Disusun Oleh:
Kelas: VI PR D
Kelompok 1
Akmal Hakim
Dhea Autari Pratiwi
Inda Puspita Sari
Sri Eka Putri
Rizka Pertiwi
Rofie Fadhely
Wama Ramaita
Seseorang tentu saja tidak dapat berkomunikasi dengan patung karena akan sia-sia, sebab dia
tidak akan mendapatkan respon apapun. Pada saat seseorang berkomunikasi dengan orang lain,
dia berusaha memahami (perceive) respons yang diberikan oleh orang lain tersebut. Kemudian
dia akan memberikan reaksi dengan pikiran dan perasaanya. Perilaku ini terus menerus dibentuk
oleh respons internal dalam dirinya sendiri terhadap apa yang dia lihat dan didengarnya. Artinya,
hanya dengan memperhatikan orang lain, dia akan mempunyai gagasan tentang apa yang hendak
dia katakana atau dia lakukan sebagai respon terhadap orang itu. Tentunya, komunikan (patner)
nya pun akan merespons perilakunya dengan cara yang sama.
Proses komunikasi tersebut diilustrasikasi sebagai berikut:
Seseorang berkomunikasi menggunakan kata-kata dengan kualitas suaranya, dengan
badannya (poster), isyarat (gesture), dan raut muka (expression). Seseorang tidak pernah tidak
berkomunikasi. Dengan demikian, komunikasi menyangkut suatu pesan yang mengalir dari satu
orang kepada orang lain. Bagaimana seseorang bisa tahu pasti bahwa pesan yang diberikan sama
persis seperti pesan yang mereka terima? Pertanyaan ini menyadarkan kita bahwa fungsi
komunikasi lebih dari sekedar kata-kata yang diucapakan. Kata-kata adalah bagian kecil dari
bentuk ungkapan atau ekpresi manusia. Komunikasi tidak hanya berupa proses penyampaian dan
penerimaan informasi, tetapi juga memiliki peran dan fungsi sebagai proses membangun
hubungan antara pelaku komunikasi.
Kualitas hubungan itu sangat ditentukan oleh tigas aspek, yaitu proses, manusia (human)
dan bukan manusia (non human), dan informasi.
Dengan demikian intisari komunikasi adalah suatu berita. Komunikasi juga digunakan
untuk mengembangkan hubungan antar teman (pertemanan) dan membangun kepercayaan
antarindividu dan pertemanan seseorang dalam organisasi.
B. Manajemen Komunikasi
Public relations activity is management of communications between an organization and its
publics. (Aktivitas public relations merupakan manajemen komunikasi antara organisasi dan
publiknya).
Artinya aktivitas utama Humas, salah satunya adalahnya melakukan fungsi-fungsi
“manajemen komunikasi” antara organisasi/lembaga yang diwakilinya dengan publik sebagai
khalayak sasarannya. Khususnya dalam usaha untuk mencapai citra positif, menciptakan
kepercayaan, dan membina hubugan baik dengan stake holder atau audiencenya, dengan kata
lain membangun identitas dan citra korporat (building corporate identity and image). Manajemen
komunikasi yang dilaksanakan dalam suatu aktivitas public relations, dengan methode of
communication and state of being (kelembagaan), yakni yang berkaitan erat dengan beberapa
kegiatan utamanya:
1. Human Relations
Definisi hubungan antara manusia (human relations) dalam praktik manajemen dapat dilihat
dalam arti luas dan pengertian yang lebih sempit.
a. Human Relations dalam arti luas, ialah interaksi antara seseorang dengan orang atau kelompok
lain,yang menyangkut hubungan manusiawi, etika/moral, aktivitas sehari-hari. Yang mempunyai
tujuan untuk memperoleh kepuasan bagi kedua belah pihak.
b. Human Relations dalam arti sempit, terjadinya suatu interaksi antara seseorang dan
orang/kelompok lainnya. Sedangkan tujuannya adalah untuk penggiatan, dan memotivasi
semangat pekerja (etos kerja) dalam melaksanakan suatu pekerjaan, untuk menciptakan kepuasan
bekerja, sense of belonging (rasa memiliki) yang dikaitkan dengan peningkatan produktivitas
perusahaan.
