Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BUDAYA ALAM MINANGKABU

KESENIAN DI MINANGKABAU

Oleh :

Kelompok 10
1. Nurfika Dewi (19140016)
2. Robi’ah Mardian (19140020)
3. Zul Imron (20140010)

DOSEN
Yaziran murad, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI
SUMATERA BARAT
2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat seperti nikmat kesehatan dan nikmat hidup serta hidayah-Nya
yang sangat besar sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu. Salawat
dan salam untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing manusia kejalan yang
diridhai-nya.
Saya juga berterima kasih kepada Bapak Yaziran murad, M.Pd Selaku dosen Budaya
Alam Minangkabau di STKIP PGRI SUMBAR yang telah mengajarkan banyak ilmunya baik
dari segi teori maupun pengalaman.
Teristimewa buat orang tua penulis yang telah membesarkan penulis dan mendidik
penulis hingga saat ini
Dan terimakasih untuk teman-teman seperjuangan penulis yang telah mengingatkan
dan membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Padang, 14 November 2020

KELOMPOK 8

2
Daftar Isi

Kata pengantar ..............................................................................................


Daftar isi .........................................................................................................
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................
C. Tujuan Masalah .................................................................
D. Manfaat penulisan ..............................................................
BAB II Pembahasaan
1. Pandangan orang Minangkabau terhadap seni ...................
2. Bentuk dan pola kesenian ...................................................
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ........................................................................
B. Saran ..................................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia banyak memiliki berbagai macam suku dan budaya sehingga
mempengaruhi kebiasaan dan gaya hidup yang dapat berbeda maupun sama antara
satu dengan yang lain. Hal ini sesuai pendapat E.B. Taylor Dalam Sumarsono dan Siti
Dloyana Kusuma, (2007:4) bahwa, Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan
kompleksitas yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota Kebudayaan pada masyarakat meliputi prilaku,
kepercayaan, aktivitas sosial, kesenian, adat istiadat yang dilakukan secara turun
temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Kebudayaan tidak luput dari kesenian
masyarakat indonesia.
Kesenian merupakan karya cipta manusia yang merupakan wujud dari
ekspresi penghayatan manusia dengan latar belakang kehidupannya,
pandanganpandangannya, lingkungan hidup dan kebudayaannya atas sesuatu yang
merangsang kepekaan daya ciptanya. Itulah sebabnya seni itu sangat spesifik dan
sangat dekat dengan lingkungannya sehingga terdapat interaksi sosial antara
masyarakat dan lingkungannya.
Daya hidup dan daya tarik kesenian banyak berhubungan dengan interaksi
tersebut. Demikian juga kesenian memiliki keterkaitan erat dengan budaya setempat.
Kesenian merupakan “penjaga nilaibudaya”. Apabila fungsi tersebut hilang karena
kesenian hanya menjadi hiburan semata, maka kebudayaan lingkungannya pun sulit
dipertahankan.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 dinyatakan bahwa pemerintah
Memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Pengembangan, penggalian dan
Penelitian kebudayaan merupakan salah satu usaha mengembangkan dan
Melestarikan seni budaya bangsa. Hal ini juga untuk satu usaha mengembangkan
Apresiasi dan kreativitas seni masyarakat yang ada di Indonesia. Salah satu usaha
Pengembangan, penggalian dan pemeliharaan kesenian daerah yang perlu Mendapat
perhatian adalah untuk musik, khususnya vokal tradisional.
Sumatera Barat merupakan provinsi yang memiliki beragam kesenian daerah
Seperti adat istiadat, kesenian, bahasa, prilaku masyarakatnya. Dari sekian banyak

