Anda di halaman 1dari 16

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SD Negeri Percobaan


Kelas / Semester : IV (Empat) / 2 (Dua)
Tema : 8 (Daerah Tempat Tinggalku)
Sub Tema : 2 (Keunikan Daerah Tempat Tinggalku)
Pembelajaran :2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Muatan Pelajaran : Bahasa Indonesia, IPA, SBdP

I. Kompetensi Inti
1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan
berakhlak mulia.
II. Kompetensi Dasar dan Indikator
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator
3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang 3.9.1 Menentukan tokoh antagonis
terdapat pada teks fiksi. dan protagonist dalam teks
4.9 Menyampaikan hasil identifikasi fiksi
tokoh-tokoh yang terdapat pada 4.9.1 Menyatakan tokoh antagonis
teks fiksi secara lisan, tulis, dan dan protagonist dalam teks
visual. fiksi
IPA
Kompetensi Dasar Indikator
3.4 Menghubungkan gaya dengan 3.4.1 Menjelaskan pengaruh gaya
gerak pada peristiwa di terhadap gerak
lingkungan sekitar. 4.4.1 Menyebutkan contoh
4.4 Menyajikan hasil percobaan hubungan gaya terhadap
tentang hubungan antara gaya gerak
dan gerak.

SBdP
Kompetensi Dasar Indikator
3.3 Mengetahui gerak tari kreasi 3.3.1 Menyebutkan ragam tari
daerah. daerah
4.3 Meragakan gerak tari kreasi 4.3.1 Menentukan asal daerah
daerah. tarian tradisional.

III. Tujuan Pembelajaran


1. Melalui menyimak teks “Terjadinya Selat Bali”, siswa dapat menentukan
tokoh antagonis dan protagonist dalam teks fiksi dengan tepat.
2. Melalui penugasan, siswa dapat menyatakan tokoh antagonis dan
protagonist dalam teks fiksi dengan tepat.
3. Melalui menyimak video , siswa dapat menjelaskan pengaruh gaya
terhadap benda
4. Melalui tanya jawab, siswa dapat menyebutkan contoh pengaruh gaya
terhadap gerak.
5. Melalui pengamatan video, siswa dapat menyebutkan ragam tari daerah
6. Melalui penugasan, siswa dapat menentukan asal daerah tarian tradisional
IV. MATERI
Bahasa Indonesia : Tokoh protagonis dan antagonis
IPA : Pengaruh Gaya terhadap gerak
SBdP : Ragam Tari Daerah
V. Model, Pendekatan, dan Metode
Pendekatan : Saintifik
Model : Contextual Teaching and Learning
Metode : Tanya Jawab, penugasan, pengamatan

VI. Media dan Alat Pembelajaran


− Teks “Terjadinya Selat Bali”
− Video Ragam Tarian Daerah
− Video Pengaruh Gaya Terhadap gerak
− Gambar Ragam Tari Daerah
− Proyektor
− Buku Siswa
VII. Sumber
− Kurikulum 2013 Revisi 2016
− Tematik Terpadu Untuk SD/MI Kelas IV; Daerah Tempat Tinggalku—
Edisi Revisi. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
(Buku Guru dan Buku Siswa)
− RomaDecade: https://www.romadecade.org/tari-tradisional/#!
− https://blog.ruangguru.com/pengertian-gaya-dan-5-pengaruhnya-
terhadap-benda-lain
− https://my.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/Gaya-dan-
Gerak-/konten3.html

VIII. Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam dan 10 Menit
mengajak siswa berdoa menurut
agama dan keyakinan masing-
masing.
2. Dirosah islamiyah
3. Menyanyikan lagu Nasional
4. Literasi
5. Guru memeriksa kehadiran siswa.
6. Guru menyiapkan fisik dan psikis
peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran.
7. Apersepsi (Guru menanyakan tari
daerah dari tempat tinggal siswa
(Jawa Barat))
8. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan materi
pembelajaran yang akan dipelajari.

