama-Yahkumu-Hukm. Kata hukm sendiri memiliki makna
memutuskan antara dua perkara atau lebih, maka hakim adalah orang
yang mencegah yang zalim dan memisahkan dua pihak yang sedang
bertikai. Sedangkan Muhkam adalah sesuatu yang dikokohkan, jelas,
fasih dan membedakan antara yang hak dan batil.

Sedangkan kata Mutasyabih secara etimologi berasal dari kata


Syabaha dan merupakan isim fa‟il dari fi‟il madhi Tasyaabaha yang
memiliki faidah musyarokah atau implikasi pada makna “saling”,
Syubhah ialah keadaan di mana satu dari dua hal itu tidak dapat
dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan di antara keduanya
secara konkrit, maka Mutasyabih adalah suatu hal atau ayat yang saling
menyerupai antara satu dengan yang lain sehingga terkesan sulit
dibedakan. Dalam Al-Quran surat Hud ayat 1 Allah SWT berfirman

ٰ
ٍ ِ‫ا ٓل ۚر ِكتَبٌ ُأ ۡح ِك َم ۡت َءا ٰيَتُ ۥهُ ثُ َّم فُصِّ لَ ۡت ِمن لَّد ُۡن َح ِك ٍيم َخب‬
‫ير‬

7
artinya
Suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha
.Bijaksana lagi Maha Tahu

Melalui Ayat tersebut, Allah SWT memberi penegasan bahwa Al-


Quran itu keseluruhannya adalah Muhkam dalam arti seluruh isinya
merupakan firman yang sempurna, jelas, dan dapat membedakan antara
haq dan bathil. Bahkan Ibnu Abbas memberikan komentar bahwa ayat
Muhkamat adalah ayat yang berposisi sebagai Nasikh serta menjelaskan
tentang halal dan haram sekaligus perintah dan larangan. Kemudian
dalam potongan ayat pada surah Az-Zumar ayat 23 yang artinya (yaitu)
Al Quran yang serupa lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Tuhannya.

Melalui ayat ini, Allah SWT memberi penegasan bahwa Al-Quran


itu keseluruhannya adalah Mutasyabih dalam arti seluruh isinya saling
menyerupai dalam hal kesempurnaan dan keindahan, sehingga antara
satu dengan yang lain saling memperkuat dan membenarkan. Kemudian
Ibnu Abbas menambahkan bahwa ayat Mutasyabihat diantaranya adalah
ayat yang di-Nasakh, ayat yang mengandung unsur perumpamaan dan
kisah, serta ayat yang hanya wajib untuk diimani tanpa diamalkan.
Adanya Al-Quran yang keseluruhannya Muhkam dan Mutasyabih, oleh
Mannaul Qattan disebut dengan Muhkam „Am dan Mutasyabih „Am,
atau menggunakan istilah lain sebagai Muhkam dan Mutasyabih dalam
arti etimologi. Untuk makna Istilah atau terminologi dari Muhkam-

8
Mutasyabih sendiri mengacu pada firman Allah surat Ali Imran ayat 7
yang berbunyi:

‫ ۖت فََأ َّما ٱلَّ ِذينَ فِي‬ٞ َ‫ب َوُأخَ ُر ُمتَ ٰ َشبِ ٰه‬ ِ َ‫ت ه َُّن ُأ ُّم ۡٱل ِك ٰت‬ ٌ ‫ت ُّم ۡح َك ٰ َم‬ٞ َ‫ب ِم ۡنهُ َءا ٰي‬ َ َ‫ي َأن َز َل َعلَ ۡيكَ ۡٱل ِك ٰت‬
ٓ ‫ه َُو ٱلَّ ِذ‬
‫غ فَيَتَّبِعُونَ َما تَ ٰ َشبَهَ ِم ۡنهُ ۡٱبتِغَٓا َء ۡٱلفِ ۡتنَ ِة َو ۡٱبتِغَٓا َء ت َۡأ ِويلِ ِۖۦه َو َما يَ ۡعلَ ُم ت َۡأ ِويلَ ٓۥهُ ِإاَّل ٱهَّلل ۗ ُ َوٱل ٰ َّر ِس ُخونَ فِي‬ٞ ‫زَي‬
ۡ ‫قُلُوبِ ِهۡ”م‬
‫وا ٱَأۡل ۡل ٰبَب‬
ْ ُ‫ ّل ِّم ۡن ِعن ِد َربِّن َۗا َو َما يَ َّذ َّك ُر ِإٓاَّل ُأوْ ل‬ٞ ‫ۡٱل ِع ۡل ِم يَقُولُونَ َءا َمنَّا بِِۦه ُك‬

