Anda di halaman 1dari 17

Literasi Numerasi

(Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi)

Dosen Pengampu: Nukhbatul Bidayati Haka, M. Pd

Disusun Oleh:
(Tim A2)
1. Erix (1811060377)
2. Laeli Lutfiana (1811060204)
3. Rena Tri Andini (1811060344)
4. Wasiyah Sugiyati (1811060352)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
Rahmat-Nyalah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah Evaluasi Pembelajaran Biologi “Literasi Numerasi” ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di
pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
atau ibu bapak dosen untuk memberikan keritikan atau masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Bandar Lampung, 01 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Literasi.................................................................................3
B. Pengertian Literasi Numerasi................................................................4
C. Indikator Literasi Numerasi..................................................................5
D. Manfaat Literasi Numerasi....................................................................6
E. Strategi Literasi Numerasi.....................................................................7
F. Contoh Literasi Numerasi.....................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................13
B. Saran....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam kehidupan bermasyarakat, banyak sekali informasi yang
disajikan dalam berbagai simbol yang merupakan representasi dari informasi itu
sendiri. Seperti informasi tentang rambu-rambu, iklan iklan yang berisi tentang
informasi kesehatan, sosial, politik dan lainnya. Informasi-informasi yang
disajikan biasanya disajikan dalam bentuk numerik maupun grafik. Kemampuan
dalam membaca informasi yang berisikan numerik maupaun grafik sangat
diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat. Kemampuan numerasi
berkontribusi yang nyata dalam kesejahteraan individu maupun
masyarakat.Peningkatan kesejahteraan ekonomi dan daya saing ketenagakerjaan
diperoleh dari kemampuan manusia dalam menggunakan matematika dalam
konteks teknik, ekonomi maupun bidang lainnya.
Era global salah satunya ditandai dengan cepatnya arus perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak bisa terlepas dari peran perkembangan berbagai
disiplin ilmu termasuk biologi. Abad 21 bisa disebut sebagai abad pengetahuan
yangditandai dengan terjadinya transformasi besar-besaran dari masyarakat
agraris menuju masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat berpengetahuan
(Junianto, 2017). Sebagaimana dipaparkan dalam laporan Badan Standar Nasional
Pendidikan (2010) bahwa abad 21 merupakan era yang semakin sarat dengan
teknologi dan sains yang menyebabkan paradigma pendidikan harus berorientasi
pada matematika dan sains sehingga matematika tidak dapat terpisahkan dengan
sains termasuk biologi. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu
mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad ke-21
melalui pendidikan yang terintegrasi Effendy dalam Gerakan Literasi Nasional
(2017).
Oleh sebab itu, demi menyukseskan pembangunan Indonesia di abad ke-
21, menjadi keharusan bagi masyarakat Indonesia untuk menguasai enam literasi
dasar, yaitu (1) literasi bahasa, (2) literasi numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi
digital, (5) literasi finansial, serta (6) literasi budaya dan kewargaan. Kemampuan

1
literasi ini juga harus diimbangi dengan menumbuh kembangkan kompetensi yang
meliputi kemampuan berpikir kritis/memecahkan masalah, kreativitas,
komunikasi, dan kolaborasi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari literasi?
2. Apa pengertian dari literasi numerasi?
3. Bagaimana indikator literasi numerasi?
4. Apa manfaat literasi numerasi?
5. Bagaimana strategi dalam literasi numerasi?
6. Apa contoh dari literasi numerasi?

