Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH STUDI AL-QUR’AN

MUHKAM MUTASYABIH

KELOMPOK 10:
BAGUS RICO PRATAMA - 12060110585
CINTA DWI OLY KHAISAFA – 12060123504
DINAH AL-HUSNIYYAH - 12060120531

DOSEN PENGAMPU:
Dr. AHMADDIN AHMAD TOHAR, M. A

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
Rahmat dan kasih sayang juga hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “MUHKAM MUTASYABIH” ini guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Studi Al-Qur‟an pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Penulis juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka adanya kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna
bagi siapapun yang membacanya, dan bermanfaat bagi kita semua. Sebelumnya penulis
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Semoga dengan selesainya makalah ini dapat menambah ilmu kita khususnya dalam
hal menambah pengetahuan kita tentang materi muhkam mutasyabih ini.

Pekanbaru, 25 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

a. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


b. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
c. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

a. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih ....................................................................... 3


b. Sebab Adanya Ayat Mutasyabih ............................................................................... 5
c. Pendapat Ulama Terhadap Ayat Mutasyabih ........................................................... 6
d. Hikmah Keberadaan Ayat Mutasyabih ..................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 9

a. Kesimpulan ............................................................................................................... 9
b. Saran ......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur‟an diturunkan ke dunia dengan membawa beberapa misi di antaranya: Sebagai
petunjuk bagi umat manusia, pemberi nasehat dengan menceritakan kisah-kisah
orang terdahulu, memberi tuntunan, menjelaskan hukum dan lain sebagainya. Semua
itu dengan menggunakan bahasa yang indah, lugas, tegas dan penuh makna sehingga
mampu menyihir para pemikir dan ilmuan untuk mengakui kemukjizatannya dan
menyingkap kandungan maknanya.

Di samping bahasanya yang indah dan mengandung nilai sastra yang


tinggi, ternyata setiap huruf, kata dan kalimat al-Qur‟an mengandung nilai ilmiah yang
memberi ruang gerak bagi ilmuan untuk melakukan kajian dan penelitian yang
mendalam guna menyingkap tabir yang menutupi nilai-nilai keilmiahannya. Oleh
karena itu semua ayat al-Qur‟an (dalam satu sisi) adalah Muhkamat karena semua
isinya adalah benar dan jauh dari kesalahan dan semua ayat al-Qur‟an (dalam sisi yang
lain) adalah Mutasyabihat karena semua ayat-ayatnya serupa dalam kebenarannya.

Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami hukum-
hukum yang di kandung nash-nash al-Qur‟an diperlukan antara lain pemahaman dari segi
kebahasaan dalam hal ini adalah bahasa Arab. Bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur‟an
termasuk bahasa yang kaya akan makna. Satu lafal bisa mempunyai beragam makna
sehingga untuk mengartikan sebuah lafal harus memperhatikan banyak sisi di
antaranya adalah siyaqul kalam (rentetan dan runtutan kata). Para ulama yang ahli
dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan penelitian secara seksama terhadap nashnash
al-Qur‟an, lalu hasil penelitian itu dituangkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi
pegangan umat Islam guna memahami kandungan al-Qur‟an dengan benar.Kaidah-kaidah
itu membantu umat Islam dalam memahami nash-nash yang nampak samar (tidak jelas),
menafsirkan yang global, menakwil nash dan lainnya yang terkait dengan pengambilan
hukum dari nashnya.

Al muhkam wal mutasybih adalah sebagian dari “persoalan” yang menimbulkan


keragaman pendapat dikalangan intelektual. Mereka beradu argumen dan pendapat
dalam mengupas tuntas al muhkam wal mutasyabih dari arah definisi, keberadaan, sebab
timbulnya, fungsinya dan lain-lain. Masing-masing dari mereka mempunyai dasar

1
dan pijakan yang jelas sehingga kita tidak bisa menafikan satu pendapat karena
fanatik dengan salah seorang diantara mereka.

