PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penerapan pendekatan secara ilmiah pada pengkajian suatu masalah
sering disebut sebagai suatu penelitian. Sejak kecil manusia dilengkapi
kepandaian menggunakan tangan dan kakinya, ia berusaha ingin tahu segala
sesuatu yang ada di sekitar dan lingkungan tempat tinggalnya. Semakin
tumbuh dewasa dan berkembang kepandaiannya melalui pendidikan orang
tuanya, semakin besar keingintahuannya. Dan segala sesuatu yang ingin
diketahuinya adalah yang lebih rumit dan tentu saja memerlukan penguasaan
berfikir dan berbahasa yang semakin rumit pula. Seringkali keingintahuannya
tersebut dinyatakan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan. Dan setiap
pertanyaan atau permasalahan itu ia mengharapkan jawaban atau pemecahan.
Maka sifat manusia lainya yang dianugerahkan adalah usaha untuk
mengetahui jawaban atau memperoleh pemecahan masalah. Pada hakekatnya
penelitian diawali dari hasrat keingintahuan peneliti yang dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan atau permasalahan
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan pada tingkat yang
lebih tinggi, maka setiap upaya meningkatkan kualitas tersebut perlu
dilakukan penelitian. Salah satunya dengan penelitian Eksperimental. Supaya
penelitian dapat menghasilkan informasi yang akurat, maka perlu
menggunakan metode penelitian yang tepat. Metode penelitian secara umum
dapat dibagi tiga yaitu: Metode kuantitatif, Metode kualitatif dan Metode
Penelitian dan Pengembangan. Penelitian eksperimental merupakan bagian
dari penelitian kuantitatif.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
2
PEMBAHASAN
PENELITIAN EVALUATIF
3
pendidikan agar sesuai dengan perkembangan zaman. Secara lebih rinci
tujuan penelitian evaluatif adalah:
1. Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program.
2. Membantu dalam menentukan keputusan penyempurnaan atau perubahan
program.
3. Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau pemberhentian
program.
4. Menemukan fakta-fakta dukungan atau penolakan terhadap program.
5. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial, dan
politik, dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang
mempengaruhi program.
B. Prosedur Penelitian
Sedangkan prosedur penelitian evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2007:
299-230) adalah sebagai berikut:
1. Peneliti mengadakan pengkajian terhadap buku-buku, lapangan dan
menggali informasi dari para pakar untuk memperoleh gambaran
tentang masalah yang akan diteliti.
2. Peneliti merumuskan problematika penelitian dalm bentuk pertanyaan
penelitian setelah terlebih dahulu mengkaji lagi sumber-sumber yang
relevan untuk memperoleh ketajamn problematika.
3. Peneliti menyusun proposal penelitian dengan mencantumkan latar
belakang masalah, alasan mengadakan penelitian, problematika, tujuan,
hipotesis ( disertai dengan dukungan teori dan penemuan-penemuan
penelitian), metodologi penelitian yang memuat subjek penelitian
(populasi dan sampel dengan rincian besarnya sampel, teknik sampling
dan siapa sampel penelitiannya), instrumen pengumpulan data dan
teknik analisis data.
4. Peneliti mengatur perencanaan penelitian, menyusun instrumen,
menyiapkan kancah penelitian dan melaksanakn uji coba instrumen.
5. Pelaksanan penelitian dalam bentuk yang disesuaikan dengan model
penelitian yang telah dipilih. Dalam penelitian evaluasi peneliti
mungkin mengambil model eksperimen murni (jika persyaratan-
persyaratan terpenuhi) atau model eksperimen pura-pura. Dalam hal ini
4
penelitian berfikir bahwa dalam mengevaluasi program dipikirkan mesti
ada sesuatu yang dilaksanakan. Peneliti mengukur tingkat keberhasilan
perlakuan yang dilaksanakan dalam progran yang dievaluasi. Dalam hal
ini peneliti telah mengkaji rencana pengelola program melalui sasaran
yang dikehendaki sesudah perlakuan diberikan. Dengan kata lain
pelaksana penelitian evaluasi sudah menyiapkan tolok ukur.
6. Peneliti mengumpulkan data dengan instrumen yang telah disusun
berdasrkan rincian komponen-komponen yang akan dievaluasi.
7. Menganalisis data yang terkumpul dengan mengeterapkan tolok ukur
yang telah dirumuskan oleh peneliti sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh pengelola program.
8. Menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan atas gambaran sejauh mana
data sesuai dengan tolok ukur.
9. Informasi mengenai hasil penelitian evaluasi disampaikan kepada
pengelola program atau pihak yang minta bantuan kepada peneliti
evaluasi. Evaluasi tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
tindak lanjut program yang dievaluasi. Wujud tindak lanjut ada tiga
alternatif yatu:
a. Program disebarluaskan karena dipandang baik
b. Program direvisi karena ada hal-hal yang belum sesuai dengan tolol
ukur yang dikehendaki
c. Program dihentikan karena ada bukti bahwa kurang atau tidak baik.
5
kesimpulan program tersebut dilanjutkan atau dihentikan. Evaluasi
sumatif dilakukan setelah kegiatan selesai dan dilakukan oleh evaluator
eksternal.
Perbandingan lebih lanjut antara kedua jenis evaluasi ini sesuai
dengan yang dipaparkan Worthen, Sander dan Fitzpatrick dalam
Sukmadinata, Nana Syaodih (2009: 122) dapat dilihat pada tabel berikut:
Formatif Sumatif
1. Tujuan Menyempurnakan program Menilai kelayakan
program
2. Pengguna Pimpinan, administrator, dan Pengguna atau pemberi
staf dana
3. Pelaksanaan Evaluator internal Evaluator eksternal
4. Pengumpulan Multi metode, informal Instrumen baku (valid
data dan reliabel)
5. Sampel Purposif atau probabilitas Probabilitas
6. Pertanyaan - Kegiatan mana yang - Apa hasilnya?
berjalan dan mana yang - Dalam situasi
tidak? bagaimana?
- Apa yang harus - Membutuhkan biaya,
diperbaiki? sarana prasarana dan
- Bagaimana perbaikannya? latihan apa?
D. Standar Evaluasi
Standar evaluasi pendidikan yang baik menurut Joint Committee for
Educational Evaluation (1994) dalam Sukmadinata, Nana Syaodih (2009:
123) mencakup empat aspek sebagai berikut:
1. Standar kebergunaan (untility standards)
2. Standar kelayakan (feasibility standards)
3. Standar kesantunan (propriety standards)
4. Standar ketepatan (accuracy standards)
Empat standar di atas bukan merupakan standar yang baku, yang
wajib untuk diikuti, tetapi dapat sigunakan sebagai pedoman dan pegangan
didalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan hasil evaluasi.
E. Lingkup Penelitian Evaluatif dalam Pendidikan
Penelitian evaluatif dalam pendidikan mencakup bidang yang
cukup luas, adapun beberapa contoh bidang antara lain:
6
1. Kurikulum
Bagiannya antara lain desain kurikulum, implementasi dan evaluasi
kurikulm. Material kurikulum berupa buku teks, modul, paket, perangkat
keras, perangkat lunak, film, video, dll. Sumber belajar berupa
laboratorium, workshop dan perpustakaan.
2. Program pendidikan
Misalnya Anak berbakat, anak yang lambat, pencegahan putus sekolah,
remedial. Programmnya antara lain: sains, social, matematika, ketrampilan
PJJ.
3. Pembelajaran
Model-model pembelajaran seperti CTL, Discovery inquiry, pembelajaran
terpadu,dll.
4. Pendidik, Guru, konselor dan administrator.
5. Siswa kepribadian, kecerdasan, sikap, minat, motivasi, kebiasan belajar
dan prilaku menyimpang.
6. Organisasi Sekolah dasar, sekolah menengah, pendidikan tinggi,
pendidikan kejuruan, pendidikan khusus,dll
7. Manajemen
Personil, sarana dan prasarana, biaya, partisipasi masyarakat, dan kegiatan
ekstrakurikuler.
7
Langkah-langkah evaluasi yang berorientasi pada tujuan
(Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009:125)
a. Pemilihan tujuan yang dapat diukur
b. Pemilihan instrumen
c. Pemilihan desain evaluasi
d. Pengumpulan dan analisis data
e. Interpretasi data
2. Evaluasi berorientasi pengguna
Evaluasi ini menekankan pada hasil atau produk yang sesuai
harapan dan sesuai kebutuhan pengguna. Evaluasi dapat diterapkan
terhadap produk program seperti, hasil penerapan kurikulum,
pembelajaran, pendidikan anak berbakat, pendidikan nilai, dsb. Pengguna
dari program tersebut adalah orang tua, siswa, dunia industri, dll. Produk
juga dapat dilakukan pada produk-produk yang bersifat perangkat lunak
dan perangkat keras. Perangkat lunak dapat berupa proses pembelajaran
menggunakan komputer dan video-audio, sedang perangkat keras dapat
berupa media cetak, buku, modul dan alat peraga lainnya.
3. Evaluasi berorientasi keahlian
Evaluasi ini menggunakna standar keahlian untuk mengevaluasi
program atau komponen pendidikan dengan menggunakan kriteria atau
standar yang telah dirumuskan oleh para ahli, misalnya para ahli
kurikulum telah merumuskan standar kurikulum yang memenuhi kaidah-
kaidah yang dikatakan baik dan dapat diimplementasikan dalam dunia
pendidikan. Ahli manajemen pendidikan juga telah merumuskan
bagaimana langkah-langkah menjalankan manajemen berbasis sekolah
yang sesuai dengan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip manajemen yang
baik.
4. Evaluasi berorientasi keputusan
Evaluasi jenis ini akan menentukan keputusan yang akan diambil,
pemilihan, pengumpulan dan analisis data yang dibutuhkan untuk
penentuan keputusan, dan menyampaikan laporan pada penentu keputusan.
8
Jenis bidang dan program yang dievaluasi serta lingkup dari evaluasi akan
menentukan hasil evaluasi dapat dimanfaatkan oleh penentu kebijakan
pada tingkat mana. Misalnya hasil evaluasi kurikulum di propinsi tertentu
akan menjadi bahan penentuan kebijakan bidang kurikulum dinas
pendidikan propinsi tersebut.
5. Evaluasi berorientasi lawan
Evaluasi ini berbeda dengan jenis pendekatan yang lain. Dalam
evaluasi berorientasi lawan ini untuk menguji keampuhan suatu program
harus dibandingkan dengan program lain atau menggunakan standar
evaluasi yang lain. Program kegiatan yang baik akan tetap unggul
meskipun dibandingkan dengan program lain atau menggunakan standar
evaluasi yang lain. Pembandingan dua program akan dapat memberikan
pro dan kontra bagi masing-masing dan dapat menjadi bahan masukan
untuk penyempurnaan program tersebut selanjutnya.
6. Evaluasi berorientasi partisipan-naturalistik
Pendekatan evaluasi ini bersifat holistik atau menyeluruh, dengan
menggunakna aneka instrumen dan aneka data untuk memperoleh
pemahaman yang utuh dari sudut pandang dan nilai-nilai yang berbeda
tentang pelaksaan pendidikan menurut perspektif atau sudut pandang para
partisipan.
9
PENELITIAN EX-POSTFACTO
A. PENGERTIAN
Penelitian ex-postfacto merupakan penelitian dimana rangkaian variabel-
variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan
terhadap variabel terikat (Sukardi 2007: 174). Penelitian ini juga sering
disebut after the fact atau sesudah fakta dan ada pula peneliti yang
menyebutnya sebagai retrospective study atau studi penelusuran kembali.
10
Kerlinger (1993) mendefinisikan penelitian ex-postfacto adalah
penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan
kontrol terhadap variable-variabel bebas karena manifestasinya sudah terjadi
atau variable-variabel tersebut secara inheren tidak dapat dimanipulasi.
Sebagai contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh merokok
terhadap kemampuan menyerap oksigen dalam darah. Peneliti tidak mungkin
melakukan eksperimen dengan menyuruh orang menghisap beberapa batang
rokok dalam sehari untuk diketahui pengaruhnya terhadap kemampuan darah
dalam mengikat oksigen.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ex-postfacto merupakan penelitian
untuk menjelaskan atau menemukan bagaimana variable-variabel dalam
penelitian saling berhubungan atau berpengaruh, tetapi juga mengapa gejala-
gejala atau perilakun itu terjadi.
11
b) Jika control semua variable kecuali independent tunggal, tidak
realistik, dan artificial, mencegah interaksi yang normal dengan
variable lain yang mempengaruhi.
c) Jika kontrol secara laboratori untuk beberapa tujuan tidak praktis, dari
segi biaya dan etik dipertanyakan.
C. MACAM-MACAM EX-POSTFACTO
Penelitian Ex-postfacto dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
correlational study dan criterion group study. Jenis pertama, correlational
study juga popular disebut causal research dan yang kedua disebut causal
compararative research, yaitu penelitian yang berusaha mencari informasi
tentang mengapa terjadi hubungan sebab akibat (Sukardi 2007: 165). Kedua
jenis penelitian tersebut secara ringkas dijelaskan pada bab berikut.
1. Penelitian Korelasi
Penelitian ex-postfacto diartikan sebagai suatu penyeidikan yang
menguji hubungan variabel yang terwujud sebelumnya. Jenis pendekatan
penelitian ini seringkali digunakan dalam bidang pendidikan, psikologis
dan sosiologis karena sebagian besar variabel yang diselidiki dalam
bidang-bidang tersebut tidak secara langsung dapat dimanipulasi oleh
peneliti.
Penelitian korelasi dalam bidang pendidikan, sosial, maupun
ekonomi banyak dilakukan oleh para peneliti. Penelitian ini dilakukan,
ketika mereka ingin mengetahui tentang kuat atau lemahnya hubungan
variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Hal ini
sesuai dengan anjuran Gay yang dikutip Consueo G. Sevilla dan kawan-
kawan yang menyatakan bahwa:
Correlational research is a research study that involves collecting data in
order to determine whether and to what degree a relationship exists
between two or more quantifiable variables
12
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan
tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan
yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan
penelitian. Penelitian korelasi, seperti yang dikatakan Gay, merupakan
salah satu bagian penelitian Ex-postfacto karena mencari peneliti tidak
memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari
keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan
dalam koefisien korelasi. Walaupun demikian, ada peneliti lain seperti di
antaranya Nazir yang mengelompokkan penelitian korelasi ke dalam
penelitian deskripsi. Pada sisi lain, menurut Nazir sebagaimana yang
dikutip oleh Sukardi sering diperlukan sebagai penelitian deskriptif,
karena penelitian tersebut juga berusaha menggambarkan kondisi yang
sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan
kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam
variabel. Perbedaan padangan tentang posisi penelitian korelasi, tidak
perlu diperdebatkan karena keduanya berpijak dari sisi yang sedikit
berbeda. Yang penting dalam hal ini adalah pilih metode ini secara tepat
agar dapat memecahkan permasalahan penelitian.
Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk
para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut,
di antaranya adalah :
a) Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan penelitian tidak
mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti
dalam penelitian eksperimen.
b) Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting
(lingkungan) nyata, dan
c) Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang
signifikan.
