Anda di halaman 1dari 12

Makalah Studi Al-Qur’an

Al Muhkam dan Al Mutasyabi

Dosen Pengampu : Anggi Dharma,M.Pd

Disusun Oleh :

Putri Andani (12140322225)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di
dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an dan juga
untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat. Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada bapak Anggi Dharma,M.Pd
selaku dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama
dosen mata Studi Al-Qur’an yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pekanbaru, 24 Desember 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1


1.1.Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

1.3.Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2


2.1.Pengertian Al Muhkam dan Al Mutasyabi .......................................................... 2
2.2.Fawatih Al Suwar ................................................................................................. 4

2.3.Hikmah Adanya Ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabi ....................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 8


3.1.Kesimpulan ............................................................................................................ 8
3.2.Saran ...................................................................................................................... 8

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Al-Quran, kalam Tuhan yang dijadikan sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan
umat Islam, tentunya harus dipahami secara mendalam. Pemahaman Al-Quran dapat diperoleh
dengan mendalami atau menguasai ilmu-ilmu yang tercangkup dalam ulumul quran. Dan menjadi
salah satu bagian dari cabang keilmuan ulumul quran adalah ilmu yang membahas tentang
Muhkam Mutasyabbih ayat.
Muhkam Mutasyabbih ayat hendaknya dapat dipahami secara mendalam. Hal ini
dikarenakan, dua hal ini termasuk dalam objek yang urgen dalam kajian/pemahaman Al-Quran.
Jika kita tengok dalam Ilmu Kalam, hal yang mempengaruhi adanya perbedaan pendapat antara
firqoh satu dengan yang lainnya, salah satunya adalah pemahaman tentang ayat muhkam dan
mutasyabbih. Bahasa Al-Quran ada kalimat yang jelas (muhkam) dan yang belum jelas
(mitasyabih), hingga dalam penafsiran Al-Quran (tentang ayat muhkam mutasyabih-red) terdapat
perbedaan-perbedaan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah untuk pembahasan ini ialah :
1. Pengertian Al Muhkam dan Al Mutasyabi?
2. Fawatih Al Suwar?
3. Hikmah Adanya Ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabi?

1.3. Tujuan Masalah


Adapun rumusan masalah untuk pembahasan ini ialah :
1. Untuk mengetahui pengertian Al muhkam dan Al mutasyabi
2. Untuk mengetahui Fawatih Al suwar
3. Untuk mengetahui Hikmah adanya ayat al muhkam dan al mutasyabi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Al Muhkam dan Al Mutasyabi

Manna’ Khalil Al-Qattan menjelaskan Muhkam dan Mutasyabih dalam buku studi Ilmu-
Ilmu Qur’an, bahwa menurut bahasa Muhkam berasal dari kata ‫ واحكمت ابة الد حكمت‬yang artinya
“saya menahan binatang itu”, juga bisa diartikan,”saya memasang ‘hikmah’ pada binatang itu”.
Hikmah dalam ungkapan ini berarti kendali.Muhkam berarti (sesuatu) yang dikokohkan, jadi
kalam Muhkam adalah perkataan yang seperti itu sifatnya. Mutasyabih secara bahasa berarti
tasyabuh, yakni bila salah satu dari 2 (dua) hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain, karena
adanya kemiripan diantara keduanya secara konkrit maupun abstrak. Jadi, tasyabuh Al-Kalam
adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena sebagainya membetulkan sebagian yang lain. 1
Sedangkan menurut terminologi (istilah), muhkam dan mutasyabih diungkapkan para
ulama, seperti berikut ini :
1. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik
melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayatmutasyabih adalah ayat yang
maksudnya hanya dapat diketahui Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya
dajjal, dan huruf-huruf muqatha’ah. (Kelompok Ahlussunnah)
2. Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus diimani dan
diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus diimani, tetapi tidak
harus diamalkan.
3. Mayoritas Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas mengatakan, lafadz
muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan hanya satu arah/segi saja.
Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang bisa ditakwilkan dalam beberapa
arah/segi, karena masih sama (semakna-red).2
Dari pengertian-pengertian ulama diatas, sudah dapat disimpulkan bahwa inti pengertian
dari ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi dan tidak
menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat muhkam itu
nash(kata yang menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas) danzhahir (makna
lahir). Adapun pengertian dari ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas.
Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat mutasyabih adalah mujmal (global), mu’awwal (harus
ditakwil), musykil, dan mubham (ambigius).


Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabbih
Dikatakan dengan tegas, bahwa sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena
Allah SWT menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari yang
Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih.
Pada garis besarnya sebab adanya ayat – ayat Mutasyabihat dalam Al – Qur’an ialah karena
adanya kesamaran maksud syara’ dalam ayat – ayat-Nya sehingga sulit dipahami umat, tanpa
dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan karena bisa dita’wilkan dengan bermacam – macam

1
Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor:Lintera Antar Nusa
2
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, hal. 239
dan petunjuknya pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan hal – hal yang pengetahuanya
hanya dimonopoli oleh Allah SWT saja.
Adapun adanya ayat Mutasyabihat dalam Al – Qur’an desebabkan 3 (tiga) hal :
 Kesamaran Lafal
1. Kesamaran Lafal Mufrad, dibagi menjadi 2 (dua) :
a. Kesamaran lafal Mufrad Gharib (asing)
Contoh : Lafal dalam ayat 31 surat Abasa : kata Abban jarang terdapat dalam Al – Qur’an,
sehingga asing. Kemudian dalam ayat selanjutnya , ayat 32 : (untuk kesenangan kamu dan
binatang – binatang ternakmu), sehingga jelas dimaksud Abban adalah rerumputan.
b. Kesamaran Lafal Mufrad yang bermakna Ganda. Kata Al – Yamin bisa bermakna tangan
kanan, keleluasan atau sumpah.
2. Kesamaran dalam Lafal Murakkab
Kesamaran dalam lafal Murakkab itu disebabkan karena lafal yang Murakkab terlalu
ringkas, terlalu luas atau karena susunan kalimatnya kurang tertib.
 Kesamaran pada Makna Ayat
Kesamaran pada makna ayat seperti dalam ayat – ayat yang menerangkan sifat – sifat Allah,
seperti sifat rahman rahim-Nya, atau sifat qudrat iradat-Nya, maupun sifat – sifat lainnya. Dan
seperti makna dari ihwal hari kiamat, kenikmatan surga, siksa kubur, dan sebagainya manusia bisa
mengerti arti maksud ayat-Nya, sedangkan mereka tidak pernah melihatnya.
 Kesamaran pada Lafal dan Makna Ayat
Seperti, ayat 189 surat Al – Baqarah yang artinya:“Dan bukanlah kebijakan memasuki
rumah – rumah dari belakangnya, akan tetapi kebijakan itu ialah kebijakn orang – orang yang
bertakwa”.Sebab kesamaran dalam ayat tersebut terjadi pada lafalnya, karena terlalu ringkas, juga
terjadi pula pada maknanya, karena termasuk adat kebiasaan khusus orang arab. Hingga dalam
memahami ayat ini akan sulit bagi orang-orang yang bukan termasuk orang arab. Dan sejatinya
ayat ini adalah diperuntukkan untuk orang yang sedang melaakukan ihrom baik haji maupun
umroh.

 Macam Macam Ayat Mutasyabihat


Menurut Abdul Jalal, macam – macam ayat Mutasyabihat ada 3 (tiga) macam :
1) Ayat – ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali
Allah SWT. Contoh : Artinya : “Dan pada sisi Allah–lah kunci – kunci semua yang ghaib,
tak ada yang mengetahuinya, kecuali Dia sendiri” (Q.S. Al – An’am : 59)
2) Ayat – ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan
pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contoh : pencirian mujmal, menentukan
mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib, dst.
3) Ayat – ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains,
bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan – urusan yang
hanya diketahui Allah SWT dan orang – orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan. 3


Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Ayat-Ayat Al-Mutasyabih
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah arti ayat-ayatmutasyabih dapat diketahui oleh
manusia, atau hanya Allah saja yang mengetahuinya. Sumber perbedaan mereka terdapat dalam
pemahaman struktur kalimat pada QS. ‘Ali Imran : 7