4
Kesenian yang ada di Sumatera Barat tersebut, pada umumnya tumbuh dan
Berkembang sejalan dengan keberadaan lingkungan sosial budaya masyarakat
Sekitarnya, selain itu pola kegiatan keseharian masyarakat tersebut tinggal juga
Mempengaruhi masyarakat dalam melahirkan kreasi seninya.
B. Rumusan masalah
1) Bagaimana pandangan orang minangkabau terhadap seni
2) Bagaimana bentuk dan pola kesenian
C. Tujuan Masalah
1) Mengetahui pandangan orang Minangkabau terhadap seni
2) Mengetahui bentuk dan pola kesenian
D. Manfaat penulisan
Agar pembaca mengetahui bagaimana pandangan orang Minangkabau terhadap seni
dan bentuk serta pola kesenian

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pandangan orang Minangkabau terhadap seni


Minangkabau merupakan satu-satunya suku yang menganut sistem matrilineal
di Indonesia. Maksudnya, setiap anak lahir baik laki-laki maupun perempuan secara
langsung akan menjadi anggota keluarga suku ibu, karena di Minangkabau garis
keturunan ditarik berdasarkan keluarga ibu.
Orang Minangkabau juga sering pergi merantau. Mereka berani pergi
merantau karena sudah dibekali dengan ajaran silat dan iman yang kuat. Oleh sebab
itu orang Minang dikenal sebagai muslim yang taat.
Seni tradisional berasal dari kata seni dan tradisional. Seni artinya keindahan,
tradisional artinya kebiasaan yang biasa berlaku dalam adat. Jadi, seni tradisional
Minangkabau berarti ungkapan rasa keindahan yang bersumberbdari kebiasaan adat
dan budaya orang Minangkabau.
Keindahan dan keberagaman kesenian Minangkabau merupakan warisan yang
dapat menyokong dan melengkapi kesenian lain yang berada di Indonesia. Kesenian-
kesenian ini berupa tari-tarian yang terdiri dari Tari Piring, Tari rantak, Tari Randai,
Tari Indang, Tari Payung, dan lainnya.
Perkembangan zaman pada saat ini memberi efek memprihatinkan terhadap
kebudayaan minangkabau. Semakin lama eksitensi Minangkabau semakin memudar
saat banyak dari generasi muda yang mulai melupakan budaya mereka sendiri.
Generasi muda kian tak acuh terhadap seluk beluk kebudayaan Minangkabau seperti
kesenian yang ada di dalamnya. Kebanyakan generasi muda Minangkabau sekarang
banyak yang malu akan kebudayaan yang ia miliki.
Ia lebih senang dengan kebudayaan orang luar seperti Kpop, dan hal lainnya.
Ia juga lebih senang memainkan tik tok dari pada memainkan permainan
Minangkabau. Ia lebih senang mendengarkan musik Korea, Jepang, dan Indonesia.
Generasi muda Minangkabau sekarang lebih senang dengan meekspresikan
hal yang ia sukai dengan berbahasa asing dibandingkan dengan bahasa daerahnya
sendiri. Sehingga membuat kesenian minangkabau terlupakan dan tidak ada yang mau
melestarikannya kembali.
Generasi muda sekarang bisa dikatakan sangat minim dengan nilai moral serta
nilai kebudayaan berkesenian. Generasi muda sekarang lebih rawan maksiat, sebut

