Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

“Mengamati Perkembangan Moral Peserta Didik di SMKN 1 Bulukumba”

Dosen Pengampu: Dr. Sulaiman Samad, M.Si.


“Diajukan Sebagai Tugas Individu Pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan”

Nur Fahmi Akhmad (191052003023)


PTK B 2019

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


PROGRAM MAGISTER
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Individu: “Mengamati Perkembangan Moral Peserta Didik di SMKN 1
Bulukumba”. Shalawat dan salam semoga tetap tercuahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabat-sahabatnya.
Pembuatan Tugas Individu: “Mengamati Perkembangan Moral Peserta
Didik di SMKN 1 Bulukumba” ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
Tugas Final pada mata kuliah Psikologi Pendidikan Program Magister (S-2),
Prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Kekhususan Pendidikan Teknik
Informatika dan Komputer, Universitas Negeri Makassar.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Sulaiman Samad, M.Si. sebagai dosen pengampu mata


kuliah Psikologi Pendidikan.
2. Pihak sekolah SMKN 1 Bulukumba, para guru serta karyawan dan
karyawati yang telah memberi izin dan bersedia membantu serta
melayani penulis dalam proses observasi.
Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Individu ini masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari rekan-rekan. Semoga Tugas Individu ini dapat dibaca dan dimanfaatkan
sebagai sumber ilmu baru atau acuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa
khususnya pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Moral memiliki peranan yang sangat penting untuk tumbuh dan

berkembang di lingkungannya, seperti yang diungkapkan oleh Gunarsa (2003)

bahwa pada hakekatnya para orang tua mengharapkan anak-anak mereka tumbuh

dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada di lingkungannya agar

mereka tidak terjerumus dalam perbuatan yang akan merugikan dirinya.

Faktanya masih banyak pesera didik yang belum sesuai dengan nilai-nilai

moralnya, hal tersebut bisa terjadi karena ketidaktahuan peserta didik atau

kesengajaan melanggar aturan lingkungan sekolah. Seringkali mendengar nilai

moral adalah etika di masyarakat, sekolah, maupun di sekitar lingkungan. Ada

beberapa moral yang diketahui oleh kebanyakan orang lain: moral perilaku, cara

berbicara, penampilan, seks, rokok/miras/narkotika, perkelahian dan lain-lain.

Akhir-akhir ini banyak pemberitaan tentang kenakalan remaja yang masih

minim akan perkembangan morlanya. Berdasarkan wawancara yang telah penulis

lakukan kepada Kepala UPT SMKN 1 Bulukumba, Bapak Drs. Amiruddin S,

hasil observasi pada tanggal 4 Desember 2019 di SMKN 1 Bulukumba,

mengungkapkan bahwa peserta didik bermain HP di kelas, rendahnya motivasi,

tidak sopan dengan guru, terlambat, sering keluar kelas, membolos, kasus

penemuaan alat kontrasepsi, botol miras (ballo), penemuan puntung rokok dll.

Yang membuat ini lebih miris dari semua itu adalah usia pelaku yang masih

berstatus pelajar. Ini membuktikan moral yang tertanam pada diri peserta didik
masih minim, masih perlu diberikan motivasi atau edukasi mengenai pentingnya

perkembangan moral pada mereka.

Berdasarkan hasil gagasan Piaget (dalam Santrock 2003) masa remaja

adalah masa yang penting dalam perkembangan moral dimana individu berpindah

dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan, dimana remaja dihadapkan dengan

kontradiksi antara konsep moral yang telah mereka terima dari lingkungan

keluarga dan tetangga. Diperkuat oleh Siti Khotijah (2015) dalam berita

Pendidikan.id bahwa Pendidikan moral itu penting diterapkan terutama dalam

lingkunga keluarga, Pendidiakan moral dan etika bukan sepenuhnya tanggung

jawab guru di sekolah, namun keberadaan dan contoh dari orang tua maupun

lingkungan juga ikut berperan dalam membentuk sikap serta karakter anak.

Kurangnya perhatian dari lingkungan sekitar, seperti keributan dari suatu

pertandingan atau perlombaan sekolah, perilaku senioritas kepada junior di

sekolah, lemahnya perhatian atau pengawasan orang tua dan pihak sekolah. Jika

seperti ini, maka krisis moral pasti terus berlanjut. Kasus tersebut terjadi karena

minimnya Pendidikan moral pada peserta didik. Salah satu problem mendasar

dalam Pendidikan adalah terkait dengan Pendidikan moral. Minimnya

pengetahuan masyarakat terhadap Pendidikan moral akan semakin berpengaruh

dan memperburuk kondisi masyarakat. Maraknya kejahatan seksual yang

menimpa peserta didik atau ABG dan pelakunya juga merupakan remaja.

Diantaranya disebabkan turunnya degradasi moral, kurangnya Pendidikan agama

dan sosial yang ada di masyarakat.


Pendidikan moral dan etika dalam beberapa tahun terakhir mulai

terabaikan dari pelajaran sekolah. Sekolah umum hanya fokus untuk mengejar

prestasi akademik. Akibatnya secara perlahan mulai mengalami disfungsi sosial

maupun etika, mereka juga mulai “menabrak” etika dan norma-norma yang

selama ini dilarang agama dan ditabukan oleh lingkungan masyarakat. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi Pendidikan moral salah satunya adalah

keluarga. Untuk menekan kasus kejahatan seksual, keluarga dapat memperkuat

landasan agama, etika moral dan sosial di rumah masing-masing.

Pendidikan moral yang diajarkan pada remaja akan sangat berberpengaruh

terhadap karakternya. Orang tua yang bersedia terlibat dalam percakapan dan

mendorong anaknya untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan nilai-

nilai akan membuat peserta didik memiliki pemikiran moral yang tinggi. Seperti

penelitian Walker (dalam Santrock 2003) bahwa diketahui perkembangan moral

anak juga terkait dengan keterlibatan antara orang tua dan anak dalam

mengajukan pertanyaan ataupun diskusi.

Ditta M. Oliker Ph.D. seseorang psikolog klinis dari Los Angles (2011)

dalam berita Liputan6.com mengatakan bahwa anak yang mengalami relasi

intensif dengan ayahnya semenjak lahir akan tumbuh menjadi anak yang memiliki

emosi yang aman (emotionally secure), percaya diri dalam mengeksplorasi dalam

dunia sekitar, dan ketika tumbuh dewasa mereka akan dapat mampu membangun

relasi sosial yang baik. Kecenderungan ayah secara umum yang berinteraksi

dengan anak khususnya lewat aktivitas bermain ternyata akan memfasilitasi anak

dalam mengelola emosi dan perilaku mereka. Ahli lain yakni Rosenberg, Jeffrey
& Wilcox (2006) mengungkapkan bahwa ayah yang terlibat aktif dalam

pengasuhan anak di masa kecilnya akan mendorong anak lebih berpartisipasi

secara akademis di masa dewasanya.

Untuk itu, kita akan memulai pembahasan mengenai perkembangan moral,

fenomena atau tanda-tanda perubahan perkembangan moral pada peserta didik,

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral, solusi untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapai peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan

masalah yang inginkan dikaji dalam makalah ini adalah

1. Bagaimana perkembangan moral peserta didik di SMKN 1

Bulukumba?

2. Bagaimana fenomena atau tanda perubahan perkembangan moral

peserta didik di SMKN 1 Bulukumba?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral peserta

didik di SMKN 1 Bulukumba

4. Apa solusi untuk mengatasi permasalahan perkembangan moral yang

dihadapai oleh peserta didik di SMKN 1 Bulukumba.


BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Perkembangan Moral Peserta Didik

Pendidikan moral merupakan hal yang sangat penting dalam dunia

Pendidikan karena berperan dan bertanggung jawab untuk menanamkan moral

pada peserta didik. Untuk membentuk dan mengarahkan peserta didik pada nilai

dan moral yang baik membutuhkan kondisi dan situasi yang benar-benar berada

dalam keadaan selaras, tenang, kasih sayang, saling menerima perbedaan, dan

tanpa perselisihan. Pendidikan moral dan etika juga, bukan sepenuhnya tanggung

jawab guru di sekolah, namun keberadaan dan contoh dari orang tua maupun

lingkungan juga ikut berperan dalam membentuk sikap serta karakter anak.

Berdasarkan hasil observasi di SMKN 1 Bulukumba persoalan yang paling

umum terlihat seperti merokok, mencontek, membolos, bermain HP saat guru

menjelaskan, tidak memperhatikan guru, membolos, miras dll. Meskipun

demikian, persoalan moral yang ada di atas, memiliki dampak jangka panjang

yang kurang baik bagi peserta didik di SMKN 1 Bulukumba. Merokok misalnya

memiliki efek bagi kesehatan yang sangat buruk. Mencontek adalah persoalan

yang kompleks, hal itu menunjukkan bahwa siswa tidak percaya diri dengan

kemampuanya dan hasil belajarnya. Kedua hal itu menujukkan bahwa siswa tidak

bangga dengan kemampuan dan hasil belajarnya. Hal itu menujukkan budaya
kurang baik bagi peserta didik, dan nantinya sangat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa.

2. Fenomena-Fenomena Perkembangan Moral pada Peserta Didik

Pada saat observasi di SMKN 1 Bulukumba, ada beberapa tanda-tanda

yang ditemukan, antara lain;

1. Peserta didik menggunakan uang SPP untuk keperluan yang lain.

2. Persera didik tidak memperhatikan guru pada saat proses pembelajaran sedang

berlangsung.

3. Peserta didik seks bebas atau menonton video porno, pacarana dan melakukan

hubungan seksual.

4. Peserta didik mencontek hasil jawaban dari temannya, atau biasa disebut

dengan “copy” dan “paste”.

5. Peserta didik tidur dalam kelas.

6. Kurangnya motivasi belajar.

7. Bermain HP saat di kelas.

8. Berbicara tidak sopan dengan guru.

9. Berpacaran di lingkungan sekolah.

10. Kejujuran yang kurang.

11. Membolos, pada saat Pembelajaran sedang berlangsung.

12. Izin ke kmar mandi, terlalu lama dan sering.

13. Menyepelekan tugas.

14. Merokok dalam lingkungan sekolah.


15. Terlambat masuk kelas.

16. Tidak memakai serangam sesuai aturan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Moral

Moral berkaitan erat dengan perilaku dan kepribadian. Kepribadian yang

baik dan sesuai dengan adat akan diterima pada masyarakat atau lingkungannya,

sedangkan pribadi yang buruk akan ditolak oleh lingkungannya. Perkembangan

moral sangat penting diajarkan pada peserta didik, supaya mereka memiliki

pribadi yang baik, unggul dan dapat diterima oleh lingkungannya. Pendidikan

dalam keluarga dan sekolah mempengaruhi perkembangan moral peserta didik.

Menurut Harlock ada sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan

moral peserta didik, yaitu;

1. Peran hati Nurani atau kemampuan dihadapkan pada situasi yang

memerlukan pengambilan keputusan atas tindakan yang harus dilakukan.

2. Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berprilaku tidak

seperti yang diharapkan dan melanggar aturan.

3. Peran interaksi sosial dalam memberi kesepakatan pada anak untuk

mempelajari dan menerapkan standar perilaku yang disetujui masyarakat,

keluarga, sekolah dan dalam pergaulan dengan sehari-hari.

4. Pembiasaan (condisioning) yang didalamnya diperlukan adanya

reinforcement, baik berupa reward maupun punishment, untuk anak yang

melakukan tindakan moral yang baik akan diberi hadiah (pujian),


sedangkan untuk anak yang melakukan penyimpangan moral akan

diberikan hukuman. Dari pembiasaan ini internalisasi nilai moral yang

diajarkan akan tertanam dalam diri peserta didik. Peserta didik akan

menyadari perilaku moral mana yang harus dipakai dalam kehidupan

sehari-hari dan mana yang harus dihindari. Dari pembiasaan tersebut

perilaku moral yang diajarkan akan menjadi suatu kebiasaan dan akhirnya

membentuk watak atau tabiat.

5. Pengembangan berfikir kritis terhadap alasan dan tujuan dari perilaku

moral, yang didalamnya diperlukan adanya diskusi dan pembahasan serta

penjelasan terhadap pertimbangan moral (alasan melakukan suatu perilaku

moral), tujuan, dan akibat dari tindakan moral. Dengan adanya hal tersebut

akan membawa peserta didik tidak hanya untuk mempertimbangankan

suatu akibat dari tindakan moral tetapi juga untuk melakukan tindakan

moral memperhatikan nilai-nilai universal yang dijunjung dan mempunyai

konsekuensi terhadap kehidupan masyarakat.

6. Proses pembentukan moral anak kedalam tahap yang lebih tinggi atau

mencapai kata sempurna, salah satunya diperoleh melalui peniruan

terhadap figure yang diidolakan hal ini berarti segala tindakan (perilakuk

moral) yang dilakukan oleh guru akan ditiru oleh murid yang

mengidolakannya. Akibatnya jika guru mampu menampilkan perilaku

moral yang baik, maka peserta didik akan cenderung menirukan perilaku

yang baik tersebut. Namun dalam hal modeling ini, peserta didik

mempunyai beragam tokoh idola mulai dari orang tua, tokoh masyarakat,
terutama kalangan selebritis. Semakin tinggi tingkat pengidolaan seorang

peserta didik terhadap tokoh udolanya, semakin tinggi pula peniruan

tingkah laku dari tokoh idola tersebut.

4. Solusi Untuk Mengatasi Permasalahan Perkembangan Moral yang

Dihadapai oleh Peserta Didik

1. Pendidikan formal/sekolah, dimana pendidikan yang lebih mengutamakan

kepada bimbingan dan pembinaan prilaku konstruktif, mandiri,dan kreatif

menjadi faktor penting mulai dari tingkat pendidikan usia dini, sekolah

dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah kejuruan, hal ini

untuk melatih integritas mental dan moral peserta didik menuju

terbentuknya ketahanan pribadi dan sosial untuk menghadapi benturan

nilai nilai yang berlaku dalam lingkungan remaja itu sendiri.

2. Lingkungan keluarga memberi andil yang sangat signifikan terhadap

berkembangnya prilaku remaja, peran orang tua dan sanak keluarga lebih

dominan dalam mendidik,membimbing,dan mengawasi serta memberikan

perhatian yang super lebih terhadap perkembangan prilaku remaja.

3. Lingkungan pergaulan perlu diciptakan yang kondusif agar situasi dan

kondisi pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi pengaruh dan

nilai nilai positif bagi aktivitas remaja dapat terwujud.

4. Penegakan hukum/sanksi. Ketegasan penerapan sanksi dapat menjadi

shock terapy bagi remaja yang melakukan tindakan tindakan yang


menyimpang, sanksi ini diterapkan mulai dari lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah,dan kepolisian serta lembaga lainnya.

Yang paling dominan dari solusi mengatasi perkembangan moral adalah

factor individu remaja itu sendiri, yaitu dengan selalu ingat dan waspada, ingat

kepada sang Pencipta dan sang Pengatur segalanya, Rabbul Alamin. Karena

dengan Ingat Kepada-Nya kita akan selalu terus menerus beribadah dan berusaha

untuk selalu menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya,

dan para remaja termasuk kita banyak sekali godaan yang akan menggoda dan

menjerumuskan kita. Maka marilah kita selalu berpegang teguh kepada Allah Swt

dan Waspada kepada berbagai godaan untuk menatap dan mengurangi dilema

kehidupan dan degradasi moral.

B. Pembahasan

1. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata Latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat

istiadat, kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang

berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma

dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan

kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standard baik-buruk yang

ditentukan bagi individu nilainilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota

sosial. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam

kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku
moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan,

ketertiban, dan keharmonisan.

2. Karakteristik Moral dan Sikap Remaja

Masa remaja merupakan masa mencari jati diri, dan berusaha melepaskan diri dari

lingkungan orang tua untuk menemukan jati dirinya maka masa remaja menjadi

periode yang sangat penting dalam pembentukan nilai moral (Horrocks, Adi,

Monks). Salah satu karakteristik remaja yang sangat menonjol berkaitan dengan

nilai moral adalah bahwa remaja sudah sangat merasakan pentingnya tata nilai

moral dan mengembangkan nilai-nilai baru yang sangat diperlukan sebagai

pedoman, pegangan, atau petunjuk dalam mencari jalannya sendiri untuk

menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang semakin matang

3. Perkembangan Moral Menurut Para Ahli

Perkembangan moral (moral development) adalah mencakup

perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku menurut aturan atau kebiasaan

mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi sengan

orang lain (Hurlock). Perkembangan moral sangat berpengaruh terhadap

lingkungan sehingga pada masa anak-anak ini orangtua dan lingkungan sangat

berpengaruh terhadap perkembangan moral anak, moral yang positif akan

berdampak baik untuk kedepannya dan begitu sebaliknya jika si anak sejak kecil

hanya menerima moral yang negatif maka si anak akan berkembang tidak sesuai

dengan yang diharapkan oleh orangtuanya.


Remaja merupakan masa dimana individu sudah bukan lagi seorang anak-

anak, namun juga belum dapat dikatakan sebagai dewasa.Remaja sangat dikaitkan

dengan kondisi kejiwaan yang masih labil. Remaja masih belum dapat mengambil

keputusan secara tepat namun ia sudah dapat menilai sesuatu hal yang baik atau

buruk. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak remaja yang banyak melakukan

hal-hal diluar batas moral. Karena remaja masih mencari jati dirinya, ingin

mengetahui

“siapakah aku sebenarnya” Itulah mengapa moral perlu diterapkan pada anak usia

remaja. Dengan ke-labil-an jiwa mereka, dengan kebingungan akan dirinya, jika

diajarkan mengenai moral, maka remaja akan mudah memahami. Di usia remaja,

mereka harus diajarkan pentingnya memiliki tata nilai moral, karena hal itu

merupakan pedoman, pegangan, serta petunjuk untuk menemukan identitas diri

mereka. Dan moral akan membentuk mereka menjadi manusia yang matang dan

siap dalam bersosialisasi dan menghadapi polemik dalam masyarakat.

Masa remaja mencari jati diri, menemukan jati dirinya hal itu sangat

penting dalam membantu pembentukan nilai moral. Remaja sangat berkaitan erat

dengan nilai moral dan masa remaja sangat dirasakan pentingnya nilai moral. Hal

yang menonjol dari perkembangan nilai moral remaja, bahwa sesuai dengan

tingkat perkembangannya mulai dapat berpikir formal. Maka dengan itu semua

pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada

waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar

hidup mereka.
Berikut daftar teori-teori yang sudah dikemukakan oleh para ahli tentang

perkembangan moral, yaitu :

1. Menurut Gunarsa, pengertian moral adalah rangkaian nilai tentang

berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Istilah moral sendiri berasal

dari kata mores yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau

kebiasaan. Intisari menurut penulis : Dalam ilmu sosiologi, pemahaman

tentang mores sudah dibahas, sehingga menurut Gunarsa, perkembangan

moral ini mengadopsi tentang adat istiadat atau kebiasaan sejak nenek

moyang dan secara turun temurun akan dilakukan dan ditiru perilakunya

oleh keturunannya.

2. Menurut Shaffer, pengertian moral adalah kaidah norma dan pranata yang

mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan masyarakat dan

kelompok sosial. Moral ini merupakan standar baik dan buruk yang

ditentukan oleh individu dengan nilai-nilai sosial budaya di mana individu

sebagai anggota sosial. Intisari menurut penulis : Moral menuut Shaffer

berarti menjadi penilaian perilaku kita dalam masyarakat atau kelompok

sosial, sehingga jika moral kita baik akan berdampak postif dan jika moral

itu buruk maka akan berdampak pada diri kita serta tercemarnya nama

baik dalam lingkup lingkungan sosial sekitar.

3. Menurut Rogers, pengertian moral adalah aspek kepribadian yang

diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara

harmonis, seimbang dan adil. Perilaku moral ini diperlukan demi

terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, keharmonisan dan


ketertiban. Intisari menurut Penulis : Rogers mengemukakan bahwa moral

itu bertujuan untuk kehidupan yang sejahtera dalam lingkupan sosial dan

masyarakat, jika manusia tidak memiliki moral maka kehidupan sosial ini

tidak harmonis atau damain dan pertikaian ada dimana-mana.

4. Menurut Lawrence Kohlberg, penilaian dan perbuatan moral pada intinya

bersifat rasional. Keputusan dari moral ini bukanlah soal perasaan atau

nilai, malainkan selalu mengandung suatu tafsiran kognitif terhadap

keadaan dilema moral dan bersifat konstruksi kognitif yang bersifat aktif

terhadap titik pandang masing-masing individu sambil mempertimbangkan

segala macam tuntutan, kewajiban, hak dan keterlibatan setiap pribadi

terhadap sesuatu yang baik dan juga adil. kesemuanya ini merupakan

tindakan kognitif. Kohlberg juga mengatakan bahwa terdapat

pertimbangan moral yang sesuai dengan pandangan formal harus diuraikan

dan yang biasanya digunakan remaja untuk mempertanggung jawabkan

perbuatan moralnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Daftar Pustaka

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan

Peserta Didik, 2012. PT Bumi Aksara: Jakarta, hal.136

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan

Peserta Didik, 2012. PT Bumi Aksara: Jakarta, hal. 145

Anda mungkin juga menyukai