Anda di halaman 1dari 10

KRITERIA GURU SEKOLAH DASAR IDEAL PADA ERA GENERASI ALFA

Nanda Veruna Enun Kharisma


Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: nanda.veruna2016@student.uny.ac.id

Abstrak: Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kriteria guru
sekolah dasar yang ideal pada era generasi alfa yaitu generasi abad 21. Adapun jenis penelitian
yang dilakukan adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan melalui studi pustaka. Latar belakang dari penelitian ini adalah adalah bahwa
dunia saat ini telah memasuki satu tatanan baru setelah lahirnya generasi abad 21 atau generasi
alfa atau gen-A. Generasi alfa yang dikatakan sebagai generasi tercerdik setelah generasi
milenial (gen Y) dan generasi internet (gen Z) menuntut seorang pendidik meningkatkan
kapasitasnya sesuai dengan perkembangan IPTEK. Generasi alfa merupakan anak-anak yang
lahir mulai tahun 2010. Anak-anak tersebut sekarang telah menginjak usia sekolah dasar.
Sekolah dasar sebagai peletak pondasi pendidikan dalam kehidupan generasi alfa merupakan
sesuatu yang penting. Setidaknya terdapat tujuh kriteria guru sekolah dasar yang ideal di era
generasi alfa yang harus diketahui, dimiliki, dan diimplementasi oleh guru.

Kata Kunci: pendidikan, sekolah dasar, generasi alfa, guru


IDEAL ELEMENTARY SCHOOL TEACHER CRITERIA IN THE ERA OF ALPHA
GENERATION
Abstract: The purpose of this research is to determine the criteria of an ideal elementary
school teacher in the era of alpha generation. The type of the research conducted is
qualitatative by descriptive method. Data collection technique of this research is through
library research or literature study. The background of this research is that the world
nowadays has entered into a new order after the birth of the 21st century generation or alpha
generation or A-gen. The alpha generation who’s called to be the next generation after the
millennial generation (Y generation) and the internet generation (Z generation) requires
teachers to increase their capacity in accordance with the development of science and
technology. The alpha generations are children who were born in 2010 till now. The children
are now already in the age of elementary school. Elementary school as the foundation of
education for alfa generation’s life is important. There are at least seven criteria of an ideal
elementary school teacher in the era of alpha generation that teachers must know, possess, and
implement

Keywords: education, elementary school, alpha generation, teacher


PENDAHULUAN di antaranya berbagai kebudayaan asing
Dunia saat ini telah memasuki tatanan hingga pengetahuan baru ke dalam negeri.
global. Kondisi global yang berarti Berbagai kebudayaan asing tersebut
“menyeluruh” tersebut seolah menghapus mewarnai dan secara massif
sekat bahkan jarak antar negara di dunia. mempengaruhi bahkan merubah
Sehingga perkembangan dan kemajuan kebiasaan-kebiasaan dan pola hidup
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) masyarakat Indonesia. Mau tidak mau,
tidak hanya terjadi di negara-negara super masyarakat saat ini telah dibawa masuk ke
power seperti Amerika Serikat, Inggris, lingkup pergaulan masyarakat dunia,
Jerman, maupun negara-negara barat masyarakat Indonesia telah menjadi
lainnya saja, melainkan di seluruh penjuru bagian dari warga masyarakat global.
dunia, termasuk Indonesia. Pesatnya Perkembangan IPTEK harus diimbangi
kemajuan tersebut telah membawa masuk dengan peningkatan sumber daya manusia
(SDM) yang baik pula. “Oleh karena itu, manusia yang sesuai dengan tujuan
peningkatan kualitas sumber daya manusia penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi
merupakan kenyataan yang harus dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta,
dilakukan secara terencana, terarah, beserta segenap isi dan peradabannya (Nuh,
intensif, efektif dan efisien dalam proses 2013 dalam Sari, 2014, p. 1). Adapun Tilaar
pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini (2002: 435) menyatakan bahwa hakikat
kalah bersaing dalam menjalani era pendidikan adalah memanusiakan manusia,
globalisasi tersebut.” (Wangid, Mustadi, yaitu suatu proses yang melihat manusia
Erviana, & Arifin, 2014, p.176) sebagai suatu keseluruhan di dalam
Banyak hal yang harus eksistensinya. Berdasarkan dua pendapat
dipersiapkan untuk dimiliki oleh setiap tersebut, tampak bahwa pendidikan
orang dalam rangka dapat bersanding memang sangat berarti untuk hidup dan
dengan masyarakat lain di dunia. Salah kehidupan manusia. Di era globalisasi ini,
satu hal yang krusial dan amat penting pendidikan tidak sekedar dibutuhkan untuk
adalah pendidikan. Seseorang harus memanusiakan manusia, atau pun
terdidik dan memiliki kecakapan agar bermanfaat bagi dirinya, sesame, dan alam
tidak menjadi pecundang di era milenial semesta. Namun lebih dari pada itu,
ini. Pendidikan merupakan salah satu pendidikan saat ini diperlukan untuk
indikator utama bagi kualitas sumber daya menjamin dan mengukuhkan eksistensi
manusia. Dalam kata lain, kualitas sumber seseorang di dalam masyarakat yang
daya manusia sangat bergantung pada semakin kompleks, plural, dan dinamis
kualitas pendidikannya. Sedangkan terhadap kemajuan IPTEK.