6
saja sederatan arti-artis Korea, boyband dan grilband ia mengetahui hal tersebut,
bahkan sampai kesejarahan masa lalu tentang Minangkabu ia tidak mengetahuinya.
Keadaan ini tentu begitu mengiris hati dan perasaan, ketika para perantau
Minangkabau diseluruh penjuru negeri ibu pertiwi berusaha untuk melestarikan
variasi budaya minangkabau, namun usaha itu seakan-akan sia-sia karena masyarakat
daerah Minangkabau itu sendiri tidak mampu melestarikan budayanya sendiri.
Dan ketika budaya minangkabau dikalim oleh negara lain, lucunya pemuda
minangkabau merasa begitu geram.
Pada masa sekarang banyak kita lihat tidak begitu banyak adanya penampilan
kesenian yang ada di Minangkabau. Jika ada kesenian minangkabau yang kita lihat
pada saat ini yaitu berupa tari-tarian yang di tampilkan pada saat acara pesta.
Serta lagu-lagu Minang yang dinyanyikan ketika acara pesta atau acara-acara
tertentu. Dulu orang-orang Minangkabau dimana saja kita berada kesenian minaag
selalu kita dengar melalui alat musik seperti Pupuik, Saluang, dan Rabab.
Kini jarang kita temui lagi orang yang memainkan pupuik dan saluang. Media
penyampaian kesenian tersebut sudah terbatas dan banyak orang-orang
menyampaikan kesenian tersebut di tempat-tempat seperti di Pertamina, Di lampu
merah, dan di tempat lainnya.
Kita sebagai generasi muda harus melestarikan, membudayakan dan
menghormati kesenian yang sudah ada sejak zaman dahulu. Agar tidak punah
dizaman modern ini, juga untuk menjaga sebaik-baiknya agar tidak direbut/diklaim
oleh orang luar, dan yang paling utama adalah selalu memegang teguh amanat dari
para pendahulu untuk generasi penerus yang semua kesenian dan kebudayaan ini
menjadi akar dari semua kehidupan.
Hendaknya para penerus generasi sekarang ini membulatkan tekadnya untuk
dapat menyatukan visi bersama untuk menjaga adat dan kesenian budaya agar tetap
utuh di dalam keseharian masyarakat. Bukan seperti saat ini, pemuda banyak tidak
peduli dan masih mengedapankan sikap individualisme dan apatis.
2. Bentuk dan pola kesenian
Tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan atau bentuk prilaku manusia yang
diwariskan oleh orang-orang terdahulu/ nenek moyang manusia dan menjadi identitas
serta jati diri yang mencirikan masyarakatnya. (Murgiyanto, 2004, p. 10) juga
mengatakan, bahwa tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan

7
pemikiran, kebiasaan, kepercayaan, kesenian dari generasi ke generasi/ dari leluhur ke
anak cucu secara lisan.
Cirikhas dari suatu masyarakat terbentuk oleh kebudayaannya. Adapun 7
unsur dari kebudayaan manusia yang universal yaitu bahasa, system pengetahuan,
sitem kemasyarakatan/ organisasi sosial, system peralatan dan teknologi, system mata
pencarian hidup, system religi dan kesenian.
Seni dan tradisi merupakan cerminan budaya masyarakat, khususnya di
Minangkabau. Kesenian sebagai salahsatu unsur kebudayaan dan dimunculkan dari
prilaku masyarakat manusianya. Masyarakat Minangkabau memegang falsafah
“alam takambang jadi guru” (alam terkembang menjadi guru), artinya segala
sumber pengetahuan dan prilaku manusia merujuk kepada alam, segala sesuatu
dipelajari dengan mengamati serta melihat kepada “alam”. Sebagai contoh, untuk
memberikan nama/ judul sebuah karya seni yang dilihat dan menjadi kebiasaan dari
peristiwa masa lampau dalam kesenian tambua dan tassa misalnya. “oyak tabuik”
diberi judul kepada satu bentuk penyajian permainan gandang tambua dan tassa yang
memang digunakan pada prosesi “maarak tabuik”, pada memperingati Asyura pada
10 Muharam atau memperingati peristiwa peperangan antara pasukan cucu Nabi
Muhammad, Husain bin Ali melawan pasukan Umar bin Sa’ad. “Tabuik” sebagai
simbol dua kubu pasukan yang berperang yang disebut perang “karbala”.
Ada juga penamaan dari sifat makhluk hidup dan benda bergerak yang ada di
alam seperti judul; “kureta mandaki”, “si ontong tabang”, “kudo manjompak”, “tupai
bagaluik” dan lain sebagainya. Serta, penamaan bentuk kesenian sesuai dengan dari
mana daerah asal kesenian itu hidup dan berkembang, seperti; “rabab pariaman” dari
daerah Pariaman, “rabab Darek” dari daerah Darek atau “rabab pasisia” dari daerah
Pasisia dan lain sebagainya. Maupun penamaan bentuk kesenian berdasarkan prilaku
pelaku seninya. Alam bagi masyarakat Minangkabau adalah segalanya, bukan hanya
sebagai tempat lahir, hidup dan berkembang secara fisik, tetapi juga dianggap sebagai
hal yang mempunyai makna filosofis (Navis, 1986, p. 59).
Kebiasaan berguru kepada “alam” membuat masyarakat Minangkabau kaya
akan seni budayanya. Kesenian yang hidup pertamanya pada masyarakat
Minangkabau merupakan kesenian tradisi yang erat hubungannya dengan ritual,
hiburan serta upacara adat. Sangat banyak bentuk-bentuk kesenian yang ada dan
hidup pada masyarakatnya terutama dalam bentuk seni musik. Baik itu kesenian
musik yang dimainkan dengan cara “digesek” (digesek), “digua”/ “diguguah”

