Anda di halaman 1dari 12

EKSITENSI KESENIAN TARI ULA ULA LEMBING DI KECAMATAN KARANG

BARU, KABUPATEN ACEH TAMIANG 1996-2018

(Suatu Tinjauan Sosial Budaya)

Proposal

Untuk memenuhi tugas mata kuliah metode sejarah

Oleh :

Cut Deah Fransiska Hanis

1506101020044

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2018
A. Judul : EKSITENSI KESENIAN TARI ULA ULA LEMBING DI KECAMATAN
KARANG BARU, KABUPATEN ACEH TAMIANG 1996-2018
(Suatu Tinjauan Sosial Budaya)

B. Latar Belakang

Kesenian tradisional yang berkembang secara turun-temurun, yang mempunyai unsur-


unsur interprestasi tradisi masyarakat, umumnya menjadi ciri khas dari kesenian tradisoonal.
Jika kesenian tersebut terdapat tingkat daerah maka kesenian tersebut milik daerah.
Kebudayaan merupakan perkembangan dari bentuk jamak “ budi daya, artinya daya dari
budi, kekuatan dari akal. Keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyannya itu “. Atau, dapat juga
dikatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh
manusia karena pemikiran dan karyannya ( Koentjaraningrat, 2011 : 75 ).

Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu
tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Bunyi-
bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud
yang ingin disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari,
berjalan, atau bersenam. Gerak di dalam tari bukanlah gerak yang realistis, melainkan gerak
yang telah diberi bentuk ekspresif dan estetis. Sebuah tarian sebenarnya merupakan
perpaduan dari beberapa buah unsur,yaitu wiraga (raga), wirama (irama), dan wirasa (rasa).
Ketiga unsur ini melebur menjadi bentuk tarian yang harmonis. Unsur utama dalam tari
adalah gerak. Gerak tari selalu melibatkan unsur anggota badan manusia. Unsur- unsur
anggota badan tersebut didalam membentuk gerak tari dapat berdiri sendiri, bergabung
ataupun bersambungan. Seni tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian
besar dimasyarakat. Ibarat bahasa gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam
karya seni. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, seni tari menempatkan diri
pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.

Peranan tari sangat penting dalam kehidupan manusia, berbagai acara yang ada dalam
kehidupan manusia memanfaatkan tarian untuk mendukung prosesi acara sesuai
kepentingannya. Masyarakat membutuhkannya bukan saja sebagai kepuasan estetis saja,
melainkan juga untuk keperluan upacara agama dan adat dan telah kita ketahui bahwa seni
tari membawa pengaruh yang sangat besar sekali bagi kita semua, terutama kita sebagai
bangsa Indonesia yang sangat terkenal akan berbagai budaya yang telah diwariskan turun
temurun oleh nenek moyang. Budaya juga merupakan suatu proses yang dinamis serta
memiliki nilai nilai dan norma – norma kehidupan yang berlaku dalam tata cara pergaulan
masyarakat tertentu. Dari budaya tersebut maka terciptalah ragam ragam kebiasaan
masyarakat, diantaranya bahasa daerah, kesenian, tari, musik, dan upacara adat, semua ini
adalah hasil dari bagian budaya terjadinya tari ula ula lembing.

Budaya juga bisa memberikan identitas suatu daerah, dimana pilar pilar suatu wilayah
diantaranya adalah budaya. Agar dapat menjadi tonggak utama terbentuknya suatu wilayah
secara utuh. Contohnya daerah Aceh yang memiliki kesenian Tari Saman, yang sudah dikenal
di seluruh Indonesia dan menjadi sebuah identitas bahwa Aceh memiliki tarian Saman.
Begitu juga dengan daerah lain seperti Sumatra Utara yang dikenal dengan tarian Tor tor
yang merupakan tonggak terjadinya tari ula ula lembing.