sumber daya manusia merupakan suatu isu
yang sanga krusial bagi perkembangan dan Di dalam kehidupan ini, untuk dapat
kemajuan bangsa. Oleh sebab itulah, meningkatkan sumber daya manusia
pendidikan menjadi bidang yang sangat salah satu langkah konkret yang kita
strategis dan penting dalam pembangunan lakukan adalah menempuh
nasional. Pendidikan dipercaya mampu pendidikan dan pembelajaran.
membawa manusia kepada kualitas hidup Dengan mengikuti proses pendidikan
dan derajad kesejahteraan yang lebih baik dan pembelajaran, berbagai
serta dapat mengantarkan Indonesia kemapuan dapat dipelajari dan
memasuki gerbang kemakmuran selanjutnya dijadikan bagian integrak
sebagaimana cita-cita luhur bangsa diri. Eksistensi seorang guru sungguh
Indonesia. Menurut Diptoadi (2016), sangat penting segingga orang yang
pendidikan berada di jantung masyarakat mengikuti pendidikan dan
karena pendidikan merupakan kekualan pembelajaran membutuhkan guru
potensial untuk rnembebaskan manusia dari untuk membimbing dan mengarahkan
berbagai perbudakan, dan memerdekakan segaka hal untuk mencapai tujuan
bangsa-bangsa dari keterbelakangan. Selain belajarnya. (Saroni, 2011, p. 63)
itu pendidikan membantu manusia
memahami apa apa yang telah dipelajari Berdasarkan pernyataan di atas, dapat
oleh manusia mengenai dirinya, membantu terlihat bahwa peran seorang guru dalam
mereka menempatkan keberadaan mereka mewujudkan cita-cita luhur pendidikan
dalam konteks yang tepat, membantu sangat sentral. Ibarat rumah yang
mereka mempersiapkan diri menghadapi membutuhkan pondasi yang kuat agar tetap
perubahan atau mengambil keputusan kokoh, manusia pun membutuhkan pondasi
mengenai masa depan mereka sendiri. agar tidak mudah terombang-ambing oleh
Secara falsafati, pendidikan adalah proses jaman. Pondasi tersebut dibangun melalui
panjang dan berkelanjutan untuk pendidikan. Sebagai dasar penanaman
mentransformasikan peserta didik menjadi nilai-nilai dalam diri seseorang adalah
pendidikan dasar. Menurut Pasal (7) ayat segala macam ideologi dan pola kehidupan
(1) UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang kebarat-barat telah berinteraksi dengan
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan sistem nilai leluhur bangsa. Pendidikan
dasar merupakan jenjang pendidikan yang karakter yang kuat sangat diperlukan anak
melandasi jenjang pendidikan menengah. supaya tetap terjaga marwahnya sebagai
Namun lebih dari itu, pendidikan Sekolah masyarakat Indonesia yang ketimuran. Di
Dasar (SD) merupakan peletak dasar atau sinilah peran seorang guru SD sangat
fundamen pendidikan. Hal demikian itu signifikan.
karena masa SD merupakan di mana anak- Pendidikan pada era abad 21 tentu
anak sedang dalam masa tumbuh kembang memiliki karakteristik yang berbeda dari
terbaiknya. Pada masa sekolah dasar sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan
pulalah anak-anak berjumpa dengan tantangan yang dihadapi juga menjadi lebih
periode emasnya (golden age). Pada tahap kompleks seiring perkembangan jaman dan
ini, perkembangan kognitif anak sangat kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
pesat. (IPTEK). Di abad ke 21 ini, pendidikan
Menurut Piaget, dinamika menjadi semakin penting untuk menjamin
perkembangan intelektual individu peserta didik memiliki keterampilan belajar
mengikuti dua proses, yaitu asimilasi dan dan berinovasi, keterampilan menggunakan
akomodasi. Menurut Syaodih (2007), teknologi dan media informasi, serta dapat
asimilasi adalah proses kognitif dimana bekerja, dan bertahan dengan menggunakan
seseorang mengintegrasikan persepsi, keterampilan untuk hidup (life skills) (Murti
konsep atau pengalaman baru ke dalam & Madya, 2013). Seorang guru di era
struktur kognitif yang sudah ada di dalam digitalisasi teknologi seperti ini harus melek
pikirannya. Struktur kognitif yang terhadap perkembangan jaman. Baik dalam
dimaksud adalah segala bentuk hal kemajuan teknologi maupun
pengetahuan individu yang membentuk perkembangan social dan emosional anak.
pola-pola kognitif tertentu. Jadi struktur Anak SD jaman sekarang sudah barang
kognitif sesungguhnya merupakan tentu berbeda dengan anak SD lima atau
akumulasi dari pengalaman dalam kognisi sepuluh tahun yang lalu. Anak-anak SD
individu. Dalam proses asimilasi, guru SD sekarang telah merupakan masyarakat
memiliki beberapa peran penting. Peran generasi abad 21 atau generasi alfa atau
yang pertama yakni sebagai peletak dasar gen-A.
struktur kognitif yang tepat tentang sesuatu Anak-anak generasi alfa adalah
konsep pada kognisi anak. Peran yang mereka yang lahir pada rentan tahun 2010
kedua adalah sebagai pemerkaya struktur ke atas. Salah satu karakteristik yang
kognitif menjadi semakin kompleks dan dimiliki oleh generasi alfa adalah
mendalam. ketergantungan terhadap teknologi. Banyak
Di samping perkembangan pakar yang mengatakan bahwa gen-A
kognitif, SD juga merupakan saat yang merupakan generasi yang paling terpelajar
paling tepat dan efektif untuk di dalam generasi manusia. Lantas
menanamkan nilai-nilai karakter yang bagaimana implikasinya terhadap
unggul. Melalui pendidikan karakter pendidikan di sekolah dasar? Mendidik
diharapkan peserta didik Sekolah Dasar generasi paling cerdik dari seluruh generasi
mampu secara mandiri meningkatkan dan yang pernah ada tentu bukanlah tugas yang
menggunakan pengetahuannya, mengkaji mudah. Tantangannya tentu saja bagaimana
dan menginternalisasi serta seorang guru dapat mengoptimalkan dan
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan mengembangkan potensi anak didiknya
akhlak mulia sehingga terwujud dalam (gen-A) ke arah yang positif dan konstruktif
perilaku sehari-hari (Rismayanthi, 2011, p. bagi masa depan mereka. Seorang guru
14). Lebih lagi di era milenial ini, di mana tentu harus mampu mengakomodasi minat,
bakat, dan pola belajar anak yang beragam. Siswa SD kini merupakan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk bagian dari generasi alfa
mengetahui urgensi atau pentingnya (generasi abad 21/ gen A)
menjadi guru yang ideal bagi anak sekolah
dasar yang mana merupakan anak-anak
generasi abad 21 atau generasi alfa.
Pendidikan abad 21
METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam
karya tulis ini adalah metode penelitian
deskriptif. Metode deskriptif merupakan Urgensi menjadi guru SD
metode penelitian yang dilakukan untuk yang ideal di era generasi alfa
menguraikan atau memberikan keterangan-
keterangan menegenai suatu data atau
keadaan atau fenomena yang ada. Dengan
melakukan penelitian deskriptif maka akan Kriteria Guru Sekolah Dasar
diperoleh deskripsi mengenai berbagai Ideal Pada Era Generasi Alfa
kriteria guru ideal di era generasi alfa.
Teknik pengumpulan data dalam
karya ilmiah ini menggunakan library Penarikan simpulan dan saran
research (studi pustaka). Library research dilakukan dengan teknik induksi yakni
adalah suatu metode penulisan dengan berdasarkan pada uraian pembahasan.
menggunakan objek kajian penelitian yang Selanjutnya penulis merumuskan beberapa
berfokus pada pustaka-pustaka. Studi saran berdasarkan uraian pembahasan
pustaka atau studi literature merupakan dalam rangka menyempurnakan gagasan.
usaha pengumpulan informasi yang
berhubungan dengan teori-teori yang ada HASIL DAN PEMBAHASAN
kaitannya dengan masalah dan variable Pendidikan Abad 21
yang diteliti yaitu kriteria guru SD ideal di Pendidikan abad 21 merupakan
era gen-A sehingga dapat paradigm baru dalam pendidikan yang
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. berusaha mengakomodasi karakteristik-
Peneliti menggunakan teknik karakteristik peserta didik dan kebutuhan
anlaisis data berupa content analisys akan pendidikan di era abad modern ini.
(analisis isi) untuk memilah dan memilih Saat ini, pendidikan tengah persis berada di
data dan informasi yang ada dalam berbagai masa pengetahuan (knowledge age) dengan
bahan pustaka yang diteliti. Dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang .
menggunakan teknik ini, diharapkan Percepatan peningkatan dan perkembangan
peneliti akan lebih objekstif dan sistematis pengetahuan yang pesat dan meliputi segala
dalam mendeskripsikan karakteristik guru bidang. Percepatan ini didukung oleh
SD ideal di era generasi alfa. penerapan media dan teknologi digital yang
Kerangka berpikir penulisan karya disebut dengan information super highway
tulis ini adalah sebagai berikut. (Gates, 1996). Murti (2013) berpendapat
bahwa sejak internet diperkenalkan di dunia
komersial pada awal tahun 1970-an,
informasi menjadi semakin cepat
terdistribusi ke seluruh penjuru dunia. Di
abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin
penting untuk menjamin peserta didik
memiliki keterampilan belajar dan
berinovasi, keterampilan menggunakan
teknologi dan media informasi, serta dapat keterlibatannya secara aktif dalam
bekerja, dan bertahan dengan menggunakan proses pembelajaran (Pannen dalam
keterampilan untuk hidup (life skills). Rindy, 2014).
Dalam rangka tersebut di ataslah, 2. Student Centered
pendidikan abad 21 memiliki karakteristik Pembelajaran berbasis Student
di antaranya. Centered Learning (SCL) adalah
1. Active Learning pembelajaran yang berorientasi pada
Pembelajaran yang tepat untuk siswa. Pembelajaran ini menuntut murid
diterapkan pada pembelajaran abad 21 aktif, dengan peran guru hanya sebagai
adalah pembelajaran aktif atau active fasilitator. Pembelajaran berbasis SCL
learning. Active Learning merupakan menempatkan guru bukan sebagai satu-
suatu metode pembelajaran yang satunya sumber belajar melainkan salah
mengajak siswa untuk belajar secara satu dari beragam sumber belajar. Proses
aktif, mereka secara aktif menggunakan pembelajaran berbasis Student Centered
otak, baik untuk menemukan ide pokok Learning memanfaatkan berbagai
dari materi pelajaran, memecahkan sumber belajar yang ada di sekitar
persoalan, atau mengaplikasikan apa sekolah dan media lain. Sumber belajar
yang baru mereka pelajari ke dalam bisa dari internet, lingkungan sekitar,
suatu persoalan yang ada dalam masyarakat, instansi, profesi atau
kehidupan nyata (Hisyam, 2002). bahkan teman sebaya.
Natawijaya dalam Depdiknas (2005) Hal ini berarti bahwa sistem
menyebutkan bahwa belajar aktif adalah pembelajaran menempatkan murid
suatu sistem belajar mengajar yang sebagai subyek pembelajaran yang aktif.
menekankan keaktifan siswa secara Murid bukan objek pembelajaran yang
fisik, mental intelektual dan emosional dijejali dengan informasi, tetapi murid
guna memperoleh hasil belajar berupa adalah subyek yang memiliki potensi.
perpaduan antara aspek kognitif, afektif Sehingga proses pembelajaran harus
dan psikomotor (Rindy, 2014). Sehingga diarahkan untuk mengembangkan
pembelajaran aktif adalah pembelajaran seluruh potensi yang dimiliki murid
yang menekankan pada keaktifan siswa (Rindy, 2014). Pembelajaran berbasis
dalam rangka menemukan konsep. SCL (Student Centered Learning)
Fungsi dari penggunaan strategi muncul sebagai alternatif pendekatan
active learning dalam proses pendidikan untuk menjawab
pembelajaran yaitu, membekali siswa permasalahan ketidaksesuaian
dengan kecakapan (life skill atau life pendekatan Teacher Centered Learning
competency) yang sesuai dengan (TCL). Dalam pendekatan pembelajaran
lingkungan hidup dan kebutuhan siswa, SCL, guru harus mampu melaksanakan
misalkan pemecahan masalah secara perannya dengan baik yaitu tidak hanya
reflektif sangat penting dalam kegiatan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai
belajar yang dilakukan melalui motivator, fasilitator, dan inovator. Guru
kerjasama secara demokratis (Mulyasa, tidak hanya dituntut untuk mengajar saja
2003). Active learning adalah salah satu di depan kelas melainkan juga berperan
strategi pembelajaran yang berbasis membantu murid untuk memecahkan
pada murid (Student Centered masalah saat murid mengalami kesulitan
Learning). Strategi pembelajaran active dalam proses pembelajaran.
learning merupakan pembelajaran yang 3. Berorientasi pada Proses
berorientasi pada aktivitas murid dan Pembelajaran abad ke-21
menerapkan prinsip learning by doing. menekankan pada proses pembelajaran,
Rasa ingin tahu murid pada hal yang bukan sekedar hasil yang dicapai.
belum diketahui mendorong Keberhasilan suatu pembelajaran bukan
diukur sebatas dari apa yang siswa perkembangan dunia pendidikan global
ketahui, tapi apa yang siswa dapat serta mampu membelajarkannya sesuai
lakukan. Perwujudannya dalam dengan karakteristik generasi abad 21.
kurikulum adalah penilaian autentik. Beberapa pengetahuan dan keterampilan itu
Penilaian autentik adalah pengukuran di antaranya sebagai berikut.
yang bermakna secara signifikan atas 1. Pengetahuan tentang Diri Sendiri
hasil belajar peserta didik untuk ranah Guru yang efektif mampu
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. memahami diri mereka sendiri dan peka
Istilah penilaian merupakan sinonim dari terhadap kebutuhan siswa. “Mereka
penilaian, pengukuran, pengujian, atau mengenali bahwa kepribadian anak
evaluasi (Murti & Madya, 2013). adalah pekerjaan yang belum selesai dan
Authentic assessment (penilaian rapuh” (Erickson, 2008, p. 225 dalam
autentik) merupakan proses untuk Parkay & Stanford, 2011, p. 53).
menggambarkan perubahan dalam diri Pengetahuan diri sendiri (self-
siswa setelah pembelajaran. Dengan knowledge) akan berimplikasi pada
demikian, penilaian tidak lagi sekedar penerimaan diri (self-aceptance). Kedua
pencapaian tujuan, tetapi merupakan hal itulah yang akan memudahkan guru
suatu usaha untuk memperoleh berbagai untuk lebih mengenali siswanya.
informasi secara berkala, Seorang guru harus mampu mengenali
berkesinambungan, dan menyeluruh karakteristik siswanya baik itu meliputi
tentang proses dan hasil belajar siswa ciri fisik, multiple intelligences, gaya
(Taufina, 2009). Istilah autentik belajar, dan kekhasan lainnya yang
merupakan sinonim dari asli, nyata, dimiliki oleh masing-masing siswa.
valid, atau reliabel. Penilaian autentik Akan tetapi, hal itu akan lebih mudah
dilakukan untuk mengukur proses diwujudkan ketika seorang guru telah
pembelajaran dan hasil belajar siswa “selesai dengan dirinya sendiri.”
secara menyeluruh (holistik). Penilaian 2. Pengetahuan tentang Siswa
ini merefleksikan proses pembelajaran Seorang guru wajib untuk
yang dialami siswa, kemampuan siswa, mengetahui karakteristik setiap
motivasi, dan sikap-sikap yang sesuai siswanya. Pengetahuan berupa ciri fisik,
dengan tujuan pembelajaran. Wiggins keterampilan, bakat, gaya belajar, tahap
dan McTighe (2011) menyatakan bahwa perkembangan, dan kesiapan untuk
siswa dinilai melalui kinerjanya belajar materi baru adalah beberapa dari
(performance tasks). Performance tasks berbagai pengetahuan penting yang
mengharuskan siswa menerapkan hasil harus dikuasai guru mengenai siswanya.
pembelajarannya ke situasi yang baru Pengetahuan tersebut akan sangat
dan autentik, artinya guru menilai membantu guru untuk menjalin
pemahaman dan kemampuan siswa kedekatan secara emosional dengan
untuk mentransfer pembelajarannya. siswanya. Ketika telah terjadi apa yang
disebut dengan “tinggi hubungan” antara
Kriteria Guru Abad 21 guru dan siswa, maka guru akan lebih
Pendidikan abad 21 menuntut seorang guru mudah untuk mengontrol siswanya.
untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai Mengontrol bukan bermaksud untuk
guru di era serba canggih ini. Sebab yang membatasi kreativitas siswa melainkan
akan guru ajar adalah para anak-anak mengontrol dalam arti mampu menarik
generasi alfa (gen- A) yang disinyalir perhatian siswa untuk berkonsentrasi
sebagai generasi tercerdas yang pernah ada dan mengikuti pelajaran dengan aktif
pada sejarah peradaban manusia. Seorang dan partisipatif. Dengan terjalinnya
guru abad 21 harus memiliki berbagai relasi yang dekat dan harmonis antara
keterampilan yang relevan dengan guru dan siswa, guru dapat lebih mudah
mengenali gejala-gejala perubahan kompetensi tersebut dalam
perilaku siswa maupun masalah- pembelajaran dan kesehariannya.
masalah yang sedang dihadapinya. Anak 4. Pengetahuan tentang Mata Pelajaran
SD adalah manusia kecil yang masih Telah disebutkan pada poin tiga
membutuhkan arahan dan dampingan terkait dengan kompetensi professional
orang dewasa dalam menghadapi seorang pendidik. Penguasaan materi
masalah. Peran guru sangat penting pelajaran merupakan satu aspek yang
dalam hal tersebut. sangat penting bagi keberhasilan
3. Kompetensi sebagai Pendidik seorang guru dalam menyampaikan
Dalam UU RI Nomor 14 Tahun pembelajarannya. Terlebih di era digital
2005 Tentang Guru dan Dosen yang mana segala macam informasi
dikatakan bahwa “kompetensi adalah dapat diakses dengan mudah oleh siapa
seperangkat pengetahuan, keterampilan, pun termasuk anak SD. Bila anak SD
dan perilaku yang harus dimiliki, terkenal dengan berbagai pertanyaan
dihayati, dan dikuasi oleh guru atau yang menggelitik dan out of the box,
dosen dalam melaksanakan tugas maka pertanyaan-pertanyaan anak-anak
keprofesionalan.” Terdapat empat generasi alfa bias jadi lebih kritis. Oleh
kompetensi yang harus dikuasai oleh sebab itu, seorang guru harus benar-
guru (pendidik/ calon pendidik). benar menguasai materi yang
Keempat kompetensi itu adalah diampunya. Saroni (2011, p. 131)
kompetensi pedagogik, kompetensi berpendapat, “…penguasaan materi
kepribadian (persona), kompetensi pelajaran memang merupakan prasyarat
professional, dan kompetensi sosial. terlaksananya proses pembelajaran
Kompetensi pedagogiK menurut Dwi secara maksimal. Proses pendidikan dan
Siswoyo (2013: 118) dikatakan sebagai pembelajaran memang membutuhkan
bukan kompetensi yang bersifat teknis penguasaan yang baik agar kita dapat
belaka, yaitu “kemampuan mengelola menyampaikannya kepada anak didik.”
pembelajaran peserta didik…” Materi pelajaran adalah bekal guru
Kompetensi pedagogik ini mencakup dalam menyelenggarakan proses
selain pemahaman dan pengembangan pendidikan dan pembelajaran, tentunya
potensi peserta didik, perencanaan dan hal tersebut menjadi kewajiban yang
pelaksanaan pembelajaran, serta sistem tidak dapat diabaikan begitu saja oleh
evaluasi pembelajaran, juga harus guru.
menguasai ilmu pendidikan. 5. Keterampilan tentang Universal Design
Kompetensi kepribadian atau persona of Learning (UDL)
merupakan kompetensi pendidik terkait Di kelas saat ini selalu dijumpai
perannya sebagai role model siswanya berbagai keberagaman anak. Siswa
sehingga harus mampu menampilkan melihat, mendengar, berbicara, menulis,
perilaku yang teladan. Kompetensi berinteraksi dengan orang lain,
profesional berkaitan dengan memahami dengan cara yang berbeda-
penguasaan materi pelajaran secara luas beda. UDL merupakan desain
dan medalam (Dwi Siswoyo, 2013). pembelajaran yang berupaya mewadahi
Sedangkan kompetensi sosial dan mengakomodasi berbagai
merupakan kemampuan guru untuk kebutuhan belajar siswa yang beragam.
berhubungan dengan orang lain baik Menurut Ambarwati (2017), UDL
siswa, sesame guru, wali murid, maupun memberikan kerangka pembelajaran
masyarakat sekitar. Seorang guru yang yang didasarkan pada hasil-hasil
ideal harus menguasai, memahami, dan penelitian agar bisa dipergunakan guru
mengimplementasikan keempat untuk menggabungkan berbagai materi,
teknik, dan strategi pembelajaran. Bagi
siswa, UDL dapat memfasilitasi mereka terbaru. Melakukan demonstrasi kelas
mendemonstrasikan pengetahuan dan yang didukung dengan multimedia,
hasil belajar dengan berbagai cara. UDL menggunakan grafik presentasi untuk
dikembangkan oleh Centre for Applied menangani berbagai gaya belajar siswa,
Special Technology (CAST). Pada era dan mendesain pelajaran yang
abad 21 ini, UDL merupakan sesuatu mewajibkan siswa menggunakan
yang penting untuk dikuasai guru, teknologi sebagai alat penyelidikan
terutama guru sekolah dasar. Unik seharusnya menjadi ciri kedua bagi guru
Ambarwati (2017) menyatakan bahwa di era abad 21.