Prinsip-prinsip dalam human relations pada suatu lembaga atau pada sebuah perusahaan,
yaitu sebagai berikut:
Importance of individual
Saling meneirma (Mutual acceptance)
Standar moral yang tinggi (High moral standard)
Kepentingan bersama (Common interest)
Keterbukaan komunikasi (Open communications)
Partisipasi
2. Manajemen Komunikasi
Organisasi yang merupakan kerangka kerja (frame of work) dari suatu manajeman adalah
sesuatu yang menunjukkan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas
antara pimpinan dan bawahan dalam suatu sistem manajemen modern.
Jabatan pimpinan dalam manajemen PR/Humas biasanya disebut manajer Humas dan
berfungsi sebagai pimpinan sekelompok karyawan. Dia berwenang untuk membentuk kelompok-
kelompok kecil, mengangkat ketua kelompok dan kemudian membuat mereka bekerja sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing, yaitu memimpin beberapa orang/karyawan
sebagai tenaga pelaksananya.
Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa komunikasi dalam sebuah organisasi kekaryaan
dapat ditinjau dari dua aspek, yakni pertama aspek manajamen komunikasi (communication
management), dan kedua aspek hubungan antar manusianya (human relations).
C.
C. Komunikasi dalam Organisasi
Menurut M.T Myers & G.E. Myers, dalam bukunya Management of Communication yang
diterjemahkan oleh A. Hasymi Ali. Komunikasi memungkin seseorang untuk mengoordinasikan
suatu kegiatan kepada orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Akan tetapi komunikasi tidak
hanya sekadar penyampaian informasi/pesan dan pentransferan makna saja. Komunikasi
mengandung arti suatu proses transaksional, yaitu komunikasi yang dilakukan seseorang dengan
pihak lainnya dalam upaya-upaya mempertukarkan suatu simbol/lambang, dan membentuk suatu
makna serta mengembangkan harapan-harapannya.
Meskipun semua komunikasi mengandung unsur informasi, tetapi tidak semua informasi
mempunyai nilai-nilai komunikatif. Informasi merupakan sebuah payung atau konsep besar yang
meliputi komunikasi, dengan demikian jelaslah bahwa komunikasi merupakan salah satu tipe
khusus dari informasi. Kesimpulannya, fungsi sesungguhnya dari informasi adalah untuk
mengurangi ketidakpastian dalam suatu sistem komunikasi di suatu lembaga atau organisasi.
Ada pakar komunikasi yang berpendapat, untuk menghadapi serbuan informasi yang masuk
tanpa mengenal batas negara (borderless country) di era globalisasi ini, baik melalui media cetak
maupun elektronik, terdapat tiga teknik yang dapat dipergunakan oleh para pejabat humas.
Pertama, mengikuti arus dengan mengabaikan sikap konsistensi dan lebih akomodatif. Kedua,
mencoba untuk menentang arus secara konfrontatif-emotif atau defentif, dan ketiga adalah
mencari cara untuk mengelola arus informasi tersebut (how to manage of informations) secara
argumentatif-rasional, baik informasi yang masuk (input) maupun keluar (output) dikaitkan
dengan kepentingan yang dapat menguntungkan bagi posisi atau bermanfaat bagi kepentingan
lembaga/organisasi yang diwakilinya dan termasuk demi kepentingan nasional
Berdasarkan pihak yang diajak untuk berkomunikasi, komunikasi yang dilakukan oleh
manajer dalam suatu organisasi dibagi kedalam dua kategori, yakni berkomunikasi internal dan
komunikasi eksternal.
1. Komunikasi Internal (Internal communication)
Komunikasi jenis ini dilakukan oleh seorang manajer dengan berbagai pihak didalam
lingkungan organisasi. Pola komunikasi yang dilakukan dalam komunikasi internal bisa
terbentuk pola komunikasi vertikal (komunikasi antar atasan dengan bawahan atau antara
bawahan dengan atasan), komunikasi horizontal (komunikasi antar manajer dengan koleganya
atau antara karyawan dengan koleganya), dan komunikasi berbentuk jaringan (network)
(misalnya komunikasi antara manajer pemasaran dengan staf penelitian dan pengembangan
untuk mediskusikan perkembangan produk.
