Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SASTRA PADA MASA SEJARAH


D
I
S
U
S
U
N

Oleh : Kelompok 2
1.Elsa Silalahi 21110036
2.Putra Aksido Silalahi 21110009
3.Rina Silvia Panjaitan 21110036
4.Widyawati Manalu 21110020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,karna atas berkat rahmat-
Nyalah serta berbagai upaya, tugas makalah mata kuliah Searah Sastra yang membahas Sastra
Pada Masa Sejarah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini,ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan Sastra
Pada Masa Sejarah,dan serta informasi dari media massa.Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan masih kurang sempurna.Untuk itu diharapkan berbagai masukkan
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.

Akhir kata,semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan membawa manfaat
untuk pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1


A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. SASTRA INDONESIA MASA SEJARAH1......................................................................2
1. Pengertian Sastra...........................................................................................................2
2. Periodisasi Sastra di Indonesia......................................................................................2
B. SASTRA INDONESIA MASA HINDU............................................................................5
1. Karya Sastra Pada Masa Perkembangan Hindu Buddha..............................................5
2. Pengaruh Hindu dalam Kesusastraan Melayu..............................................................8
3. Pengaruh Hindu-Buddha dalam Bidang Kesusastraan.................................................8
BAB III PENUTUP........................................................................................................................9
A. KESIMPULAN...................................................................................................................9
B. SARAN...............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik sejarah juga mengajarkan
hal-hal yang sangat penting. Kita dapat mempelajari apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan
kejatuhan pada masa itu. Sejarah adalah warisan nenek moyang yang sangat kental akan nilai-
nilai tradisi di dalam perkembangannya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni.
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal,
kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan
sebagai hasil pemikiran atau akal manusia.
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan.sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi.
Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu
media yang mendayagunakan bahasa uuntuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia.oleh
sebab itu sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi
kehidupan manusia kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dari  manusia
untuk mengungkapkan eksitensinya.
Biasanya kesustraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa, jadi yang termasuk dalam
kategori sastra adalah: novel cerita/cerpen, syair,pantun,sandiwara /drama.
saya  mengambil topik ini agar dapat lebih mengetahui lagi apa yang dimaksud sastra  dan
agar pengetahuan kita tentang sastra lebih luas lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Karya sastra?
2. Bagaimana sejarah perkembangan karya sastra dan pembagiannya?
3. Apa pengertian sastra pada masa perkembangan Hindu Buddha?

C. Tujuan
Agar pengetahuan tentang karya sastra semakin luas dan kita dapat mengetahui tentang
sejarah sastra Indonesia serta pembagian sastra.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SASTRA INDONESIA MASA SEJARAH


1. Pengertian  Sastra

Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi
segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan,
kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebagainya
Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi
gagsan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan
sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari
perasaan dan pemikirannya.
Dalam konteks kesenian,kesustraan adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian,yang
menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkapan gagasan dan perasaan senimannya,
sehingga sastra juga disamakan dengan cabang seni lain seperti seni tari,seni lukis, dan
sebagainya.
2. Periodisasi Sastra di Indonesia

