Anda di halaman 1dari 5

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Komunikasi

Pengampu Mata Kuliah : Edi Mulyadi, M. I.Kom

Nama : Evan Syohif Fatchurrohman


NIM : 16-70-201-028
Kelas : Ilmu Komunikasi 7A (Pagi)

Komunikasi dapat diibaratkan seperti urat nadi yang menghubungkan kehidupan, atau
sebagai salah satu bentuk ekspresi seseorang untuk saling berinteraksi dalam kehidupan sehari-
hari. Melalui komunikasi yang disampaikan baik secara verbal maupun nonverbal, manusia
dapat saling mengerti dan memahami satu sama lain. Pesan yang ingin disampaikan melalui
komunikasi dapat berdampak positif atau malah sebaliknya. Agar bernilai positif, para pelaku
komunikasi tentunya perlu mengetahui dan menguasai teknik berkomunikasi yang baik dan
menjunjung tinggi etika.

Menurut Benty dan Gunawan (Widiarti, 2016) komunikasi adalah penyampaian pesan
dari orang satu ke orang lain yang bertujuan untuk memberikan informasi tertentu. Komunikasi
akan dapat berhasil jika kedua belah pihak dapat saling memahami maksud dari informasi yang
dikomunikasikan. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan tepat sasaran,
serta antara pengirim pesan dan penerima pesan sama-sama memberikan respons yang sesuai
dengan harapan dan tujuan masing-masing.

Ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara berkomunikasi serta
menggunakan berbagai alat komunikasi sebagai sarana komunikasi terhadap masyarakat. Dan,
Public Relations adalah sebuah profesi yang melakukan kegiatan komunikasi secara
berkelanjutan dengan membangun sebuah reputasi melalaui sebuah komunikasi yang baik.

Seorang parktis PR/Humas harus mampu mengembangkan fungsi dan tugasnya dalam
melaksanakan hubungan komunikasi kedalam maupun keluar perusahaan. Kegiatan seorang
PR pada hakikatnya adalah salah satu kegiatan komunikasi. Karena, seorang paraktisi PR
sangat membutuhkan sekali komunikasi yang baik dan mengharapkannya feedback dari
khalayak yang menjadi sasarannya maupun dari pihak internal dan eksternal. Disebabkannya
karena sebuah organisasi akan berhasil dengan baik apabila mempunyai pengelolan
komunikasi yang bersifat timbal balik secara efektif. Karena kegiatan yang dilakukan seorang
praktis PR mengharapkannya feedback yang merupakan prinsip pokok dalam hubungan
masyarakat.

Kunci sukses dalam kegiatan yang dilakukan oleh seorang praktisi PR sangat tergantung
pada pelaksanaan komunikasi yang efektif (Jefkins, 2018). Selain itu, seorang praktisi PR juga
berperan sebagai fasilitator komunikasi. Peran seorang praktisi PR disini adalah sebagai
pendengar yang peka dan sebagai perantara komunikasi. Maka seorang praktisi PR sangat
sekali membutuhkan komunikasi yang baik dan efektif agar pada saat melakukan kegiatan
apapun, semua pihak internal maupun eksternal dapat memahami tujuan dari kegiatan tersebut.
Dan terciptanya sebuah reputasi organisasi yang dibangun oleh seorang parktisi PR melalui
komunikasi yang efektif.

Seringkali, seorang praktisi PR menghadapi suatu permasalahan yang berkaitan dengan


orang lain dan menangani hubungan yang sensitif. Hubungan antara perusahaan dengan
publiknya terjadi karena keduanya memiliki kepentingan yang saling terkait. Terkadang
masalah timbul pada hubungan antara perusahaan dengan publiknya. Praktisi PR layaknya
memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan mampu menjadi pihak yang netral ketika
sebuah permasalahan itu terjadi. Kemampuan komunikasi ini harus dikembangkan terus
menerus, karena apabila komunikasi itu dilaksanakan secara efektif dan produktif artinya akan
membentuk pribadi yang semakin matang, dewasa, dan akan membentuk citra yang positif di
hadapan orang lain. Namun, apabila kita tidak memiliki kemampuan atau berpotensi untuk
berkomunikasi, akan muncul atau terjadi kemacetan dalam komunikasi.

Gunadi dalam Nasution (2015) menyebutkan bahwa proses public relations antara lain
(1) fact finding, yaitu pengumpulan data dan fakta, (2) planning, yaitu setelah data dan fakta
terkumpul kemudian disusul perencanaan tentang apa saja kegiatan yang harus dilaksanakan,
(3) communicating, yaitu dari rencana yang telah ditetapkan, petugas Humas kemudian
melakukan operasional dengan tujuan melakukan komunikasi, memperoleh penilaian yang
baik, dan menghindari kemungkinan terjadinya hambatan-hambatan.

Hal ini sesuai dengan ciri-ciri Hubungan Masyarakat/Humas atau Public Relations yaitu
(1) komunikasi yang dilancarkan dua arah atau timbal balik, (2) kegiatan penyebaran informasi,
penggiatan persuasi dan pengkajian pendapat umum, (3) sasaran yang dituju adalah khalayak
di dalam organisasi dan khalayak di luar organisasi, (4) efek yang diharapkan adalah terbinanya
hubungan harmonis antara organisasi dan khalayak (Chatamallah, 2008).
Komunikasi persuasif memiliki peran yang sangat penting dalam setiap aktivitas public
relations. Bahkan karena pentingnya peran komunikasi tersebut, aktivitas public relations akan
lumpuh jika tidak menguasai komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif tidak sekedar
menyampaikan informasi kepada audiens untuk menumbuhkan pemahaman mengenai sesuatu
masalah, tetapi terdapat aspek membujuk, merayu, dan meyakinkan kepada penonton agar bisa
mengubah sikap dan perilaku. Ciri khas komunikasi persuasif tersebut tentu saja selaras dengan
aktivitas yang perlu dilakukan oleh seorang public relations saat melaksanakan tugasnya.

Ketercapaian komunikasi persuasif yang dilakukan oleh public relations officer yakni
adanya kedasaran dari audiens untuk mengubah sikap, pendapat dan perilakunya dengan
ditunjang adanya keselasaran antara penggunaan komunikasi secara verbal maupun non verbal.
Komunikasi persuasif lebih bersifat terbuka dan berlangsung dua arah/timbal balik, ditemui
adanya feedback sehingga tercipta suasana yang saling memahami sekaligus saling membawa
manfaat atau saling menguntungkan untuk memenuhi kepentingan bersama.

Keahlian dan ketrampilan seorang PR akan teruji manakala dia bisa menggunakan teknik
persuasi saat perusahaan sedang menghadapi krisis atau masalah baik internal maupun
eksternal. Saat krisis terjadi, PR menjadi jembatan atau penghubung manajemen dengan publik
atau audiens. Dengan fungsi yang demikian, maka PR harus pandai-pandai menempatkan diri
dan bisa menyampaikan komunikasi secara tepat.

Oleh sebab itu di dalam aktivitas komunikasi persuasif perlu dibarengi etika komunikasi
di antaranya: perlu disebutkan sumber informasi, tujuan informan, menyampaikan informasi
dalam banyak sisi (bothside coverage), bertanggung jawab atas penyampaian pesan/informasi
sehingga aktivitas komunikasi berjalan secara berkesinambungan untuk memenuhi
kepentingan bersama. Ada beberapa teknik persuasi yang perlu dikuasai oleh seorang PR.

1. Teknik Persuasi Partisipatif.


Ini teknik membujuk atau memengaruhi orang lain dengan cara terlibat
langsung di dalam kegiatan komunikasi yang sedang dilakukan. Seorang personel
PR bisa menggunakan artis sebagai endorser untuk melakukan kegiatan kampanye
agar bisa mengirimkan pesan komunikasi yang lebih efisien ke benak publik.
2. Teknik Persuasi Asosiatif.
Seorang anggota PR yang ingin menggunakan teknik persuasi asosiatif harus
pandai membuat hubungan asosiasi antara suatu objek dengan tokoh, kejadian atau
peristiwa tertentu sehingga bisa menumbulkan kesan bahwa itu bermanfaat, patut
dicontoh dan perlu.
3. Teknik Persuasi Emotional Appeal.
Kegiatan komunikasi yang dilakukan diarahkan untuk menggugah perasaan,
menumbuhkan atau menanamkan kesan yang mendalam, atau membangkitkan
emosi menyangkut hal yang menarik serta membekas di hati sanubari sehingga
timbul kesan yang tidak mudah dilupakan atau lebih menonjol dibanding yang lain.
4. Teknik Persuasi Fear Arousal
Ini upaya pencapaian tujuan komunikasi dengan cara menyampaikan pesan
atau informasi yang menimbulkan kecemasan, kerisauan, dan rasa penasaran.
Lazimnnya dilakukan dengan cara menakut-nakuti orang lain bahwa jika mereka
tidak mematuhi pesan atau tidak menggunakan suatu produk tertentu maka akan
mendapatkan rugi.
5. Teknik Persuasi Pay Off Idea
Ini disebut sebagai pola yang memberikan janji-janji tertentu. Kegiatan
komunikasi ditempuh dengan cara menjanjikan imbalan atau hasil yang
memuaskan apabila orang, keluarga, konsumen, atau khalayak melaksanakan
pesan atau melakukan anjuran yang disampaikan.

Komunikasi yang persuasif bukan sekadar menarik perhatian orang, tapi diupayakan
sampai orang tersebut melaksanakan tindakan yang dikehendaki si komunikator. Lebih jauh,
pelaksanaan komunikasi persuasi selalu harus memperhatikan lima hal seperti yang dikatakan
oleh Wilbur Schramm dalam Indra (2017) kelima hal itu adalah attention (memancing
perhatian), interest (menarik minat), desired (membangkitkan hasrat/keinginan), decision
(mendorong orang mengambil keputusan), dan action (menggerakan agar orang melakukan
tindakan).
Daftar Pustaka

Chatamallah, M. (2008). Strategi “Public Relations” dalam Promosi Pariwisata: Studi Kasus
dengan Pendekatan “Marketing Public Relations” di Provinsi Banten. MediaTor (Jurnal
Komunikasi), 9(2), 393–402. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-803581-8.10245-0

Indra, B. (2017). Komunikasi Persuasif Humas PT Tunggal Perkasa Plantation Dalam


Menyelesaikan Konflik Sengketa Lahan Di Kecamatan Pasir Penyu Indragiri Hulu.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1), 1. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Jefkins, F. (2018). Public Relations for Management Success. Public Relations for
Management Success. https://doi.org/10.4324/9780203702611

Nasution, B. (2015). Komunikasi Politik Joko Widodo ( Jokowi ) Analisis Semiotika Iklan
Politik Revolusi Mental Pada Pemilihan Presiden Indonesia Tahun 2014, (23), 17–18.

Widiarti, A., Dwi, H., Lita, M., & Murib, B. R. (2016). OPTIMALISASI TEKNIK-TEKNIK
HUBUNGAN LEMBAGA, 79–83.

Anda mungkin juga menyukai