PROPOSAL PENELITIAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA
Yang dibina oleh Dr. Abdul Rani,M.Pd.
Oleh
Fa‟izatul Karimah
21601071097
Rasa syukur dan terimakasih senantiasa kami haturkan kepada Tuhan YME
yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan
proposal penelitian ini dengan judul “Kesalahan Berbahasa Anak Prasekolah
(Studi Kasus) Dalam Tataran Bunyi Dan Campur Kode (Dwibahasa)”,
juga terima kasih kepada kedua orang tua kami yang dengan sepenuh hati
mendukung serta mendoakan keberhasilan untuk segala hal yang kami tempuh.
Adalah suatu penghargaan bagi kami dapat menciptakan sebuah proposal
penelitian yang diharapkan dapat menjadi referensi terbaru serta dapat
memberikan pandangan-pandangan baru mengenai dunia kebahasaan khususnya
yang terdapat dalam iklan bahasa Indonesia di media masa. Selanjutnya kami
ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Yth, Bpk Dr.Abdul Rani,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia yang
dengan sabar dan kesediaannya selalu membimbing kami hingga terealisasikanlah
sebuah proposal penelitian yang semoga berguna dan bermanfaat kedepannya.
Tidak lupa kami sampaikan pula terima kasih kepada seluruh sahabat yang
bersedia mendukung bahkan membantu proses pembuatan proposal penelitian ini,
kepada seluruh teman-teman kelas C dan seluruh teman PBSI UNISMA yang
telah banyak berkontribusi memberikan masukan dan bantuan kepada kami saat
proses pembuatan proposal penelitian berlangsung. Semoga dengan hadirnya
proposal penelitian ini di kancah akademisi, akan menerbitkan semangat baru bagi
seluruh penerus bangsa, dan semoga ini bukan menjadi karya terakhir dari kami.
Karena dari sini, kami berproses dan betul-betul merasakan manisnya perjuangan
sekalipun waktu yang tersedia sangat singkat. Kami menyadari pengembangan
proposal penelitian ini masih memliki kekurangan yang banyak dan masih
memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, berbagai masukan dan saran dari
pemerhati untuk penyempurnaan proposal penelititan ini sangat kami harapkan.
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Bahasa
Sistem lambang yang bersifat arbitrer (manasuka) yang dipergunakan
oleh masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
ahasa adalah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas
kata-kata atau kumpulan kata.
2. Fonetik
Fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi
fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari
cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan
penggunaan bahasa.
3. Kedwibahasaan
KAJIAN PUSTAKA
1). Errors adalah kesarlahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan
tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah
memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain,
sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan
penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan
berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
2). Mistakes adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih
kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada
kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar,
bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2).
Kesalahan jenis ini terjadi bisa karena faktor psikologis, seperti capai
atau kelelahan, berubah dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi yang
lain. Kesalahan yang sistematis dilakukan seseorang di dalam berbahasa jika tidak
segera diidentifikasi dan dibetulkan, akan mengakibatkan kesalahan yang
berkelanjutan sehingga mengakibatkan kesalahan berbahasa yang dapat
berpengaruh pada hal-hal lain, seperti guru, lingkungan sekolah, perangkat
pengajaran, hingga bahan ajar itu sendiri. Kesemuanya memberi kontribusi
terhadap kegagalan siswa di dalam pembelajaran bahasa (sebagai akibat dari
kesalahan berbahasa yang mereka lakukan (Jain dalam Richards, 2004: 207).
Salah satu penyebab terjadinya alih kode (dwibahasa) pada bahasa yang
diucapkan anak ialah bahasa Ibu. Bahasa dari lingkungan juga berperan besar
dalam proses pemerolehan bahasa. Bahasa pengaruh lingkungan bisa timbul dari
orang-orang sekitar, juga bisa timbul dari berbagai media yang menghasilkan
bahasa. Seperti televisi, gawai, radio, dst. Karenanya, Jika hanya guru yang
berperan menghadapi ini, tujuan sepenuhnya bahwa anak akan berbahasa
indonesia sesuai kaidah baik dan benar akan sulit diraih. Karenanya, kerja sama
antara guru dan orang tua sangatlah penting.
Kode
Alih Kode
Berdasarkan KBBI (2007), alih kode adalah penggunaan bahasa lain atau
variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain ataupun
dikarenakan adanya partisipan yang lain. Appel (dalam Chaer dan Agustina: 40
2004) mengemukakan bahwa alih kode merupakan suatu gejala peralihan
pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Gejala peralihan bahasa yang
dimaksud tentulah melibatkan lebih dari dua bahasa yang digunakan dalam tindak
komunikasi.