Secara urutan waktu sastra di Indonesia terbagi atas beberapa angkatan, yaitu Angkatan
Pujangga Lama, angkatan Sastra Melayu Lama, angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga
Baru, angkatan 1945, angkatan 1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan 1980-1990an,
angkatan Reformasi, angkatan 2000-an.
a.    Pujangga lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikaian karya sastra di Indonesia yang
dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun,
gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat
meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian
utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah
Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari
istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling
terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-
Raniri.
b. Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-1942, yang berkembang
dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah
Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang
terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
c.   Angkatan Balai Pustaka
Di ikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu. Angkatan Balai Pusataka merupakan
karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai
Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan
kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa
ini.Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan
liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian
(cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga
bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas
dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
d.   Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai
Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang
menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra
intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman
Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar
Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia.
Selain Layar Terkembang.
e.   Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan
Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru
yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang
perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan
'45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini
menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan
dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan
Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
f.    Angkatan 1950-1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri
angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi.
Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya,
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam
Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah
perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada
awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik
praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
g.   Angkatan 1966-1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis
Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini
yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik,
arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam
menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga
termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil
Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip
Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
h.   Angkatan 1980-1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya
roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T.
Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan
umum.Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah:
Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja,
Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi
Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada
dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La
Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada
novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama
biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.Mira W dan Marga T adalah dua
sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel
mereka.
Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan
novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh
utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era
1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
i. Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu
KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang
"Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-
karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar
reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik
sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan
penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada
akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai
pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra  puisi, cerpen, dan novel
pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti
Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny
Hidayat dengan media online: duniasastra.com - nya, juga ikut meramaikan suasana dengan
sajak-sajak sosial-politik mereka.
j.    Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002
melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang
Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus
lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan
2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna,
Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an,
seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.

B. SASTRA INDONSIA MASA HINDU


1. Karya Sastra Pada Masa Perkembangan Hindu Buddha
Perkembangan pengaruh Hindu Buddha dari India membawa kemajuan pesat dalam bidang
karya sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa, antara lain kitab Ramayana dan
Mahabharata. Adanya kitab-kitab ini memacu para pujangga di Indonesia untuk menghasilkan
karya-karya sastra.
Isi kitab bukan merupakan kalimat langsung, melainkan rangkaian puisi yang indah dalam
sejumlah bait (pupuh). Ungkapan dalam bentuk puisi itu biasa disebut kahkawin. Sedangkan
tema kitab dapat berupa gubahan atau karya baru yang disesuaikan dengan tradisi dan budaya
masyarakat. Karya sastra merupakan catatan, kisah atau laporan tentang suatu peristiwa penting,
bisa mitologi atau sejarah.
a. Kitab
Kitab merupakan tulisan berupa kisah, cerita, sejarah, dan kadang campuran antara
legenda-mitos-sejarah sekaligus. Pada masa Hindu-Buddha, kitab ditulis oleh para pujangga
(sastrawan) istana raja tertentu. Mereka menulis atas perintah raja masing-masing. Hidup mereka
ditanggung oleh negara dan mereka harus menaati apa saja yang harus ditulis atas perintah raja.
Oleh karena itu, bisa saja dua kitab yang ditulis oleh dua penulis yang berbeda, membahas tokoh
yang sama namun isinya bertolak belakang.
Isi kitab biasanya merupakan rangkaian puisi dalam sejumlah bait (pupuh) yang disebut
kakawin. Selain cerita tentang raja-raja, kitab bisa pula menceritakan mitologi, legenda, cerita
rakyat (folklore), undang-undang, hukum pidana-perdata, hingga aturan pernikahan. Di berbagai
daerah di Indonesia kitab disebut pula kidung, carita, kakawin, serat, tambo. Bisa pula kitab
merupakan sebuah gubahan dari cerita aslinya; dalam arti cerita tersebut sudah mengalami
perubahan (tambahan atau pengurangan), baik dalam jumlah tokoh, alur, latar tempat. Mengenai
waktu pun sering tak dicantumkan alias diabaikan oleh sang penulis kitab meski yang ditulisnya
mengandung sifat kesejarahan. Pembuatan kitab pertama kali dirintis pada masa Dinasti Isana
pemerintahan Dharmawangsa Teguh. Ia mempelopori penggubahan epik Mahabharata dalam
bahasa Kawi (Jawa Kuno). Arjuna Wiwaha, karya Mpu Kanwa ditulis pada masa pemerintahan
Raja Airlangga abad ke-11 M. Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, ditulis pada
pemerintahan Raja Jayabaya dari Kediri pada abad ke-12.
b. Ramayana
Ramayana adalah epos India yang terkenal. Ramayana adalah kavya, yaitu puisi yang
dipakai untuk memberi ajaran moral kepada para muda-mudi. Ajaran yang diberikan luas sekali;
ia meliputi darmasastra (ajaran moral); arthasastra (ajaran politik dan peperangan) dan
nitisastra (ajaran tentang cara hidup yang mudah). Bukan itu saja. Ramayana juga merupakan
cermin hidup orang Arya yang idealis. Rama adalah lambang anak yang taat, saudara yang
ramah, suami yang penuh kasih sayang. Rama juga merupakan lambang kesatria yang gagah
berani dan raja yang adil dan idealis. Sita adalah lambang istri yang setia. Saudara-saudara
Rama, semuanya adalah lambang saudara yang dicita-citakan manusia. Sedangkan Dasarata
adalah lambang manusia yang lemah, yang tidak dapat menahan godaan wanita.
Ramayana sebenarnya adalah cerita rakyat India yang sangat populer dan tua sekali.
Dalam Mahabharata, cerita Rama diceritakan dalam Ramopakhyana. Di samping Ramayana
Valmiki, di India sebenarnya masih ada tiga Ramayana yang lain yaitu (i) Yoga-Vasistha-
Ramayana, (ii) Adhiyat-Ramayana dan (iii) Adbhuta-Ramayana. Yang menarik ialah Adbhuta-
Ramayana. Adhbuta-Ramayana ini dapat menjelaskan beberapa perkara yang kurang jelas
tentang cerita Rama, misalnya asal-usul Sita dan bagaimana Rama dianggap sebagai penjelmaan
Wisnu seperti yang terdapat dalam beberapa versi.
Pengaruh Ramayana besar sekali. Ramayana pernah menjadi sumber yang tak pernah
kering bagi para penyair dan sastrawan India. Pada abad ke-4 seorang penyair agung yang
bernama Kalidasa sudah mengolah cerita Rama kembali dalam suatu syair bernama
Raghuwansa. Pada abad ke-6 penyair Bhatti mengolah cerita Rama kembali pada syair yang
bernama Rawana-Vadha (artinya pembunuhan Rawana). Syair ini juga terkenal sebagai Bhatti-
khavya. Menurut seorang sarjana Indonesia Poerbatjaraka. Ravana-Vadha inilah yang menjadi
sumber Kahwin Ramayana dan bukan Ramayana Valmiki.
c. Mahabharata
Inti cerita Mahabharata ialah sejarah bangsa bharata yang terdiri dari 24.000
seloka.Tetapi dengan peredaran zaman,bermacam-macam cerita dongeng dimasukkan
kedalamnya,misalnya dongeng tentang Brahmana, Wisnu dan Siwa.Ia bukan epos biasa lagi,ia
sudah menjadi buku suci orang hindu,buku suci yang menerangkan cara hidup orang
hindu,susunan masyarakat dan politiknya. seorang sarjana Hindu berkata.”apa yang terdapat di
India,juga terdapat dalam Mahabharata.
Mahabharata juga dianggap sebagai buku Rigveda yang kelima yang boleh dibaca oleh
semua orang.karena ini pula, banyak orang Hindu yang tidak berpelajaran,juga mengetahui serba
sedikit tentang kebudayaan diri sendiri melalui Mahabharata.
Menurut tradisi,Vyasa adalah penyair dan penyusun Mahabharata.sesudah siap
disusun.Mahabharata diajarkan kepada suka anak Vyasa sendiri dari murid-muridnya.para
sarjana membuat penyelidikan telah mengemukakan bermacam-macam teori tentang
Mahabharata.ia menceritakan orang-orang yang sempurna dan peperangan yang banyak
meminta korban jiwa.
d. Kilas Singkat Sejarah Sastra Melayu
Kebudayaan Melayu, sebagaimana kebudayaan Jawa, memperoleh pengaruh yang sangat
kuat dari India kira-kira semenjak abad ke-5 M hingga abad ke-14 M. Namun pencapaian
keduanya cenderung berbeda. Kebudayaan Jawa telah menorehkan prestasi menonjol dalam
bidang seni ukir seperti candi, patung dan relief, sedangkan pencapaian terbesar kebudayaan
Melayu terletak di bidang kesusasteraan. Braginsky dalam bukunya Yang Indah, Berfaedah dan
Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam abad 7-19, terjemahan Hersri Setiawan, menyatakan
bahwa dasar tradisi kebudayaan Melayu adalah sastra. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa
kebudayaan Melayu tidak menghasilkan pencapaian di bidang-bidang lainnya. Dasar tradisi
Melayu ini (sastra, pen), baru ada semenjak abad ke-16, tertera pada sebuah manuskrip dengan
aksara Jawi dan menggunakan bahasa Melayu. Ketika orang Melayu mulai mengenal agama
Hindu dan Buddha yang berasal dari India, mereka turut mengadopsi bahasa dan aksara yang
digunakan di dalam dua agama tersebut. Lantas mereka mengintegrasikannya dengan bahasa
asli, dan mulai menciptakan karya-karya tertulis berdasarkan kaidah-kaidah yang terserap.
Tujuan mulanya, tentu agar perasaan dan pikiran mereka yang tercurahkan dalam karya
bahasa,memiliki kemungkinan lebih besar untuk kekal. Namun,keberadaan aksara, alat tulis serta
kemahiran menulis saja tidak cukup. Karya-karya sastra tertulis yang muncul pada masa
integrasi Melayu dengan Hindu-Buddha sangat sukar ditemukan, karena hampir tidak ada satu
pun yan selamat, kecuali karya-karya yang dituliskan pada material yang tidak rentan dengan
perubahan cuaca, seperti pada prasasti atau nisan. Bahkan menurut penulis, belum diketemukan
karya sastra Melayu pada kedua artefak itu.
Bisa jadi, melenyapnya karya-karya sastra dari masa yang cukup jauh ini, sanggup
dikorelasikan dengan hakikat sastra: baik dalam bentuk maupun isinya, pasti mengandung nilai-
nilai tertentu yang dianut, diyakini dan diamalkan oleh masyarakat atau anggota masyarakat
yang menciptakannya. Karya-karya sastra pada masa pengaruh India tentu mengandung nilai-
nilai keagamaan dan norma-norma fundamental Hindu-Buddha yang sangat lekat, sehingga
ketika pengaruh Islam muncul, nilai-nilai tersebut musti disisihkan dan digantikan oleh nilai-nilai
Islam. Meski, Api Sejarah milik Ahmad Mansur Suryanegara, sedikit kontroversial dengan data
historik yang umum ditemukan, mengatakan bahwa Islam sudah memasuki Indonesia jauh
sebelumHindu-Buddha. Harus ditekankan pula bahwa agama Hindu-Buddha memmpunyai
watak elitis, yakni pendalaman pengetahuan tentang kedua agama tersebut hanya mampu
dilakukan oleh kalangan tertentu, misalnya kelas Brahmana atau Bhiksu (Marwati Djoened
Pusponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, Balai Pustaka Pendidikan
dan Kebudayaan). Karakter elitis ini membuat Islam yang tidak membedakan kasta (egaliter,
pen) memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin mendalaminya dan dapat diterima, juga
tersebar luas di kalangan orang Melayu. Dengan karakter egaliter pula, aksara Jawi yang
diperkenalakan oleh kebudayaan Islam/Arab-Persia, mendapatkan dukungan penuh ketika
mendesak karya-karya dan aksara sebelumnya yang masih mengandung bentuk maupun nilai-
nilai budaya yang elitis.

2. Pengaruh Hindu dalam Kesusastraan Melayu


Pengaruh Hindu Buddha di Nusantara sudah sejak lama. Menurut J.C. Leur (Yock Fang:
1991:50) yang menyebarkan agama Hindu di MelayuadalahparaBrahmana.
Merekadiundangoleh raja untukmeresmikan yang menjadiksatria. Kemudiandenganmunculnya
agama Buddha di India makapengaruh India terhadapbangsaMelayusemakinbesar. Apalagi
agama Buddhatidakmengenalkasta, sehinggamudah beradaptasi dengan masyarakat Melayu

3. Pengaruh Hindu-Buddha dalam Bidang Kesusastraan


Dari India, masyarakat Indonesia mengenal sistem tulis. Karya-karya tulis yang pertama ada
di Indonesia ditulis pada batu (prasasti) yang memuat peristiwa penting seputar raja atau
kerajaan tertentu. Pada masa berikutnya penulisan dilakukan di atas daun lontar (Latin:
Borassus flabellifer), batang bambu, lempengan perunggu, daun nifah (Latin: Nifa frutican),
dan kulit kayu, karena bahan-bahan tersebut lebih lunak daripada batu, lebih mudah dijinjing
dan bisa dibawa ke mana-mana, dan lebih tahan lama. Pada masa Islam, penulisan dilakukan di
atas dluwang (terbuat dari kulit kayu pohon mulberry), kertas, logam mulia, kayu, serta kain.
Penulisan pada bahan-bahan yang lebih lunak memungkinkan para penulis lebih leluasa
dalam bekarya. Awalnya mereka menulis karya-karya sastra dari India, seperti Mahabharata
dan Ramayana. Setelah menyalin dan menerjemahkan karya-karya tersebut, mereka lalu mulai
menggubah cerita yang asli ke dalam sebuah kitab. Jadilah karya sastra yang indah dalam segi
bahasa, meski sifat-sifat kesejarahannya samar.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan.Dari makna asalnya dulu,sastra
meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia ,seperti catatan
ilmu pengetahuan , kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebaginya
Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas hokum-
hukum,prinsip dasar,seperti struktur,sifat-sifat,jenis-jenis, serta sistem sastra. Sejarah
sastra,yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya hingga perkembangan yang
terbaru.
Secara urutan waktu sastra di Indonesia terbagi atas beberapa angkatan :
a.    Angkatan Pujangga Lama
b.    Angkatan Sastra Melayu Lama
c.    Angkatan Balai Pustaka
d.    Angkatan Pujangga Baru
e.    Angkatan 1945
f.     Angkatan 1950-1960-an
g.    Angkatan 1966-1970-an
h.    Angkatan 1980-1990an
i.      Angkatan Reformasi
j.      Angkatan 2000-an
Periode Hindu Buddha dipengaruhi sangat kuat dari kebudayaan India kira-kira semenjak
abad ke-5 M hingga abad ke-14 M. Namun pencapaian keduanya cenderung berbeda.Ketika
orang Melayu mulai mengenal agama Hindu dan Buddha yang berasal dari India, mereka turut
mengadopsi bahasa dan aksara yang digunakan di dalam dua agama tersebut.Karya-karya sastra
pada masa pengaruh India tentu mengandung nilai-nilai keagamaan dan norma-norma
fundamental Hindu-Buddha yang sangat lekat, sehingga ketika pengaruh Islam muncul, nilai-
nilai tersebut musti disisihkan dan digantikan oleh nilai-nilai Islam.
Salah satu karya yang populer pada masa periode Hindu Buddha yaitu Ramayana dan
Mahabharata.Kemudian dengan munculnya agama Buddha di India maka pengaruh India
terhadap bangsa Melayu semakin besar. Apalagi agama Buddha tidak mengenal kasta, sehingga
mudah beradaptasi dengan masyarakat Melayu.

B. SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami
adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA
https://ekalistina.wordpress.com/2014/12/31/makalah-sejarah-sastra/

Rosidi, Ajip. Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta : Bina Aksara, 1988

Rosidi, Ajip. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. akarta : Bina Cipta, 1986

Anda mungkin juga menyukai