“Dialah yang telah menurunkan Al-Qur‟an kepadamu, diantaranya ada


ayatayat Muhkamat yang merupakan induk dan lainnya Mutasyabihat.
Adapun orangorang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
maka mereka mengikuti ayat-ayat yang Mutasyabihat untuk
menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang yang mendalam ilmunya
berkata,”Kami beriman kepada ayat-ayat yang Mutasyabihat semuanya
itu dari sisi Tuhan kami”

Pada ayat tersebut terdapat ungkapan bahwa sebagian ayat Al-


Quran ada yang Muhkam dan sebagian lagi ada yang Mutasyabih,
kemudian yang dapat mengetahui ta‟wil dari ayat Mutasyabihat hanya
Allah semata. pernyataan demikian memiliki perbedaan dengan 2 ayat
yang dikutip sebelumnya bahwa keseluruhan ayat dalam Al-Quran itu
Muhkam sekaligus Mutasyabih, inilah yang menjadi topik bahasan dalam
Ulumul Quran mengenai teori Muhkam-Mutasyabih.

Terdapat beberapa teori dalam mendefinisikan Muhkam-


Mutasyabih secara terminologi di kalangan para ulama Mufassirin. Az-

9
Zarqani dalam kitabnya Manahilul Irfan fi Ulumil Quran merangkum
definisi dari teori Muhkam dan Mutasyabih sebagai berikut:

1. Muhkam ialah ayat-ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak
mengandung kemungkinan nasakh. Mutasyabih ialah ayat yang
tersembunyi (maknanya), tidak diketahui maknanya baik secara aqli
maupun naqli, dan ayat-ayat ini hanya Allah yang mengetahuinya, seperti
datangnya hari kiamat, huruf-huruf yang terputus di awal surat (fawatih
alsuwar). Pendapat ini dinisbatkan Al-Alusi kepada para imam mazhab
Hanafi.

2. Muhkam ialah ayat-ayat yang diketahui maksudnya, baik secara nyata


maupun melalui takwil. Mutasyabih ialah ayat-ayat yang hanya Allah
yang mengetahui maksudnya, seperti datang hari kiamat, keluarnya
dajjal, hurufhuruf yang terputus-putus di awal-awal surat (fawatih al-
suwar) pendapat ini dibangsakan kepada ahli sunah sebagai pendapat
yang terpilih di kalangan mereka.

3. Muhkam ialah ayat-ayat yang tidak mengandung kecuali satu


kemungkinan makna takwil. Mutasyabih ialah ayat-ayat yang
mengandung banyak kemungkinan makna takwil. Pendapat ini
dibangsakan kepada Ibnu Abbas dan mayoritas ahli ushul fikih
mengikutinya. Mengambil pendapatnya Ibnu Abbas, sedangkan
pendapat lain yang dikutip dari Mujahid mengatakan bahwa yang
mengetahui ta‟wilnya hanya Allah dan orang-orang yang mendalam

10
ilmunya, sehingga kemudian mereka beriman kepada apa yang ada dalam
Al-Quran (Lihat: Ismail bin Katsir, Op. Cit, hal. 11)

4. Muhkam ialah ayat yang berdiri sendiri dan tidak memerlukan


keterangan. Mutasyabih ialah ayat yang tidak berdiri sendiri, tetapi
memerlukan keterangan tertentu dan pada saat yang lain diterangkan
dengan ayat atau keterangan yang lain pula karena terjadinya perbedaan
dalam menakwilnya. Pendapat ini diriwayatkan dari Imam Ahmad. r.a.

5. Muhkam ialah ayat yang seksama susunan dan urutannya yang membawa
kepada kebangkitan makna yang tepat tanpa pertentangan. Mutasyabih
ialah ayat yang makna seharusnya tidak terjangkau dari segi bahasa
kecuali bila ada bersamanya indikasi atau melalui konteksnya. Lafal
musytarak masuk ke dalam Mutasyabih menurut pengertian ini. Pendapat
ini dibangsakan kepada Imam Al-Haramain.

