PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahwa pada hakekatnya para orang tua mengharapkan anak-anak mereka tumbuh
dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada di lingkungannya agar
Faktanya masih banyak pesera didik yang belum sesuai dengan nilai-nilai
moralnya, hal tersebut bisa terjadi karena ketidaktahuan peserta didik atau
beberapa moral yang diketahui oleh kebanyakan orang lain: moral perilaku, cara
tidak sopan dengan guru, terlambat, sering keluar kelas, membolos, kasus
penemuaan alat kontrasepsi, botol miras (ballo), penemuan puntung rokok dll.
Yang membuat ini lebih miris dari semua itu adalah usia pelaku yang masih
berstatus pelajar. Ini membuktikan moral yang tertanam pada diri peserta didik
masih minim, masih perlu diberikan motivasi atau edukasi mengenai pentingnya
adalah masa yang penting dalam perkembangan moral dimana individu berpindah
kontradiksi antara konsep moral yang telah mereka terima dari lingkungan
keluarga dan tetangga. Diperkuat oleh Siti Khotijah (2015) dalam berita
jawab guru di sekolah, namun keberadaan dan contoh dari orang tua maupun
lingkungan juga ikut berperan dalam membentuk sikap serta karakter anak.
sekolah, lemahnya perhatian atau pengawasan orang tua dan pihak sekolah. Jika
seperti ini, maka krisis moral pasti terus berlanjut. Kasus tersebut terjadi karena
minimnya Pendidikan moral pada peserta didik. Salah satu problem mendasar
menimpa peserta didik atau ABG dan pelakunya juga merupakan remaja.
terabaikan dari pelajaran sekolah. Sekolah umum hanya fokus untuk mengejar
maupun etika, mereka juga mulai “menabrak” etika dan norma-norma yang
selama ini dilarang agama dan ditabukan oleh lingkungan masyarakat. Ada
terhadap karakternya. Orang tua yang bersedia terlibat dalam percakapan dan
nilai akan membuat peserta didik memiliki pemikiran moral yang tinggi. Seperti
anak juga terkait dengan keterlibatan antara orang tua dan anak dalam
Ditta M. Oliker Ph.D. seseorang psikolog klinis dari Los Angles (2011)
intensif dengan ayahnya semenjak lahir akan tumbuh menjadi anak yang memiliki
emosi yang aman (emotionally secure), percaya diri dalam mengeksplorasi dalam
dunia sekitar, dan ketika tumbuh dewasa mereka akan dapat mampu membangun
relasi sosial yang baik. Kecenderungan ayah secara umum yang berinteraksi
dengan anak khususnya lewat aktivitas bermain ternyata akan memfasilitasi anak
dalam mengelola emosi dan perilaku mereka. Ahli lain yakni Rosenberg, Jeffrey
& Wilcox (2006) mengungkapkan bahwa ayah yang terlibat aktif dalam
B. Rumusan Masalah
Bulukumba?
A. Hasil Pengamatan
pada peserta didik. Untuk membentuk dan mengarahkan peserta didik pada nilai
dan moral yang baik membutuhkan kondisi dan situasi yang benar-benar berada
dalam keadaan selaras, tenang, kasih sayang, saling menerima perbedaan, dan
tanpa perselisihan. Pendidikan moral dan etika juga, bukan sepenuhnya tanggung
jawab guru di sekolah, namun keberadaan dan contoh dari orang tua maupun
lingkungan juga ikut berperan dalam membentuk sikap serta karakter anak.
demikian, persoalan moral yang ada di atas, memiliki dampak jangka panjang
yang kurang baik bagi peserta didik di SMKN 1 Bulukumba. Merokok misalnya
memiliki efek bagi kesehatan yang sangat buruk. Mencontek adalah persoalan
yang kompleks, hal itu menunjukkan bahwa siswa tidak percaya diri dengan
kemampuanya dan hasil belajarnya. Kedua hal itu menujukkan bahwa siswa tidak
bangga dengan kemampuan dan hasil belajarnya. Hal itu menujukkan budaya
kurang baik bagi peserta didik, dan nantinya sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
2. Persera didik tidak memperhatikan guru pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung.
3. Peserta didik seks bebas atau menonton video porno, pacarana dan melakukan
hubungan seksual.
4. Peserta didik mencontek hasil jawaban dari temannya, atau biasa disebut
baik dan sesuai dengan adat akan diterima pada masyarakat atau lingkungannya,
moral sangat penting diajarkan pada peserta didik, supaya mereka memiliki
pribadi yang baik, unggul dan dapat diterima oleh lingkungannya. Pendidikan
2. Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berprilaku tidak
diajarkan akan tertanam dalam diri peserta didik. Peserta didik akan
perilaku moral yang diajarkan akan menjadi suatu kebiasaan dan akhirnya
moral), tujuan, dan akibat dari tindakan moral. Dengan adanya hal tersebut
suatu akibat dari tindakan moral tetapi juga untuk melakukan tindakan
6. Proses pembentukan moral anak kedalam tahap yang lebih tinggi atau
terhadap figure yang diidolakan hal ini berarti segala tindakan (perilakuk
moral) yang dilakukan oleh guru akan ditiru oleh murid yang
moral yang baik, maka peserta didik akan cenderung menirukan perilaku
yang baik tersebut. Namun dalam hal modeling ini, peserta didik
mempunyai beragam tokoh idola mulai dari orang tua, tokoh masyarakat,
terutama kalangan selebritis. Semakin tinggi tingkat pengidolaan seorang
menjadi faktor penting mulai dari tingkat pendidikan usia dini, sekolah
dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah kejuruan, hal ini
berkembangnya prilaku remaja, peran orang tua dan sanak keluarga lebih
kondisi pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi pengaruh dan
factor individu remaja itu sendiri, yaitu dengan selalu ingat dan waspada, ingat
kepada sang Pencipta dan sang Pengatur segalanya, Rabbul Alamin. Karena
dengan Ingat Kepada-Nya kita akan selalu terus menerus beribadah dan berusaha
dan para remaja termasuk kita banyak sekali godaan yang akan menggoda dan
menjerumuskan kita. Maka marilah kita selalu berpegang teguh kepada Allah Swt
dan Waspada kepada berbagai godaan untuk menatap dan mengurangi dilema
B. Pembahasan
1. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata Latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat
berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma
ditentukan bagi individu nilainilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota
kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku
moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan,
Masa remaja merupakan masa mencari jati diri, dan berusaha melepaskan diri dari
lingkungan orang tua untuk menemukan jati dirinya maka masa remaja menjadi
periode yang sangat penting dalam pembentukan nilai moral (Horrocks, Adi,
Monks). Salah satu karakteristik remaja yang sangat menonjol berkaitan dengan
nilai moral adalah bahwa remaja sudah sangat merasakan pentingnya tata nilai
lingkungan sehingga pada masa anak-anak ini orangtua dan lingkungan sangat
berdampak baik untuk kedepannya dan begitu sebaliknya jika si anak sejak kecil
hanya menerima moral yang negatif maka si anak akan berkembang tidak sesuai
anak, namun juga belum dapat dikatakan sebagai dewasa.Remaja sangat dikaitkan
dengan kondisi kejiwaan yang masih labil. Remaja masih belum dapat mengambil
keputusan secara tepat namun ia sudah dapat menilai sesuatu hal yang baik atau
buruk. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak remaja yang banyak melakukan
hal-hal diluar batas moral. Karena remaja masih mencari jati dirinya, ingin
mengetahui
“siapakah aku sebenarnya” Itulah mengapa moral perlu diterapkan pada anak usia
remaja. Dengan ke-labil-an jiwa mereka, dengan kebingungan akan dirinya, jika
diajarkan mengenai moral, maka remaja akan mudah memahami. Di usia remaja,
mereka harus diajarkan pentingnya memiliki tata nilai moral, karena hal itu
mereka. Dan moral akan membentuk mereka menjadi manusia yang matang dan
Masa remaja mencari jati diri, menemukan jati dirinya hal itu sangat
penting dalam membantu pembentukan nilai moral. Remaja sangat berkaitan erat
dengan nilai moral dan masa remaja sangat dirasakan pentingnya nilai moral. Hal
yang menonjol dari perkembangan nilai moral remaja, bahwa sesuai dengan
tingkat perkembangannya mulai dapat berpikir formal. Maka dengan itu semua
pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada
waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar
hidup mereka.
Berikut daftar teori-teori yang sudah dikemukakan oleh para ahli tentang
berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Istilah moral sendiri berasal
dari kata mores yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau
moral ini mengadopsi tentang adat istiadat atau kebiasaan sejak nenek
moyang dan secara turun temurun akan dilakukan dan ditiru perilakunya
oleh keturunannya.
2. Menurut Shaffer, pengertian moral adalah kaidah norma dan pranata yang
kelompok sosial. Moral ini merupakan standar baik dan buruk yang
sosial, sehingga jika moral kita baik akan berdampak postif dan jika moral
itu buruk maka akan berdampak pada diri kita serta tercemarnya nama
itu bertujuan untuk kehidupan yang sejahtera dalam lingkupan sosial dan
masyarakat, jika manusia tidak memiliki moral maka kehidupan sosial ini
bersifat rasional. Keputusan dari moral ini bukanlah soal perasaan atau
keadaan dilema moral dan bersifat konstruksi kognitif yang bersifat aktif
terhadap sesuatu yang baik dan juga adil. kesemuanya ini merupakan
perbuatan moralnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka