Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL SEMANTIK

KONSEP DASAR SEMANTIK

A. Pengertian Semantik

Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani Semainein yang
berarti “bermakna”. Kata bendanya adalah sema, yang berarti "tanda" atau
"simbol". Kata kerjanya adalah semaine, yang berarti "menandai" atau
"memahami".

Tanda atau simbol di sini berarti tanda linguistik (bahasa Perancis: signé
linguistique). Menurut de Saussure (Aminudin 1988), tanda linguistik terdiri atas (1)
komponen tersubstitusi, yang berbentuk bunyi, dan (2) komponen interpretasi
atau makna dari komponen pertama. Kedua komponen tersebut merupakan
tanda atau simbol, namun yang ditandai, ditandakan, atau diinterpretasikan
adalah apa yang berada di luar bahasa, atau yang biasa disebut dengan
rujukan/yang ditunjuk.

Secara sederhana, semantik dapat diartikan sebagai cabang ilmu linguistik yang
mempelajari makna bahasa. Berdasarkan pengertian sederhana tersebut,
semantik mempelajari makna yang terkandung pada semua tingkatan bahasa.
Oleh karena itu, semantik bukanlah suatu tingkatan bahasa di luar sintaksis, tetapi
ada secara integral pada semua tingkatan bahasa.

Banyak ahli telah mencoba mendefinisikan atau membatasi semantik. Ternyata


terdapat perbedaan pemahaman tersebut. Berikut yang dimaksud para ahli
dengan semantik:

1. Semantik adalah cabang linguistik yang didedikasikan untuk mempelajari makna


(Verhaar, 1982).

2. Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna (Aminudin 1988).

3. Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna bahasa (Katz, 1971: 3).

Melihat ketiga definisi di atas, maka definisi semantik menurut Verhaar terkesan
sempit karena semantik hanya mempelajari makna kata, sedangkan linguistik
juga mempelajari frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Menurut Aminuddin, makna
kajian ini sangat luas, karena tidak hanya mengkaji makna satuan kebahasaan,
namun juga mempertimbangkan makna berbagai bidang akademik/penelitian.
Katz mengatakan penelitian ini tidak terlalu sempit atau terlalu luas. Hal ini
didukung oleh pandangan Leech (1993) yang menyatakan bahwa semantik adalah
salah satu cabang linguistik, yaitu studi ilmiah tentang bahasa. Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa fonologi dan sintaksis mempelajari struktur bahasa,
sedangkan semantik mempelajari makna yang diungkapkan dalam struktur
tersebut.

Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna dan makna
bahasa atau kata dalam konteks bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Kajian
tentang semantik begitu komprehensif sehingga beberapa kajian ilmiah bahkan
menggunakan ciri-ciri semantik bahasa secara terpisah. Struktur makna kata
yang diterapkan pada semantik memungkinkan kita memberikan makna rinci dari
berbagai struktur linguistik seperti frasa, kalimat, dan wacana. Contoh: Panjang
tangan (pencuri/bagian tubuh/jarak).

Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna bahasa. Pokok bahasaan
semantik adalah makna bahasa atau makna satuan kebahasaan seperti kata,
frasa, klausa, kalimat, wacana, dan sebagainya. Berdasarkan satuan kebahasaan,
tingkatan kebahasaan (linguistik) yang menjadi sasaran penelitian semantik
adalah:

1. Wacana (Semantik Wacana)

Semantik jenis ini mempunyai peran untuk mengkaji makna wacana. Dalam hal ini
makna wacana tidak lepas dari pola pikir yang berurutan dan logis.

2. Morfologi dan Sintaksis (semantik gramatikal)

Semantik jenis ini mengkaji makna satuan gramatikal baik dalam bentuk
morfologi maupun sintaksisnya.

3. Kosakata (semantik leksikal).

Semantik jenis ini mengkaji makna dalam kosa kata yang didekontekstualisasikan,
baik dalam konteks gramatikal (morfologi dan sintaksis) maupun konteks wacana.

4. Fonologi (diferensiasi makna)

Fonem adalah salah satu satuan bahasa terkecil dan tidak mempunyai arti, hanya
berfungsi sebagai ciri semantik. Namun, jika fonem-fonem ini disusun menjadi
kata-kata, maknanya dapat dibedakan.
B. Semantik dan kesastraan

Sastra sebagai salah satu bentuk kreasi seni, menggunakan bahasa sebagai
media. Akan tetapi, berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari bahasa
dalam karya sastra memiliki kekhasannya sendiri. Disebut demikian karena
bahasa dalam sastra merupakan salah satu bentuk _idiosyncratic_ di mana
tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan ekspresi individual
pengarangnya ( cf. Lyons, 1979: 108).

C. Semantik dan linguistik

Dalam kajian filsafat kaum stoik, digunakan istilah signans sebagai komponen
terkecil dari tanda dan signatum, yakni makna yang diacu oleh signans. Konsep
tersebut dalam kajian kebahasaan dikembangkan oleh Ferdinand de sausure yang
mengintroduksi istilah signifiant, yakni gambaran bunyi abstrak dalam kesadaran
serta signifie, yakni gambaran dunia luar dalam abstraksi kesadaran yang diacu
oleh signifikan ( Labov dan weinrich, 1980:4).

D. Sejarah Semantik

Aristoteles, sebagai pemikir Yunani yang hidup pada masa 384- 322 SM, adalah
pemikir pertama yang menggunakan istilah "makna" lewat batasan pengertian
kata yang menurut Aristoteles adalah "satuan terkecil yang mengandung makna".
Dalam hal ini, Aristoteles juga telah mengungkapkan bahwa makna kata itu dapat
dibedakan antara makna yang hadir dari kata itu sendiri secara otonom, serta
makna kata yang hadir akibat terjadinya hubungan gramatikal (Ullman, 1977: 3 )
Bahkan Plato (429-347 SM) dalam Cratylus mengungkapkan bahwa bunyi-bunyi
bahasa itu secara implisit mengandung makna-makna tertentu. Hanya saja
memang, Pada masa itu batas antara etimologi, studi makna, maupun studi
makna kata, belum jelas.

Pada tahun 1825 seorang berkebangsaan Jerman, C. Chr Reisig, mengemukakan


konsep baru tentang grammar yang menurut Reisig meliputi tiga unsur utama,
yakni 1) Semasiologi, ilmu tentang tanda. 2) sintaksis, studi tentang kalimat. 3)
etimologi, studi tentang asal usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk
maupun makna. Pada masa ini, istilah semantik itu sendiri belum digunakan
meskipun studi tentangnya sudah dilaksanakan. Sebab itulah, masa tersebut oleh
Ullman disebut sebagai masa pertama pertumbuhan yang diistilahkannya dengan
underground period.
E. Analisis Kalimat dan Analisis Semantik

Analisis kalimat adalah deskripsi mengenai leksem-leksem dan kata kata


fungsional, bagaimana unsur-unsur ini bergabung dalam membentuk frase-frase,
dan bagaimana fungsi-fungsi frase itu dalam kalimat. Dalam analisis kalimat frase
-frase itu diidentifikasi menjad subjek, predikat, objek langsung, objek tidak
langsung, pelengkap keterangan, dan sebagainya. Misalnya:

Subjek Predikat Objek Keterangan

Ayah tidur

Dimas menggambar kuda di papan tulis

Subjek Predikat Pelengkap Keterangan

lin belajar komunikasi di UGM

Gito bermain gitar

Subjek Predikat Objek tak Objek Keterangan


langsung langsung

Adik membelikan bapak sepatu baru di toko

Saya membawakan beliau tas

Analisis semantik adalah analisis proposisi yang terdiri atas predikat dan berbagai
macam nomina yang merupakan argumennya. Dalam bahasa Indonesia, predikat
itu dapat berupa verba, adjektiva. bilangan, adverbial, numeral, dan frase
preposisi. Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut. Unsur bercetak miring adalah
predikatnya.

[tidur, ayah]

[membeli, ayah, buku aljabar]

[di pasar, kakek]


[membelikan, ibu, adik, baju baru]

[cantik sekali, adik]

[sepuluh ekor, anaknya]

[kemarin pagi, datangnya]

Anda mungkin juga menyukai