6. Muhkam ialah ayat yang jelas maknanya dan tidak masuk kepadanya
isykal (kepelikan). Mutasyabih ialah lawannya Muhkam atas ism-ism
(kata-kata benda) musytarak dan lafal-lafalnya mubhamah (samar-
samar). Ini adalah pendapat al-Thibi.

7. Muhkam ialah ayat yang ditunjukkan memiliki makna kuat, yaitu lafal
nash dan lafal zahir. Mutasyabih ialah ayat yang ditunjukkan maknanya
tidak kuat, yaitu lafal mujmal, muawwal, dan musykil. Pendapat ini
dibangsakan kepada Imam al-Razi dan banyak peneliti yang memilihnya.

11
Dari berbagai pendapat di kalangan ulama tentang teori Muhkam-
Mutasyabih di atas, sebenarnya tidak terjadi pertentangan di dalamnya,
bahkan terkesan menyerupai antara satu pendapat dengan yang lain. Oleh
sebab itu, penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa secara Istilah
ayat Muhkam adalah ayat-ayat yang memiliki kejelasan makna tanpa
membutuhkan penakwilan. Sedangkan Mutasyabih adalah ayat yang
masih belum jelas maknanya, dan untuk memastikan pengertiannya tidak
ditemukan dalil yang kuat sehingga memungkinkan terjadi banyak
penakwilan.

B. Kriteria Muhkamat dan Mutasyabihat

Perbedaan teori Muhkam - Mutasyabih di kalangan para ulama di


atas, nampak tidak ada kesepakatan yang jelas antara pendapat mereka
tentang Muhkam dan Mutasyabih, sehingga hal ini terasa menyulitkan
untuk membuat sebuah kriteria ayat yang termasuk Muhkam dan
Mutasyabih.

Az-Zamakhsari berpendapat bahwa yang termasuk kriteria ayat-


ayat Muhkamat adalah apabila ayat-ayat tersebut berhubungan dengan
hakikat (kenyataan), sedangkan ayat-ayat Mutasyabihat adalah ayat-ayat
yang menuntut penelitian (tahqiqat).

Sedangkan Ali Ibnu Abi Thalhah memberikan kriteria ayat-ayat


Muhkamat sebagai berikut, yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat
lain, ayat-ayat yang menghalalkan, ayat-ayat yang mengharamkan, ayat-
ayat yang mengandung kewajiban, ayat-ayat yang harus diimani dan

12
diamalkan. Sedangkan ayat-ayat Mutasyabihat adalah ayat-ayat yang
telah dibatalkan, ayat-ayat yang dipertukarkan antara yang dahulu dan
yang kemudian, ayat-ayat yang berisi beberapa variabel, ayat-ayat yang
mengandung sumpah, ayat-ayat yang boleh diimani dan tidak boleh
diamalkan.

Adapun Sebab-sebab terjadinya Tasyabuh dalam Al-Quran


terdapat 3 sebab yang terjadi:

1. Disebabkan oleh ketersembunyian pada lafal Contoh: Q.S.80/Abasa


ayat 31
‫َو ٰفَ ِكهَ ٗة َوَأ ٗبّا‬

Dan buah-buahan serta rumput-rumputan.

Lafal ‫ أب‬di sini Mutasyabih karena ganjil dan jarang digunakan. Kata ‫أب‬
diartikan dengan rumput-rumputan berdasarkan pemahaman dari ayat
berikutnya Q.S.80/Abasa ayat 32 yang berbunyi:

ۡ‫َّم ٰتَعٗ ا لَّ ُكمۡ َوَأِل ۡن ٰ َع ِم ُكم‬

Sebagai kesenangan bagimu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

2. Disebabkan oleh ketersembunyian pada makna Terdapat pada ayat-ayat


Mutasyabihat tentang sifat-sifat Allah swt. dan berita gaib. Seperti dalam
surat 48/Al-Fath ayat 10
‫ث َعلَ ٰى ن َۡف ِس”” ِۖۦه َو َم ۡن َأ ۡوفَ ٰى‬ َ ‫ق َأ ۡي ِدي ِهمۡۚ فَ َمن نَّ َك‬
ُ ‫ث فَِإنَّ َما يَن ُك‬ َ ‫َك ِإنَّ َما يُبَايِعُونَ ٱهَّلل َ يَ ُد ٱهَّلل ِ فَ ۡو‬
”َ ‫ِإ َّن ٱلَّ ِذينَ يُبَايِعُون‬
‫َظ ٗيما‬ِ ‫بِ َما ٰ َعهَ َد َعلَ ۡيهُ ٱهَّلل َ فَ َسي ُۡؤتِي ِه َأ ۡجرًا ع‬

13
Bahwa orang yang berjanji setiakepadamu (Muhammad), sesungguhnya
mereka hanya berjanji setia kepada Allah. tangan Allah diatas tangan-
tangan mereka, barangsiapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia
melanggar atas (janji) sendiri, dan dan barangsiapa menepati janjinya
kepada Allah, maka dia akan memeberinya pahala yang besar.َ
tangan Allah di atas tangan mereka.... Pada lafal ‫ يد‬mengalami
ketersembunyian makna, sehingga para Mufassir memberi berbagai
macam Ta‟wil pada lafal tersebut seperti kekuasaan, dukungan, dan
kekuatan mengingat ada pengaruh yang besar dalam aspek Teologis.
3. Disebabkan oleh ketersembunyian pada makna dan lafal Ditinjau dari
segi kalimat, seperti umum dan khusus, misalnya uqtulul musyrikina,
dari segi cara, seperti wujub dan nadb, misalnya, fankhihu ma taba
lakum minan nisa, dari segi waktu, seperti nasikh dan mansukh, dari
segi tempat dan hal-hal lain yang turun di sana, atau dengan kata lain,
hal-hal yang berkaitan dengan adatistiadat jahiliyah, dan yang dahulu
dilakukan bangsa Arab.

BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

14
Kata Muhkam secara etimologi merupakan isim Maf‟ul dari fi‟il
madhi Hakama-Yahkumu-Hukm. Kata hukm sendiri memiliki makna
memutuskan antara dua perkara atau lebih, maka hakim adalah orang
yang mencegah yang zalim dan memisahkan dua pihak yang sedang
bertikai. Sedangkan Muhkam adalah sesuatu yang dikokohkan, jelas,
fasih dan membedakan antara yang hak dan batil.

Sedangkan kata Mutasyabih secara etimologi berasal dari kata


Syabaha dan merupakan isim fa‟il dari fi‟il madhi Tasyaabaha yang
memiliki faidah musyarokah atau implikasi pada makna “saling”,
Syubhah ialah keadaan di mana satu dari dua hal itu tidak dapat
dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan di antara keduanya
secara konkrit, maka Mutasyabih adalah suatu hal atau ayat yang saling
menyerupai antara satu dengan yang lain sehingga terkesan sulit
dibedakan.

Muhkam ialah ayat-ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak
mengandung kemungkinan nasakh. Mutasyabih ialah ayat yang
tersembunyi (maknanya), tidak diketahui maknanya baik secara aqli
maupun naqli, dan ayat-ayat ini hanya Allah yang mengetahuinya

Muhkam ialah ayat yang jelas maknanya dan tidak masuk kepadanya
isykal (kepelikan). Mutasyabih ialah lawannya Muhkam atas ism-ism
(kata-kata benda) musytarak dan lafal-lafalnya mubhamah (samar-
samar). Ini adalah pendapat al-Thibi.

15
Muhkam ialah ayat yang ditunjukkan memiliki makna kuat, yaitu lafal
nash dan lafal zahir. Mutasyabih ialah ayat yang ditunjukkan maknanya
tidak kuat, yaitu lafal mujmal, muawwal, dan musykil. Pendapat ini
dibangsakan kepada Imam al-Razi dan banyak peneliti yang memilihnya.

B. Daftar pustaka

https://www.academia.edu/39262224/
MAKALAH_Muhkam_Mutasyabih_B

http://digilib.uinsgd.ac.id/17415/4/4_bab1.pdf

https://muslim.or.id/28026-apa-yang-dimaksud-dengan-muhkam-dan-
mutasyabih-dalam-al-quran.html

16

Anda mungkin juga menyukai