Bila umat Islam tidak memahami dengan baik dan benar keduanya, tentunya akan
menimbulkan permasalahan yang mendasar dalam memahami al Quran. Untuk lebih
jelasnya akan diuraikan secara terinci hal-hal yang berkaitan dengan kedua permasalahan
tersebut di bawah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kita tarik rumusan masalah sebagai berikut:

a. Apa pengertian muhkam dan mutasyabih?


b. Apa sebab adanya ayat mutasyabih?
c. Bagaimana pendapat ulama terhadap ayat mutasyabih?
d. Apa hikmah keberadaan ayat mutasyabih?

C. TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk mengetahui pengertian muhkam dan mutasyabih.
b. Untuk mengetahui sebab adanya ayat mutasyabih.
c. Untuk mengetahui bagaimana pendapat ulama terhadap ayat mutasyabih.
d. Untuk mengetahui hikmah keberadaan ayat mutasyabih.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH


Secara etimologis

Muhkam berasal dari kata ihkam yang secara bahasa berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan dan pencegahan. Akan tetapi semua pengertian tersebut kembali
pada arti dasarnya yaitu pencegahan. Seperti pada kalimat ahkam al Amr yang berarti Dia
menyempurnakan suatu hal dan mencegahnya dari kerusakan. Dengan pengertian inilah
Allah menjelaskan bahwa ayat-ayat al-Quran seluruhnya adalah muhkam sebagaimana
firman Nya dalam surat Hud ayat 1 :

ٰ‫َٰ تِ كٰر‬
‫ِٰۡك كتٰ َّ ت‬ ‫ا ٓلرِٰٰۚكتٌٰٰا ح كۡ تِك تَ كٰۡاٰت حٰٗ حُٰ د َُّٰح ل‬
‫َِّت كَٰۡ كتٰۡلد حُ كۡ ت‬
Artinya :”Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatnya dimuhkamkan (disusun
dengan rapi,kokoh) serta dijelaskan secara terperinciyang diturunkan dari sisi (Allah) yang
Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”,maksudnya al-Quran itu katakatanya fasih ( indah
dan jelas ).

Sedangkan kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh berarti keserupaan dan
kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal (Syadali, 1993: 199).
Allah yang menyatakan bahwa al-Quran seluruhnya mutasyabih sebagaimana ditegaskan
dalam surat Az-Zumar ayat 23 :

‫للَاحٰ تن دز تلٰات كۡ تس تۡ ك‬
‫ٰال تُۡ كتٰثتِٰكتًِٰاٰ َُّ تٰ تش تاِهًا‬ ٰ‫ت‬

Artinya :”Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa
(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang…”,

Secara terminologis

Pengertian yang lebih terperinci tentang muhkam dan mutasyabih serta perbedaannya
dipaparkan secara panjang lebar oleh Al-Husni (1999:145), secara terminologis sebagai
berikut :

1. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara jelas dan tegas, baik
melalui takwil (metafora) ataupun tidak. Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang
maksudnya hanya dapat diketahui oleh Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat,