C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari literasi
2. Untuk mengetahui pengertian dari literasi numerasi
3. Untuk menjelaskan indikator literasi numerasi
4. Untuk mengetahui manfaat literasi numerasi
5. Untuk menjelaskan strategi dalam literasi numerasi
6. Untuk mengetahui contoh literasi numerasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Literasi
Literasi merupakan kemampuan dalam proses pengetahuan dan
memahami secara menyeluruh melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, menulis, menyimak, berbicara. Literasi disebut juga dengan istilah
multiliterasi. Istilah multiliterasi merupakan keterampilan dengan berbagai
cara untuk memahami konsep-konsep dan informasi dalam berbagai
bentuk teks atau media untuk meningkatkan hasil belajar (Abidin, 2017:3).
Literasi menurut UNESCO merupakan rangkaian atau kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung yang didapatkan melalui pelaksanaan
pembelajaran dan penerapan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Menurut (Ibrahim, 2017:6) literasi juga sebagai proses pembelajaran
dengan kegiatan membaca dan menulis untuk menyelidiki, menanyakan,
mengkritisi ilmu yang dipelajari. Pembelajaran literasi bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam literasi
teknologi, visual, literasi media, dan literasi lintas kurikulum (IPS,
Matematika, Sains, Seni, Budaya).
Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan
menulis. Orang yang dapat dikatakan literat dalam pandangan ini adalah orang
yang mampu membaca dan menulis atau bebas buta huruf. Pengertian literasi
selanjutnya berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan
menyimak. Sejalan dengan perjalanan waktu, definisi literasi telah bergeser dari
pengertian yang sempit menuju pengertian yang lebih luas mencangkup berbagai
bidang lainnya. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor
perluasan makna akibat semakin luas penggunanya, perkembangan teknologi
informasi dan teknologi, maupun perubahan analogi.
Pada dasarnya, literasi (literacy) atau bisa juga disebut sebagai
“keberaksaraan” adalah kemampuan membaca yang sering simplistic direduksi
sebagai melek huruf. Mereka yang buta huruf (illiteracy) diberi program
pemberantasan buta huruf agar memiliki kemampuan literasi dasar, yaitu

3
membaca, menulis, dan berhitung. Dalam pengertian lebih luas, literasi dapat
dipahami sebagai melek informasi, pengetahuan, media, dan lainnya
Berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa literasi
merupakan gerakan untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki
peserta didik. Literasi diajarkan sejak dini kepada peserta didik untuk
dijadikan bekal dalam mencapai suatu bangsa yang berkualitas.
Pemerintah dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa dengan
menggerakkan literasi dengan adanya sekolah yang berliterasi

B. Pengertian Literasi Numerasi

Program besar yang dibuat pemerintah salah satunya literasi dasar.


Literasi dasar salah satunya yaitu literasi numerik atau numerasi. Literasi
Numerik atau Numerasi adalah kemampuan seseorang untuk terlibat
dalam penggunaan penalaran. Penalaran berarti memahami dan
menganalisis suatu pernyataan, melalui aktivitas memanipulasi bahasa
matematika yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, serta
mengungkapkannya baik secara lisan maupun tulisan (Abidin, dkk
2017:107). Komponen-komponen dalam pelaksanaan literasi numerasi tidak
lepas dari materi yang ada dalam pembelajaran matematika. Matematika
merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengetahuan eksak yang telah
terorganisir secara sistematik meliputi aturan-aturan,ide-ide, penalaran
bentukserta struktur-struktur yang abstrak(Yuliana, 2018:23).

Literasi numerasi (Han, dkk, 2017: 3) adalah pengetahuan dan kecakapan


untuk (a) menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai
macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis informasi yang
ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu menggunakan
interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.

Kemampuan literasi numerasi ditandai dengan kenyamanan terhadap


bilangan dan terampil menggunakan konsep matematika dalam kehidupan.
Kemampuan literasi numerasi juga merujuk pada kemampuan dalam pemahaman

4
informasi yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel..
Terdapat tiga prinsip dasar literasi numerasi: (1) bersifat kontekstual, sesuai
dengan kondisi geografis dan sosial budaya, (2) selaras dengan cakupan
matematika dalam kurikulum 2013; dan (3) saling bergantung dan memperkaya
unsur literasi lainnya

Pembahasanan diatas dapat disimpulkan bahwa literasi numerasi


merupakan keterampilan dan kemampuan peserta didik dalam memahami dan
menggunakan konsep matematika dalam proses memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan pengetahuan
dan kemampuan numerasi melalui berbagai indikator dalam kehidupan sehari-
hari.

