Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DASAR SINTAKSIS

Dosen Pengampu : Risma Nuriyanti, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

Thyan Qirdasanovalia (20844002)

Kelas 2D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL, BAHASA DAN SASTRA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
2021
SINTAKSIS

I. Definisi Sintaksis
Ramlan (1789:21) mengemukakan bahwa sintaksis adalah bagian
atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frasa. Stryker dan Tarigan (1989:21)
mengatakan bahwa syntax in the studi of the patterns by which
words are combined to make sentences. Artinya, sintaksis adalah
telaah mengenai pola-pola yang diperlukan sebagai sarana untuk
menghubung-huubungkan kata menjadi kalimat.
Selanjutnya Muliono (1988:101) menegaskan bahwa sintaksis
adalah studi kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar,
yakni frasa, klausa, dan kalimat. Batasan tersebut mengindikasikan
bahwa satuan yang tercakup dalam sintaksis adalah frasa, klausa,
dan kalimat dengan kata sebagai satuan dasar.bidang sintaksis.
Sintaksis menyelidiki hubungan semua kelompok kata atau
antarfrasa-antarfrasa dalam satuan-satuan sintaksis itu. Sintaksis
mempelajari hubungan gramatikal di luar kata, tetapi di dalam
satuan yang disebut kalimat (Verhaar, 1981:70).
Sehubungan dengan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para
ahli bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah
bagian dari tatabahasa yang membahas tentang kaidah
penggabungan kata menjadi satuan gramatik yang lebih besar yang
disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem
suprasegmental (intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang
diinginkan pembicara sebagai dasarnya.
II. Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis
a. Fungsi
Fungsi kajian sintaksis terdiri atas beberapa komponen, tiga
hal yang penting adalah subjek, predikat, objek, pelengkap,
dan keterangan.
1) Subjek dan Predikat
Subjek adalah bagian yang diterangkan predikat. Subjek
dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang
tersebut dalam predikat’. Predikat adalah bagian kalimat
yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan
pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, siapa,
berapa, di mana, dan lain-lain. Subjek berupa frasa nomina
atau pengganti frasa nomina. Di sisi lain, predikat bisa
berupa frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa
numeralia, atau pun frasa preposisi. Berikut adalah salah satu
contoh dari kalimat yang memiliki subjek dan predikat.
Contoh:
(1) Mahasiswa sedang belajar.
mahasiswa menduduki fungsi subjek, sedangkan sedang
belajar menduduki fungsi predikat. Mahasiswa (S) sedang
belajar (P).
2) Objek dan Pelengkap.
Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina,
sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva,
numeralia, preposisi, dan pengganti nomina. Objek
mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan
objek) atau semitransitif dan pelengkap mengikuti predikat
yang berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek).
Objek juga dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak
dapat diubah menjadi subjek. Berikut adalah contoh kalimat
yang memiliki objek dan pelengkap. (2) Dia sedang
mebenahi kamarnya.
dia berfungsi sebagai subjek, sedang membenahi menduduki
fungsi predikat, dan kamarnya merupakan objek. Dia (S)
sedang membenahi (P) kamarnya (O).
Kalimat yang memiliki pelengkap adalah
(3) Paman berjualan sayuran.
Pada kalimat (3) subjek diduduki oleh frasa paman berjualan
menduduki fungsi predikat dan sayuran sebagai pelengkap.
Paman(S) berjualan(P) sayuran(Pel).
3) Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek,
predikat, objek atau pelengkap. Keterangan berupa frasa
nomina, frasa preposisi, dan frasa konjungsi. Keterangan
mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan di antara predikat
dan objek atau predikat dan pelengkap. Contoh dari kalimat
yang memiliki keterangan adalah sebagai berikut
(4) Hari ini mahasiswa mengadakan seminar di Audiotorium.
hari ini dan di auditorium merupakan keterangan,
mahasiswa menduduki fungsi subjek, megadakan merupakan
predikat, dan seminar adalah fungsi objek. Hari ini (K),
Mahasiswa (S) mengadakan (P) seminar (O) di audiotorium
(K).
b. Kategori
Dalam ilmu bahasa, kata yang memiliki bentuk dan perilaku
yang sama atau mirip dimasukkan ke dalam suatu kelompok.
Di sisi lain, kata yang memiliki bentuk dan perilaku yang
sama atau mirip dengan sesamanya, tetapi berbeda dengan
kelompok yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok
yang lain. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan
berdasarkan kategori sintaksisnya. Kategori sintaksis sering
pula disebut kategori atau kelas kata. Empat kategori
sintaksis utama adalah (a) verba atau kata kerja, (b) nomina
atau kata benda, (c) adjektiva atau kata sifat, dan (d)
adverbial atau kata keterangan.
c. Peran sintaksis
Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran semantik
tertentu. Perhatikan contoh-contoh berikut.
(5) Farida menunggui adiknya.
(6) Pencuri itu lari.
(7) Penjahat itu mati.
Berdasarkan peran semantisnya, Farida pada kalimat (5)
adalah pelaku, yakni orang yang melakukan perbuatan
menunggui. Adiknya pada kalimat (5) adalah sasaran, yakni
yang terkena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Pencuri
pada kalimat (6) adalah juga pelaku - dia melakukan
perbuatan lari. Akan tetapi, penjahat pada kalimat (7)
bukanlah pelaku karena mati bukanlah perbuatan yang dia
lakukan, melainkan suatu peristiwa yang terjadi padanya.
Oleh karena itu, meskipun wujud sintaksisnya mirip dengan
kalimat (6), penjahat itu pada kalimat (7) adalah sasaran.
III. FRASA
Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk
suatu makna. Frasa bersifat nonpredikatif atau yang sering dijelaskan
sebagai gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis
(subyek, obyek, keterangan, dan pelengkap) dalam sebuah kalimat.
Dalam sebuah susunan kalimat, frasa tidak bisa dipindah atau
dipisahkan, karena bisa mengubah makna kalimatnya. Frasa
memiliki banyak jenis yang dibedakan berdasarkan beberapa
aspeknya. Berikut merupakan jenis-jenis frasa: Frasa berdasarkan
jenis katanya Mengutip dari buku Pintar Pidato: Kiat menjadi Orator
Hebat (2020) karya Arif Yosodipuro, frasa berdasarkan jenis katanya
bisa dibagi menjadi lima jenis,
a. Frasa nomina
Merupakan frasa yang terbentuk dari penggabungan kata
benda dan dapat juga digunakan sebagai pengganti kata
benda. Contohnya: ‘Jinnie mendapat hadiah ulang tahun
berupa jam tangan mewah’. Kata ‘jam tangan’ merujuk pada
frasa kata benda.
b. Frasa verbal
Merupakan frasa yang terbentuk dari penggabungan kata
kerja dan dapat juga dipakai sebagai pengganti kata kerja.
Contohnya: ‘Tata pergi ke pasar untuk membeli sayur dan
buah’. Kata ‘pergi ke pasar’ merujuk pada frasa kata kerja.
c. Frasa adjektiva
Merupakan frasa yang terbentuk dari penggabungan kata
sifat dan dapat digunakan untuk menambahkan kata
keterangan, misalnya agak, sangat, harus, dan paling.
Contohnya: ‘Cuaca hari ini sangat panas karena tidak hujan’.
Kata ‘sangat panas’ merujuk pada frasa kata sifat.
d. Frasa numeralia
Merupakan frasa yang bentuknya kata bilangan atau dapat
digunakan untuk mengganti kata bilangan dalam kalimat.
Contohnya: ‘Lita memiliki dua ekor anjing'. Kata ‘dua ekor’
merujuk pada frasa numeralia.
e. Frasa preposisional
Merupakan frasa yang memiliki kata depan sebagai petunjuk
atau unsur penjelas. Contohnya: ‘Kucing itu terus berdiam di
depan rumah majikannya'. Kata ‘di depan rumah
majikannya’ merujuk pada frasa kata depan. Frasa
berdasarkan strukturnya Menurut Ribut Wahyu Eriyanti, dkk,
dalam buku Linguistik Umum (2020), jenis frasa berdasarkan
strukturnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Frasa eksosentrik
Adalah frasa yang tidak memiliki konstruksi sama seperti
unsur atau komponen pembentuknya. Artinya ketika salah
satu komponennya dipisahkan, frasa eksosentrik tidak dapat
saling dihubungkan. Contohnya: ‘Theo belajar di sekolah’.
Masing-masing kata dari ‘di sekolah’ tidak bisa dihilangkan
karena akan menimbulkan perbedaan makna. Misalnya kata
‘di’ dihilangkan, maka katanya akan menjadi ‘Theo belajar
sekolah’, hal ini akan menimbulkan perbedaan makna.
Frasa endosentrik
Adalah frasa yang punya distribusi sama atau setara. Ketika
salah satu unsur atau komponennya dihilangkan, frasa itu
masih dapat digunakan. Contohnya: ‘Adi membeli HP baru
merek yang terkenal’. Ketika kata ‘merek yang terkenal itu’
dihilangkan, hal ini tidak akan mengubah maknanya. Karena
makna yang dimaksud tetaplah Adi membeli HP baru.
IV. Klausa
Klausa adalah  penggabungan kata yang terdiri atas  subjek dan
predikat. Klausa biasanya dilengkapi dengan menggunakan objek,
pelengkap, dan keterangan. Sehingga, bisa  ditarik kesimpulannya
bahwa klausa lebih lengkap dibandingkan dengan frasa. Akan
tetapi , klausa belum menjadi sebuah kalimat karena  tidak
mempunyai  intonasi akhir.
Ciri-Ciri Klausa
Berikut ini adalah ciri-ciri yang dapat membedakannya dengan frasa:
 Memiliki satu jenis predikat.
 Tidak memiliki intonasi akhir.
 Jika ditambah dengan intonasi akhir maka akan
menjadi sebuah kalimat.
 Klausa termasuk dalam bagian dari kalimat plural.
 Memiliki subjek secara tertulis atau tidak secara
tertulis.
Unsur-Unsur Klausa
Secara umum, klausa itu sendiri dapat dibedakan menjadi 2 yakni
unsur inti dan tidak inti. Unsur inti klausa adalah subjek (S) dan
predikat (P). Unsur yang bukan inti klausa adalah objek (O),
pelengkap (Pel), keterangan (K).
Jenis-Jenis Klausa
Jenis Klausa Berdasarkan strukturnya
Berdasarkan strukturnya Klausa dibagi menjadi dua jenis, yaitu
klausa bebas dan klausa terikat. 
Klausa bebas
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur yang
lengkap sehingga memiliki kemungkinan untuk menjadi kalimat
utama, yaitu kalimat yang mempunyai subjek dan predikat. Klausa
jenis ini dapat berdiri sendiri dan tidak menggunakan konjungsi.
Contoh: Ayah bekerja
Klausa Terikat
Klausa terikat disebut juga sebagai anak kalimat. Klausa terikat tidak
memiliki kemungkinan menjadi sebuah kalimat karena seringkali
tidak memiliki subjek maupun predikat. Klausa ini dapat ditandai
dengan adanya penggunaan konjungsi dalam kalimatnya. 
Contoh: Ayah pulang tadi siang.
Jenis Klausa Berdasarkan Fungsinya
Sementara berdasarkan fungsinya, klausa dibagi menjadi lima
macam, yakni fungsi pengisi subjek, fungsi sebagai predikat, fungsi
sebagai objek, fungsi sebagai pelengkap, dan fungsi sebagai
keterangan. 
Unsur Pengisi Fungsi Subjek
Dalam bahasa Indonesia, unsur pengisi subjek biasanya adalah
kata/frasa benda. Tetapi dapat juga diisi oleh kata kerja, kata sifat,
dan kata bilangan. Pada klausa ini, subjek menjadi sebuah frasa
nominal. Kedudukan akan subjek mendahului predikat.
Contoh:
1. Saya (S) belum memahami (P) penjelasan guru (O) (Subjek kata
benda)
2. Pengusaha kayu lapis itu (S) telah ditangkap (P) polisi (O)
(Subjek frasa benda).
Unsur Pengisi Fungsi Predikat
Fungsi predikat dapat diisi dengan kategori kata benda, kata sifat,
kata kerja, dan kata bilangan. 
Contoh:
1. Rapat pengurus koperasi (S) diadakan (P) bulan depan (Ket.).
2. Anak Pak Lurah (S) hanya satu (P).
Unsur Pengisi Fungsi Objek
Unsur pengisi fungsi objek adalah kata/frasa benda. Jenis pengisi
klausa fungsi objek berupa frasa nominal dan  melengkapi verba
transitif. Terdapat  2 macam objek, yaitu  objek langsung dan  tidak
langsung.
Objek langsung merupakan  objek yang diketahui perbuatannya
dengan langsung pada predikat verbal. Sementara itu  objek tidak
langsung merupakan objek sebagai penerima perbuatan di dalam
predikat verbal. 
Contohnya sebagai berikut:
1. Indonesia (S) mengalami (P) krisis moneter (O) beberapa tahun
silam (Ket.)
2. Rendra (S) mengarang (P) puisi (O).
Unsur Pengisi Fungsi Pelengkap
Klausa pelengkap berwujud nomina, adjektiva, atau frasa adjektiva
pada predikat verbal, serta frasa nominal. Biasanya pelengkap ini
sering di salah artikan dengan menjadi objek. 
Perhatikan contoh di bawah ini:
1. Bibi saya (P) berjualan (P) sayur (Pel.) di pasar (Ket.)
2. Anak Pak Haryono (S) bertambah (P) satu (Pel.)
Unsur Pengisi Fungsi Keterangan
Unsur pengisi keterangan dapat berupa: kata keterangan, frasa
depan, dan frasa benda. Keterangan fungsinya  adalah untuk
memperluas serta membatasi makna subjek ataupun  predikat. 
Terdapat  sejumlah jenis keterangan, seperti keterangan sebab,
keterangan cara, keterangan alat, keterangan tempat, keterangan
waktu, serta keterangan subjek, dan yang lain-lain.
Contohnya sebagai berikut:
1. Cepat-cepat (Ket.) penjabret itu (S) menghilang (P) dari
kerumunan orang (Ket.)
2. Kemarin (Ket.) rombongan presiden (S) tiba (P) di Baghdad (Ket.)
Jenis Klausa Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya 
Jenis klausa berdasarkan kelengkapan unsurnya dibagai menjadi dua
macam, yakni klausa lengkap dan tidak lengkap. 
Klausa Lengkap
Klausa lengkap dapat dilihat dari kelengkapan sebuah unsur Subjek
(S) dan Predikat (P).  Jika subjeknya di awal disebut Klausa
Lengkap Susun biasa, jika Subjeknya berada di belakang Predikat
maka disebut Klausa Lengkap Susun Balik (Inversi).
Contoh Klausa Lengkap
Kami sedang bekerja (Kami = subjek, sedang bekerja = predikat).
Klausa Tidak Lengkap
Berkebalikan dengan klausa lengkap, klausa tidak lengkap dapat
diamati dengan ketidaklengkapan unsur yang menyusunnya. Alias
klausa ini hanya terdiri dari  unsur predikat tanpa subjek.  
Contoh Klausa Tak Lengkap
Terpaksa berhenti dari pekerjaannya .
Sudah pergi dari tadi siang.
Jenis Klausa Berdasarkan Kata Negatifnya 
Berdasarkan kata negatifnya, jenis klausa dibagi menjadi dua
macam. 
Klausa Negatif
Klausa negatif yaitu klausa yang punya kata negatif seperti
“tidak”,”bukan”,”jangan”, jadi predikatnya itu bersifat negatif.
Contoh:
Ibu belum pergi (Ibu = subjek, belum pergi = predikat)
Bukan saya yang melakukannya (saya = subjek, yang melakukan =
predikat).
Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif sehingga
predikatnya bersifat positif.
Saya berhasil melakukannya (saya = subjek, berhasil melakukannya
= predikat).
Jenis Klausa Berdasarkan Unsur Yang Menjadi Predikat 
Berdasarkan unsur yang menjadi predikat, klausa dibagi menjadi
empat macam. Berikut selengkapnya. 
Klausa Verbal 
Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata
kerja. Jadi klausa verbal memiliki predikat yang berupa kata kerja.
Contoh:
Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun (petani = subjek,
mengerjakan sawahnya = predikat, dengan tekun = keterangan).
Sementara  berdasarkan struktur internalnya, klausa verbal dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu klausa transitif  dan  klausa
intransitive.
Klausa Transitif
Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif,
yaitu kata kerja yang menghendaki hadirnya objek.  Klausa transitif 
adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja
yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih objek.
Contoh:
Rudi mengagumi Yuli (Rudi = subjek, mengagumi Yuli = predikat).
Klausa verba transtif terdiri atas beberapa jenis, dimana jenis-jenis
klausa tersebut antara lain:
Klausa Verba Transitif Aktif: merupakan klausa verba yang
subjeknya aktif sebagai pelaku, dan predikatnya dibubuhi dengan
imbuhan me-, me-i, atau me-kan.
Contoh:
Dia menjilati es krim itu (subjek: dia, predikat: menjilati, objek: es
krim itu).
Klausa Verba Transitif Pasif: merupakan klausa verba yang
subjeknya menjadi penderita dan predikatnya diberi imbuhan di-,
ter-, atau ber-an. Selain diberi imbuhan, klausa ini juga bisa diawali
dengan kata kena di awal predikatnya.
Contoh: 
Dia ditipu orang itu (subjek: dia, predikat: ditipu, objek: orang itu).
Klausa Verba Transitif Medial: merupakan klausa yang subjeknya
berperan sebagai pelaku sekaligus korban.
Contoh:
Dia merenungi nasibnya sendiri (subjek yang berperan sebagai
pelaku sekaligus korban: dia).
Klausa Verb Transitif Resiprokal atau Reflektif: merupakan klausa
yang predikatnya menerangkan adanya hubungan saling membalas
antara subjek dan predikat). 
Contoh: 
a) Aku bersalam-salaman dengan dia tadi pagi.
Predikat yang menyatakan hubungan saling balas antara subjek dan
objek: bersalam-salaman.
Subjek dan objek: aku, dia.
Klausa Nominal
Klausa nominal merupakan  klausa dimana predikatnya termasuk
kata benda ataupun  frasa nomina. Struktur utama klausa ini sendiri
sama seperti klausa lainnya yaitu terdiri atas subjek dan juga
predikat.
Contoh:
Staf ahli bidang meteorologi (staf ahli = subjek, bidang meteorologi
= predikat). 
Klausa Adjektiva 
Dalam jenis klausa adjectiva ini, predikat berkedudukan sebagai kata
keadaan. Penyusunan klausa adjektival secara umum terdiri dari
subjek yang berkategorikan nomina dan predikat yang
berkategorikan adjektif.
Contoh: 
Harga baju itu sangat mahal. (Harga baju itu = kata benda, sangat
mahal = kata sifat)
Klausa Preporsisional
Klausa preposisional adalah ketika sebuah kalimat predikatnya
berupa preposisi atau kata depan. Seperti di, ke, dari, maupun
sejenisnya. 
Cara penulisannya pun berbeda-beda, tergantung bagaimana konteks
kalimat. Mengingat kata depan (di, ke, dari) apabila menyatakan
tempat maka harus dipisah dengan kata di belakangnya. Sebaliknya
untuk kata sambung yang berarti kata sifat/keterangan tidak perlu
disambung.
Contoh: 
Ibu di kamar (benar) 
Ibu dikamar (salah)
Contoh Klausa Preporsisional
David dari stadion (David = subjek, dari = predikat dan kata depan,
stadion = objek).
Panji dari losmen (Panji = subjek, dari = predikat dan kata depan,
losmen = objek).
V. Kalimat
Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek
dan predikat. Kalimat pun dapat terbentuk dari satu klausa maupun
beberapa klausa.
Kalimat menurut Soelistyowati (2015) adalah bagian terkecil ujaran
atau teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
kebahasaan.
Ciri- ciri kalimat
Kalimat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Merupakan satu kesatuan bahasa yang memiliki fonem dan
morfem. Fonem adalah bunyi pada sebuah bahasa yang
membedakan makna dalam sebuah kata, sedangkan morfem
adalah bentuk bahasa yang mengandung arti pada sebuah
kata.
 Dapat berdiri sendiri meskipun tidak ditambah dengan
kalimat lengkap.
 Mempunyai pola intonasi akhir.
 Adanya huruf kapital dan tanda baca dalam sebuah kalimat.
Unsur-Unsur Kalimat
Suatu kalimat terdiri atas beberapa unsur pembentuk kalimat.
Kalimat sendiri setidaknya terdiri atas unsur subjek dan predikat.
Berikut adalah penjabaran mengenai unsur-unsur pembentuk
kalimat.
Subjek
Subjek adalah kata benda dalam sebuah kalimat yang dapat berupa
nama orang, hewan, benda, sapaan, dan lain-lain.
Contoh subjek dalam suatu kalimat ditandai dengan kata yang
dicetak tebal: Gina adalah teman kami
Subjek memiliki delapan ciri sebagai berikut.
 Kata atau frase biasanya berkelas kata benda (nomina),
contohnya pada kalimat berikut, “Ilmu kehutanan akan
tetap dibutuhkan selama manusia hidup di bumi”.
 Nomina tidak pernah diawali oleh kata tugas (kata depan atau
kata sambung) karena kata tugas mengubah fungsi nomina
menjadi keterangan. Kalimat berikut menunjukan bahwa kata
benda yang diawali kata tugas akan menjadi keterangan.
“Tentang ilmu kehutanan membahas mengenai kelestarian
pepohonan di hutan.”
 Ada kata petunjuk (artikel) ini atau itu. Contohnya adalah
“Suara ini dikenal sebagai suara burung yang paling
terancam punah di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango.”
 Subjek bukan kata ganti tanya.
 Adakalanya subjek bukan sebagai kata benda (nomina),
namun pada umumnya diikuti artikel ini atau itu. Sebagai
contoh pada kalimat berikut, “Berenang (itu)”
 Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata tanya siapa
dan apa.
 Subjek dapat ditambahkan akhiran -nya. Sebagai contoh,
“Masalahnya ialah tersangka tidak bisa digiring ke Polres
untuk dimintai keterangan.”
 Pada struktur bahasa Indonesia, subjek pada umumnya
berada pada awal kalimat.
Predikat
Predikat adalah bagian yang menandai apa yang telah diucapkan
ataupun dituliskan oleh pihak pertama.
Contoh dalam kalimat adalah kata-kata yang dicetak tebal.
Merokok membahayakan kesehatan.
Keladi itu tumbuhan.
Ciri-ciri predikat dalam sebuah kalimat adalah sebagai berikut:
 Pada umumnya predikat berada di sebelah kanan subjek.
 Predikat menjelaskan subjek sehingga kalimat menjadi
bermakna, sebagai contoh “Sektor kehutanan berkembang
secara fluktuatif.”
 Predikat dapat berkategori kata kerja (verba), kata benda
(nomina), kata depan (preposisi), atau kata sifat (adjektiva)
sehingga predikat menyebabkan beberapa jenis kalimat
tunggal.
 Predikat mengisyaratkan perlu tidaknya kata lain di sebelah
kanannya agar kalimat menjadi lebih lengkap.
 Pada umumnya, predikat dapat dicari dengan menggunakan
kata tanya bagaimana.
 Predikat dapat diikuti partikel -lah, contohnya adalah sebagai
berikut “Tertawalah ia pada saat malam itu.”
Objek
Objek adalah sebuah hal atau perkara yang akan menjadi topik
pembicaraan.
Fungsi objek adalah membentuk kalimat utama pada kalimat
berpredikat transitif, memperjelas makna dalam sebuah kalimat, dan
membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran dalam kalimat.
Ciri-ciri objek adalah
 Objek berada di samping kanan predikat tanpa disisipi kata,
kecuali pada kalimat pasif. Contoh kalimatnya adalah
sebagai berikut, “ITB mengadakan langkah-langkah
pelestarian alam di sekitar kampus.”
 Kata atau frasa yang bisa menjadi objek berkelas kata benda,
contohnya “Tingkat pendidikan petani yang rendah
menyebabkan penguasaan teknologi”.
 Objek dapat berpindah posisi menjadi subjek bila
predikatnya diubah menjadi pasif, contohnya “Pemerintah
dapat menciptakan kondisi yang kondusif” menjadi
“Kondisi yang kondusif dapat diciptakan oleh pemerintah.”
 Objek dapat tersurat atau tersirat. Contoh objek tersirat
terdapat pada kalimat berikut “Kecurangan dalam pemilu
dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi”, sedangkan contoh
kalimat objek tersurat adalah sebagai berikut “Kecurangan
dalam pemilu dilaporkan oleh Panwaslu ke Mahkamah
Konstitusi.”
 Objek dapat diganti dengan akhiran -nya.
Pelengkap
Pelengkap adalah bagian frasa verbal yang membuatnya menjadi
predikat lengkap dalam sebuah klausa.
Fungsi pelengkap adalah melengkapi kalimat lainnya seperti subjek,
predikat, objek, dll agar kalimat tersebut dapat berdiri sendiri.
Ciri-ciri pelengkap adalah
 Pelengkap berkategori kata atau frasa nominal, verbal, atau
adjektival.
 Pelengkap berada setelah verba semitransitif dan dwitransitif.
Contoh pada kalimat yang mengandung verba semitransitif
adalah “Hal itu merupakan masalah besar.” Contoh pada
kalimat yang mengandung verba dwitransitif adalah “Pak
Wirya menugasi mahasiswa membuat desain.”
 Pelengkap dapat didahului oleh preposisi.
 Pelengkap tidak dapat dipasifkan (jika dapat dipasifkan tidak
dapat menjadi subjek).
Keterangan
Keterangan adalah sebuah bagian kalimat yang memiliki tujuan
untuk memperjelas kalimat. Unsur keterangan memiliki fungsi untuk
menambah informasi pada kalimat yang akan disajikan sehingga
komunikasi mudah dipahami.
Tanpa unsur kalimat keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal
ini dapat ditemukan terutama dalam surat undangan, laporan
penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab,
dan lain-lain.
Ciri-ciri unsur kalimat keterangan adalah
 Letaknya bisa berpindah-pindah. Misalnya “Hari ini kami
akan praktik lapangan ke hutan” menjadi “Kami akan praktik
lapangan hari ini ke hutan.”
 Keterangan dapat dihilangkan dalam sebuah kalimat.
 Biasanya, kata atau kelompok kata didahului kata depan.
Jenis-jenis kalimat berdasarkan pengucapannya
Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang
tanpa melalui perantara dan tanpa mengubah yang diutarakan.
Umumnya, kalimat langsung ditandai dengan penggunaan tanda
petik untuk membedakan kalimat kutipan dengan kalimat penjelas.
Adapun ciri-ciri kalimat tidak langsung adalah sebagai berikut:
 Kalimat langsung menggunakan tanda petik ("...").
 Kata ganti orang dalam bagian kalimat yang dikutip tetap.
 Intonasi bagian yang dikutip lebih tinggi daripada bagian
lainnya.
Contoh: Ibu berkata,"Antarkan minuman ini ke ruang tamu"
Kalimat Tidak Langsung
Berbeda dengan kalimat langsung, kalimat tidak langsung
menceritakan kembali isi atau pokok ucapan pernah disampaikan
seseorang tanpa perlu mengutip keseluruhan kalimatnya. Adapun
ciri-ciri kalimat tidak langsung, yaitu:
 Menggunakan kata tugas.
 Tidak menggunakan tanda petik dalam bahasa tulis.
 Bagian kutipan berupa kalimat berita.
 Intonasi mendatar dan menurun pada bagian kalimat akhir
Contoh: Ibu menyuruhku ke dapur untuk masak
Jenis-jenis kalimat berdasarkan frasanya

Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa,
yang terbentuk dari satu pola.

Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih
kalimat tunggal yang saling berhubungan. Berdasarkan kedudukan
satu kalimat tunggal dengan yang lain, kalimat majemuk dibedakan
menjadi tiga jenis, yakni kalimat majemuk setara, bertingkat, dan
campuran.

Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat

Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap merupakan kalimat yang minimal terdiri atas


sebuah subjek dan sebuah predikat. Kalimat majas dapat
dikategorikan sebagai kalimat lengkap.

Kalimat Tidak Lengkap


Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat
dengan bentuk tidak sempurna biasanya hanya memiliki sebuah
subjek saja, sebuah predikat, atau bahkan hanya terdiri atas objek
dan keterangan.

Umumnya, kalimat ini digunakan untuk kalimat semboyan, salam,


perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan
kekaguman.

Jenis-Jenis Kalimat Berdasarkan Pola Subjek – Predikat

Kalimat Versi

Kalimat versi adalah kalimat yang sesuai dengan susunan pola


kalimat dasar pada Bahasa Indonesia (S – P) atau (S – P – O – K)
atau (S – P – K ) dan lain sebagainya.

Kalimat Inversi

Kalimat inversi merupakan kalimat yang memiliki ciri khas adanya


predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya
digunakan untuk menyampaikan penekanan atau menegaskan
makna.

Kata pertama yang muncul merupakan kata yang menjadi penentu


makna kalimat, sekaligus menjadi kata yang menimbulkan kesan
terhadap pembaca maupun pendengarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi. 2014. Sintaksis Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press.


Prameswari, Gischa. 2021. “Jenis-Jenis Frasa dan Contoh Kalimatnya”.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/15/144524969/jenis-jenis-
frasa-dan-contoh-kalimatnya?page=all
Nugraha, Jevi. 2021. “Jenis-Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia,
Lengkap Beserta Penjelasan dan Contohnya”,
https://www.merdeka.com/jateng/jenis-jenis-kalimat-dalam-bahasa-
indonesia-lengkap-beserta-penjelasan-dan-contohnya-kln.html
Anonym. 2021. “Kalimat: Pengertian, Ciri-ciri, Unsur, Jenis, dan Contoh
Lengkap”, https://bahasa.foresteract.com/kalimat/
Salma. 2021. “ Klausa: Pengertian, Ciri-Ciri, Klasifikasi, dan Contoh
Lengkapnya”, https://penerbitdeepublish.com/klausa/

Anda mungkin juga menyukai