Anda di halaman 1dari 6

1.

Hubungan PR dengan Komunikasi Efektif

Kegiatan public relation pada hakikatnya adalah kegiatan komunikasi. Tetapi berbeda
dengan jenis-jenis kegiatan komunikasi lainya, kegiatan komunikasi dalam public relation yaitu
bersifat timbal balik (two-way traffic). Komunikasi yang sifatnya timbal balik ini sangat pentig
dan mutlak harus ada dalam kegiatan public relation dan terciptanya feedback merupakan tujuan
pokok dalam public relation.Rachmadi(1993: 7) menyebutkan bahwa, Public relation berfungsi
menumbuhkan hubungan baik antara segenap komponen lembaga dalam rangka memberikan
pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi. Semua ini bertujuan untuk menumbuhkan
dan mengembangkan pengertian dan kemauan baik(goodwill) publiknya serta memperoleh
opini public yang menguntungkan(untuk menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang
baik dengan publik)
Menurut Benty dan Gunawan (2015: 128) komunikasi adalah penyampaian pesan dari
orang satu ke orang lain yang bertujuan untuk memberikan informasi tertentu. Komunikasi akan
dapat berhasil jika kedua belah pihak dapat saling memahami maksud dari informasi yang
dikomunikasikan. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan tepat sasaran,
serta antara pengirim pesan dan penerima pesan sama-sama memberikan respons yang sesuai
dengan harapan dan tujuan masing-masing.

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan dapat


memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan memberikan umpan balik
yang sesuai dengan pesan. Umpan balik yang sesuai dengan pesan tidak selalu berupa
persetujuan. Komunikan dapat saja memberikan umpan balik berupa ketidaksetujuan terhadap
pesan, yang terpenting adalah dimengertinya pesan dengan benar oleh komunikan dan
komunikator memeroleh umpan balik yang menandakan bahwa pesannya telah dimengerti oleh
komunikan (Hariyanto, 2013).

Komunikasi antara sekolah dan masyarakat adalah penyampaian pesan atau informasi
baik dari sekolah kepada masyarakat maupun dari masyarakat ke sekolah untuk menjalin
hubungan yang harmonis dan mencapai tujuan bersama. Komunikasi antara sekolah dan
masyarakat dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat saling dipahami, baik
sekolah maupun masyarakat sama-sama memiliki persepsi, respons, dan tujuan yang sama.
Komuniksi tersebut dapat mempererat kerjasama antara kedua belah pihak, dan dapat menjalin
hubungan yang harmonis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan (Benty dan Gunawan,
2015).

Rumanti (2004) menyebutkan bahwa, komunikasi efektif harus direncanakan dengan


memperhatikan situasi, waktu, tempat, dan pendegarnya. Untuk membantu supaya komunikasi
kita bisa efektif ada beberapa ketentuan untuk memudahkannya. Hal tersebut merupakan
persyaratan dasar dalam berkomunikasi yaitu:
1. Kemampuan mengamati dan menganalisi persoalan;
2. Kemampuan menarik perhatian;
3. Kemampuan mempengaruhi pendapat;
4. Kemampuan menjalin hubungan dan suasana saling percayai.

1. Hubungan PR Menguasai Komunikasi Persuasive

Teknik persuasi -komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang
lain- bukan hanya dipakai dalam kegiatan pemasaran dan periklanan. Ternyata, ia juga banyak
digunakan untuk kegiatan komunikasi yang lazim di bidang hubungan kemasyarakatan,
yaitu public relations (PR).

Kenneth E Andersen dalam bukunya, Introduction to Communication Theory and Practice,


membatasi pengertian persuasi hanya pada komunikasi antarpersonal. Ia mengatakan bahwa ada
tiga pergeseran penekanan yang penting antara batasan persuasi dan komunikasi.

Pertama, komunikasi didefinisikan sebagai upaya “memengaruhi” kognisi, yakni


menimbulkan dampak pada kognisi itu. Kedua, penekanan pasa kesenjangan dan perubahan,
yaitu menyebabkan perubahan tanpa menggunakan paksaan. Dan pergeseran ketiga, penekanan
dari definisi persuasi adalah perubahan pada sikap atau kegiatan yang diinginkan oleh
komunikator. Demikian Kenneth E Andersen yang selanjutnya menandaskan bahwa secara
esensial persuasi adalah clearlygoal-directed behavior, jelas-jelas diarahkan kepada perilaku
tertentu.
Penulis buku Strategi Public Relation, Silih Agung Wasesa mengatakan, teknik persuasive
mind dipakai oleh seorang personel PR dalam melakukan persuasi dengan cara memasuki arena
pola pikir target audience. Teknik ini merupakan integrasi antara komunikasi dan psikologi
dengan model penanganan krisis citra yang banyak mengacu pada penanganan krisis manajemen
(Silih Wasesa, 60: 2006).

Keahlian dan ketrampilan seorang PR akan teruji manakala dia bisa menggunakan teknik
persuasi saat perusahaan sedang menghadapi krisis atau masalah baik internal maupun eksternal.
Saat krisis terjadi, PR menjadi jembatan atau penghubung manajemen dengan publik atau
audiens. Dengan fungsi yang demikian, maka PR harus pandai-pandai menempatkan diri dan
bisa menyampaikan komunikasi secara tepat.

Ada beberapa teknik persuasi yang perlu dikuasai oleh seorang PR.

a. Teknik Persuasi Partisipatif.