UDL adalah kerangka konsep untuk 7. Adaptif terhadap Pergantian Kurikulum
belajar mengajar. Keberagaman siswa Sebagai konsekuensi dari
diakui dan diakomodasi dalam UDL percepatan perubahan jaman, kurikulum
karena perbedaan mereka dikenali sejak pun dapat berubah agar pendidikan tetap
awal. Guru menyediakan berbagai relevan dengan kebutuhan jaman.
pilihan belajar untuk siswa. Sehingga ide Pergantian kurikulum merupakan suatu
dari UDL ini menyediakan suasana dan keniscayaan. Bahkan pergantian
lingkungan belajar yang beragam. Selain kurikulum adalah suatu kebutuhan.
itu, fokus dari UDL adalah partisipasi Idealnya perubahan kurikulum
aktif semua siswa dalam pembelajaran, dilakukan setiap 10 tahun sekali atau
membantu setiap individu siswa untuk sesuai kebutuhan. Meskipun saat ini
mengembangkan pengetahuan dan baru saja diterapkan sebuah kurikulum
ketrampilan, dan memastikan baru di Indonesia (Kurikulum 2013),
antusiasme dalam belajar. UDL akan bukan tidak mungkin dalam beberapa
sangat cocok diterapkan bagi anak-anak tahun ke depan kurikulum akan kembali
genarasi alfa yang tentu saja berganti. Jika ternyata ditemukan suatu
pluralitasnya sudah lebih kompleks dari metode yang lebih efektif dan tepat
segala aspek. untuk diimplementasikan di sistem
6. Pembelajaran Berbasis Teknologi pendidikan nasional, maka perubahan
Generasi alfa atau generasi abad kurikulum bukanlah kemustahilan.
21 adalah generasi yang lahir setelah Belajar dari pengalaman pada pergantian
generasi internet atau generasi net atau kurikulum dari KTSP ke Kurikulum
generasi Z. Generasi Z adalah generasi 2013, ada banyak sekali kendala terjadi.
yang telah menguasai dan tidak bisa Khususnya dari segi kesiapan guru
lepas dari teknologi dalam sebagai motor pelaksana kurikulum di
kesehariannya. Sedangkan gen-A adalah lapangan. “Sejatinya perubahan
generasi yang lebih canggih dari pada kurikulum memang sudah ditentukan
generasi Z. Maka dapat dipastikan dan disesuaikan dengan tuntutan dan
bahwa ketergantungan generasi ini kebutuhan yang ada, namun sosialisasi
terhadap teknologi lebih tinggi. Maka yang kurang dan persiapan yang kurang
seorang guru di era kecanggihan matang biasanya menjadi penghambat
teknologi ini harus dinamis terhadap dan tantangan dalam pelaksanaannya di
perkembangan teknologi dan lapangan.” (Wangid et al ., 2014, 176)
berkemauan untuk mempelajari Menghadapi fenomena tersebut,
berbagai teknologi yang menunjang seorang guru harus siap dengan segala
pembelajaran. Lebih jauh lagi, Parkay & situasi dan kemungkinan yang terjadi.
Stanford (2011) menyatakan bahwa Guru yang ideal di tengah dinamika dan
penggunaan teknologi untuk kompleksitas dunia pendidikan abad 21
meningkatkan pembelajaran siswa perlu adalah guru yang dapat berlaku adaptif
lebih dari sekadar pengetahuan tentag dengan perubahan kurikulum yang
penggunaan hardware dan software mungkin saja terjadi. Guru harus mampu
belajar di tengah keterbatasan seperti dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ini
keterlambatan pembagian buku pedoman dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
kurikulum maupun fasilitas penunjang Tidak lupa penulis mengucapkan terima
implementasi kurikulum baru lainnya dari kasih kepada Bapak Ali Mustadi, M.Pd.
pemerintah. Guru harus bisa mencari selaku dosen mata kuliah Landasan
sendiri sumber informasi dan kajian terkait Pendidikan di SD, kepada kedua orang tua,
kurikulum baru tersebut baik melalui dan kepada semua pihak yang telah turut
internet, forum, dan lain sebagainya. serta membantu pelaksanaan penelitian dan
Dalam kata lain, seorang guru harus penyusunan karya tulis ini. dalam
mampu reaktif dan aktif mencari informasi pelaksanaan penelitian.
terkait dengan transformasi-transformasi
yang ada. DAFTAR PUSTAKA

PENUTUP Ambarwati, Unik. (2017). Universal


Simpulan Design of Learning. (Jurnal
Generasi abad 21 atau akrab tidak diterbitkan).
disebut generasi alfa (gen-A) merupakan
generasi yang lahir setelah generasi Depdiknas. (2003). Pendekatan
milenial (generasi Y) dan generasi internet Kontekstual (Contextual
(generasi Z) atau setelah tahun 2010 yang Teaching and Learning).
mana saat ini telah sedang memasuki Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).