C. Indikator Literasi Numerasi

Literasi numerasi dapat diterapkan melalui tiga ranah, yaitu Literasi


Numerasi di Sekolah, Literasi Numerasi di keluarga, dan Literasi Numerasi di
Masyarakat. Literasi numerasi dilaksanakan untuk membudayakan dan
menumbuhkan literasi numerasi diberbagai ranah. Salah satunya di sekolah,
indikator literasi numerasi di sekolah memiliki tiga basis untuk diterapkan di
sekolah, yaitu sebagai berikut (Han Weilin, 2017:6).

1. Basis Kelas
a. Jumlah pelatihan guru matematikadan guru nonmatematika
b. Jumlah pembelajaranmatematika berbasis permasalahan dan
pembelajaran matematika berbasis proyek
c. Jumlah pembelajaran nonmatematikamelibatkan unsur literasi
numerasi
d. Nilai matematikapadapeserta didik
2. Basis Budaya Sekolah
a. Jumlah dan variasi bukupadaliterasi numerasi
b. Frekuensipeminjaman bukuliterasi numerasi
c. Jumlah penyajian informasi dalam bentuk presensi numerasi
d. Aksessitus daring yang berhubungan padaliterasi numerasi

5
e. Jumah pada kegiatan bulan literasi numerasi
f. Alokasi dana untukkegiatanliterasi numerasi
g. Adanya tim literasi disekolah
h. Adanya kebijakan pada sekolah mengenai literasi numerasi
3. Basis Masyarakat
a. Jumlahruang publik dilingkungan sekolahuntuk literasi
numerasi
b. Jumlah dalam keterlibatan orang tua didalam tim literasi
sekolah
c. Jumlah sharing session pada publik,mengenai literasi
numerasi

Mewujudkan sekolah yang berliterasi numerasi dapat diterapkan


melalui berbagai ranah indikator,dengan dilaksanankannyaupaya untuk
mewujudkan indikator-indikator tersebut dengan baik. Tercapainya
indikator literasi numerasi memiliki berbagai manfaat bagi peserta didik
untuk meningkatkan generasi yang unggul dalam suatu bangsa.

D. Manfaat Literasi Numerasi

Pemerintah dalam menggerakan literasi di sekolah dengan mewujudkan


generasi emas pada abad ke-21. Literasi numerasi dapat meningkatkan peserta
didik agar mampu mengatasi masalah dengan cara mengolah angka dengan benar.
Literasi numerasi diajarkan kepada peserta didik bukan hanya dalam mata
pelajaran matematika saja, tetapi diberikan 19melalui berbagai mata pelajaran
lainnya untuk menggunakan matematika diberbagai situasi (Han Weilin,
2017:10). Literasi bersifat praktis (digunakan dalam kehidupan sehari-hari),
professional (dalam pekerjaan), dengan kewarganegaraan (memahami isu-isu
dalam berbagai daerah), bersifat rekreasi (memahami skor penilaian dalam
pertandingan olahraga) (Ibrahim, 2017:13). Memperluas atau memperdalam
pemahaman numerasi melalui kegiatan-kegiatan di dalam lingkungan
sekolah, untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mempraktikkan
keterampilan literasi numerasi.Keterampilan literasi numerasi bermanfaat

6
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan taraf
hidup manusia. Pembelajaran numerasi penting untuk diajarkan kepada peserta
didik sejak dini untuk menentukan kemajuan dan perkembangan sebuah
bangsa. Literasi numerasi berguna untuk mewujudkan peserta didik
dalam mengatasi masalah dalam sehari-hari dan ruang lingkup literasi
numerasi sangat luas untuk diterapkannya.

Menurut Andreas Schleicher dari OECD (Organisation for Economic Co-


operation and Development), kemampuan numerasi yang baik merupakan
proteksi terbaik terhadap angka pengangguran, penghasilan yang rendah, dan
kesehatan yang buruk. Literasi numerasi dibutuhkan dalam semua aspek
kehidupan, baik di rumah, di pekerjaan, maupun di masyarakat. Dalam kehidupan
sehari-hari, ketika berbelanja atau merencanakan liburan, meminjam uang dari
bank untuk memulai usaha atau membangun rumah, semuanya membutuhkan
keterampilan literasi numerasi

E. Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah

Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah diterapkan menyeluruh di


sekolah melalui berbagai mata pelajaran nonmatematika untuk mendukung
pemahaman literasi numerasi bagi peserta didik. Peserta didi dapat menerapkan
pemahaman pengetahuan matematika dalam berbagai bidang lain ataupun
dalam kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah, yaitu:

1. Penguatan Kapasitas Fasilitator,


2. Memperluas Akses terhadap Sumber Belajar,
3. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu,
4. Peningkatan Perlibatan Publik, dan
5. Penguatan Tata Kelola (HanWeilin, 2017:10).

Cara untuk menggerakan literasi numerasi dapat dilakukan melalui


berbagai strategi. Menurut (Kemendikbud, 2017:8), strategi gerakan

7
literasi di sekolah melalui beberapa tahapan pelaksanaan, yaitu
ketersediaan sarana dan prasarana, kapasitas warga sekolah, dan kapasitas
pemangku kepentingan. Meningkatkan fasilitator dan pelatihan guru untuk
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode, model, dan media
pembelajaran dalam pemahaman tentang numerasi. Mengembangkan sarana
untuk mendukung sumber belajar dengan menggunakan lingkungan sekolah
sebagai media pembelajaran dalam pemahaman numerasi. Contohnya:
adanya mading kelas dengan memamerkan hasil karya peserta didik dan
adanya pojok baca dengan adanya buku-buku yang berhubungan dengan literasi
numerasi.Pembahasan tersebut bahwa strategi atau cara untuk menggerakkan
literasi numerasi dilakukan dengan berbagai cara untuk menumbuhkan
motivasi serta pemahaman peserta didik terhadap numerasi. Strategi
ditunjang dengan fasilitas sarana dan prasarana untuk mendukung gerakan literasi
numerasi di sekolah. Literasi numerasi juga diterapkan melalui pembelajaran
numerasi lintas kurikulum.

F. Contoh Liteasi Numerasi


1. Pemahaman Konsep

8
Sampah anorganik lebih lama terurai dibandingkan dengan sampah
organik. Waktu dekomposisi popok sekali pakai lebih lama dari plastik, namun
kurang dari kulit sintetis. Berapa waktu dekomposisi yang mungkin dari popok
sekali pakai?

a. 100 tahun
b. 250 tahun
c. 375 tahun
d. 475 tahun
e. 575 tahun

Jawaban:

Perhatikan data pada diagram batang di atas!

 Waktu dekomposisi sampah plastik adalah 400 tahun. Jika diketahui


waktu dekomposisi popok sekali pakai lebih lama dari plastik, maka
waktu dekomposisi popok akan lebih dari 400 tahun.

 Waktu dekomposisi sampah kulit sintetis adalah 500 tahun. Jika


diketahui waktu dekomposisi popok sekali pakai kurang dari kulit
sintetis, maka waktu dekomposisi popok akan kurang dari 500 tahun.

Jadi, waktu dekomposisi popok berkisar antara 400 tahun sampai 500
tahun. Perhatikan pilihan jawaban di atas. Nilai yang berkisar di interval 400 dan
500 adalah pilihan D, yaitu 475 tahun.

Jadi, jawaban yang tepat adalah D.

2. Aplikasi Konsep

9
Seorang siswa membaca tabel dan diagram di atas. Ia menyatakan selisih
waktu dekomposisi pada diagram A sama dengan diagram B. Pernyataan tersebut
dikoreksi oleh gurunya. Manakah koreksi yang benar dari guru tersebut?

a. Perhatikan jenis material sampah di kedua diagram!


b. Perhatikan satuan unit waktu dekomposisi!
c. Perhatikan tinggi diagram batang setiap jenis material sampah!
d. Perhatikan titik nol dari sumbu diagram!

Jawaban:

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa waktu dekomposisi kertas tisu


adalah 5 minggu dan waktu dekomposisi kantong kertas adalah 8 minggu. Jadi,
selisih waktu dekomposisi pada diagram A adalah 3 minggu.