Tarian ini dimainkan oleh 12 orang atau lebih, yang memiliki gerakan yang unik. Filosofi
tarian ini adalah manusia sudah seharusnya bekerja keras dan tidak cepat putus asa dalam
mendapatkan pasangan hidupnya. Ula ula Lembing ini termasuk tarian gembira yang
biasanya di gunakan dalam acara perkawinan, tetapi tarian ini bukan lah termasuk ritual adat
perkawinan Aceh Tamiang. Gaya ular menjalar dalam tarian ini melambangkan kelunakan,
kelincahan, kewaspadaan, sedangkan lembing adalah pelambang gaya ketangkasan, kegesitan
dalam membela dan menjaga sesuatu kemungkinan. Tarian ini dimulai dengan suatu upacara
pembukaan sebagai acara penghormatan dengan iringan lagu patam-patam, dilanjutkan
dengan tarian Niti Batang gerak gaya enjut kedidi. Berikutnya tarian Tunda-tunda Beting,
diteruskan dengan tarian Pungku-pungku pangka diiringi irama lagu dadoi. Selanjutnya
disambung dengan tarian endap-endap Bicok dan sebagai penutup iringan lagu Ula Ula
lembing beralun-alun lambat. Mirisnya, Budaya asli seperti tarian ula ula lembing ini sudah
mulai pudar disebabkan juga Aceh Tamiang ini belum terlalu dikenal baik oleh masyarakat
Aceh maupun di luar Aceh. Bahkan keseniannya cenderung ditinggalkan oleh generasi muda.
Padahal ditinjau dari aspek industri yang ada, wilayah Aceh Tamiang sangatlah strategis dan
potensial. Hal tersebut terbukti dari beragam suku yang bermukin di sini, mulai dari Gayo,
Batak, Padang, bahakna Jawa. Saat ini Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang sedang
melakukan program Pendidikan dan seni budaya, bagaimana cara untuk mengembalikan
kebudayaan Aceh Tamiang ini dimata masyarakat Tamiang, Aceh dan Indonesia.
C. Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas
sebagai kajian dalam proposal ini. Permasalahan pokok dalam masalah ini ialah “Bagaimana
eksitensi kesenian tari ula ula lembing di kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang
2002-2018 ditinjau dari sudut pandang sosia budaya”. Untuk membatasi ruang lingkup
penelitian maka penulis memfokuskan permasalahan dalam beberapa rumusan masalah yang
dibuat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang munculnya kesenian tari ula ula lembing di kecamatan Karang
Baru, Kabupaten Aceh Tamiang ?
2. Bagaimana perkembangan kesenian tari ula ula lembing di kecamatan Karang Baru,
Kabupaten Aceh Tamiang ?
3. Bagaimana upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah maupun pelaku seni tari
di kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang ?

D. Tujuan dan Manfaat Pebelitian

Tujuan merupakan hal tindakan utama yang akan dilakukan seseorang. Begitupun dalam
penelitian ini memiliki tujuan tertentu yang harus dicapai. Ada beberpa tujuan yang akan
dicapai oleh penulis dalam penelitian ini antara lain :

1. Memaparkan latar belakang munculnya kesenian tari ula ula lembing di kecamatan
Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang
2. Menjelaskan perkembangan kesenian tari ula ula lembing di kecamatan Karang Baru,
Kabupaten Aceh Tamiang
3. Menjelaskan upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah maupun pelaku seni tari
di kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik secara teoritis dan secara
praktis.

1. Manfaat secara teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang kajian budaya dan
pelestarian kesenian tari Ula ula lembing serta dapat digunakan sebagai referensi bagi yang
akan melakukan penelitian sejenis. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi
kontribusi terhadap kajian-kajian dan teori-teori yang berkaitan dengan persoalan tersebut.

2. Manfaat secara praktis

a. Manfaat bagi penulis

Karya tulis ilmiah ini akan menjadi rujukan bagi penulis untuk memahami segala hal
yang berhubungan dengan eksitensi dan pelestarian kesenia tari Ula ula lembing dan dapat
menambah wawasan penelitian tentang keberadaan kesenian tradisional yang perlu di
lestariakan khususnya kesenia tari Ula ula lembing di kecamatan karang baru, kabupaten
Aceh Tamiang.

b. Manfaat bagi masyarakat

Sebagai bahan pengetahuan akan arti pentingnya suatu kebudayaan daerah dan pelestarian
kesenian tari Ula ula lembing di kecamatan karang baru, kabupaten Aceh Tamiang, sehingga
diharapkan masyarakat terutama generasi muda mengetahui tentang kesenia tari tradisonal
Ula ula lembing, sehingga kehadirannya dapat dijadikan sebagai komoditi penting dalam
perkembangan kesenian yang ada di kabupaten Aceh Tamiang.

c. Manfaat bagi pemerintah

Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai acuan dalam pelestarian
kebudayaan di Aceh khususnya kesenian tari Ula ula lembing, sehingga dengan adanya
penelitian ini pemerintah dapat menginvastasikan potensi Budaya yang ada di wilayanya
untuk di data lebih jauh dalam upaya menjaga dan mempertahankannya.

F. Anggapan Dasar

Menurut Arikunto (2010:104) anggapan dasar merupakan landasan teori di dalam


pelaporan hasil penelitian nanti. Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah kesenian
tari ula ula lembing di kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang merupakan salah
satu kesenian daerah Aceh.
G. Hipotesis Penelitian

Menurut Arikunto (2010:104) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah kesenian tari ula ula
lembing di kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang perlu di lestarikan karena
merupakan suatu kebudayaan yang merupakan kebanggaan masyarakat Aceh Tamiang.

H. Tinjauan Pustaka

Dalam tahapan ini penulis menghimpun informasi yang relavan dengan topik masalah
yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan ilmiah, tesis dan disertai peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku
tahunan, ensiklopedi, dan sumber tertulis baik tercetak atau elektronik.

Menurut Goldsworthy tarian Melayu di dasarkan kepada adat istiadat, dan dibatasi oleh
pandangan adat. Para penari wanita di sarankan untuk menjaga kehormatan dan harga
dirinya, mereka tidak diperkenankan mengangkat tangan melibihi bahunya, dan tidak
diperkenankan menampakan giginya pada saat menari. Mereka tidak boleh mengoyang
goyangkan pinggulnya, para penari wanita sebagian besar mengutamakan sopan santun, tidak
menantang pandangan penari mitra prianya. Penari wanita mengekspresikan jinak-jinak
merpati atau malu malu kucing. Penari wanita gerak gerak nya menghindari penari pria
(Goldsworthy, 1979:343)

Sejalan dengan pendapat Goldsworthy, Mohd Anis Md Noor mengemukakan bahwa


salah satu aspek penting dalam mengekspresikan gerak dalam tari tradisional Melayu, adalah
berdasarkan kepada kehalusan budi orang orang Melayu. Sebagaimana etnik lain di dunia,
tari Melayu juga berdasar kepada estetika masyarakat pendukungnya. Dinamika gerak tari
Melayu pada umumnya mengikuti gemulai langkah kaki dan tangan. Pada budaya tari
Melayu terdapat pisahan peran ekspresi berdasarkan jenis kelamin. Seorang penari pria
mempunyai tata gerak yang berbeda dengan seorang penari wanita. Keaanggunan wanita
yang diekspresikan melalui gerak gemulainya dalam tari Melayu, akan lebih alamiah apabila
didamping oleh ekspresi sikap gagah penari pria. Dalam tarian berpasangan, gerak gerak
yang diekspresikan penari pria adalah melindungi penari wanita. Pada waktu menari
berpasangan, penari pria mengitari penari wanita, sebagai ekspresi menjaga penari wanita
dari gangguan orang lain. Penari wanita tidak diperkenankan melangkah terlalu lebar dan
lebih menonjol gerakannya di banding penari pria. Penari wanita melakukan gerakan-gerakan
yang mengekspresikan kelembutan, yaitu gerak halus sedikit malu-malu. Pinggul penari
wanita tidak boleh digoyangkan dengan sesuka hati, sehingga menimbulkan rangsangan
erotis bagi yang melihatnya. Hinjut kaki seorang penari wanita tidak boleh terlalu keras dan
kuat, sedangkan penari laki-laki melangkah dengan mantap dan pasti. Begitulah sifat tari
Melayu darri zaman ke zaman (Mohd Anis Md Noor, 1990:30-32).

Untuk musik iringan tari Ula-ula Lembing. Khususnya struktur melodi akordion yang
berfungsi secara musical sebagai pembawa melodi utama. Penulis menggunakan teori bobot
tangga nada (weighted scale), yang ditawarkan oleh William P. Malm (1977:8). Ia
menawarkan 8 parameter untuk mendeskripsikan melodi, yaitu (1) tangga nada, (2) wilayah
nada, (3) nada dasar, (4) interval, (5) distribusi nada, (6) formula melodi, dan (7) pola
kadensa Dalam hal ini penulis juga akan membuat transkip musik pengiring tari ula-lembing
dengan menggunakan teori Nettl (1964:98). Yang memberikan 2 pendekatan yaitu: (1) kita
dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar, (2) kita dapat menulis apa yang
kita dengar tersebut diatas kertas dan kita dapat menganalisa apa yang kita lihat tersebut.

I. Metode Dan Teknik Penelitian

Metode Penelitian

Metode itu sendri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk
pelaksanaan atau petunjuk teknis. Metode disini dapat dibedakan dari metodologi adalah
Sicience of Methods yakni ilmu yang membicarakan jalan. Secara umum metode penelitian
dapat diartikan sebagai cara ilmia untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu dan Menurut Abdulrahman, Apa bila tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
dan menganalisis peristiwa-pristiwa masa lampau maka metode yang digunakan adalah
metode histiris. Metode historis itu bertumpun pada empat langkah kegiatan: Heuristik, kritik,
Interprstasi, dan Histiografi. (Dudung Abdulrahman: 2007: 53)
Bedasarkan uraian-uraian diatas agar dalam penulisan penelitian lebih ilmiah, data,
tujuan, dan kegunaannya. Penulis menggunakan metode historis (Sejarah), yang memiliki
empat langkah, Heuristik, Kritik, Interprestasi, dan Histiografi.
 Teknik Pengumpulan Data
Menurut G.J Renier (1997:113) Heuristik adalah suatu tekhnik, suatu seni, dan bukan
suatu ilmu. Heuristik seringkali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan,
mengemukakan, menangani, dan memperinci, bibliografi, atau mengklarifasikan dan
merawat catatan catatan (Dudung Abdurahman,1999: 55).
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan dengan cara menilai buku sumber yang ada perpustakan secara kritis yang
berhubungan dengan penelitian. Selanjutnya membuat tulisan dengan sumber yang
dikumpulkan.
Untuk mendapatkan data yang relevan tentang “kesenian tari ula ula lembing di
kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang” maka peneliti mencari data melalui:
Perpustakaan Wilaya Kabupaten Aceh Tamiang dan di sanggar-sanggar tari yang ada
diwilayah karang baru, serta artikel yang ada di internet terkait dengan masalah yang diteliti.
 Teknis Pengumpulan Data
Tekhnik analisis data dalam penelitian ini bersifat analisis data kualitatif. Teknik
analisis data kualitatif adalah analisis data yang bersifat menerangkan dan bukan melalui
angka angka bentuknya berupa tulisan yang dikritisi oleh peneliti dan dapat ditangkap makna
tersirat dari benda atau buku buku atau dokumen.
Dalam analisis kualitatif peneliti tidak menggunakan sampel,populasi dan variabel
karena bahan yang diteliti bersifat tulisan dan menggunakan metode yang berbeda dengan
penelitian kuantitatif. Kajian pustaka atau landasan teori digunakan sebagai pemandu agar
peneliti dapat meneliti sesuai fakta yang ada di lapangan. Di dalam menganalisis sumber
sejarah, peneliti menguji kebenaran atau kesahihan sumber, dan juga bahan bahan dari
sumber sejarah untuk dikelompokan dalam penulisan perkembangan agama islam di minang
kabau pada masa perang padri. Melakukan pengujian atas asli tidaknya sumber berarti
menyeleksi segi segi fisik dari sumber yang ditenukan (Dudung Abdurahman,1999: 59).
Melalui tahapan ini penulis akan melakukan penggambaran dari data data yang
dikumpulkan tentang perkembangan agama islam di minang kabau pada masa perang padri.
Kritik eksteren adalah menilai dari bahan apa buku itu dibuat pada tahap ini peneliti meneliti
dengan baik bahan dan juga penerbit serta penanggung jawab dari sumber tersebut sehingga
dapat dipercaya sebagai sumber sejarah. Kritik Interen adalah penilaian terhadap keaslian
sumber sejarah baik berupa benda atau tertulis. Kritik ini dilaksanakan dengan cara
memeriksa secara teliti isi dari sumber itu supaya relevan dan terpercaya mengenai
perkembangan agama Islam pada masa perang Paderi. Terakhir adalah kesahihan sumber
pemeriksaan buku agar dapat diakui kebenarannya.
 Interprestasi
Tahap selanjutnya adalah interprestasi, yaitu berupa analisis (menguraikan) dan
sintensis (menyatukan) fakta-fakta sejarah. Hal ini dilakukan agar fakta-fakta yang
tampaknya terlepas antara satu sama lain bisa menjadi satu hubungan yang saling berkaitan.
Dengan demikian dapat dikatakan sebagai proses memeknain fakta. Pada tahap analisis,
peneliti menguraikan sedetail mungkin ketiga fakta (mentifact, socifact, dan artifact) dari
berbagai sumber atau data sehingga unsur-unsur kecil dalam fakta tersebut menampakkan
koherensinya. Penafsiran dalam metode sejarah menimbulkan subjektivitas sejarah, sangat
sukar di hindari, karena di tafsikan oleh sejarawan (si subjek), sedangkan yang objektif
adalah fakta. Penafsiran model sejarah tersebut dapat di terapkan pada ilmu antropologi, seni
pertunjukan, studi agama, fiologi, arkeologi, dan ilmu sastra. (Sugeng Priyadi :2012 :76)
 Historiografi
Fase terakhir dalam penelitian sejarah adalah historiografi merupakan cara penulisan,
pemaparan atau laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Historiografi
merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah hendaknya
memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian, sejak dari awal (fase
perencanaan), penyajian historiografi meliputi pengantar, hasil penelitian, simpulan.
Penulisan sejarah sebagai laporan seringkali di sebut karya historiografi yang harus
memperhatikan aspek kronologis, periodesasi, serialisasi, dan kausalitas, sedangkan pada
penelitian antropologi tidak boleh mengabaikan aspek holistik (menyeluruh). (Sugeng Priyadi
:2012 :79)
Historiografi adalah cara penulisan, pemaparan, atau memberikan laporan dari hasil
penelitian yang dilakukan sehingga penulis sejarah dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai proses penelitian yang sudah dilakukan dari awal penelitian sampai selesai
penelitian (Dudung Abdurahman,1999: 67).
Sedangkan pengertian lain dari historiografi adalah suatu kegiatan intelektual untuk
memahami sejarah (Paul Veyne,1971:71) (Sjamsudin,2012: 121). Hal itu menjurus bahwa
historiografi adalah proses terakhir dari metode historis. Dalam tahap ini peneliti mulai
menulis secara kritis supaya dapat dipertanggung jawabkan faktanya.
Historiografi adalah bagian inti dari suatu penelitian. Didalamnya memuat bab bab
yang berisi uraian serta pembahasan masalah yang sedang diteliti. Dalam bab bab ditunjukan
kemampuan peneliti dalam mengkaji serta menyajikan data dari sumber yang diperoleh
mengenai sumbangan pemikiran politik Mohamad Natsir dalam pembentukan zaken kabinet
tahun 1950-1951 (Dudung Abdurahman,1999: 69).
Adapun bagian kesimpulannya adalah mengemukakan generalisasi dari yang telah
diuaraikan. Simpulan merupakan hasil dari analisis serta fakta sejarah dari masalah yang
diteliti. Setelah semua itu tercapai akan jadi bahan penelitian yang dapat dipertanggung
jawabkan penulisaanya (Dudung Abdurahman,1999: 70).