Berdasarkan isi (content) komunikasi yang dilakukan antara manajer komunikasi yang
dilakukan oleh seorang manajer dengan berbagai pihak, komunikasi internal dapat dibagi
menjadi komunikasi formal (formal communication) dan komunikasi informal (informal
communication atau disebut juga dengan grapevine). Komunikasi formal (formal
communication) adalah komunikasi yang berhubungan dengan kegiatan pekerjaan (business
related/work related) dan biasanya terdapat dokumentasi atas dokumentasi yang dilakukan.
Sebagai contoh, pengarahan dalam suatu rapat yang dilakukan seorang manajer merupakan
bentuk komunikasi formal. Setelah rapat usai biasanya dibuatkan minutes of meeting (risalah
pertemuan) yang akan dibagikan kepada para peserta rapat dan dikumentasikan oleh sekretaris
perusahaan sebagai dokumen. Sedangkan komunikasi informal (informal
communication) adalah komunikasi yang dilakukan oleh manajer dengan para publiknya di
dalam suatu organisasi baik berhubungan dengan bisnis mampun tidak memiliki hubungan
bisnis. Pada jenis ini tidak dilakukan dokumentasi oleh perusahaan terhadap komunikasi yang
dilakukan.
Komunikasi External (External Communication). Komunikasi external ini terjadi
antara manajer dalam suatu perusahaan dengan pihak lain diluar perusahaan. Sebagai contoh,
bagian pemasaran melakukan komunikasi dengan para pelanggan untuk meperoleh jasa yang
diberikan oleh perusahaan, manajer sumber daya manusia melakukan komunikasi dengan
lembaga pemasol tenaga kerja untuk menyampaikan informasi lowongan kerja yang terdapat di
perusahaan serta menyampaikan berbagai persyaratan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
calon tenaga kerja. Demikian pula pada saat manajer produksi berkomunikasi dengan pemasok
untuk membicarakan perkembangan harga bahan baku dan negoisasi syarat-syarat perdagangan,
maka manajer produksi tersebut tengah melakukan komunikasi eksternal.
D. Determinasi Masyarakat Informasi
Dikaitkan dengan pembahasan pengendalian arus informasi tersebut di atas, terdapat mitos
ketiadaan ruang, jarak dan waktu akibat kemajuan teknologi di era globalisasi ini. Sehingga
Alvin Tofler (1988), seorang futurolog menyatakan bahwa abad ke 21 milenium ketiga akan
menjadi abad informasi yang mengglobal dan melanda setiap negara. Tidak ada lagi batasan
teritorial suatu negara, serta tidak ada lagi sesuatu kejadian yang dapat disembunyikan atau
ditutup-tutupi oleh setiap negara bersangkutan.
Gejala tersebut sudah terlihat, suatu kejadian atau peristiwa di sebuah negara dengan seketika
akan diketahui oleh pemirsa TV di negara lain melalui berita/informasi yang disampaikan dalam
waktu relatif singkat dan bersamaan, menggunakan sistem satelit berteknologi tinggi. Hal
tersebut menyebabkan masyarakat tidak akan mampu lagi menolak kebutuhan informasi
tersebut. Bahkan cepat atau lambat, informasi akan menginduksi ke bidang-bidang kehidupan
seperti ekonomi, politik, budaya dan sosial lainnya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila Marsal Mc Lucan dalam bukunya Understanding
Media (1964), telah meramalkan bahwa dunia akan menjadi sebuah perkampungan besar (global
village). Suatu tempat di mana umat manusia akan hidup dalam satu perkampungan yang tidak
agi terkotak-kotak oleh batas wilayah teritorial suatu negara, tempat dan waktu. Menurut penulis
gejala atau fenomena global village tersebut akan mengubah wajah dunia menjadi “masyarakat
informasi” di dalam era globalisasi dengan informasi serba terbuka, cepat dan akurat melalui
sistem informasi serba terkomputerisasi.
Alasan lain terjadinya perubahan pola kehidupan masyarakat internasional, dari masyarakat
agraris menuju ke masyarakat industri (abad 20), kemudian memasuki abad ke 21 akan terjadi
pergeseran lagi, termasuk masyarakat Indonesia tidak terhindarkan menjadi trend masyarakat
informasi yang secra mengglobal akan melanda dunia, sehingga dampak dari kemajuan teknologi
“abad informasi”.
