Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERSUASI DALAM KEGIATAN KAMPANYE


DOSEN PENGAMPU:
Sudianto, M I.Kom.

DISUSUN OLEH:
Muhammad Fauzan : 12140310914
Muthia Zavira : 12140323777
Nadia Saqina Amelia: 12140323220

PROGRAM STUDI KAMPANYE KOMUNIKASI STRATEGIS


PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Persuasi dalam kegiatan kampanye” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran Kampanye
Komunikasi Strategis.. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi buku yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah.

Kami mohon maaf jika didalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
karena kesempurnaan hanya milik yang maha kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semuanya.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Pekanbaru, 8 oktober 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah…..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah…............................................................................................................2

1.3 Tujuan…..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian persuasif……....................................................................................................3

2.2 Pengertian kampanye……..................................................................................................6

2.3 Persuasi dalam kegiatan kampanye………………………………………………………7

2.4 Jenis-jenis kampanye persuasif………………………………………………………….14

2.5 Contoh kampanye komunikasi persuasif……………………………………………….15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…...................................................................................................................26

3.3 Daftar Pustaka…..............................................................................................................27


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan kebutuhan setiap individu untuk hidup dalam suatu lingkungan.
Setiap manusia menjalin hubungan dengan manusia lainnya melalui komunikasi. Semua hal
didapat dari sebuah komunikasi seperti halnya informasi, kesepakatan, hubungan dekat, hubungan
kerja, dan lain sebagainya. Semua hal tersebut didapat melalui komunikasi intensif antara satu
manusia dengan lainnya. Komunikasi yang terjadi bukan hanya secara verbal namun juga secara
non verbal.

Komunikasi yang bertujuan mempengaruhi orang lain disebut dengan komunikasi


persuasi. Memperkuat, mempengaruhi, mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku pada
dasarnya adalah kegiatan komunikasi persuasi, Kegiatan persuasi ini biasanya terjadi dalam
lingkup yang tidak hanya dua orang namun dalam lingkup besar. Upaya untuk mempengaruhi
orang banyak dapat di lakukan dengan cara kampanye, kegiatan kampanye sangat erat dengan
persuasi. Tujuan dari cara mempersuasi itu sama yaitu untuk mengajak orang lain mengikuti apa
yang menjadi keinginan 3 persuader yaitu sebutan bagi orang yang melakukan tindakan persuasi
kepada persuades.

Kampanye dalam sebuah organisasi besar merupakan salah satu cara 4 untuk melakukan
persuasi kepada anggota organisasi untuk melakukan kebijakankebijakan organsiasi tersebut atau
digunakan untuk menanamkan ideologiideologi baru. Hal yang membedakan cara persuasi
melalui kampanye dengan cara lainnya yaitu bahwa kampanye dilakukan melalui sebuah proses.
Kampanye harus mampu menggambarkan pesan kampanye itu secara detail kepada persuadees.
Dalam proses penggambaran itu, komunikator harus mampu membawa persuadees untuk ikut
memikirkan (sharing) tentang pesan yang disampaikan dalam kampanye itu. Hal tersebut
dilakukan dengan cara mengkomunikasikannya berulang-ulang dalam waktu tertentu. Seperti
halnya persuasi, hasil dari proses sebuah kampanye adalah keikutsertaan atau terpengaruhnya
persuadees dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh persuader.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud komunikasi persuasif?
2. Apa yang dimaksud dengan kampanye?
3. Bagaimana persuasi sebagai landasan kegiatan kampanye?
4. Sebutkan jenis jenis kampanye persuasi?
5. Apa contoh kegiatan komunikasi persuasi dalam kampanye?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian komunikasi persuasive
2. Mengetahui pengertian kampanye
3. Mengetahui persuasi sebagai landasan dalam kegiatan kampanye
4. Mengetahui jenis jenis kampanye persuasi
5. Mengetahui contoh komunikasi persuasi dalam kampanye
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komunikasi Persuasif
Komunikasi merupakan proses komunikasi antar individu. Komunikasi tersebut
terjadi dimana merupakan proses pengoperan lambang yang mengandung arti.
Sehubungan dengan ini, agar supaya komunikasi dapat berjalan dengan harmonis, perlu
sekali arti sama yang diberikan oleh komunikator maupun kepada komunikan kepada
lambang yang digunakan. Justru dalam segi pemberian arti inilah telah timbul perbedaan
pertama karena masing-masing orang memberi arti kepada suatu lambang, sesuai dengan
pengalaman, harapan serta tingkat pendidikannya.
Sedangkan persuasif menurut Devito (2009), ia mengartikan persuasi sebagai “the
process ofinfluencing another person’s attitudes, beliefs, values, or behaviors” atau
persuasi merupakan sebuh proses menpengaruhi sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai
ataupun perilaku seseorang. Devito juga menambahkan bahwasanya tindakan persuasi
dapat mengarah pada tiga kemungkinan yakni untuk memperkuat sikap, keyakinan, dan
nilai yang telah ada atau untuk mengubah sikap, keyakinan, dan nilai. Dan yang terakhir
untuk memotivasi kedalam suatu aksi tertentu. Pada titik ini, Persuasi dapat didefinisikan
sebagai perubahan sikap melalui paparan informasi yang didapatkan dari orang lain,
sikap merupakan bentuk ketegasan diri terhadap rasa suka atau tidak terhadap sesuatu.1
Larson (2010) menyatakan persuasi dapat dilihat kedalam tujuh wajah,
diantaranya2:
1. Persuasion in the 24/7 Networked World
Didalam dunia ini kita dikelilingi oleh berbagai macam jenis media untuk melakukan
persuasi, dengan banyak pilihan yang ditawarkan, kita harus memilih jenis mana atau
varian mana yang ingin kita gunakan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan kita
sebagai pengguna, dengan demikinan kita harus menjadi lebih kritis dalam menerima
setiap bujukan sebelum menjadikanya sebagai bagian dari aksi.
2. Persuasion and its Ethical Challenges Today