3
keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqaththa‟ah. Definisi ini dikemukakan kelompok
ahlussunnah.
2. Muhkam adalah ayat yang maknanya jelas dan mudah dipahami, sedangkan ayat-ayat
mutasyabih sebaliknya.
3. Muhkam adalah ayat yang tidak mungkin dapat diartikan dari sisi arti lain, sedangkan
ayat mutasyabih mempunyai kemungkinan muncul arti yang banyak. Definisi ini
dikemukakan Ibnu „Abbas.
4. Muhkam adalah ayat yang maknanya dapat dipahami akal, seperti bilangan raka‟at
shalat, kekhususan bulan Ramadhan untuk pelaksanaan puasa wajib, sedangkan
ayatayat mutasyabih sebaliknya. Pendapat ini dikemukakan Al-Mawardi.
5. Muhkam adalah ayat yang pemahaman maknanya dapat berdiri sendiri, sedangkan
ayat-ayat mutasyabih untuk memahaminya bergantung pada ayat lain.
6. Muhkam adalah ayat yang maksudnya segera dapat diketahui tanpa ditakwil terlebih
dahulu, sedangkan ayat mutasyabih memerlukan penakwilan untuk mengetahui
maksudnya.
7. Muhkam adalah ayat yang lafazh-lafazhnya tidak berulang-ulang, sedangkan ayat
mutasyabih sebaliknya.
8. Muhkam adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan, ancaman, dan janji,
sedangkan ayat mutasyabih berbicara tentang kisah-kisah dan perumpamaan-
perumpamaan.
9. Muhkam adalah ayat yang menghapus (nasikh), berbicara tentang halal, haram,
ketentuan-ketentuan (hudud), kefarduaan, serta yang harus diimani dan diamalkan.
Adapun ayat yang mutasyabih adalah ayat yang dihapus(mansukh),yang berbicara
tentang perumpamaan-perumpamaan ( amsal ), sumpah ( aqsam), dan yang harus
diimani, tetapi tidak harus diamalkan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu
Abi Hatim dalam sebuah riwayat dari Ali bin Abi Thalib dari Ibnu Abbas.
10. Muhkam adalah ayat-ayat yang tidak dihapus, sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat
yang dihapus. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah bin Hamid dalam
sebuah riwayat dari Adh-Dhahak bin al-Muzahim (w.105 H.).
11. Muhkamadalah ayat yang harus diimani dan diamalkan, sedangkan ayat-ayat
mutasyabih adalah ayat yang harus diimani tetapi tidak harus diamalkan. Hal ini
diungkapkan oleh Ibnu Abi Hatim yang mengatakanbahwa Ikrimah (w.105 H.),
Qatadah bin Du‟amah (w.117 M.) mengatakan demikian.

4
12. Ibnu Abi Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari Muqatil bin Hayyan yang
mengatakan bahwa ayat-ayat mutasyabih adalahseperti alif lam mimdanalif lam mim
ra.

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan para ulama terkait pengertian muhkam dan
mutasyabih dapat disimpulkan bahwa inti muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah
jelas, tidak samar lagi. Termasuk dalam kategori muhkam adalah nash (kata yang
menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas, dan memang untuk makna itu
ia disebutkan) dan zhahir (makna lahir). Adapun mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya
belum jelas. Termasuk kedalam kategori ini adalah mujmal (global), mu‟awwal (harus
ditakwil), musykil dan ambigius.

Paparan selanjutnya hanya akan dibahas hal yang menjadi perbincangan para ulama yang
difokuskan kepada ayat-ayat mutasyabih saja. Sedangkan ayat-ayat muhkam tidak akan
diperbincangkan karena keberadaannya yang sudah jelas sebagaimana penjelasan terdahulu.

B. SEBAB ADANYA AYAT MUTASYABIH

Dikatakan dengan tegas, bahwa sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena
Allah swt menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat-ayat yang Muhkam dari
yang Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih.

Pada garis besarnya sebab adanya ayat-ayat Mutasyabihat dalam al-Qur‟an ialah karena
adanya kesamaran maksud syara‟ dalam ayat-ayat-Nya sehingga sulit dipahami umat, tanpa
dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan karena bisa dita‟wilkan dengan bermacam-
macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan hal-hal yang
pengetahuanya hanya diketahui oleh Allah swt saja.

Adapun adanya ayat Mutasyabihat dalam al-Qur‟an disebabkan 4 hal:

1. Kesamaran Lafal.
- Kesamaran lafal Mufrad Gharib (asing)
Contoh : Lafal dalam ayat 31 surat Abasa: kata Abban (‫ ) َّواَبًّّا‬jarang terdapat dalam
alQur‟an, sehingga asing. Kemudian dalam ayat selanjutnya, ayat 32: ‫َّمتَاعًّا لَّـ ُكمۡ َو ِِلَ ۡو َعا ِم ُكم‬