8
(dipukul), “diambuih” (ditiup), “dipatiak” (dipetik) serta “didendangan”
(didendangkan).
Bentuk kesenian musik yang dimainkan dengan cara “digesek” (digesek)
yang ada di Minangkabau antara lain;
 Rabab Pasisia/ Biola, berkembang dari daerah Pasisia.
 Rabab Darek, dari berkembang daerah Darek Minangkabau/ dataran
tinggi Sumatera Barat.
 Rabab Piaman, berkembang dari daerah Pariaman.
 Rabab Badui, dari daerah Sijunjung.
Bentuk kesenian musik yang dimainkan dengan cara “digua”/
“diguguah”(dipukul), yang ada di Minangkabau antara lain;
 Tassa dan Gandang Tambua, berkembang dari daerah
Pariaman, Maninjau dan sekitarnya.
 Gandang Duo/ Gandang Silek, berkembang dari daerah Muaro
Labuah.
 Talempong dan Canang, berkembang dari daerah Darek.
 Talempong Batu, berkembang dari daerah Batu Sangka.
 Talempong Kayu, berkembang dari daerah Darek.
 Indang, berkembang dari daerah Pariaman.
 Rabana/ Rabanea/ Barzanzi, berkembang di daerah Darek dan
Rantau.
 Adok, berkembang dari daerah Pasisia.
 Salawaik Dulang/ Salawaik Talam, berkembang dari daerah Tanah
Datar.
Bentuk kesenian musik yang dimainkan dengan cara “diambuih” (ditiup),
yang ada di Minangkabau antara lain;
• Saluang Darek, berkembang dari daerah Darek.
• Saluang Panjang, berkembang dari daerah Muaro Labuah.
• Bansi, berkembang dari daerah Darek dan Pasisia.
• Sarunai, Pupuik Gadang, Pupuik Tanduak, Pupuik Batang Padi
berkembang dari daerah
Darek.
• Sampelong dan Saluang Sirompak berkembang dari daerah