1
STUDI PERSUASI: Analisis Terhadap Kampanye Kementerian Kesehatan “CEGAH OBATI LAWAN
DIABETES” Melalui Youtube. Vol.4 No 2, Tahun 2019, hal. 4
2
Larson, C. Persuasion: Reception and Responsibilitiy (Twelfth Editoned). Boston, MA: Cengange Learning., 2010
sebagai seorang penerima pesan, diharapkan menjadi lebih kritis dalam setiap pesan
atau informasi yang berusaha disampaikan, pada bagian ini mengajarkan kita
gambaran terkait etika dalam tindakan persuasi.
3. Persuasion at Work in a Media-Saturated World
Dengan pertumbuhan media yang begitu dinamis, maka terdapat efek yang
ditumbulkan media dibalik pertumbuhannya yang begitu cepat, masyarakat merasa
khawatir terhadap dampak yang ditimbulkan oleh media terhadap budaya yang ada.
4. Persuasion, Advocacy, and Propaganda
berlandaskan pemahaman ini persuasi dapat diartikulasikan sebagai suatu instrument
untuk menggerakkan massa ataupun memanipulasi kesadaran massa bahkan pada titik
yang tidak etis dengan menegasikan moral.
5. Persuasion in a Multicultural World
Pendekatan ini menjelaskan menggenai berbagai perbedaan yang ada, baik dalam hal
budaya, ras, agama, kebangsaan, gender, dan lain sebagainya. Dalam hal ini kita tak
hanya melihat persamaan yang hadir tetapi juga perbedaan yang nampak ditiap
individu dan menghindari perselisihan yang mungkin hadir.
6. Persuasion as Protection in a Deceptive, Doublespeak, and Dangerous World
Maksudnya adalah penjelasan teknik “half-truth” dari double speak, dimana persuasi
diartikulasikan melalui teknik hanya menyampaikan sebagian dari
keseluruhanpembicaraan yang dilakukan, tujuan dari teknik ini adalah untuk
memancing rasa ingin tahu pendengar sehingga para pendengar nantinya dapat
diarahkan sesuai tujuan awal persuasi, teknik ini juga dapat menimbulkan
propaganda.
7. Persuasion in a Results-Demanded World.
Adanya dua kriteria yang dapat menjelaskan poin tersebut, yaitu: Pertama Efficacy,
Callahan menjelaskan “The endsjustify the means” Maksudnya, ada perbedaan antara
orang yang melakukan persuasi dan target dari persuasi. Sebagai seorang target kita
harus menyadari akhir tujuan dari kegiatan persuasi, sedangkan sebagai pemberi
persuasi kita harus menerima dan siap dinilai oleh orang lain. Kedua Effciency, dalam
hal ini kita dihadapkan pada dua hal yaitu menjadi orang yang dipersuasi dan
mempersuasi. Sebagai seorang dipersuasi maka kita harus melihat hasil usaha secara
keseluruhan dan jika menjadi orang yang mempersuasi maka harus mempersiapkan
rencana yang berkesinambungan.
Komunikasi persuasif adalah proses penyampaian pesan kepada komunikan,
merupakan hal yang sangat penting yang tujuannya antara lain untuk mengubah sikap,
pandangan, pendapat, dan tingkah laku komunikan untuk menjadi konsultan.
Penyampaian pesan haruslah dilakukan secara efektif, agar pesan yang di sampaikan
dapat mencapai tujuan sesai dengan yang di harapkan. Pesan sebelum disampaikan
kepada sasaran, harus di persiapkan terlebih dahulu secara matang, agar pesan yang
disampaikan itu dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah di rencanakan. Dan
lebih jauh lagi akan mendapat perhatian dari publik. Persiapan seperti ini oleh wilbur
scharmm disebut sebagai” The message must be available”, yang berarti pesan itu harus
sudah ada pada saat sasaran membutuhkannya.
Dengan komunikasi persuasif inilah orang akan melakukan apa yang di kehendaki
oleh komunikatornya dan seolah- olah komunikan itu melakukan pasan komunikasi atas
kehendaknya sendiri. Erwin P. Betinghaus dalam bukunya yang berjudul “Persuasif
Communication” tahun 1973, halaman 10. Disana dijelaskan bahwa komunikasi persuasif
ini dapat mempengaruhi pemikiran dan perbuatan seseorang, hubungan aktivitas antara
pembicara dan pendengar dimana pembicara berusaha mempengaruhi tingkah laku
pendengar melalui perantara pendengaran dan penglihatan. Bentuk-bentuk komunikasi
persuasif antara lain3:
1. Iklan
Iklan sendiri merupakan bagian dari jenis promosi. Sehingga, iklan
merupakan bagian dari jenis promosi. Sehingga, iklan merupakan bagian kecil
dari aktivitas promosi yang lebih luas. Iklan inilah yang menggunakan
komunikasi persuasif sebagai bahasa mengajak para calon pelanggan untuk
menggunakan produknya ini berlaku pada sebuah badan atau usaha yang
tujuannya memperoleh keuntungan. Ada jenis iklan lain yang tujuannya
mempengaruhi audien untuk mengikuti ajakan komunikator, namun hanya
sebagai media edukasi atau ajakan mengikuti program pemerintah, tanpa
tujuan untuk memperoleh keuntungan.
3
SASAK: DESAIN VISUAL DAN KOMUNIKASI, Perancangan Media Kampanye Komunikasi Persuasif Dampak
Pernikahan Dini di Lombok Barat. Vol.01 No.2, tahun 2019. Hal 85
2. Dakwah
Dakwah merupakan aktivitas yang bersifat menyerukan seperti layaknya orasi
namun sifatnya mengajak orang-orang untuk berjalan ke jalan yang benar.
Sehiingga, aktivitas ini memerlukan bahas apersuasif yang dapat membuat
orang yang mendengar pesan tersebutmenjadi ikut pengaruh dalam bahasa dan
kata-kata yang disampaikan. Aktivitas inilah yang kerap kali dilupakan kalau
menggunakan persuasif tapi bukan dogmatis.
3. Pamflet
Pamflet merupakan bentuk komunikasi persuasif secara verbal yang berbentuk
tulisan. Bentuk ini sebenarnya masuk ke dalam kategori iklan. Namun, pada
umumnya di jaman sekarang menjadi paradigma dalam bentuk audio visual.
Di dalam pamflet pastinya berunsur iklan yang bersifat mengajak, sehingga
pamflet merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif.
B. Kampanye
Kampanye adalah sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan
dukungan, usaha yang bertujuan mendapatkan dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan
oleh peroroangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian
pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga digunakan untuk
mempengaruhi, penghambatan, pembelokan dan bersifat ajakan. Pengertian secara umum
istilah kampanye yang dikenal sejak tahun 1940-an, kampanye secara umum
menampilkan suatu kegiatan yang bertitik tolak untuk membujuk (Venus, 2004:3).4
Kegiatan kampanye secara umum merupakan kegiatan persuasi (komunikasi
persuasif) yang bertujuan mempengaruhi pola berpikir, mengajak dan mendorong publik
untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan.
Sebagai salah satu bentuk komunikasi persuasif, secara umum berarti suatu kegiatan
psikologis, yang bertujuan mengubah sikap dan perilaku, yang dilakukan secara halus
dan lebih mengandung unsur manusiawi.
Konsep kampanye yang lahir yakni melakukan kegiatan komunikasi secara
terencana yang lebih moderat, terbuka, toleran, dengan waktu terbatas atau jangka
pendek, dan program yang jelas, persuasif serta dapat diidentifikasikan secara jelas
4
Dewi Suratiningsih, Suci Lukitowati, Strategi Komunikasi dalam Diplomasi Kemanusiaan “Best Practice ACT
dalam Isu Kemanusiaan Palestina” (Surabaya: Scopindo Media Pustaka,2020) hal.8-9
narasumbernya dan selalu berkonotasi positif.5 Kampanye adalah bentuk tindakan
komunikasi yang bertujuan mengubah pola pikir, prilakau termasuk di dalamnya adalah
membangun kesadaran itu sendiri. Masing-masing organisasi penyelenggara kampaye,
baik pemerintah, perusahaan swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga
lainnya mempunyai tujuan yang berbeda-beda.
Ostergard dan Misnawati (2002, 139-140) menyebutkan upaya perubahan yang
dilakukan kampanye terkait dengan 3A yakni, awareness, attitude, dan action. Tahap
awal dari kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada
tataran pengetahuan dan kognitif. Pada tahap ini pengaruh yang diharapkan adalah
munculnya awareness (kesadaran) tentang isu atau gagasan yang dikampanyekan. Tahap
berikutnya diarahkan untuk menciptakan perubahan attitude (sikap). Sasarannya adalah
untuk memunculkan rasa simpati dan keberpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi
tema kampanye. Tahap terakhir adalah mengubah perilaku khalayak secara konkret dan
terukur. Tahap ini menghendaki adanya action (tindakan) tertentu yang dilakukan oleh
sasaran kampanye, baik bersifat sekali itu saja atau berkelanjutan.6
C. Persuasi: Landasan Kegiatan Kampanye
Kampanye dibedakan menjadi dua, aspek yang pertama menyoroti bagaimanan
cara kampanye dilakukan dan yang kedua memfokuskan pada tujuan apa yang akan
dicapai oleh suatu kegiatan kampanye. Terkait perbedaan yang pertama, Klingeman dan
Romelle (2002) membedakan kampanye ke dalam kampanye informatif dan kampanye
komunikatif. Kampanye informatif dilakukan secara satu arah dimana pesan-pesan
kampanye mengalir secara linier dari sumber kepada penerima, tidak terjadi dialog antara
pelaku dan penerima kampanye. Pelaku kampanye rata-rata mengandalkan sepenuhnya
media massa untuk menyalurkan pesan-pesannya. Sedangkan kampanye komunikatif
berorientasi pada khalayak dan menekankan pentingnya interaksi dan dialog dengan
khalayak sasaran.7

5
Strategi Komunikasi Pada Kampanye Perlindungan Orangutan Oleh LSM Centre For Orangutan Protection (COP)
di Samarinda, Kalimantan Timur, eJournal Ilmu Komunikasi, Vol. 01 No.4, tahun 2013, hal.139
6
Dewi Suratiningsih, Suci Lukitowati, Strategi Komunikasi dalam Diplomasi Kemanusiaan “Best Practice ACT
dalam Isu Kemanusiaan Palestina” (Surabaya: Scopindo Media Pustaka,2020) hal.9
7
Venus, Antar. Manajemen Kampanye: Panduan Teoretis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye
Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004 Bab I-II
Perbedaan kedua yang menekankan pada aspek tujuan kampanye, membagi
kampanye ke dalam kampanye informatif dan persuasid. Suatu kampanye dikatakan
informatif apabila bertujuan memberikan informasi, melakukan perubahan pada tatara
kognitif, mengunggah kesadaran khalayak tentang isu tertentu. Sementara kampanye
persuasi ditandai oleh tujuannya yang bersifat mengajak dan menganjurkan perubahan
pada tataran afektif dan behavioral. Jadi perbedaannya hanya pada aspek tujuan langsung
kampanye yang dilihat dari sisi pelaku kampanye.
Dalam setiap tindakan kampanye dimensi informatif selalu menyatu dengan
persuasif, sementara dimensi interatif telah menjadi kebutuhan suatu kegiatan kampanye
untuk mencapai keberhasilan yang optimal. Atas dasar ini maka konsep kampanye harus
dipahami sebagai tindakan komunikasi dua arah yang didasarkan pada pendekatan
persuasif.
 Persuasi Sebagai Titik Tolak Kampanye
Meski inti kampanye adalah persuasi, namun tindakan persuasif dalam kampanye
berbeda dengan tindakan persuasif perorangan. Dan paling tidak ada empat aspek dalam
kegiatan kampanye persuasif yang tidak dimiliki tindakan persuasif perorangan yakni:8
a) Kampanye secara sistematis berupaya menciptakan “tempat” tertentu dalam
pikiran khalayak tentang produk, kandidat atau gagasan yang disodorkan
b) Kampanye berlangsung dalam berbagai tahapan mulai dari menarik perhatian
khalayak, menyiapkan khalayak untuk bertindak, hingga akhirnya mengajak
mereka melakukan tindakan nyata
c) Kampanye juga mendramatisasi gagasan-gagasan yang disampaikan pada
khalayak dan mengundang mereka untuk terlibat baik secara simbolis maupun
praktis, guna mencapai tujuan kampanye.
d) Kampanye juga secara nyata menggunakan kekuatan media massa dalam upaya
menggugah perhatian, kesadaran, dukungan dan hingga mampu mengubah
perilaku khalayak.

Peterson dan Burnett (1979) mendefinisikan persuasi sebagai “tindakan


komunikasi yang bertujuan untuk membuat komunikan mengadopsi pandangan
komunikator mengenai suatu hal atau melakukan suatu tindakan tertentu”. Sedangkan
8
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2021) hal. 26
pendapat Johnson (1994) secara khusus yaitu “proses transaksional diantara dua orang
atau lebih dimana terjadi upaya merekontruksi realitas melalui pertukaran makna
simbolis yang pada akhirnya menciptakan perubahan kepercayaan, pandangan, sikap atau
perilaku secara sukarela”.

Menurut Hogan (1996). Terdapat sembilan prinsip umum persuasi yang selalu
dapat diterapkan dalam praktik kampanye, baik dalam tataran macrolevel maupun
microlevel. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:9

1) Prinsip timbal bailk. Jika manusia menerima sesuatu ang dipandang berharga,
maka seketika ia akan menanggapi dan memberikan sesuatu.
2) Prinsip kontras. Orang akan cenderung memilih memilih yang terbaik dari
pilihan yang hampir sama. Orang cenderung mengingat hal terakhir yang
mereka lihat atau diberitahukan bahwa hal tersebut jauh lebih baik daripada
hal sebelumnya. Karenanya dalam sebuah bosur atau sejenisny, hal yang
terbaik dicamtumkan pada posisi akhir dan dengan ukuran yang besar, atau
dengan kata lain, menjadikan hal yang terakhir lebih mudah diingat dan lebih
menarik bagi kelompok sasaran kegiatan.
3) Prinsip karena teman. Orang mempunyai kecenderungan untuk melakukan
sesuatu terhadap apa yang diminta temannya. Maka dalam hal ini, ketika
seorang komunikator kegiatan kampanye perubahan sosial mampu
memposisikan dirinya sebagai teman bagi kelompok sasaran, maka terdapat
kemungkinan meraka lebih diterima oleh kelompok atau individu sasaran.
4) Prinsip harapan. Orang akan cenderung melakukan sesuatu yang menjadi
harapan orangyang ia percaya dan dihormati. Sebuah kampanye kesehatan
tentang pentingnya penggunaan garam beryodium untuk menurunkan jumlah
penderita penyakit gondok akan dapat mempenagruhi khalayak jika
menggunakan seorang dokter sebagai komunikator. Karena khalayak percaya
bahwa yang mengetahui masalah kesehatan adalah seorang dokter.
5) Prinsip asosiasi. Manusia mempunyai kecenderungan untuk menyukai produk,
jasa atau gagasan yang didukung oleh orang lain yang disukai atau dihormati.
9
KAMPANYE PERUBAHAN SOSIAL (Kesadaran Masyarakat, Aspek Perubahan Kognitif dan Prilaku) Oleh: Siti
Muyasaroh Dosen Ilmu Komunikasi UYP, Vol. 1 No.1, Tahun 2013 hal. 20
6) Prinsip konsistensi. Seseorang yang mempunyai pendirian tertulis atau lisan
dalam sebuah persoalan akan mempunyai kecenderungan yang kuat untuk
membela pendirian itu tanpa peduli bukti-bukti berlawanan yang
menghadangnya. Orang akan melakukan sesuatu jika sesuai dengan
pendiriannya. Jika yang ditawarkan merupakan sesuatu yang berlawanan,
maka komunikator harus dapat memunculkan nilai-nilai lebih yang akan yang
akan ia peroleh dengan melakukan tindakan tesebut dan jangan langsung
mengatakanbahwa pendirian yang meraka miliki harus dirubah.
7) Prinsip kelangkaan. Semakin langka sesuatu yang diinginkan, akasemakin
besar nilainya. Orang akan melakukan sesuatu jika merasa bahwa kesempatan
yang sama tidak akan ia dapatkan pada waktu dan tempat yang lain.
8) Prinsip kompromi. Kebanyakan orang cenderung menyetujui usul, produk,
jasa yang akan dipandang bisa diterima olah mayoritas orang lain atau
mayooritas anggota kelompoknya.
9) Prinsip kekuasaan. Semakin berkuasa seseorang dipandang oleh oragg lain,
semakin besar kemungkinan permintaannya akan dipertimbangkan dan
diterima. Kekuasaan ini bukan semata kekuasaan politik, tetapi kekuasaan
yang dipengarugi oleh ruang dan waktu, dimama seseorang bertindak.

Seringkali orang memandang pesan bukan semata-mata dari isi pesan, melainkan
dari sember penyampai pesan, atau dengan kata lain, bukan apa yang dipertimbangkan,
tetapi oleh siapa pesan tersebut disampaikan. hal ini memberikan dampak baik secara
psikis dan kognitif bagi sesorang penyampai pesan untuk mempunyai seperangkat atribut
dan keahlian serta ketrampilan dalam komunikasi, sehingga tujuan kampanye dapat
terwujud. Kredibilitas berkaitan dengan persepsi khalayak tentang keefektifan seseorang
menjadi pembicara (Antar Venus,2007:55). Pernyatan ini mengandung makna bahwa
aspek kredibilitas bukanlah semata-mata selalu melekat pada diri seorang komunikator,
tetapi bersifat subyaktif, tergantung siapa yang memberikan penilaian. Pearson dan
Nelson (1997) menyebutkan bahwa kredibilitas mirip dengan kecantikan, ia ada pada
mata orang yang memandangnya. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Hovland, Janis
dan Kelly (Windah), Signitizer dan Olson:1983), menemukan tiga aspek yang
mempengaruhi kredibilitas sumber yakni daya tarik(attractiveness), keahlian(expertise)
dan keperpercayaan(trustworthiness).

1) Kepercayaan (Trustworthness)
Kepercayaan berkaitan dengan penilaian khalayak bahwa sumber pesan
dianggap tulus, jujur, bijak dan adil. Obyektif, memiliki intregritas pribadi,
serta memiliki tanggungjawab sosial yang tinggi. Menurut Johnston(i986)
menyatakan bahwa kepercayaan atau kejujuran sumber banyak tergantung
pada persepsi khalayak tentang maksud tindakan sumber. Konsistensi juga
merupakan salah satu penilaian keterpercayaan. Khalayak cenderung
mempertimbangkan perilaku yang konsisten sebagai sesuatu yang dapat
dipercaya.
2) Keahlian
Faktor keahlian berhubungan dengan penilaian dimanasumber dianggap
berpengetahuan, cerdas, berpengalaman, memiliki kewenangan tertentu dan
menguasai skill yang bisa diandalkan tetapi hal yang sebaliknya diungkapkan
oleh Petty&Caciopo (Johnston:1994), bahwa disamping keahlian sumber
pesan, juga faktor karakteristik khalayak, artinya kehalian sumber pesan akan
efektif jika penerima pesan berada pada kondisi kekurangan motivasi dan
kemampuan untuk merespon pesan.
3) Daya Tarik Sumber Masalah daya tarik adalah hal sangat penting yang harus
diperhatikan oleh seorang sumber pesan harus diakui bahwa seseorang
memberikan respon pertama terhadap oyek tertentu yang diterimanya
dipengaruhi oleh daya tarik obyek tersebut. Secara umum daya tarik ini
menyangkut penampilan fisik dan identifikasi secara psikologis. Stone,
Singleteray dan Richmond (1999) menyebutkan bahwa daya tarik fisik
sebenarnya bersifat perseptual, dalam arti ia tergantung pada persepsi orang
yang melihatnya. Daya tarik seseorang tentunya berbeda antara satu dengan
lainnya, karena setiap orang memiliki standart tersendiri dalam memberikan
penilaian kepada seseorang. Perbedaan budaya, sistem nilai dan norma juga
menjadi faktor seseorang dalam memberikan penilaian atau memahami daya
tarik itu sendiri. Salah satu komponen daya tarik psikologis adalah kesamaan
(similarity). Kesamaan ini menyangkut kepribadian, status sosial, umur,
pendidikan, gender, keanggotaan kelompok dan sebagainya. Dalam konteks
kampanye perubahan sosial, Rogers (1993) mendukung bahkan sangat
menakankan pentingnya pelibatan pelaku atau aktor kampanye yang memiliki
banyak kesamaan dengan khalayak sasaran. Itilah yang digunakan adalah
homphiliy, yakni kemiripan antara komunikator dengan penerima pesan.
menurutnya, kekefektifan kampanye terjadi ketika komunikator diambil dari
kelompok masyarakat itu sendiri. Di lain hal, Rogers juga menekankan
pentingnya heterophiliy, apabila komunikasi persuasif bertujuan untuk
membuka ikatan kelompok yang sudah santa kuat, mempekenalkan gagasan
baru dari luar atau meluaskan pandangan tentang isu tertentu.

Setidaknya terdapat dua aspek penting yang harus diperhatikan, yakni isi pesan
dan stuktur pesan. isi pesan terkait dengan materi pendukungnya, visualisasi pesan, isi
negatif pesan, pendekatan emosional, pendekatan rasa takut, kreativitas humor serta
pendekatan kelompok rujukan. Menurut Koballa (19860, sikap yang terbentuk
berdasarkan contoh-contoh dan peristiwa bersejarah yang telah terjadi di masa lalu lebih
menetap dalam diri seseorang dalam waktu yang lama dibandingkan dengan sikap yang
terbentuk berdasarkan datadata. Pendekatan secara emosional, seprti perasaan takut,
kreativitas, humor juga pendekatan kelompok rujukan menjadi factor penting lainnya
yang harus diperhatikan. Contoh dalam kampanya perubahan social tentang anti rokok
dan jauhi narkoba. Apabila seseorang pecandu rokok maupun pecandu narkoba merasa
dirinya terancam dengan isi pesan yang disampaikan, maka kecenderungan sikap yang
ditampakkan adalah menjauhi dan tidak menghiraukan isi pesan tersebut. pelaku
kampanye yang baik akan menyesuaikan dengan perasaan khalayaknya. Pendekatan
perasaan takut barangkali akan lebih efektif digunakan. Dengan menampilkan akibat-
akibat buruk, seprti terkena penyakit dan kematian sebagai dampak negative merokok
dan mengkomsunsi narkoba akan memunculkan ketakutan pada diri pemakai untuk
meninggalkan atau mengubah prilaku merokok dan mengkonsumsi narkoba.

Tetapi tidak selamanya pendekatan rasa takut ini lebih efektif dalam kegiatan
kampanye. Peneliti di Ontarino Kanada (Kotler,1995) menemukan sebuah fakta bahwa
pada kampanye “pemakaian sabuk pengaman”, himbauan rasa takut akan “cidera”
ternayata lebih efektif ketimbang rasa takut terbunuh dalam kecelakaan lalu lintas.
Kegiatan kampanye dengan pendekatan rasa takut yang berlebihan mengakibatkan pesan
tersebut tidak efektif, karena khalayak mempunyai dalih sendiri, misalnya asalah mati
adalah urusan Tuhan dan manusia tidak bias menghindar jika memang sudah waktunya,
sebaliknya juga tidak dapat direncakanan/disengaja, bila Tuhan tetap menghendaki untuk
tetap hidup.

Berikut adalah contoh kampanye perubahan sosial tentang penggunaan sabuk


pangaman dengan pendekatan rasa takut “seorang anak dan bapaknya diperlihatkan
mengendarai mobil, sang anak yang berusia delapan tahun tersebut duduk di bagian
depan. Tiba-tiba ayah tersebut harus mengerem mendadak untuk menghindari mobil
yang masuk dari sebelah kiri jalan. Anak perempuannya terlempar dan kepalanya
terantuk pada dashboard dan mulai menangis. Seorang polisi mendatangi mobil tersebut,
dan dengan marah ayah tersebut berkata: apakah Bapak tidak melihat bagaimana orang
itu menyetir? Benar-benar tidak tahu aturan!. Saya harus mengerem mendadak dan
kepala anak saya terantuk ke dashboard!” Polisi tersebut bertanya kepadanya, mengapa
anak tersebut tidak mengenakan sabuk pengaman? Sebagai jawaban atas protes
ayahtersebut. Polisi menakankan tanggungjawab ayah untuk melindungi anaknya.
Adegan tersebut ditutup dengan polisi berjalan sambil berkata, “kapan orang akan
belajar”, dan sebuah suara mengikuti “memakai sabuk pengaman tidak memerlukan
kerja otak, betapa bodohnya orang yang tidak memakainya.”10

Hal terakhir tentang isi pesan yang harus diperhatikan adalah pendekatan rujukan
khalayaknya. Kelompok rujukan adalah sekumpulan yang memberikan inspirasi tertentu
pada orang lain mereka menjadi panutan atao model untuk dicontoh. Pesan akan lebih
efektih jika orang yang menjadi rujukan juga menerima pesan-pesan tersebut.

D. Jenis-jenis Kampanye Persuasi11

Aktivitas komunikasi dalam berkampanye biasanya berkaitan dengan suatu


kepentingan dan tujuannya apa, siapa khalayak sasarannya, dalam rangka kegiatan apa, siapa
10
Kotker&Adersen. Strategy marketing for Nonprofit Organization. (Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1987)
hal. 504
11
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2021) hal. 25
khalayak sasarannya, dalam rangka kegiatan apa, untuk membujuk, atau memotivasi
khalayak? Dalam berbagai kegiatan tersebut, terdapat beberapa jenis program kampanye
yang dilaksanakan secara prinsip merupakan kegiatan yang bertitik tolak untuk memotivasi
atau membujuk, dan mencapai tujuan tertentu, maka menurut Charles U. Larson, bukunya
berjudul Persuasion, Reception, dan Responbility (California. Wardsworth Publishing Co.
1992) yang telah membagi jenis-jenis kampanye kegiatan menjual produk, kandidat dan ide
atau gagasan perubahan sosial, yaitu sebagai berikut.

a. Product-oriented Campaigns
Kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya dilakukan
dalam kegiatan komersial kampanye promosu pemasaran suatu peluncuran
produk yang baru. Misalnya peluncuran provider-seluler Flexi-Telkom,
pergantian nama National ke Panasonuc, perubahan logo baru BNI-46 dan Bank
Danamon dan sebagainya. Sedangkan kampanye PR bertujuan untuk membangun
citra positif perusahaan melalui program kepedulian dan tanggung jawab sosial.
b. Candidate-oriented Campaigns
Kegiatan kampanye yang berorientasi bagi calon (kandidat) untuk kepentingan
kampanye politik (politik campaign), dan misalnya kampanye pemilu dalam era
reformasi tahun 2004 lalu, untuk kampanye Caleg (calon legislatif atau anggota
(DPR/MPR), serta kampanye Pilpres-Capres dan Cawapres (pemilihan calon
presiden dan wakil presiden) hingga jabatan publik lainnya yang berupaya meraih
dukungan yang sebanyak-banyaknya dari masyarakat melalui kampanye politik,
serta kampanye komunikasi pemasaran dan periklanan atau menggunakan teknik-
teknik kampanye PR dalam jangka waktu relatif pendek, 3-6 bulan dengan
dukungan dana yang cukup besar (investasi) untuk pengeluaran periklanan
komersial, publikasi dan biaya perjalanan kampanye beraudiensi dengan para
pendukungnya di berbagai lokasi yang tersebar di nusantara.
c. Ideological or Cause-oriented Campaigns
Jenis kampanye ini berorientasi yang bertujuan bersifat khusus dan berdimensi
perubahan sosial (social change campaigns), misalnya kegiatan kamoanye sosial
bersifat khusus nonkomersial, anti HIV/AIDS, anti narkoba, program keluarga
berencana nasional (KBN), ‘Damai itu Indah’, ‘Kampanye Langit Biru’, serta
termasuk Kampanye Sadar Bayar Pajak, dan hingga Kadarkum (kampanye sadar
hukum), pelestarian, lingkungan alam dan hidupnya sebagainya.

E. Contoh kegiatan komunikasi persuasif dalam kampanye


1. Komunikasi Persuasif dalam Kampanye Gerakan Anti Hoaks oleh Komunitas Mafindo
Jakarta12
Kehadiran teknologi yang semakin modern, memberikan kemudahan
masyarakat dalam mengakses berbagai jenis informasi. Menurut Kaplan dan M.
Haenlein13, media sosial merupakan sebuah aplikasi berbasis internet dengan sebuah
layanan web 2.0 yang memungkinkan pengguna berbagi aneka konten. Sedangkan
menurut McQuail14, media baru tercipta karena adanya proses digitalisasi teknologi,
yang mengubah fungsi internet sehingga dapat digunakan menjadi alat komunikasi
pribadi. Kematangan teknologi mempermudah dalam berkomunikasi, namun
kemudahan berbagi informasi dengan bantuan teknologi yang ada, menimbulkan
kemungkinan jika informasi yang tersebar melalui media sosial menjadi
dipertanyakan keakuratannya yaitu memunculkan istilah hoaks atau berita bohong
Hasil survei yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika Indonesia
(MASTEL) menunjukkan, secara daring terhadap 1.116 responden pada 7 - 8
Februari 2017 lalu, menyatakan bahwa jenis hoaks yang persentasenya paling besar
beredar pada masyarakat adalah hoaks mengenai sosial politik sebesar 91.8%.
Semakin meningkatnya penyebaran berita bohong (hoaks), khususnya hoaks
mengenai sosial politik, didukung dengan kemajuan teknologi yang ada, menjadikan
terbentuknya beberapa komunitas yang menyuarakan penolakan terhadap hoaks.
Salah satu komunitas tersebut adalah Masyarakat Anti Fitnah Indonesia
(Mafindo), merupakan organisasi masyarakat sipil yang didirikan pada tanggal 19
November 2016, namun sudah aktif melakukan penolakan terhadap hoaks sejak 2015
lalu. Komunitas Mafindo telah mempelopori banyak inisiatif anti hoaks. Komunikasi

12
Komunikasi Persuasif dalam Kampanye (Gerakan Anti Hoaks Oleh Komunitas Mafindo Jakarta ) Oleh: Assyfa
Nauma, Diah Ayu, Vol.3 No.1, Juli 2019, hal.200
13
Andres Kaplan & Michael HaenLein, User Of The World, Unite! The Challenges and Opportunities Of Social
Media, Business Horizons:2010, Hal.60
14
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa McQuail Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika (2012), hal.148
yang diterapkan Komunitas Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, serta pengetahuan tiap individu dalam
memfilter berbagai informasi yang belum pasti kebenarannya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini berfokus kepada
“bagaimana komunikasi persuasif dalam kampanye gerakan anti hoaks pada kegiatan
pelatihan literasi digital ‘Tanpa Hoaks, Kita Rukun Berdemokrasi’ yang dilakukan
Komunitas Mafindo dalam upaya mengubah perilaku masyarakat terhadap hoaks?”.
Tujuan penelitia ini yaitu untuk mengetahui bagaimana komunikasi persuasif dalam
kampanye gerakan anti hoaks pada kegiatan pelatihan literasi digital “Tanpa Hoaks,
Kita Rukun Berdemokrasi” yang dilakukan Komunitas Mafindo dalam upaya
mengubah perilaku masyarakat terhadap hoaks.
Pada Pesta demokrasi pemilihan presiden, legislatif dan perwakilan daerah
pada 17 April 2019 lalu, menimbulkan kekhawatiran terhadap penyebaran hoaks
terkait politik akan semakin masif dan berpotensi menimbulkan perpecahan di
masyarakat. Hoaks menjadi ancaman serius yang bisa mempengaruhi dinamika
sosial. Demi mengatasi penyebaran berita bohong di media sosial ini, Komunitas
Mafindo mengusung sebuah Kampanye Gerakan Anti Hoaks sesuai taglinenya “Turn
Back Hoax”, yang bertujuan untuk menjaga kerukunan antar elemen bangsa,
mengajak masyarakat untuk cerdas bermedia sosial dan melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi membersihkan media sosial dari hoaks yang memprovokasi.
Mafindo adalah sebuah gerakan komunitas yang peduli terhadap literasi
digital dan edukasi masyarakat tentang hoaks. Mafindo didirikan bertujuan untuk
meminimalisasi penyebaran berita bohong (hoaks) di dunia maya. Mafindo bergerak
secara independen, tidak memihak kepada afiliasi politik atau kelompok manapun,
murni berlandaskan gerakan moral menghimpun masyarakat tanpa melihat preferensi
SARA, dan berpegang teguh kepada fakta.
Dalam rangka mewujudkan program Kampanye Gerakan Anti Hoaks tersebut,
salah satu upaya yang Mafindo lakukan ialah secara aktif menyelenggarakan kegiatan
Koneksi EISSN 2598-0785 Vol. 3, No. 1, Juli 2019, Hal 199-206 202 mengenai
literasi digital kepada seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan mengenai literasi digital
kali ini bertemakan “Tanpa Hoaks, Kita Rukun Berdemokrasi”. Acara ini
diselenggarakan oleh relawan Mafindo pada hari Sabtu, 13 April 2019 pukul 09.30
sampai 15.30 WIB, bertempat di Ruang Rapat Hotel Bumi Wiyata, Depok.
Mafindo sebagai komunikator atau persuader yang bergerak secara mandiri,
sebagai organisasi non-profit memiliki visi misi untuk mengedukasi masyarakat,
dengan cara yang sederhana agar mereka tidak terjebak hoaks. Mafindo mengemas
program Kampanye Gerakan Anti Hoaks melalui kegiatan edukasi-sosialisasi yang
diadakan secara online (di media sosial) dan offline (melalui kegiatan pelatihan secara
langsung). Melalui program kampanye ini, Mafindo berharap masyarakat bisa sadar,
peduli dan mengubah perilaku bermedianya menjadi lebih bijak dan mindfulness.
Berdasarkan pembagian jenis kampanyenya, kampanye Gerakan Anti Hoaks
yang Mafindo lakukan termasuk pada jenis Ideological or Cause - Orientated
Campaign yang bertujuan pada perubahan sosial (Social Change Campaign) dan
bersifat non komersial (Larson dalam Ruslan, 2013:25). Hal ini dapat dilihat dari cara
Mafindo dalam menyelenggarakan acaranya. Mafindo salah satu kegiatan offlinenya
gemar menggelar kegiatan edukasi-sosialisasi mengenai literasi digital dan hoaks
tanpa dipungut biaya.
Komunikasi persuasif yang dilakukan Mafindo sebagai komunikator
menjadi penentu bagaimana pesan kampanye tersebut bisa diterima, dimengerti dan
dilakukan oleh komunikan atau persuadee yaitu audiens kegiatan edukasi-
sosialisasi. Sesuai dengan unsur persuasif yang diungkapkan Maulana & Gumelar
terdapat tiga aspek yang harus dipenuhi dalam sebuah pesan kampanye persuasif
yakni: claim, warrant dan data15. Dalam claim atau pemaparan tujuan persuasi,
Mafindo dalam kampanyenya, offline maupun online, selalu memaparkan secara
tersurat program kampanye anti hoaks yang sedang mereka lakukan.
Begitu juga dalam pelaksanaanya (warrant), Mafindo tidak pernah memaksa
memerintah secara keras kepada audiens yang hadir dalam kegiatan edukasi-
sosialisasi untuk patuh mengikuti apa yang mereka sampaikan. Pendekatan yang
dilakukan lebih halus serta perintah yang diberikan bersifat ajakan dan bujukan. Di
setiap pelaksanaan kegiatan edukasi-sosialisasi, Mafindo menampilkan konten-