5
“Untuk kesenangan kamu dan binatang-binatang ternakmu”. Sehingga jelas
dimaksud Abban adalah rerumputan.
- Kesamaran Lafal Mufrad (yang bermakna Ganda).
Kata al-Yamin bisa bermakna tangan kanan, keleluasan atau sumpah.
2. Kesamaran dalam Lafal Murakkab
Kesamaran dalam lafal Murakkab itu disebabkan karena lafal yang Murakkab
terlalu ringkas, terlalu luas atau karena susunan kalimatnya kurang tertib. Contoh
tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas, terdapat di dalam surah
An-Nisa ayat 3:
َ ‫اب لَـ ُكمۡ ِّمهَ الىِّ َسآ ِء َم ۡث ٰىى َوثُ ٰل‬
َ‫ثورُ ٰبع‬ َ َ‫َواِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ اَ َِّل تُ ۡق ِسطُ ۡوا فِى ۡاليَ ٰتمٰ ى فَا ْو ِكح ُۡوا َما ط‬
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanitawanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat”
Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil
terhadap anak yatim, lalu mengapa disuruh kawini wanita yang baik-baik, dua, tiga
atau empat. Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat tersebut terlalu singkat.
3. Kesamaran pada Makna Ayat.
Kesamaran pada makna ayat seperti dalam ayat-ayat yang menerangkan sifat-
sifat Allah, seperti sifat rahman rahim-Nya, atau sifat qudrat iradat-Nya, maupun
sifat-sifat lainnya. Dan seperti makna dari ihwal hari kiamat, kenikmatan surga, siksa
kubur, dan sebagainya manusia bisa mengerti arti maksud ayat-Nya, sedangkan
mereka tidak pernah melihatnya.
4. Kesamaran pada Lafal dan Makna Ayat.
Seperti, ayat 189 surat al-Baqarah yang artinya “Dan bukanlah kebijakan
memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebijakan itu ialah kebijakan
orang-orang yang bertakwa”.
Sebab kesamaran dalam ayat tersebut terjadi pada lafalnya, karena terlalu
ringkas, juga terjadi pula pada maknanya, karena termasuk adat kebiasaan khusus
orang arab. Hingga dalam memahami ayat ini akan sulit bagi orang-orang yang bukan
termasuk orang arab. Dan sejatinya ayat ini adalah diperuntukkan untuk orang yang
sedang melakukan ihram baik haji maupun umrah.

C. PENDAPAT ULAMA TERHADAP AYAT MUTASYABIH

6
Pada dasarnya perbedaan pendapat para ulama dalam menanggapi sifat-sifat mutasyabihat
dalam al-Quran dilatar belakangi oleh perbedaan pemahaman atas firman Allah SWT dalam
Al-Quran Surat Ali Imran ayat 7.

Subhi Al-Shalih membedakan pendapat para ulama ke dua madzhab, yaitu:

Madzhab Salaf, Yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat


mutasyabihat ini dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Para ulama salaf
mengharuskan kita berwaqaf (berhenti) dalam membaca QS. Ali Imran ayat 7 pada lafal
jalalah. Madzhab Muffawidah atasu tajwid Dan Madzhab Khalaf Yaitu orang orang yang
mentaqwilkan (menaggulkan) lafal yang mustahil dzahirnya kepada makna yang layak
dengan zat Allah. Dalam memaahami QS. Ali Imran ayat 7 mazhab ini mewakafkan bacaan
mereka pada lafal “Warrasikhuna fil „Ilmi”. Madzhab ini juga madzhab Mu‟awwilah atau
Madzhab Takwil.1

D. HIKMAH KEBERADAAN AYAT MUTASYABIH

Allah menciptakan segala sesuatu pasti ada hikmahnya, begitu juga dengan keberadaan
ayat-ayat mutasyabihat memiliki hikmah sebagai berikut:

1. Sebagai rahmat Allah kepada manusia agar mereka selalu berpikir. Allah
merahasiakan banyak hal, agar mereka mencari dan berupaya mendapatkan serta
membuka misteri-misteri itu. Maka dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat manusia
tidak bergantung secara terus menerus pada penjelasan Allah, tetapi mereka bisa
bergerak sendiri untuk mencari kebenaran dengan bantuan cahaya ayat-ayat Allah.
2. Sebagai cobaan dari Allah. Maksudnya dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat,
manusia diuji keimanannya, apakah mereka tetap percaya dan tunduk kepada ayat-
ayat Allah atau berpaling dan cenderung memperalat ayat-ayat Allah untuk
kepentingan pribadi (mengikuti hawa nafsu).
3. Sesuai dengan perkataan Fakhr ar Raziy, ayat-ayat al Quran ditujukan kepada semua
manusia. Oleh karena itu ia diformulasikan dalam bahasa yang universal dan
mengandung berbagai kemungkinan untuk ditakwilkan. Didalamnya mengandung
berbagai isyarat dan ketentuan-ketentuan yang pasti. Dengan demikian ayat-ayat
mutasyabihat adalah konsekuensi yang tidak dapat dielakkan untuk menjaga keutuhan
dan universalitas al Quran itu sendiri.

1
Badruddin, ‘Ulumul Qur’an prinsip-prinsip dalam Pengkajian Ilmu Tafsir Al-Qu’ran (Serang: A-empat, 2020)
cet ke-1, hal. 124-125

7
4. Untuk menjadi bukti kelemahan manusia atas kebesaran Allah dan ketinggian ayat-
ayat-Nya. Dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat, manusia dijadikan tunduk terhadap
ketentuan-Nya dan menghancurkan kesombongannya terhadap ketetapan-ketetapan
Allah. Selanjutnya ayat-ayat mutasyabihat menunjukkan keterbatasan manusia yang
harus mereka sadari setiap saat.
5. Untuk memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbeda dalam penafsiran dalam
rangka menjadikan mereka lebih terbuka dan toleran. Sekiranya semua ayat adalah
muhkamat, maka yang terjadi adalah kebekuan dan statis, madzhab hanya satu, dan
manusia tidak lagi berkompetisi dalam mencari kebenaran (Zarqony, 1998: 272).

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
- Secara etimologis
Muhkam berasal dari kata ihkam yang secara bahasa berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan dan pencegahan.
Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh berarti keserupaan dan kesamaan yang
biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal.
- Secara terminologis
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi.
Mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas.
- 4 sebab muncul ayat mutasyabih:
1) Kesamaran Lafal.
Kesamaran lafal Mufrad Gharib (asing)
Kesamaran Lafal Mufrad (yang bermakna Ganda).
2) Kesamaran dalam Lafal Murakkab
3) Kesamaran pada Makna Ayat.
4) Kesamaran pada Lafal dan Makna Ayat
- Hikmah keberadaan ayat mutasyabih:
1) Sebagai rahmat Allah kepada manusia agar mereka selalu berpikir.
2) Sebagai cobaan dari Allah.
3) Ayat-ayat mutasyabihat adalah konsekuensi yang tidak dapat dielakkan untuk
menjaga keutuhan dan universalitas al Quran itu sendiri.
4) Untuk menjadi bukti kelemahan manusia atas kebesaran Allah dan ketinggian
ayat-ayat-Nya.
5) Untuk memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbeda dalam
penafsiran dalam rangka menjadikan mereka lebih terbuka dan toleran

B. SARAN
Semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat menambah wawasan kita khususnya
dalam hal memahami tentang ayat-ayat muhkam dan mutasyabih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Badruddin, 2020, Ulumul Qur’an prinsip-prinsip dalam Pengkajian Ilmu Tafsir AlQu’ran, Serang: A-
empat, cet ke-1

Al Zarqony. 1998, Manahil al Irfan fi Ulumil al Quran. Beirut Lebanon: Darul Kitab al Arobi.

http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/nizhamiyah/article/view/66/54

http://e-jurnal.staiattanwir.ac.id/index.php/attanwir/article/view/40/42

http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2930

10

Anda mungkin juga menyukai