Ini teknik membujuk atau memengaruhi orang lain dengan cara terlibat langsung di dalam
kegiatan komunikasi yang sedang dilakukan. Seorang personel PR bisa menggunakan artis
sebagai endorser untuk melakukan kegiatan kampanye agar bisa mengirimkan pesan komunikasi
yang lebih efisien ke benak publik.

Tujuan dari teknik ini adalah untuk menghilangkan kesan bahwa suatu organisasi atau program
atau produk tersebut hanya untuk kalangan atau wilayah tertentu. Hal ini juga bertujuan untuk
menarik simpati kalangan masyarakat secara lebih luas. Misalnya, kampanye antinarkoba dengan
menggunakan duta narkoba dari kalangan public figure seperti musikus Slank atau yang lainnya.

b. Teknik persuasi asosiatif.

Seorang anggota PR yang ingin menggunakan teknik persuasi asosiatif harus pandai
membuat hubungan asosiasi antara suatu objek dengan tokoh, kejadian atau peristiwa tertentu
sehingga bisa menumbulkan kesan bahwa itu bermanfaat, patut dicontoh dan perlu.

Hanya saja, saat menggunakan objek atau tokoh harus benar-benar dipilih secara positif agar
pesan atau citra yang disampaikan menjadi sangat kuat. Untuk kegiatan humas internasional, hal-
hal yang asosiatif itu perlu disesuaikan dengan pengasosiasian yang lazim dikenal dan dipahami
di negara tempat kita melaksanakan kegiatan kehumasan.

Misalnya dalam kegiatan peluncuran produk, warna pink selalu diasosiasikan dengan sifat yang
feminin. Namun, bila warna feminin itu disematkan pada produk fashion untuk cowok, yang
muncul adalah warna yang ceria dan cerah.

c. Emotional appeal.

Kegiatan komunikasi yang dilakukan diarahkan untuk menggugah perasaan, menumbuhkan


atau menanamkan kesan yang mendalam, atau membangkitkan emosi menyangkut hal yang
menarik serta membekas di hati sanubari sehingga timbul kesan yang tidak mudah dilupakan
atau lebih menonjol dibanding yang lain.

Dalam kegiatan humas internasional, hal-hal yang membangkitkan kenangan atau emosi itu perlu
disesuaikan dengan kondisi dan kebiasaan emosional bangsa atau penduduk setempat di negara
tempat dilaksanakannya kegiatan kehumasan tersebut. Misalnya, dalam final pertandingan sepak
bola piala AFF antara kesebelasan Indonesia melawan Malaysia, diperdengarkan lagi Garuda di
Dadaku. Lagu ini cukup membakar semangat nasionanalisme yang tinggi sehingga cukup ampuh
dalam menggiring massa untuk nonton ke Gelora Bung Karno Jakarta.

d. Teknik persuasi fear arousal.

Ini upaya pencapaian tujuan komunikasi dengan cara menyampaikan pesan atau informasi
yang menimbulkan kecemasan, kerisauan, dan rasa penasaran. Lazimnnya dilakukan dengan cara
menakut-nakuti orang lain bahwa jika mereka tidak mematuhi pesan atau tidak menggunakan
suatu produk tertentu maka akan mendapatkan rugi.

Dalam kegiatan humas internasional, hal-hal yang dapat menimbulkan kecemasan itu perlu
disesuaikan dengan budaya, kebiasaan, persepsi, dan pola pikir di negara tempat melaksanankan
kegiatan kehumasan. Hal-hal yang menimbulkan kecemasan pada suatu bangsa itu berbeda-beda,
sehingga kita harus jeli memilih tema fear arrousal tersebut.

Misalnya, dalam kampanye pencegahan penyakit AIDS lewat penularan jarum suntik atau
narkotika. Jarum suntik dengan narkoba adalah cara persuasi yang dilakukan untuk
menumbuhkan rasa takut masyarakat untuk tidak mengonsumsi narkotika dan bergantian
menggunakan jarum suntik.

e. Pay off idea.

Ini disebut sebagai pola yang memberikan janji-janji tertentu. Kegiatan komunikasi
ditempuh dengan cara menjanjikan imbalan atau hasil yang memuaskan apabila orang, keluarga,
konsumen, atau khalayak melaksanakan pesan atau melakukan anjuran yang disampaikan.

Untuk kegiatan humas internasional, hal-hal teknik menjanjikan hasil atau imbalan tersebut
tentunya harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Misalnya, di negara maju pay off berupa
keuntungan materi atau finansial kurang tepat dibandingkan dengan imbalan yang menyangkut
manfaat atau kebahagiaan yang bisa dicapai.

Komunikasi yang persuasif bukan sekadar menarik perhatian orang, tapi diupayakan sampai
orang tersebut melaksanakan tindakan yang dikehendaki si komunikator.

Lebih jauh, pelaksanaan komunikasi persuasi selalu harus memperhatikan lima hal seperti yang
dikatakan oleh Wilbur Schramm dalam “A-A Procedures”.

Kelima hal itu adalah attention (memancing perhatian), interest (menarik


minat), desired (membangkitkan hasrat/keinginan), decision (mendorong orang mengambil
keputusan), dan action (menggerakan agar orang melakukan tindakan).(AHM)
DAFTAR PUSTAKA

Widyaningrachmawati.blogspot.com. (2019, 12 Oktober). Pengertian Komunikasi Efektif Dalam


Humas. Diakses pada 12 Oktober 2019, dari
http://widyaningrachmawati.blogspot.com/2016/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Annualreport.id. (2019, 12 Oktober). Teknik Persuasi Di Ranah PR. Diakses pada 12 Oktober
2019, dari http://annualreport.id/kiat-strategi/teknik-persuasi-di-ranah-pr

Anda mungkin juga menyukai