Karakteristik gen-A yang menonjol adalah Diptoadi, V. L. (2016). Reformasi
penguasaan teknologi yang mumpuni
Pendidikan di Indonesia
hingga ditasbihkan sebagai generasi
Menghadapi Tantangan Abad
tercerdas sepanjang sejarah peradaban
manusia. Menanggapi hal tersebut, kriteria 21. Jurnal Ilmu Pendidikan,
guru sekolah dasar yang ideal di era abad 6(3), 161-175.
21 (generasi alfa) di antaranya harus Doi:http://dx.doi.org/10.17977
menguasai: pengetahuan tentang diri /jip.v613.2333.
sendiri, pengetahuan tentang siswa,
kompetensi sebagai pendidik, pengetahuan Siswoyo, Dwi, dkk. (2013). Ilmu
tentang mata pelajaran, keterampilan Pendidikan. Yogyakarta:
tentang Universal Design of Learning UNYPress.
(UDL), pembelajaran berbasis teknologi,
dan adaptif terhadap pergantian kurikulum. Gates, Bill; Myhrvold, Nathan and
Saran Rinearson, Peter (1996). The
Hendaknya seorang guru terus Road Ahead, Penguin Books.
meningkatkan kapasitasnya sebagai
seorang pendidik. Terlebih guru sekolah Hisyam, Zaini, Dkk. 2002. Strategi
dasar di era abad 21 ini. Guru bisa saja Pembelajaran Aktif.
mengembangkan kriteria yang lainnya Yogyakarta: CTSD IAIN
selain kriteria yang dikaji dalam karya tulis Sunan Kalijaga.
ini dalam rangka mengukuhkan
dedikasinya sebagai seorang guru yang Murti, K. E., & Madya, M. W. Pendidikan
ideal di era generasi alfa. Abad 21.
UCAPAN TERIMA KASIH Parkay, Forrest W., Stanford, Beverly H.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat
(2011). Menjadi Seorang Guru
Allah SWT yang telah memberikan rahmat
Jilid 1. Jakarta: PT Indeks.
Rindy, Reza A. (2014). Proses Taufina. (2009). Authentic Assessment
Pembelajaran Berbasis Student dalam Pembelajaran Bahasa
Centered Learning (Studi Indonesia di Kelas Rendah SD.
Deskriptif di Sekolah Universitas Negeri Padang.
Menengah Pertama Islam Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan,
Baitul ‘Izzah, Nganjuk). Jurnal 9(1). Retrieved from
BioKultur, 3(1). Retrieved from http://ejournal.unp.ac.id/index.
http://journal.unair.ac.id/filerP php/pedagogi/article/view/122.
DF/bk21a95d451ffull.pdf.
Tilaar, H. A. R. (2002). Perubahan Sosial
Rismayanthi, C. (2011). OPTIMALISASI dan Pendidikan. Jakarta:
PEMBENTUKAN Grasindo.
KARAKTER DAN
KEDISIPLINAN SISWA Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005,
SEKOLAH DASAR Guru dan Dosen.
MELALUI PENDIDIKAN
JASMANI OLAHRAGA DAN Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003,
KESEHATAN. Jurnal Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan Jasmani Indonesia,
Wangid, M., Mustadi, A., Erviana, V., &
8(1), 10-17. Retrieved from
Arifin, S. (2014). KESIAPAN
http://journal.uny.ac.id/index.p GURU SD DALAM
hp/jpji/article/view/3478. PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
Sari, Y. M. (2014). Pembinaan Toleransi TEMATIK-INTEGRATIF
dan Peduli Sosial dalam Upaya PADA KURIKULUM 2013 DI
Memantapkan Watak DIY. Jurnal Prima Edukasia,
Kenegaraan (Civic Disposition) 2(2), 175-182.
Siswa. Retrieved from doi:http://dx.doi.org/10.21831/
http://repository.upi.edu/14944 jpe.v2i2.2717
/4/T_PKN_1201235_Chapter1.
pdf. Wiggins, G., and McTighe, J. (2011). The
Understanding by Design
Guide to Creating Highquality
Saroni, Muhammad. (2011). Personal
Units. Alexandria, VA: ASCD.
Branding Guru: Meningkatkan
Kualitas dan Profesionalitas
Guru. Yogyakarta: Ar- Ruzz
Media.

Syaodih, E. (2011). Perkembangan Peserta


Didik Sekolah Dasar. Retrieved
from
http://file.upi.edu/Direktori/FI
P/JUR._PGTK/196510011998
022-
ERNAWULAN_SYAODIH/P
ERKEMBANGAN_PESERT
A_DIDIK_SD.pdf.

Anda mungkin juga menyukai