3
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, hal. 242
Dalam memahami ayat tersebut, muncul dua pandapat. Yang pertama,Wa al-rasikhuna fi al-‘ilm
di-athaf-kan pada lafazh Allah, sementara lafazhyaaquluna sebagai hal. Itu artinya, bahwa ayat-
ayat mutasyabih pun diketahui orang-orang yang mendalami ilmunya 4. Yang kedua, Wa al-
rasikhuna fi al-‘ilm sebagai mubtada’ dan yaaquluna sebagai khabar. Itu artinya bahwa ayat-ayat
mutasyabih hanya diketahui oleh Allah, sedangkan orang-orang yang mempelajari ilmunya hanya
mengimaninya. 5
Ada sedikit ulama yang berpihak pada ungkapan gramatikal yang pertama. Seperti Imam
An-Nawawi, didalam Syarah Muslim, ia berkata, “Pendapat inilah yang paling shahih karena tidak
mungkin Allah mengkhitabi hamba-hambaNya dengan uraian yang tidak ada jalan untuk
mengetahuinya.”. Kemudian ada Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Ishaq Asy-Syirazi yang
mengatakan, “Tidak ada satu ayatpun yang maksudnya hanya diketahui Allah. Para ulama
sesungguhnya juga mengetahuinya. Jika tidak, apa bedanya mereka dengan orang awam?”.
Namun sebagian besar sahabat, tabi’in, generasi sesudahnya, terutama kalangan
Ahlussunnah berpihak pada gramatikal ungkapan yang kedua. Seperti pendapat dari :
1) Al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya mengeluarkan sebuah riwayat dari Aisyah yang
mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ketika mengomentari QS. ‘Ali Imran
ayat 7 :“Jika engkau menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat mutasyabih untuk
menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, orang itulah yang dicela Allah,
maka berhati-hatilah menghadapi mereka.
2) Ibn Abu Dawud, dalam Al-Mashahif, mengeluarkan sebuah riwayat dari Al-A’masy. Ia
menyebutkan bahwa diantara qira’ah Ibn Mas’uddisebutkan :“Sesungguhnya penakwilan
ayat-ayat mutasyabih hanya milik Allah semata, sedangkan orang-orang yang mendalami
ilmunya berkata, “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabih.”
3) Imam Malik pernah ditanya mengenai pengertian lafadz istawa. Ia mengatakan: Istawa
adalah diketahui. dan bagaimananya adalah sesuatu yang tidah diketahui. Bertanya
tentangnya adalah Bid’ah.
Sedang Ar-raghib Al-Ashfahany mengambil jalan tengah dalam masalah ini. Beliau
membagi mutasyabih dari segi kemungkinan mengetahuinya menjadi tiga bagan:
1) Bagian yang tak ada jalan untuk mengetahuinya, seperti waktu tibanya hari kiamat.
2) Bagian manusia menemukan sebab-sebab mengetahuinya, seperti lafadz-lafadz yang
ganjil, sulit difahami namun bisa ditemukan artinya.
3) Bagian yang terletak di antara dua urusan itu yang hanya diketahui oleh Ulama’ yang
mumpuni saja.6

2.2. Fawatih Al Suwar


Menurut bahasa fawatih adalah jamak dari kata fatihah, yang berarti pembukaan atau
permulaan atau awalan. Sedangkan kata as-suwaradalah jamak dari kata as-surah yaitu
sekumpulan ayat-ayat Al-qur’an yang mempunyai awalan dan akhiran.
Fawatihus Suwar adalah beberapa pembukaan dari surah-surah Al-qur’an atau beberapa
macam awalan dari surah-surah Al-qur’an. Sebab, seluruh surah al-qur’an yang berjumlah 114
buah surah itu dibuka dengan sepuluh macam pembukaan, tidak ada satu surahpun yang keluar
dari sepuluh macam pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu mempunyai
rahasia/hikmah sendiri-sendiri, hingga perlu sekali untuk dipelajari.

4
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung:Pustaka Setia,2004), hal 128
5
Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor:Lintera Antar Nusa
6
Abd. Hadi, Pengantar Study ilmu-Ilmu Al-Quran, (Surabaya: Graha Pustaka Islamic Multimedia, 2010), hal 222
Pembukan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surat dengan memakai 14 huruf
tanpa diulang, yakni (‫)\ر\س\ص\ك\ع\ق\ك\ل\م\ن\هـ\ي\ا‬. Penggunan huruf-huruf tersebut dalam
pembukaan surat-surat Alquran disusun dalam 14 rangkaian, yang terdiri dari kelompok berikut:
1) Kelompok sederhana, terdiri dari satu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni (‫( )ص‬QS. Shad);
(‫( )ق‬QS. Qaf); dan (‫( )ن‬QS. Nun).
2) Kelompok yang terdiri dari dua huruf, tedapat dalam 3 surat, yakni (‫( )حم‬QS. Al-Mu’min;
QS. Al-Sajdah; QS. Al-Zukhruf, QS. Al-Dukhan; QS. Al-Jatsiyah; dan QS.Al-Ahkaf; (‫)طه‬
(QS. Thaha); (‫( )طس‬QS. Al-Naml); dan (‫( )يس‬QS. Yasin).
3) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, yakni (‫ )الم‬QS. Al-Bqarah, QS. Ali Imran, QS.
Al-Ankabut, QS. Al-Rum, QS. Luqman dan QS. Al-Sajdah).
4) Kelompok yang terdiri dari empat huruf, yakni (‫( )الر‬QS. Al-Ra’ad) dan (‫( )المص‬QS. Al-
A’raf). Kelompok yang terdiri dari lima huruf, yakni rangkaian (())‫() كهيعص‬QS. Maryam)
dan (‫( )عسق حم‬QS. Al-Syuara).

Hikmah keberadaan huruf fawatihus suwar yang merupakan bagian dari ayat-ayat
mutasyabihat adalah:
1) Memperlihatkan kelemahan akal manusia dan merupakan sarana bagi penundukan akal
terhadap Allah karena kesadarannya akan ketidak mampuan akalnya untuk mengungkap
ayat-ayat mutasyabih tersebut.
2) Teguran bagi orang-orang yang mengotak-atik ayat mutasyabih karena Allah Swt akan
mencerca orang-orang yang mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih dan memberikan pujian
bagi orang-orang yang mendalami ilmunya.

Pendapat Para Ulama Tentang Makna Fawatihus Suwar


Para Ulama yang membicarakan masalah ini ada yang berani menafsirkannya, dimana
huruf-huruf itu adalah rahasia yang hanya Allah yang mengetahui-Nya.7
1) Az-Zamarksyari berkata dalam tafsirnya “Al-Qasysyaf” huruf-huruf ini ada beberapa
pendapat yaitu:
a) Merupakan nama surat
b) Sumpah Allah
c) Supaya menarik perhatian orang yang mendengarkannya.
2) As-Sayuti menukilkan pendapat Ibnu Abbas tentang huruf tersebut sebagai berikut:
(‫ )الم‬berarti (‫)اعلم هللا انا‬, (‫ )المص‬berarti (‫)افصل و اعلم هللا انا‬, (‫ )الر‬berarti (‫)اري هللا انا‬, (‫)كهيعص‬
diambil dari (‫ عليم – حكيم – هاد – كريم‬- ‫ )صادق‬juga berarti (‫ عالم – تمين – هاد – كان‬- ‫ )صادق‬Adh
Dhahak berpendapat bahwa (‫ )الر‬ialah: ‫ وارفع اعلم اناهللا‬dikatakan pendapat hanyalah dugaan
belaka. Kemudian As-Suyuti menerangkan bahwa hal itu merupakan rahasia yang hanya
Allah sendiri yang mengetahuinya.
3) Al-Quwaibi mengatakan bahwasanya kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi, mungkin
pada suatu saat Nabi dalam keadaan sibuk, maka Allah menyuruh Jibril untuk memberikan
perhatian terhadap apa yang disampaikan kepadanya.
4) As-Sayid Rasyid Ridha tidak membenarkan Al-Quwaibi di atas, karena Nabi senantiasa
dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu. Rasyid Ridha berpendapat
sesuai dengan Ar-Razi, bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada orang-orang
Musyrik Mekkah dan Ahli Kitab Madinah. Karena orang-orang kafir apabila Nabi