Menurut Dr. Arni Muhammad dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi,
(penerbit Bumi Aksara, Jakarta 1992), menyatakan bahwa dari hasil analisis jaringan komunikasi
tersebut dapat diketahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi dengan
kelompok tertentu. Dengan demikian, jaringan komunikasi memilik enam peranan, yaitu:
a. Opinion Leader
Merupakan pimpinan formal dalam organisasi yang dapat membimbing tingkah laku, atau
sikap tindak para anggota organisasi dan dapat mempengaruhi keputusan.
b. Gate Keepers
Individu-individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota organisasi. Gate keepers
memiliki kewenangan memutuskan apakah informasi tersbut penting atau tidak.
c. Cosmopolites
Fungsi Humas yang merupakan penghubung suatu komunikasi dengan publik eksternal
(community relations) atau lingkungannya.
d. Bridge
Merupakan anggota kelompok tertentu dalam suatu organisasi yang menghubungkan
kelompok satu dengan kelompok lainnya.
e. Liaison
Bukan merupakan anggota kelompok dan bertindak sebagai penghubung (liaison) dengan
kelompok lainnya.
f. Isolate
Anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam suatu
organisasi.
4. Strategi Komunikasi PR
Menurut Cutlip, Center & Broom (2000:424).
a. Kredibilitas
Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya yang diciptakan oleh pihak komunikator
secar sungguh-sungguh.
b. Konteks
Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sosial, pesan yang
disampaikan harus jelas serta sikap partisipatif.
c. Isi
Pesannya menyangkut kepentingan orang banyak/publik sehingga informasi dapat diterima
sebagai sesuatu yang bermanfaat secara umum bagi masyarakat.
d. Kejelasan
Pesan harus disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah dimengerti, serta memiliki
pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan
e. Kontinius dan Konsistensi
Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berarhir, oleh karena itu dilakukan secara
berulang-ulang dengan berbagai variasi pesan.
f. Saluran
Mempergunakan saluran media informasi yang tepat dan terpercaya serta dipilih oleh
khalayak sebagai target sasaran.
g. Kapabilitas Khalayak
Memperhitungkan kemampuan yang dimliki oleh khalayak. Komunikasi dapat efektif apabila
memiiki faktor-faktor yang bermanfaat seperti kebiasaan dan peningkatan kemampuan membaca
dan pengmbangan pengetahuan.
5. Unsur Permusan Komunikasi Organisasi dan Komunikator PR
Dalam hal ini dikenalkan dengan unsur-unsur 7P dalam komunikasi organisasi, yang
dilaksanakan oleh peranan Public Relations sebagai komunikator, yaitu:
a. People
b. Process
c. Plans
d. Practices
e. Product
f. Plant
g. Publications
Ir. Kusmartono, D, MPA memberikan definisi tentang data dan informasi: “Data adalah
faktor kadaryang berdiri sendiri-sendiri jika dikumpulkan serta diolah akan menghasilkan suatu
pengertian. Pengertian itu disebut informasi, yang dimanfaatkan penerimanya guna menambah
pengetahuan, pengertian, dan inteligensinya”.
Data dapat bersifat primer, yaitu data yang diperoleh dari penelitian lapangan. Data juga
dapat bersifat sekunder, yaitu data yang sudah tersedia dan di peroleh berdasarkan catatan,
angka-angka, statistik, referensi atau kepustakaan dan ain sebagainya.
Prinsip-prinsip pengolahan data dan informasi, menurut F. Rachmadi:
Data atau informasi yang terlalu banyak masuk tidak akan mungkin di pelajari oleh
pimpinan/manajemen.
Data yang dikumpulkan tidak benar, akan menghasilkan informasi yang tidak benar pula.
Penyajian informasi tidak konsisten akan dapat menimbulkan salah penafsiran.
Informasi yang dihasilkan tidak tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Ruslan, Rosady. 2005. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers
Solihin, Ismail. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga
Nurjaman, Kadar. 2012. Komunikasi & Public Relations. Bandung: Pusaka Setia
Diposting oleh Wama Ramaita, 2015. Manajemen Komunikasi dan Organisasi. Diakses tanggal 21-03-
2021 pukul 07.44 pm. http://wamaramaita05.blogspot.com/2016/11/manajemen-komunikasi-
dan-organisasi.html