Penelitian korelasi mencangkup pengumpulan data guna
menentukan adakah hubunga antar variabel dalm subjek atau objek yang
menjadi perhatian untuk diteliti. Penelitian korelasi, lebih tepat jika
13
peneliti memfokuskan usahanya dalam mencapai informasi yang dapat
menerangkan adanya fenomena yang kompleks melalui hubungan antar
variabel. Sehingga, peneliti juga dapat melakukan eksplorasi setuju
melalui teknik korelasi parsial dimana peneliti mengeliminasi salah satu
pengaruh variabel agar dapat dilihat hubungan dua variabel yang
dianggap penting.
Di bidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan untuk
melakukan penelitian terhadap jumlah variabel yang diperkirakan
mempunyai peranan signifikan dalam mencapai keberhasilan proses
pembelajaran sebagai contoh, misalnya tentang pencapaian hasil belajar
dengan motivasi internal, belajar strategi intensitas kehadiran mengikuti
pelajaran dan sebagainya.
14
Causal comparative is that research in which the researcher attempts to
determine the cause or reason for existing differences in the behaviors or
status or groups of individuals.
15
3. Penentuan kelompok subyek yang akan dibandingkan. Pertama-tama,
kelompok yang dipilih harus memiliki karakteristik yang menjadi
konsen penelitian.
4. Pengumpulan data. Hanya data yang diperlukan yang dikumpulkan, baik
yang berkenaan dengan variabel dependen maupun berkenaan dengan
factor yang dimungkinkan memunculkan hipotesis tandingan.
5. Analisis data. Teknik analisis data yang digunakan serupa dengan yang
digunakan dalam penelitian diferensial maupun eksperimen, di mana
perbandingan nilai variabel dependen dilakukan antar kelompok subyek
atas dasar faktor yang menjadi konsen.
6. Penafsiran hasil. Pernyataan sebab akibat dalam penelitian ini perlu
dilakukan secara hati-hati. Kausalitas hubungan antar variabel
independent dan dependen sangat tergantung pada kemampuan peneliti
untuk memilih kelompok perbandingan yang homogen dan keyakinan
bahwa munculnya hipotesis tandingan dapat dicegah.
16
3. Tidak ada faktor tunggal yang menjadi sebab suatu akibat, tetapi beberapa
kombinasi dan interaksi faktor-faktor berjalan bersama di bawah kondisi
tertentu menghasilkan akibat tertentu.
4. Suatu fenomena mungkin bukan saja hasil dari sebab yang banyak, tetapi
juga dari satu sebab dalam satu hal dan dari sebab yang lain.
5. Jika hubungan antara dua variable ditemukan, sulit menemukan mana
yang sebab dan mana yang akibat.
6. Kenyataan yang menunjukkan bahwa dua atau lebih faktor berhubungan
tidak mesti menyatakan hubungan sebab akibat. Semua faktor bias jadi
berhubungan dengan suatu faktor tambahan yang tidak dikenal atau tidak
diamati.
7. Mengklasifikasikan subyek ke dalam kelompok dikotomi (misalnya yang
berprestasi dan yang tidak berprestasi) untuk tujuan komparasi penuh
dengan masalah, karena kategori seperti ini adalah samar-samar, dapat
bervariasi, dan sementara.
8. Penelitian komparatif dalam situasi yang alami tidak memberikan seleksi
subyek yang terkontrol. Sulit menempatkan kelompok subyek yang sama
dalam segala hal kecuali pemaparan mereka terhadap satu variable.
G. Contoh Rumusan Masalah Penelitian Evaluatif
1. Adakah hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar IPA
siswa kelas...SD...
2. Apakah ada pengaruh kedisiplinan belajar terhadap prestasi belajar siswa
kelas...SD...
17
DAFTAR PUSTAKA
18