Inti Mengamati 50 Menit


1. Siswa mengamati video ragam
tarian daerah yang ditunjukan guru.
Menanya
2. Siswa dan guru melakukan tanya
jawab berdasarkan video
Menalar
3. Siswa memasangkan gambar tarian
daerah da nasal daerahnya.
4. Guru memberikan penguatan
Mengamati
5. Siswa membaca nyaring teks
“Terjadinya Selat Bali” secara
bergantian. Siswa lain
mendengarkan dan menyimak teks
dalam buku
Menanya
6. Siswa dan guru melakukan tanya
jawab berkaitan teks “Terjadinya
Selat Bali”
Menalar
7. Siswa menentukan tokoh
protagonist dan antagonis pada teks
“Terjadinya Selat Bali”.
Mengkomunikasikan
8. Siswa menyampaikan jawabannya.
Siswa lain menanggapi.
9. Guru memberikan penguatan
Mengamati
10. Guru menampilkan video pengaruh
gaya terhadap gerak
Mencoba
11. Siswa mendorong bangku
(membuktikan gaya membuat benda
bergerak)
Penutup 1. Siswa diberi kesempatan untuk 10 Menit
bertanya hal yang belum dimengerti
2. Siswa membuat kesimpulan dengan
bimbingan guru.
3. Siswa mengerjakan soal evaluasi
4. Guru memberikan tindak lanjut
berupa menanyakan sikap toleransi
di lingkungan masyarakat tempat
tinggalnya kepada orangtuanya.
5. Siswa dan guru berdoa bersama,
dipimpin oleh ketua kelas.
6. Salam

VIII. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian Non Tes
Prosedur penilaian : Proses dan hasil
Bentuk penilaian : tulis
Alat Tes : scoring rubrik
2. Instrumen
a. Format Pengamatan
1. Sikap
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan sikap
yang ditunjukan oleh siswa.
Sikap Yang Muncul
No Kadang-
Aspek YangDiamati Sering Tidak
. Kadang
Muncul Muncul
Muncul
1. Tanggung Jawab
a. Menyelesaikan tugas yang diberika
dengan baik
b. Menjaga kerapihan kelas

2. Toleransi
a. Tidak membeda-bedakan teman
b. Menghargai pendapat orang lain

2. Pengetahuan
Soal Evaluasi

1. Perhatikan gambar dibawah ini! dari manakah asal tarian tersebut?


a. Yogyakarta c. Jawa Barat
b. Bali d. Sumatera
2. Tarian manakah yang berasal dari Jawa Barat?
a. Tari Reog Ponorogo c. Tari Jaipong
b. Tari kecak d. Tari Golek
3. Andi mendorong meja, sehingga meja berpindah tempat. Peristiwa
tersebut contoh dari:
a. Menggerakan benda diam
b. Membuat benda bergerak menjadi diam
c. Mempercepat gerak benda
d. Memperlambat gerak benda
4. Siapakah tokoh protagonist dalam cerita “Terjadinya Selat Bali”?
a. Manik Angkeran c. Sihidmantra
b. Naga Besukih d. Ibu manik angkeran
5. Siapakah tokoh antagonis dalam cerita “Terjadinya Selat Bali”?
a. Manik Angkeran c. Sihidmantra
b. Naga Besukih d. Ibu manik angkeran
Kunci Jawaban
1. A
2. C
3. A
4. B
5. A

No Soal Respon Siswa Skor


Jika jawaban peserta didik benar 1
1-5 Jika jawaban peserta didik salah 0

3. Keterampilan
Indikator Baik sekali Baik Cukup Perlu
Bimbingan
(86 – 100) (71 – 85) (61 -70)
( ≤ 60)
Menyatakan Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu
tokoh menyatakan menyatakan menyatakan menyatakan
antagonis dan tokoh tokoh salah satu salah satu
protagonist antagonis dan antagonis dan (tokoh (tokoh
dalam teks protagonist protagonist antagonis atau antagonis atau
fiksi dengan benar dengan benar protagonist) protagonist)
dan percaya dengan benar dengan benar
diri dan percaya
diri
Menyebutkan Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu
contoh menyebutkan 5 menyebutkan 4 menyatakan menyebutkan
Pengaruh contoh contoh menyebutkan kurang dari 3
Gaya terhadap pengaruh gaya pengaruh gaya 3 contoh contoh
gerak terhadap gerak terhadap gerak pengaruh gaya pengaruh gaya
dengan tepat dengan tepat terhadap gerak terhadap gerak
dan percaya dan percaya dengan tepat dengan tepat
diri diri dan percaya dan percaya
diri diri
Menentukan Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu
menentukan menentukan menentukan
asal daerah menentukan
asal dari 5 asal dari 4 asal dari
tarian asal dari 6 tarian daerah tarian daerah kurang dari 4
dengan tepat dengan tepat tarian daerah
tradisional. tarian daerah
dan percaya dan percaya dengan tepat
dengan tepat diri diri dan percaya
diri
dan percaya
diri

Remedial : Bentuk remedial yang akan diberikan adalah dengan


memberikan bimbingan khusus apabila siswa yang mrngikuti
ramdial dibawah 20% daan memberikan pembelajaran ulang
dengan metode dan media yeng berbeda jka siswa yang
mengikuti remedial lebih dari 50%.
Catatan guru:

Bandung, 05 Maret 2020


Menyetujui
Guru Pamong Praktikan

Rosmiati, M.Pd.NIP. Nurul Saadah Agustina


19760402200032004 NIM. 1606591

Mengetahui
Kepala Sekolah

Dra. Iis Yeti Suhayati, M.Pd


NIP. 196809051988032004

Lampiran
Materi
Bahasa Indonesia
Tokoh protagonis adalah tokoh yang secara umum memiliki sifat baik dalam
sebuah cerita. Tokoh protagonis selalu dilawankan dengan tokoh antagonis.
Tokoh antagonis merupakan tokoh yang identik dengan sifat jahat.
Tokoh protagonis dan antagonis selalu memiliki sifat oposisi, mereka seringkali
berkonflik baik secara fisik maupun secara psikis dan batin. 
IPA
Gaya adalah gerakan atau hal-hal yang menyebabkan suatu benda bergerak
atau berhenti dari gerakannya.
Pengaruh gaya terhadap gerak antara lain:
1. Menggerakan benda diam
2. Membuat benda bergerak menjadi diam
3. Mengubah kecepatan gerak benda
a. Mempercepat gerak benda
b. Memperlambat gerak benda
4. Mengubah arah benda
5. Mengubah bentuk benda

Gaya Menggerakkan Benda Diam


Pertama, bayangkan di depan rumah kamu ada mobil baru yang dibeli
orangtuamu. Kamu lalu minta ayahmu untuk pergi piknik ke taman kota.
Sayangnya, begitu ayahmu duduk dan ingin menyalakan mesin, ia menyadari
kalau bensin mobil itu kosong. Akhirnya, ayahmu keluar dan mendorong mobil
tersebut sampai pom bensin yang kebetulan ada di seberang rumahmu. Nah,
kegiatan memberikan gaya berupa “mendorong mobil” dari yang semula “diam”
di garasi ke pom bensin itu berarti, gaya dapat menggerakkan benda yang diam.

Gaya Menghentikan Benda Bergerak


Sesampainya di pom bensin, ayahmu akan menginjak pedal rem, sehingga
mobil berhenti. Itu artinya, gaya yang diberikan dari kaki kepada pedal rem akan
membuat sebuah benda yang sebelumnya bergerak menjadi berhenti.
Gaya Mengubah Kecepatan Benda
Tidak hanya menghentikan gerakan benda saja, dengan memberikan suatu
gaya pada benda, kita juga bisa mengubah kecepatan gerak benda itu, lho. Ketika
ayahmu mengendarai mobil, injakan kaki kepada pedal gas akan memberikan
gaya kepada gerakan roda di bawah. Semakin dalam injakan pedal gas tersebut,
tentu akan meningkatkan kecepatan si mobil, kan. Artinya, gaya dapat mengubah
kecepatan suatu benda.
Gaya Mengubah arah gerak benda
Kamu dan ayahmu masih di jalanan lengang. Dia terus menginjak pedal
gas. Mobil dalam kecepatan tinggi. Tiba-tiba di depan ada seekor anak kucing
melintas. Ayahmu lantas memutar setir ke kanan dengan cepat. Apa yang terjadi
ketika setir mobil diputar? Bukan, setirnya bukan copot. Kan bukan mur. ayahmu
memberikan gaya berupa “memutar setir mobil ke kanan”, yang membuat mobil
tersebut akan berbelok ke arah kanan. Itu artinya, gerakan mobil yang semula
lurus, akan “berubah” akibat adanya gaya dari putaran setir oleh ayahmu.
Gaya Mengubah bentuk benda
Karena belokan yang tiba-tiba tadi, tidak sengaja bagian bumper  belakang
mobilmu menabrak tempat sampah di pinggir jalan. Ayahmu menghentikan
mobil. Kamu keluar dan melihat kalau saat ini, tempat sampah tersebut sudah
rusak dan bagian tutupnya penyok. Itu artinya, gaya “tabrakan antara mobil dan
tempat sampah” menyebabkan perubahan bentuk kepada tempat sampah. Dari
yang semula berbentuk kotak menjadi penyok di bagian atas. Itu artinya, gaya
dapat mengubah bentuk sebuah benda

SBdP
Hampir seluruh wilayah yang ada di Indonesia mempunyai tarian khas, dan
hal ini dikarenakan negara Indonesia mempunyai kurang lebih 1000 suku bangsa
yang tersebar hingga ke penjuru daerah.
1. Tari gambyong dari Jawa Tengah
Tarian ini menggambarkan kelembutan dan keluwesan dari masyarakat
jawa. Walaupun berasal dari Surakarta, tarian ini menjadi ciri khas pada
provinsi Jawa Tengah. Tarian ini menonjolkan gerakan seluruh tubuh dari
mulai kepala, tangan, hingga kaki. Dengan tatapan mata penari yang selalu
mengarah kelekukan jari-jari tangan dengan sangat lembut. Tari Gambyong
biasanya digunakan dalam acara penyambutan tamu ataupun acara-acara
sakral seperti upacara keagamaan ataupun pernikahan. Dengan diiringi alunan
musik gamelan yang menjadi ciri khas daerah Jawa Tengah. Selain gerakan
dan musik, tarian ini juga dipadukan dengan busana para penari khas Jawa
yaitu seperti jarik, selendang, dan kebaya kemben.
2. Tari Reok Ponorogo dari Jawa Timur
Tarian yang dikenal dengan nuansa mistis ini diperankan oleh sesosok
Warok dan Gemblak. Tarian Reog Ponorogo memilik tarian inti yang
menggambarkan kisah percintaan ataupun kisah seorang pendekar. Dengan
memiliki tarian penutup dimana perannya dimainkan oleh seorang Barong
yang memiliki ukuran yang cukup besar yaitu setinggi 1-2 m dengan berat 50-
60 kg. Tari Reog Ponorogo biasanya ditampilkan pada saat acara-acara
keagamaan ataupun acara adat masyarakat sekitar. Seperti misalnya
pernikahan, khitanan, ataupun acara tahunan masyarakat Ponorogo.
3. Tari Yapong dari DKI Jakarta
Kota Jakarta terkenal dengan adat Betawi sebagai ciri khasnya. Jenis tarian
Yapong ini melambangkan sukacita dan pergaulan masyarakat Betawi di
Jakarta. Dengan gerakan kaki dan tangan secara bergantian dan ekspresi para
penari yang menggambarkan keceriaan masyarakat Jakarta.
Tarian Yapong diiringi dengan tabuhan musik tradisional khas Betawi
yang berasal dari alat musik Rebana. Bunyi alat musik rebana ini mengiringi
setiap gerakan tarian yang disesuaikan dengan jumlah penarinya.
4. Tari Jaipong dari Jawa Barat
Tari Jaipong adalah salah satu kesenian tradisional Jawa Barat yang sangat
populer di Indonesia. Tari Jaipong ini merupakan penggabungan beberapa seni
tradisional seperti pencak silat, wayang golek, ketuk tilu dan lain – lain.
Tarian ini sering di tampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu
besar dan festival budaya
5. Tari Merak dari Banten
Tari Merak adalah salah satu tarian yang menggambarkan ekspresi
kehidupan burung merak. Tata cara dan geraknya diambil dari kehidupan
merak yang diangkat ke pentas oleh Seniman Sunda Raden Tjetje Somantri.
6. Tari Golek menak dari DIY Yogyakarta
Tari Golek Menak adalah jenis Tari Klasik Gaya Yogyakarta yang
terinspirasi oleh Kesenian Wayang Golek Menak. Tari ini diciptakan oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono IX setelah melihat pertunjukan Wayang Golek
Menak ditahun 1941.

Terjadinya Selat Bali


Manik Angkeran adalah putra Sidhimantra, seorang Brahmana. Manik
Angkeran dan ayahnya tinggal di Kerajaan Daha, Bali saat Pulau Bali belum
terpisah dengan Pulau Jawa. Manik Angkeran suka sekali menghambur-
hamburkan harta orang tuanya.
Berulang kali Sidhimantra menasihati anaknya. Namun, Manik Angkeran
tidak mau mendengarkan nasihat ayahnya. Harta orang tuanya pun dihabiskan.
Bahkan, dia berani berutang kepada orang lain. Pada akhirnya Manik dikejar-kejar
penagih utang. Sidhimantra tidak tega. Hartanya sudah habis, tapi Sidhimantra
tidak mau anaknya celaka.
Suatu saat, Sidhimantra mendapat petunjuk lewat mimpi untuk meminta
pertolongan pada Naga Besukih di Gunung Agung. Naga Besukih adalah naga
hijau besar, ekornya penuh dengan emas dan permata. Sidhimantra segera
bergegas untuk menemui Naga Besukih di Gunung Agung.
Sidhimantra menjelaskan maksud kedatangannya kepada Naga Besukih.
Sidhimantra meminta sedikit harta untuk membayar utangutang Manik Angkeran.
Naga Besukih bersedia untuk membagi sebagian hartanya. Naga Besukih mulai
menggoyang-goyangkan ekornya, seketika beberapa emas dan permata pun
rontok.
Sayangnya, harta yang didapat ayahnya kembali digunakan Manik
Angkeran untuk berfoya-foya. Manik Angkeran yang kehabisan harta akhirnya
mencari tahu tempat ayahnya mendapat harta. Seseorang memberitahunya bahwa
Sidhimantra memperoleh harta dari Naga Besukih. Manik Angkeran segera
menemui Naga Besukih di Gunung Agung seperti yang telah dilakukan ayahnya.
”Naga Besukih, sudilah kiranya kau bagi sedikit hartamu untuk membayar
utang-utangku,” kata Manik Angkeran kepada Naga Besukih.
”Aku sudah memberi ayahmu, Sidhimantra emas dan permata. Apakah itu
masih kurang?” kata Naga Besukih sedikit kesal.
”Aku mohon, beri aku sedikit lagi hartamu Naga Besukih yang murah
hati,” mohon Manik Angkeran kepada Naga Besukih.
”Baiklah, aku akan mengabulkan permintaanmu, asal kau berjanji tidak
akan berfoya-foya lagi,” kata Naga Besukih.
Naga Besukih akhirnya luluh. Dia mulai menggoyangkan ekornya. Manik
Angkeran silau melihat begitu banyak emas dan permata yang menempel di ekor
Naga Besukih. Dia segera memotong ekor Naga Besukih dengan pedang. Namun,
Naga Besukih berhasil menghindar.
Dia segera menyemburkan api dari mulutnya sehingga Manik Angkeran
terbakar menjadi abu. Sidhimantra yang melihat kejadian itu segera memohon
kepada Naga Besukih untuk menghidupkan kembali Manik Angkeran.
”Wahai Naga Besukih, sudikah kau menghidupkan kembali anakku Manik
Angkeran? Beri dia kesempatan untuk memperbaiki diri,” mohon Sidhimantra.
”Aku akan menghidupkan Manik Angkeran lagi. Tapi dengan satu syarat,
Manik Angkeran tidak boleh pulang bersamamu. Dia harus tinggal bersamaku dan
menjadi muridku. Aku akan mengajarkan dia menjadi orang yang baik dan
berilmu.” Kata Naga Besukih sambil menghela napas.
”Baiklah, Naga Besukih. Aku serahkan anakku kepadamu untuk dididik
menjadi anak yang baik,” jawab Sidhimantra.
Akhirnya, Manik Angkeran hidup kembali. Sidhimantra segera
mengeluarkan tongkat dan membuat garis memisahkan dirinya dan anaknya.
Garis itu mengeluarkan air yang deras dan memisahkan Gunung Agung dengan
sekitarnya. Sampai sekarang,
garis itu dikenal sebagai Selat Bali yang memisahkan Pulau Jawa dan
Pulau Bali.

Tari merak (banten) Tari Gambyong (Jawa Tengah)

Tari Yapong (DKI Jakarta) Golek Menak (DIY Yogyakarta)


Tari Jaipong (Jawa Barat) Reog Ponorogo (Jawa Timur)

Anda mungkin juga menyukai