7
Prof. Dr. Muhammad Hasbi Ash Shiddeqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002), h. 125.
membacakan Al-Quran mereka satu sama lain menganjurkan untuk tidak
mendengarkannya.
Disebutkan dalam surat Fusilat ayat 26, yang artinya sebagai berikut: “Dan orang-orang
yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran
Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka". (QS.
Fusyilat: 26)
5) Ulama salaf berpendapat bahwa “Fawatih Suwar” telah disusun semenjak zaman azali
sedemikian rupa supaya melengkapi segala yang melemahkan manusia dari
mendatangkannya seperti Al-Quran.
Oleh karena I’tiqad bahwa huruf-huruf ini telah sedemikian dari azalinya, maka banyaklah
orang yang tidak berani menafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan pendapat yang
tegas terhadap huruf-huruf tersebut. Huruf-huruf ini dipandang masuk golongan
mutasyabihat yang hanya Allah sendri yang mengetahui-Nya.8
Huruf-huruf itu, sebagai yang pernah ditegaskan oleh Asy-Syabi, ialah rahasia dari pada
Al-Quran ini. Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Sesungguhnya bagi tiap-tiap Kitab ada
saripatinya. Saripati Al-Quran ini ialah, huruf-huruf Hijaiyah”. Abu Bakar As-Shiddieqi
pernah berkata: “Di tiap-tiap kitab ada rahasianya. Rahasianya dalam Al-Quran ialah
permulaan-permulaan surat”.

2.3. Hikmah Adanya Ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabi


Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat muhkam lebih
dahulu sebelum menerangkan faedah ayat-ayat mutasyabihat.
1. Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat
a. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah.
Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan
faedahnya bagi mereka.
b. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi
mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan
ajaran-ajarannya.
c. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-
Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula
untuk diamalkan.
d. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena
lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus
menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.
2. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat
a) Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan
ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah.
Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya
seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga
enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana
bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan
akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
b) Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah
menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap orang-orang
8
Drs. H.Ahmad Syadali, M.A. dan Drs. H. Ahmad Rafi’I, Ulumul Qur’an I (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2006), h. 186.
yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi
orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa
nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata rabbana la
tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
c) Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan
manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa
besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala
sesuatu.
d) Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar
manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan
wahyu ciptaan Allah SWT.
e) Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.9

9
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, hal. 230
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik
melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayatmutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya
dapat diketahui Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf
muqatha’ah.
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah arti ayat-ayatmutasyabih dapat diketahui oleh
manusia, atau hanya Allah saja yang mengetahuinya. Sumber perbedaan mereka terdapat dalam
pemahaman struktur kalimat pada QS. ‘Ali Imran : 7
Dalam memahami ayat tersebut, muncul dua pandapat. Yang pertama,Wa al-rasikhuna fi
al-‘ilm di-athaf-kan pada lafazh Allah, sementara lafazh yaaquluna sebagai hal. Itu artinya, bahwa
ayat-ayat mutasyabih pun diketahui orang-orang yang mendalami ilmunya 10. Yang kedua, Wa al-
rasikhuna fi al-‘ilm sebagai mubtada’ dan yaaquluna sebagai khabar. Itu artinya bahwa ayat-ayat
mutasyabih hanya diketahui oleh Allah, sedangkan orang-orang yang mempelajari ilmunya hanya
mengimaninya.
Fawatihus Suwar adalah beberapa pembukaan dari surah-surah Al-qur’an atau beberapa
macam awalan dari surah-surah Al-qur’an. Sebab, seluruh surah al-qur’an yang berjumlah 114
buah surah itu dibuka dengan sepuluh macam pembukaan, tidak ada satu surah pun yang keluar
dari sepuluh macam pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu mempunyai
rahasia/hikmah sendiri-sendiri, hingga perlu sekali untuk dipelajari.
Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang
kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti
maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka. Hikmah ayat-ayat mutasyabihat
Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.
3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat pula mengerti dan paham akan Al Muhkam dan Al
Mutasyabi.Kritik dari kalian juga dapat membantu makalah dari kelompok kami sehingga menjadi
lebih baik.

10
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung:Pustaka Setia,2004), hal 128
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor:Lintera Antar Nusa
Anwar, Rosihon. 2004, Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Media
Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu
Hadi, Abd. 2010, Pengantar Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Surabaya:Graha Pustaa Islamic Media
Hermawan, Acep, 2011. ‘Ulumul Quran:Ilmu Untuk Memahami Wahyu, Bandung:PT Remaja
Rosdakarya
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2002.
Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali. Ulumul Quran I,Bandung: Pustaka Setia, 1997.
http://ebdaaprilia.wordpress.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quran-muhkam-mutasyabih/
http://duniacemoro.wordpress.com/2012/10/05/ulummul-quran-fawatihus-suwar/

Anda mungkin juga menyukai