15
Maulana, H. Gumelar. G. Psikologis Komunikasi dan Persuasi. Jakarta: Akademia Permata (2013), hal.8
konten menarik dan informatif yang dihimpun melalui riset sebelumnya (data), jadi
dapat dipastikan fakta atau informasi yang mereka tampilkan adalah valid.
Apabila dilihat dari medianya, Mafindo melakukan edukasi-sosialisasi
melalui media online dan offline. Melalui media online, Mafindo memiliki halaman
facebook utama yang biasa digunakan untuk menyebarkan klarifikasi mengenai
berita hoaks yang beredar. Melalui halaman Facebook ini juga masyarakat bisa
memperbarui informasi seputar kegiatan offline yang diselenggarakan Mafindo.
Selain itu ada pula grup Forum Anti Fitnah, Hasut dan Hoax yang Mafindo
sediakan untuk publik yang ingin berdiskusi atau berkontribusi dalam pencarian
informasi seputar hoaks. Publik bisa secara sukarela memberi klarifikasi apabila ada
berita yang mereka temukan diluar sana termasuk kedalam kategori hoaks.
2. Teknik persuasif dalam spanduk kampanye calon kepala desa tahun 2019 di
kecamatan kedamean kabupaten Gresik16
Berdasarkan KBBI Daring (2016) spanduk merupakan kain rentang yang
berisi slogan, berita atau propaganda yang perlu diketahui umum. Bahasa persuasif
dalam spanduk dibuat semenarik mungkin untuk memengaruhi sikap pembaca. Agar
pembaca terpengaruh dan melakukan sikap dari penutur melalui spanduk yang
dibacanya. Tentunya para pembuat spanduk harus memperhatikan dan menggunakan
teknik persuasif dengan benar, jelas, menarik dan memikat pembacanya.
Teknik persuasif yang dimaksud yaitu suatu cara menjelaskan atau
memaparkan sesuatu yang merayu, menarik minat, dan memengaruhi masyarakat
untuk melakukan sesuatu yang diinginkan penuturnya. Wacana persuasif tersendiri
mempunyai ciri; tertib, jelas, semangat, hidup, punya alasan kuat, dan dramatik.
Dalam penelitian bahasa spanduk ini menggunakan ke tujuh teknik persuasif yaitu
identifikasi, rasionalisasi, kompensasi, proyeksi, sugesti, penggantian, dan
konformitas17.
Seluruh desa di Kabupaten Gresik, terutama 10 dari 15 desa yang ada di
Kecamatan Kedamean telah melaksanakan pemilihan kepala desa secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sebagai bentuk demokrasi. Pelaksanaan

16
Paramasastra (Teknik Persuasif dalam Spanduk Kampanye Calon Kepala Desa Tahun 2019 di Kecamatan
Kedamean Kabupaten Gresik) oleh: Suwandi, Vol.9 No.1, Maret 2022. Hal: 20
17
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta. Gramedia (2010), hal. 124
pemilihan kepala desa di 10 desa di Kecamatan Kedamean antara lain Desa
Sidoraharjo, Slempit, Glindah, Katimoho, Belahanrejo, Tanjung, Kedamean, Banyu
Urip, Ngepung, dan Cermen Lerek yang berjalan dengan lancar, aman, dan damai
sebagaimana diharapkan oleh setiap kalangan.
Berikut tabel hasil penelitian yang berjudul Teknik Persuasif dalam Spanduk
Kampanye Calon Kepala Desa Tahun 2019 di Kecamatan Kedamean Kabupaten
Gresik.

NO TEKNIK JUMLAH
PERSUASIF
1 Rasionalisasi 3
2 Identifikasi 12
3 Sugesti 19
4 Konformitas 1
5 Kompensasi -
6 Penggantian -
7 Proyeksi -
total 35

Pada table di atas dapat di lihat bahwa kalimat atau tulisan di dalam spanduk
dengan teknik persuasif yang paling banyak digunakan adalah teknik sugesti
dengan jumlah 19 kalimat, selanjutnya teknik identifikasi berjumlah 12 kalimat,
teknik rasionalisasi berjumlah 3 kalimat, dan yang paling sedikit adalah teknik
konformitas dengan jumlah 1 kalimat, serta tidak ditemukan data yang
menunjukkan pada kompensasi, penggantian, dan proyeksi. Jadi, jumlah
keseluruhan data yang mengandung teknik persuasif dalam spanduk kampanye
calon kepala desa tahun 2019 di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik adalah 35
data, sesuai dengan jumlah spanduk yang diteliti.

Selanjutnya, pembahasan data atau kalimat yang menunjukkan ke tujuh


teknik persuasif tersebut18. Akan tetapi, dalam artikel ini masing-masing akan
18
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta. Gramedia (2010), hal: 124-128
dibahas 1 data saja yang representatif beserta analisisnya. agar susunan kalimat dan
artikel tetap enak dibaca serta elok dilihat. Berikut pembahasannya:

1. Teknik Rasionalisasi
Keraf menegaskan bahwa rasionalisasi adalah teknik yang dapat diterima oleh
logika untuk melontarkan pembenaran, tetapi pembenaran tersebut bukan sebab langsung
terhadap masalah yang ada dan kebenaran yang dilontarkan bukanlah kebenaran
seutuhnya. Berikut satu data beserta analisisnya yang menunjukkan teknik rasionalisasi.
Pilih No. 1 Abdul Mufid Rasionalisasi dalam kalimat tersebut menunjukkan jika
memilih calon Kepala Desa nomor urut 1 Abdul Mufid yang merasionalisasikan dirinya
sebagai pemimpin masa depan yang insy’allah amanah dan dapat dipercaya. Sesuai
dengan teknik rasionalisasi bahwa membenarkan suatu persoalan, pikirannya sendiri
menjadi hal yang mutlak, dan dapat diterima oleh akal sehat pembaca.
2. Teknik Identifikasi
Menegaskan bahwa identifikasi adalah teknik persuasif yang berusaha
menghindari konflik atau keraguan dan ciri utamanya yaitu mengidentifikasi atau
menonjolkan dirinya sebagai hadirin dengan menyebut nama atau identitas suatu
benda. Berikut satu data beserta analisisnya yang menunjukkan teknik identifikasi.
Suwoto: Calon Kepala Desa Sidoraharjo Identifikasi diri terlihat dari kalimat
“3. tanggi jenggirat kanggo rakyat, Suwoto, calon Kepala Desa Sidoraharjo”. Kalimat
tersebut berarti “3. bangkit segera untuk rakyat, Suwoto, calon Kepala Desa
Sidoraharjo”. Maksudnya bahwa calon Kepala Desa Sidoraharjo nomor urut 3 yaitu
Suwoto segera bangkit untuk rakyat atau warga Sidoraharjo. Sesuai dengan
identifikasi yang berusaha mengidentifikasi dirinya sebagai hadirin atau pembaca dan
menyebutkan nama atau orang yaitu rakyat Sidoraharjo.
3. Teknik Sugesti
Menegaskan bahwa sugesti adalah teknik persuasif yang berusaha membujuk
orang lain dengan rangkaian nada suara atau ujaran yang memikat, meyakinkan,
penuh wibawa dan bisa menempati posisi orang tua yang terhormat (penuh kasih,
cinta, dan sayang) untuk mempersuasi hadirin. Berikut satu data beserta analisisnya
yang menunjukkan teknik sugesti.
Calon Kepala Desa Slempit Teknik Sugesti terlihat dari kalimat “ayo dulur-
dulur mbangun desa barengbareng”. Kalimat tersebut berarti “ayo saudara-saudara
membangun desa bersamasama”, maksudnya warga diajak untuk membangun desa
bersama-sama. Terdapat kalimat yang menonjol dalam sugesti yaitu “ayo dulur-
dulur”. Sesuai dengan teknik sugesti bahwa rangkain kata atau nada suara untuk
membujuk hadirin atau pembaca dengan sangat meyakinkan, penuh wibawa, dan
menampilkan figur orang tua.
4. Teknik Konformitas
Keraf menegaskan bahwa konformitas adalah teknik persuasif yang berusaha
menyesuaikan, mencocokakkan diri dan mempunyai perbuatan atau kemauan untuk
menjadikan dirinya sesuai dengan orang lain serta memperlihatakan diri mampu
bertindak sebagai hadirin. Berikut satu data beserta analisisnya yang menunjukkan
teknik konformitas.
Suwoto: Calon Kepala Desa Sidoraharjo Konformitas dijelaskan dalam
kalimat “3. teko kawulo alit kanggo bayan Woto” yang mempunyai arti “3. dari
rakyat kecil untuk bayan Woto”. Maksud kalimat tersebut adalah seorang Woto
mendapat dukungan dari rakyat kecil Desa Sidoraharjo. Sesuai dengan konformitas
seorang Suwoto berusaha mencocokkan atau menyesuaikan diri serupa dengan yang
dipersuasi yaitu sebagai rakyat kecil yang ada di Desa Sidoraharjo.
5. Teknik Kompensasi
Data yang menunjukkan pada teknik kompensasi tidak ditemukan dalam
penelitian.
6. Teknik Penggantian
Data yang menunjukkan pada teknik penggantian tidak ditemukan dalam
penelitian
7. Teknik Proyeksi
Data yang menunjukkan pada teknik proyeksi tidak ditemukan dalam
penelitian. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan oleh
peneliti terkait judul Teknik Persuasif dalam Spanduk Kampanye Calon Kepala Desa
Tahun 2019 di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik. Maka, dapat disimpulkan
bahwa kalimat atau tulisan di dalam spanduk dengan teknik persuasif yang paling
banyak digunakan adalah teknik sugesti dengan jumlah 19 kalimat, selanjutnya teknik
identifikasi berjumlah 12 kalimat, teknik rasionalisasi berjumlah 3 kalimat, dan yang
paling sedikit adalah teknik konformitas dengan jumlah 1 kalimat. Sedangkan dalam
penelitian ini sama sekali tidak ditemukan data yang menunjukkan pada teknik
kompensasi, penggantian, dan proyeksi. Jadi, jumlah keseluruhan data yang
mengandung teknik persuasif dalam spanduk kampanye calon kepala desa tahun 2019
di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik adalah 35 data, sesuai dengan jumlah
spanduk yang diteliti.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas mengenai persuasi dalam kegiatan
kampanye, maka dapat disimpulkan bahwa teori komunikasi persuasif sangat dibutuhkan
dalam kegiatan kampanye. Dikarenakan dalam komunikasi persuasif itu merupakan
proses penyampaian pesan terhadap komunikan yang tujuannya antara lain untuk
mengubah serta mempengaruhi sikap, pandangan, pendapat, dan tingkah laku komunikan
untuk menjadi konsultan. Dengan komunikasi persuasif inilah orang akan melakukan apa
yang di kehendaki oleh komunikatornya dan seolah- olah komunikan itu melakukan
pasan komunikasi atas kehendaknya sendiri. Dan kegiatan kampanye itu sendiri secara
umum merupakan kegiatan persuasif.
DAFTAR PUSTAKA

Adersen, K. &. (1987). Strategy Marketing for Nonprofit Organization. Englewood Cliffs: N.J:
Prentice-Hall.
Antar, V. (2004). Manajemen Kampanye: Panduan Teoretis dan Praktis dalam Mengefektifkan
Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Assyfa Nauma, D. A. (2019, Juli). Komunikasi Persuasif dalam Kampanye (Gerakan Anti Hoaks
Oleh Komunitas Marfindo Jakarta). Vol.3, 200.
c, l. (2010). persuassion: reception and responsibility (twelve editoned). boston: ma: cengange
learning.
Dewi Suratiningsih, S. L. (2020). Strategi Komunikasi dalam Diplomasi Kemanusiaan "Best
Practice ACT dalam Isu Kemanusiaan Palestina". Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Haenlein, A. K. (2010). User Of The World, Unite! The Challenges and Opportunities Of Social
Media. Business Horizons.
Keraf, G. (2010). Argumentasi dan Naskah. Jakarta: Gramedia.

Maulana, H. G. (2013). Psikologis Komunikasi dan Persuasi. Jakarta: Akademia Permata.


McQuail, D. (2012). Teori Komunikasi Massa McQuail Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Muyasaroh, S. (2013). Kampanye Perubahan Sosial ( Kesadaran Masyarakat, Aspek Perubahan
Kognitif dan Prilaku). eJounal Ilmu Komunikasi, 1, 20.
Ruslan, R. (2021). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Depok: PT RajaGrafindo
Persada.
SASAK: DESAIN VISUAL DAN KOMUNIKASI. (2019). Perancangan Media Kampanye
Komunikasi Persuasif Dampak Pernikahan Dini di Lombok Barat, 85.
Strategi Komunikasi pada Kampanye Perlindungan Orangutan Oleh LSM Centre For Orangutan
Protection (COP). (2013). eJounal Ilmu Komunikasi, 139.
STUDI PERSUASI. (2019). Analisis Terhadap Kampanye Kementerian Kesehatan "CEGAH
OBATI LAWAN DIABETES" Melalui Youtube, 4.
Suwandi. (2022, Maret). Teknik Persuasif dalam Spanduk Kampanye Calon Kepala Desa Tahun
2019 di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik. Paramasastra, Vol.9, 20.

Anda mungkin juga menyukai