Kemudian diketahui bahwa waktu dekomposisi kulit jeruk adalah 5 bulan


dan waktu dekomposisi sisa apel adalah 2 bulan. Jadi, selisih waktu dekomposisi

10
pada diagram B adalah 3 bulan. Jika diperhatikan, satuan unit waktu dekomposisi
pada diagram A tidak sama dengan diagram B.

Dengan demikian, koreksi yang benar dari guru tersebut adalah:


Perhatikan satuan unit waktu dekomposisi!

Jadi, jawaban yang tepat adalah B

3. Penalaran Konsep

Pilih setuju atau tidak setuju dan ketik penjelasanmu!

Seorang siswa ingin menggabungkan data waktu dekomposisi sampah


organik dan anorganik menjadi sebuah diagram batang. Ibu guru tidak
menyarankan hal tersebut. Setujukah kamu dengan saran ibu guru? Jelaskan!

Penjelasan:

Ya, saya setuju dengan saran ibu guru agar tidak menggabungkan waktu
dekomposisi sampah organik dan anorganik menjadi sebuah diagram batang
karena satuan waktunya berbeda. Walaupun satuannya dibuat sama, akan terlihat
ketimpangan pada diagram batangnya, sehingga datanya tidak dapat disajikan
dengan baik. Coba perhatikan, rata-rata waktu dekomposisi sampah anorganik

11
adalah ratusan tahun. Jika ingin dijadikan dalam bulan atau minggu, maka akan
sangat besar angkanya, hingga mencapai ribuan bulan atau minggu. Sedangkan,
rata-rata waktu dekomposisi sampah organik adalah beberapa bulan atau minggu,
paling lama hanya 5 bulan.

Jadi, data waktu dekomposisi sampah organik sebaiknya tidak


digabungkan dengan data waktu dekomposisi sampah anorganik dalam sebuah
diagram batang.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Literasi merupakan kemampuan dalam proses pengetahuan dan
memahami secara menyeluruh melalui berbagai aktivitas, antara
lain membaca, menulis, menyimak, berbicara
2. Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam
berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari
3. Indikator literasi numerasi berbasis kelas, berbasis budaya sekolah dan
berbasis masyarakat
4. Manfaat literasi numerasi dapat meningkatkan peserta didik agar
mampu mengatasi masalah dengan cara mengolah angka dengan benar
5. Stratregi gerakan literasi numerasi di sekolah dengan meningkatkan
fasilitator dan pelatihan guru untuk melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan metode, model, dan media pembelajaran dalam
pemahaman tentang numerasi
6. Contoh literasi numerasi yakni: pemahaman konsep, aplikasi konsep
dan penalaran konsep

B. Saran
Penyusun dalam menyusun makalah ini banyak menemukan hambatan
dari segi isi maupun literatur, penyusun menyarankan pembaca untuk
memberikan kritikan dan saran yang membangun untuk kesuksesan makalah
selanjutnya

13
DAFTAR PUSTAKA

Yunus Abidin, Tita Mulyati, and Hana Yunansah, Pembelajaran Literasi:


Strategi
Meningkatkan Kemampuan Liteasi Matematika, Sains, Membaca, Dan Menulis
(Jakarta: Bumi
Aksara, 2018)

Edi Subkhan, Pendidikan Kritis Kritik Atas Praksis Neoliberalisasi Dan


Stndarisasi Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016)

Fitraning Tyas Puji Pangesti, Menumbuhkembangkan Literasi Numerasi Pada


Pembelajaran Matematika Dengan Soal Hots. (Wonosobo. Indonesian Digital
Journal of Mathematics and Education Volume 5 Nomor 9 Tahun 2018)

Moh Mursyid, Membumikan Gerakan Literasi Di Sekolah (Yogyakarta: Lembaga


Ladang Kata, 2016),

Nur Suci Ramadhani, ‘Analisis Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah


(GLS) Di Kota Surabaya’, JURNAL_Fis.IIP. 2018.

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Menengah Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan, Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Menengah Atas
(Jakarta: Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan, 2016),

14

Anda mungkin juga menyukai