9
Payokumbuah.
• Saluang Pauah, berkembang dari daerah Pauh Padang.
• Katumbak, berkembang dari daerah Padang Pariaman.

Bentuk kesenian musik yang dimainkan dengan cara “dipatiak” (dipetik),


yang ada di Minangkabau adalah; Kucapi Payokumbuah, berkembang dari daerah
Payokumbuah.Bentuk kesenian musik yang dimainkan dengan cara “didendangan”
(didendangkan) secara penyajiannya biasanya berkolaborasi bersama instrument
yang bersifat melodis dan perkusif, serta dalam pertunjukan yang menyerupai gerak
silat. Alat musik yang bersifat melodis yang dikolaborasikan menjadi satu bentuk
kesenian yang “didendangan” (didendangkan) yaitu pada kesenian Rabab, Kucapi,
Saluang, Sampelong, Katumbak dan alat musik perkusif yang dikolaborasikan
menjadi satu bentuk kesenian yang “didendangan” (didendangkan) yaitu pada
kesenian Salawaik Dulang/ Salawaik Talam, Indang, Rabana, dan Adok. Sedangkan
kehadiran bentuk kesenian “didendangan” (didendangkan) dalam pertunjukan yang
menyerupai gerak silat yaitunya pada kesenian Luambek yang berkembang dari
daerah Pariaman. Pertunjukan Luambek terpusat pada gerakan menyerang dan
menangkis yang merupakan inti gerakannya dengan tanpa bersentuhan secara fisik.
Bahkan satu bentuk kesenian yang dibangun oleh empat elemen sekaligus
yang ada dalam penyajiannya adalah kesenian Randai. Adapun elemen yang
dihadirkan yaitu; naskah cerita (drama), gerak (legaran), gurindam (sastra lisan) dan
musik tradisional Minangkabau. Naskah Randai biasanya diangkat dari peristiwa
masa lampau dan memang pernah terjadi pada suatu masyarakat menjadi suatu
narasi yang diceritakan. Randai sebagai satu bentuk kesenian bisa dikatakan hidup
dan berkembang diseluruh wilayah Minangkabau, baik itu di daerah Darek maupun
Rantau/ Pasisia.
Semua bentuk kesenian di atas merupakan seni tradisi yang hidup dan
berkembang di wilayah kebudayaan masyarakat Minangkabau. Setiap daerah di
Minangkabau memiliki kesenian yang khas sebagai hasil dari prilaku manusia yang
membudayakan seni tradisi sebagai unsur yang mencirikan identitas dan jati diri
kebudayaan masyarakatnya

10
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Pada hakikatnya masyarakat Minangkabau senantiasa berpegang pada
falsafah yang dianutnya sebagai konsepsi dalam mewujudkan kebudayaan. Kesenian
dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau hidup dan berkembang bersama
perjalanan waktu serta daya kreativitas masyarakatnya dinamis. Seni tradisi
Minangkabau sangat tergantung kepada alam dan lingkungan masyarakatnya. Namun
dalam perjalanannya sebagai subjek dalam kebudayaan pada akhirnya mampu hidup
dan berkembang bersama daya kreatifitas masyarakat seni kesenian itu sendiri.
Sedangkan sebagai objek dalam kesenian yaitu mengenai karya seninya.
Pada pandangan “tekstual” (aspek bentuk, aspek teknis dan aspek isi) merupakan
suatu keberlanjutan dan perubahannya. Sedangkan dalam pandangan “kontekstual”
(aspek fungsional) kesenian dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau tetap
mewariskan mewariskan nilai-nilai, jiwa dan semangat sebagai identitas yang
mencirikan musik Minangkabau. Talempong kreasi salahsatu produk kreativitas
seniman masa lampau adalah salah satu bentuk keberlanjutan dan perubahan kesenian
yang dimaksud.
Keberlanjutan dan perubahan seni tradisi sebagai bentuk kesenian dalam
perjalanan dan perkembangan pada kebudayaan masyarakat Minangkabau yang
dinamis telah dimulai pada era 70-an. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya tokoh-
tokoh seniman Minangkabau serta lahirnya lembaga-lembaga formal pendidikan seni,
seperti ASKI (ISI sekarang), SMKI Padang, serta IKIP Padang (UNP sekarang).
2. Saran
Penulis menyadari bahwasanya makalah yang penuls tulis ini jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis mengahrapkan kritik dan saran pembaca agar makalah
selanjutnya yang akan penulis tulis lebih baik kedepannya.

11
Daftar Pustaka
Https://langgam.id/
Hidayat hengki Armes, Wimrayardi, Putra Agung Dwi (2019) seni tradisi dan
kreatifitas dalam kebudayaan minangkabau

12

Anda mungkin juga menyukai