Hymes (dalam Chaer dan Agustina: 2004) menyatakan lain tentang alih
kode seperti halnya dikemukakan oleh Appel yang menyatakan bahwa peristiwa
alih kode itu terjadi antarbahasa. Namun, Hymes menyatakan bahwa alih kode itu
bukan hanya terjadi antarbahasa, melainkan dapat terjadi pula antara ragam-ragam
atau gaya-gaya yang terdapat di dalam satu bahasa. Secara lengkapnya, Hymes
Dari pendapat kedua tokoh tersebut di atas, Appel dan Hymes, jelas bagi
kita bahwa pengalihan bahasa (B1 ke B2) yang dilakukan adalah berkenaan
dengan berubahnya situasi dari situasi tidak formal ke situasi formal, ragam santai
ke ragam resmi, dan lain sebagainya. Dalam hal ini dapat diketahui pula bahwa
alih kode akan terjadi antar bahasa atau dalam bahasa satu ke bahasa kedua,
misalnya peralihan dari bahasa Indonesia ke bahasa Prancis, bahasa Jawa ngoko
ke bahasa Jawa krama, dan lain sebagainya. Gejala peralihan pemakaian bahasa
dalam suatu tindak komunikasi ditentukan oleh penutur dan mitra tutur, kehadiran
P3, dan pengambilan keuntungan. indakan komunikasi seorang dwibahasawan
dalam mengalihkan pemakaian bahasa ini dilakukan dengan adanya kesadaran
dari si pemakai bahasa tersebut. Dengan demikian, alih kode itu sendiri
merupakan suatu gejala peralihan pemakaian bahasa yang terjadi karena
berubahnya situasi.
Campur Kode
METODE PENELITIAN
Pada tahap ini, data yang berupa tuturan dalam rekaman ditraskrip
menjadi wujud tulisan sekaligus pengkodifikasian. Kodifikasi hanya
diterapkan pada tuturan anak prasekolah.
1. Salma: “Nama saya upin dan ipen! Saya wingi di Miami, sa....ngat suka..! Ada
mainaan, saye masak, daan macem-macem. Udaah! Masak ayam
gore....ng! Silakan dimaka......n di.... Miami.....! ayam, pakek topi..,
kayak baju itu, tus di ambil ayamnya, tyus di tepung-tepung dicup di
airl itu.. sampe tidak netes. Trus di tepung, uda dehh!
Kakak: “Trus digoreng..?”
2. Salma: “Iy..a dibawak pula..ng!, kenape ituh! O,.. ade mai..na..n.., kere..ta,
ku..da, da....n dan mainan bone..ka, dapat es, gem-geman, suke.. sekali.
Ade lagu-lagu.. a tidak tau lah... ade, ade, dijak menari da..n berjoget-
joget. Daaah! Su.. eh. Kalo masak-masakan, saye lagi suka nih...”
1. Ipen Ipin
2. Saye Saya
3. Macem-macem Macam-macam
4. Udah Sudah
5. Pakek Pakai
6. Teyus Terus
7. Tus Terus
8. Sampek Sampai
9. Dibawak Dibawa
10. Kenape Kenapa
11. Ituh Itu
12. Ade Ada
13. Suke Suka
14. Berlani Berani
15. Kebakarlan Kebakaran
16. Kalo Kalau
No.1
Ipin menjadi Ipen
No.2
Saya menjadi Saye
No.4
Sudah menjadi Udah
No.5
Pakai menjadi Pakek
No.7
Terus menjadi Trus
No.8
Sampai menjadi Sampek
No.10
Kenapa menjadi Kenape
No.11
Itu menjadi Ituh
Ucapan tersebut mengalami pergantian bunyi vokal “a” pada kata ada
yang diganti menjadi bunyi vokal “e” ade. Perubahan bunyi ini disebabkan
karena penutur menirukan logat melayu pada sinema kartun Ipin dan Upin.
Maka meskipun terdapat perubahan bunyi vokal pada kata ada menjadi ade,
perubahan bunyi tersebut tidak merubah makna.
No.13
Suka menajdi Suke
No.14
Berani menjadi Berlani
No.16
Kalau menjadi Kalo
Tabel 3.7.1 data tuturan campur kode (dwibahasa) pada anak prasekolah
No.1
Wingi
Kata wingi ini berasal dari bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan kata kemarin. Kata ini terucap secara tidak sengaja saat
penutur mencoba berbicara menggunakan bahasa indonesia. Peristiwa seperti
ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan bahasa Jawa yang sekaligus
menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang dinamakan campur
kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih banyak berbicara
menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dan tiba-tiba muncul kosakata
dari bahasa Jawa.
No.3
Brambang
Kata brambang ini berasal dari bahasa Jawa yang dalam bahasa
Indonesia diucapkan dengan kata Bawang merah. Kata ini terucap secara
tidak sengaja saat penutur mencoba berbicara menggunakan bahasa
Indonesia. Peristiwa seperti ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan
bahasa Jawa yang sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang
dinamakan campur kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih
banyak berbicara menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dan tiba-tiba
muncul kosakata dari bahasa Jawa.
No.4
Lading
Kata lading ini berasal dari bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan kata Pisau. Kata ini terucap secara tidak sengaja saat
penutur mencoba berbicara menggunakan bahasa indonesia. Peristiwa seperti
ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan bahasa Jawa yang sekaligus
menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang dinamakan campur
kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih banyak berbicara
menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dan tiba-tiba muncul kosakata
dari bahasa Jawa.
Selain itu, penutur juga mengalami peristiwa campur kode saat berbicara.
Campur kode disebabkan karena pengaruh bahasa Ibu dan bahasa sehari-hari yang
digunakan, yakni bahasa Jawa. Sehingga saat mencoba berbicara menggunakan
bahasa Indonesia, kosakata bahasa Jawa akan nampak beberapa.
1. Badiah Badriah
2. Teros Terus
3. Gatel Gatal
4. Ituh Itu
5. Sampek Sampai
6. Kerodong Kerudung
Tabel 3.7.2 data tuturan campur kode (dwibahasa) pada anak prasekolah
NO Bentuk Tuturan Asal Bahasa
1. Cetol-cetol Jawa
2. Ngamok Jawa
3. Moro-moro Jawa
4. Nggudo-nggudo Jawa
5. Nyetol Jawa
6. Kuncitan Jawa
No.1
Badriah menjadi Badiah
No.3
Gatal menjadi Gatel
No.4
Itu menjadi Ituh
No.6
Kerudung menjadi Kerodong
Tabel 3.7.2 data tuturan campur kode (dwibahasa) pada anak prasekolah
No.1
Cetol-Cetol
Kata cetol-cetol ini adalah reduplikasi dari bahasa Jawa yang dalam
bahasa Indonesia diucapkan dengan kata cubit. Kata ini terucap secara tidak
sengaja saat penutur mencoba berbicara menggunakan bahasa indonesia.
Peristiwa seperti ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan bahasa
Jawa yang sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang
dinamakan campur kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih
banyak berbicara menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dan tiba-tiba
muncul kosakata dari bahasa Jawa.
Kata ngamok ini berasal dari bahasa Jawa yang dalam bahasa
Indonesia diucapkan dengan kata mengamuk. Kata ini terucap secara tidak
sengaja saat penutur mencoba berbicara menggunakan bahasa indonesia.
Peristiwa seperti ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan bahasa
Jawa yang sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang
dinamakan campur kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih
banyak berbicara menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dan tiba-tiba
muncul kosakata dari bahasa Jawa.
No.3
Moro-moro
Kata moro-moro ini adalah reduplikasi dari bahasa Jawa yang dalam
bahasa Indonesia diucapkan dengan kata tiba-tiba. Kata ini terucap secara
tidak sengaja saat penutur mencoba berbicara menggunakan bahasa
Indonesia. Peristiwa seperti ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan
bahasa Jawa yang sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang
dinamakan campur kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih
banyak berbicara menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dan tiba-tiba
muncul kosakata dari bahasa Jawa.
No.4
Nggudo-nggudo
No.6
Kuncitan
Kata kuncitan ini berasal dari bahasa Jawa yang dalam bahasa
Indonesia diucapkan dengan kata mengikat rambut. Kata ini terucap secara
tidak sengaja saat penutur mencoba berbicara menggunakan bahasa
Indonesia. Peristiwa seperti ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan
bahasa Jawa yang sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang
dinamakan campur kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih
banyak berbicara menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dan tiba-tiba
muncul kosakata dari bahasa Jawa.
Pada data kedua ini, penutur berusia 5th. Setelah dianalisis, ucapan
penutur banyak mengalami pergantian bunyi “u” menjadi “o”. Selain itu,
penutur juga mengalami peristiwa campur kode saat berbicara. Pergantian
bunyi dan campur kode tersebut disebabkan karena pengaruh bahasa Ibu dan
bahasa sehari-hari yang digunakan, yakni bahasa Jawa. Sehingga saat
mencoba berbicara menggunakan bahasa Indonesia, kosakata bahasa Jawa
akan nampak beberapa.
1.Ummi: “Aya, seewa, saya ke Taman Dola..n, belena..ng, sama Ibuk sama bapak
sama mbak lahma sama mbak umi. Saya beli
bakso,lapal banget, sama buah.”
2.Ummi: “Bayal,gak naik apa-apa, butan takut, melbu thok. naik sepeda.”
3.Ummi: “Mbak Umi ke rumahnya Cak Junet. Kesiapa disana, ndek Cak Junet
ada siapa, ada Bude Mun, ada Adek bayi, enten Mbak Yati, Adek
bayinya sudah keluar, lucu banget.”
No.1
Saya menjadi Aya
No.2
Senang menjadi Seewa
No.4
Ibu menjadi Ibuk
No.5
Rahma menjadi Lahma
No.7
Bayar menjadi Bayal
No.8
Bukan menjadi Butan
No.9
Adik menjadi Adek
Tabel 3.7.3 data tuturan campur kode (dwibahasa) pada anak prasekolah
No.1
Gak
Kata gak ini berasal dari bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan kata tidak. Kata ini terucap secara tidak sengaja saat
penutur mencoba berbicara menggunakan bahasa indonesia. Peristiwa seperti
ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan bahasa Jawa yang sekaligus
menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang dinamakan campur
kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih banyak berbicara
menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dan tiba-tiba muncul kosakata
dari bahasa Jawa.
No.2
Melbu Thok
Kata melbu thok ini berasal dari bahasa Jawa yang dalam bahasa
Indonesia diucapkan dengan kata masuk saja. Kata ini terucap secara tidak
sengaja saat penutur mencoba berbicara menggunakan bahasa indonesia.
Peristiwa seperti ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan bahasa
Jawa yang sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang
dinamakan campur kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih
No.3
Cak
Kata cak/ cacak ini berasal dari bahasa Jawa yang dalam bahasa
Indonesia diucapkan dengan kata kakak. Kata ini terucap secara tidak sengaja
saat penutur mencoba berbicara menggunakan bahasa indonesia. Peristiwa
seperti ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan bahasa Jawa yang
sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang dinamakan campur
kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih banyak berbicara
menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dan tiba-tiba muncul kosakata
dari bahasa Jawa.
No.4
Ndek
Kata ndek berasal dari bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan kata di. Kata ini terucap secara tidak sengaja saat penutur
mencoba berbicara menggunakan bahasa indonesia. Peristiwa seperti ini
terjadi karena penutur terbiasa menggunakan bahasa Jawa yang sekaligus
menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang dinamakan campur
kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih banyak berbicara
menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dan tiba-tiba muncul kosakata
dari bahasa Jawa.
No.5
Enten
Kata enten ini berasal dari bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan kata ada. Kata ini terucap secara tidak sengaja saat penutur
mencoba berbicara menggunakan bahasa indonesia. Peristiwa seperti ini
terjadi karena penutur terbiasa menggunakan bahasa Jawa yang sekaligus
menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang dinamakan campur
kode,dwibahasa, atau bilingual.
Pada data kedua ini, penutur berusia 3th. Setelah dianalisis, penutur
banyak mengucapkan kata-kata yang mengalami pergantian bunyi “r” menjadi
“l”. Perubahan bunyi ini disebabkan karena faktor usia penutur yang dalam vase
ini memang belum terbiasa mengucapkan huruf s, r , dst sebab dirassa terlalu
berat. Selain itu, penutur juga mengalami peristiwa campur kode saat berbicara.
Pergantian bunyi dan campur kode tersebut disebabkan karena pengaruh bahasa
Ibu dan bahasa sehari-hari yang digunakan, yakni bahasa Jawa. Sehingga saat
mencoba berbicara menggunakan bahasa Indonesia, kosakata bahasa Jawa akan
nampak beberapa.
1. Something-something Inggris
2. Tellnya Inggris+Indonesia
3. Please Inggris
4. Lihghtnya Inggris+Indonesia
5. On Inggris
Penafsiran Tabel 3.7.4 Data tuturan campur kode (dwibahasa) pada anak
prasekolah
No.1
Something-something
No.2
Tellnya
Kata tell berasal dari bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan kata berbicara/bercerita. Namun meski kata ini berasal dari
bahasa Inggris, penutur mengucapkannya dengan menggabungkan kata
tersebut menggunakan kata nya yang berasal dari Indonesia sehingga menjadi
tellnya.
Penggabungan kata ini terucap secara tidak sengaja. Peristiwa seperti
ini terjadi karena penutur terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang
sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si penutur. Inilah yang dinamakan campur
kode,dwibahasa, atau bilingual. Karena penutur lebih banyak berbicara
menggunakan bahasa Inggris saat berbicara dan tiba-tiba muncul kosakata
serta kaidah dari bahasa Indonesia.
No.3
Please
Kata please berasal dari bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan kata mohon. Kata ini terucap secara tidak sengaja saat
penutur berbicara. Peristiwa seperti ini terjadi karena penutur terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia yang sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si
penutur. Inilah yang dinamakan campur kode,dwibahasa, atau bilingual.
Karena penutur lebih banyak berbicara menggunakan bahasa Inggris saat
berbicara dan tiba-tiba muncul kosakata dari bahasa Indonesia.
No.5
On
Pada data keempat ini, penutur berusia 4th. Setelah dianalisis, penutur
banyak mengalami peristiwa campur kode saat berbicara. campur kode tersebut
disebabkan karena pengaruh bahasa Ibu dan bahasa sehari-hari yang digunakan,
yakni bahasa Indonesia. Namun penutur juga dilatih untuk berbicara
menggunakan bahasa Inggris dalam kesehariannya.
Transkrip Data ke -5
Nama: Gempita Noura Marteen
Umur: 3th
Alamat: Rempoa, Tangerang Selatan
1. Kalo Kalau
2. Halus Harus
Tabel 3.7.5 data tuturan campur kode (dwibahasa) pada anak prasekolah
1. Stop Inggris
2. Go Inggris
3. Gakboleh Jawa+Indonesia
No.1
Kalau menjadi Kalo
Tabel 3.7.2 data tuturan campur kode (dwibahasa) pada anak prasekolah
No.1
Stop
Kata stop berasal dari bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan kata berhenti. Kata ini terucap secara tidak sengaja saat
penutur berbicara. Peristiwa seperti ini terjadi karena penutur terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia yang sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si
penutur. Inilah yang dinamakan campur kode,dwibahasa, atau bilingual.
Karena penutur lebih banyak berbicara menggunakan bahasa Inggris saat
berbicara dan tiba-tiba muncul kosakata dari bahasa Indonesia.
No.2
Go
Kata go berasal dari bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia
diucapkan dengan kata berhenti. Kata ini terucap secara tidak sengaja saat
penutur berbicara. Peristiwa seperti ini terjadi karena penutur terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia yang sekaligus menjadi bahasa Ibu bagi si
penutur. Inilah yang dinamakan campur kode,dwibahasa, atau bilingual.
Karena penutur lebih banyak berbicara menggunakan bahasa Inggris saat
berbicara dan tiba-tiba muncul kosakata dari bahasa Indonesia.
Pada data kelima ini, penutur berusia 3th. Setelah dianalisis, penutur
banyak mengalami peristiwa campur kode saat berbicara. campur kode
tersebut disebabkan karena pengaruh bahasa Ibu dan bahasa sehari-hari yang
digunakan, yakni bahasa Indonesia.
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.
Arend, Richard I. 2004. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill Companies.
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT
Refika Aditama
Budi Purbayu Santosa dan Ashari.2005.Analisis Statistik dengan Microsoft
Axcel& SPSS.Yogyakarta. :Andi Offset
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum, cetakan ketiga. Jakarta: Rineka Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Fajrina, H.N.2015. Tingkat Kecanduan Gadget di Usia Dini Semakin
Mengkhawatirkan. CNN Indonesia
Muslich, Masnur. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Rusminto, Nurlaksana Eko. 2010. Memahami Bahasa Anak-anak: Sebuah Kajian
Analisis Wacana Panduan Bagi Guru, Orang Tua dan Mahasiswa Jurusan
Bahasa. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan.2011.Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa.Bandung: Angkasa Bandung.
Whitney, F. 1960. The Element Of Research. New York :Prentice-Hall, Inc