J. Lokasi Penelitian

Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih Kabupaten Aceh Tamiang sebagai lokasi
Penelitian. Hal ini dikarenakan tari Ula-ula Lembing hanya satu-satunya terdapat di
kabupaten tersebut. Jarak dari Kota Banda Aceh ke Kota Kualasimpang dapat ditempuh
sekitar 9 jam dengan menggunakan transportasi darat karena wilayah Aceh Tamiang adalah
lintas Sumatera.

K. Sistematika Penulisan

Rangkaian penulisan dalam membahas penulisan masalah pada tulisan ini dituangkan
dalam beberapa bab, yang tiap-tiap bab tersebut membahas hal yang berbeda satu sama lain.
Bagian pertama sampai kelima tersusun secara berurutan dalam bentuk sistematika
pembahasan. Bagian-bagian tersebut adalah:

Secara umum penelitian ini terdiri dari lima (5) bab, yaitu

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari sub bab; (a) Latar Belakang (b) Rumusan Masalah (c)
Tujuan Penelitian (d) Manfaat Penelitian (e) Kajian pustaka (f) Metode dan Pendekatan
Penelitian yang terdiri dari : (i), Metode Penelitian (ii), Pendekatan Penelitian, (h)
Sistematika Penulisan.

Bab II Pembahasan yang terdiri dari sub bab yaitu (a) gambaran umum Daerah Penelitian
(b) latar belakang munculnya kesenian tari ula ula lembing di kecamatan Karang Baru,
Kabupaten Aceh Tamiang 1996.

Bab III yaitu Membahas tentang perkembangan kesenian tari ula ula lembing di kecamatan
Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang.
Bab IV yaitu Membahas tentang hasil penelitian kesenian tari ula ula lembing di kecamatan
Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang.

Bab V yaitu Penutup yang terdiri dari sub bab yaitu (a) Kesimpulan (b) saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,Dudung.1999. Metode Penelitian Sejarah.Jakarta : PT. Logo Wacana Ilmu.

Abdurahman,Dudung. 2007. Metodolgi Penelitian Sejarah. Ar – Ruzz Media. Yogyakarta

Arikunto, suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rieka
Cipta.

Ali M, Deli, T, 2000, Kamus Standar Bahasa Indonesia, Penabur Ilmu, Bandung

Al-Rasyi, Furqan 2011, Jurnal Ddelegasi Jakarta: PT LENTERA ABADI.

Priyadi ,Sugeng.2012.Metode Penelitian Pendidikan Sejarah.Yogyakarta Budaya Aceh,


Aceh.

Anton, Muliono, 1989, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Athaillah dan Muchtar Djalal, 1980, Jurnal Kesenian Tradisional Aceh, Aceh.

Bahari, Nooryan, 2008, Kritik Seni, Pustaka Pelajar, Jakarta.

Balai Pustaka, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke – II, Depdikbud, Jakarta.

Kontjaraningrat. 2008. Prngantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Nino Oktorino DKK.2009.Ensiklopedia Sejarah Dan Budaya.Ombak : Yogyakarta.

Nizar,Samsul. 2013. Sejarah Sosial dan Dinamikia Intelelektual Pendidikan Islam Di


Nusantara.Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GRUP.

Suhartono W,Pranoto. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah, Graha Ilmu. Yogyakarta.

Syamsudin Helius, 2008. Metodologi Sejarah. Ombah, Yogyakarta.

Helius ,Syamsudin. 2008. Metodologi Sejarah. Ombah, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai