Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

HAKIKAT DAN MAKNA PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


Dosen Pengampu: Dr. Harlen Simanjuntak, M.Pd.

DISUSUN OLEH

Kelompok 1 :

Aldi Fransisco Siahaan (21110001)

Chica Ro Marito Sitorus (21110032)

Desi Sagita Ronauli Sianipar (21110018)

Friska Jayanti Sihombing (21110012)

Hensani Br Siboro (21110036)

Tetty Mayarni Lumban Gaol (21110011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hakikat Dan Makna Perkembangan Peserta Didik” dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah “Pekembangan Peserta Didik”.

Tidak lupa kami, mengucapkan terima kasih terhadap teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa menjadi referensi
ataupun literatur dalam pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk masa mendatang.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 04 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................. 4

2.1. Hakikat Perkembangan ................................................................................................. 4

2.2. Fase-fase Perkembangan ............................................................................................. 7

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan .......................................................11

2.4. Konsep Dasar Pertumbuhan dengan Perkembangan .....................................................11

BAB III TEORITIS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK .......................................16

3.1. Gambaran Umum tentang Aspek-aspek Perkembangan Peserta Didik .........................16

3.2. Karakteristik Umum Perkembangan Peserta Didik ......................................................17

3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik .................................22

3.4. Pengertian dan Manfaat Mempelajari Perkembangan Peserta Didik untuk

Calon Pendidik ...........................................................................................................23

3.5. Kajian Perkembangan Peserta Didik ............................................................................25

BAB IV PENUTUP ..........................................................................................................26

4.1. KESIMPULAN ..........................................................................................................26

4.2. SARAN .......................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi selama manusia hidup.


Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis
dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan
manusia yang terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman. Studi mengenai
perkembangan seseorang tidak lagi seperti dahulu yang berhenti pada waktu seseorang
mencapai kedewasaannya, melainkan berlangsung terus menerus dan mulai konsepsi hingga
orang itu mati.

Pembentukan pada masa dini ini akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat
penyesuaian fisik, psikologis dan sosial pada masa-masa yang kemudian. Hal ini pula
menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa dini ini harus sedemikian rupa
sehingga dapat mengarah kepada penyesuaian sosial dan penyesuaian pribadi yang baik pada
masa yang akan datang. Dalam proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu
yaitu, pendidikan, pergaulan, lingkungan, keluarga dan lainnya. Misalnya kita setiap hari
banyak menemui orang-orang, yang satu baik dan aktif, yang satu terbilang nakal. Oleh
karena itu perlu kita ketahui faktor–faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam
perkembangan peserta didik.

Peserta didik adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Mereka merupakan
individu dinamis yang memiliki karakteristik tertentu pada setiap perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangann ini merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Perkembangan peserta didik memiliki konsekuensi kepada perlakuan pendidikan.
Pada masa bayi pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa lebih banyak memberikan
bantuan pada perkembangan fisik, seperti bantuan orang tua kepada anak agar dapat
memfungsikan kakinya untuk berjalan.

Hal ini terus dilakukan sampai anak memiliki kemampuan mengendalikan dan
menfungsikan organ tubuhnya. Menginjak usia sekolah taman kanak-kanak proses
pendidikan bukan hanya sekadar melatih organ tubuhnya agar berfungsi lebih sempurna,
akan tetapi juga mengembangkan kemampuan psikologis yang mulai berkembang, misalnya
memgembagkan keberanian melalui permainan- permainan. Perlakuan pendidikan ini akan

1
terus berubah sesuai dengan masing- masing periode serta karakteristik perkembangan
peserta didik. Pada konteks kajian ilmu psikologi, perkembangan bertahap yang dialami oleh
setiap individu dikaji secara khusus dalam psikologi perkembangan (developmental
psychology). Kajian ini meliputi beberapa hal, diantaranya periodesasi perkembangan,
karakteristik dan tugas masing-masing fase perkembangan serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan. Kajian yang beredar secara umum ini berlandaskan atas
pemikiran para ahli psikologi Barat seperti Jean Piaget, John Lock, dan Erik Erikson.

Mempelajari perkembangan peserta didik merupakan suatu keharusan bagi setiap


pendidik. Ada beberapa alasan mengapa pendidik perlu memahami perkembangan peserta
didik yaitu sebagai berikut:

1. Mempelajari dan memahami karakteristik perkembangan peserta didik adalah salah


satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik.
2. Melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta
didik, dapat diantisipasi tentang berbagai upaya untuk memfasilitasi perkembangan
tersebut, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Disamping itu,
dapat diantisipasi juga tentang upaya untuk mencegah berbagai kendala atau
penghambat yang mungkin akan mengontaminasi perkembangan mereka.
3. Peserta didik memiliki potensi yang multidimensi yang meliputi
biopsikososiospiritual (fisik/biologis , psikologis, sosial dan moral spiritual).

Pemahaman terhadap keragaman dimensi potensi ini memberikan implikasi terhadap


kebijakan pendidikan, baik menyangkut penentuan arah atau tujuan, kompetensi guru,
model kurikulum, maupun penyiapan fasilitas (sarana dan prasarana pendidikan).

Setelah mempelajari bagian pendahuluan ini, diharapkan mahasiswa dapat :

1. Memahami pengertian Perkembangan Peserta Didik dan arti penting mempelajarinya


untuk calon pendidik yang dapat menjadikan dasar pijakan dalam pembelajaran di
sekolah
2. Memahami tentang karakteristik perkembangan rentang kehidupan manusia dan
berbagai ranah perkembangan setiap individu.
3. Memahami perbedaan istilah Pertumbuhan dan Perkembangan yang selalu mengikuti
kajian Perkembangan Peserta Didik, serta memahami faktor yang mempengaruhinya

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja Hakikat dan Fase-fase perkembangan?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Perkembangan?
3. Apa saja Persamaan, Perbedaan, Hakikat, Karakteristik, Faktor-faktor serta Prinsip-
prinsip antara Pertumbuhan dengan Perkembangan?
4. Bagaimana hakikat perkembangan peserta didik?
5. Bagaimana gambaran umum tentang bagaimana aspek-aspek dan karakteristik
umum perkembangan peserta didik?
6. Adakah manfaat yang didapat dari Perkembangan Peserta Didik?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah diatas, penulis menyimpulkan tujuan terhadap rumusan masalah itu
sendiri yang terdiri atas:

1. Untuk kita semua mengetahui apa itu secara luas makna hakikat dari perkembangan
peserta didik itu sendiri
2. Menjelaskan dan menggambarkan kepada pembaca konsep-konsep dasar dari
perkembangan peserta didik
3. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Pesert Didik

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hakikat Perkembangan

Perkembangan berasal dari kata kembang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
kembang berarti maju, menjadi lebih baik. Istilah “perkembangan” (development) dalam
psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Didalamnya
terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep perkembangan,
perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep lain yang terkandung di dalamnya,
diantaranya:

a. Perkembangan (Development)

Secara sederhana Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai


“Long-tern changes in a person’s growth, feelings, patterns of thingking, social
relationships, and motor skills.” Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan
perkembangan sebagai: (i) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam
organisme, dari lahir sampai mati, (ii) pertumbuhan, (iii) perubahan dalam bentuk dan
dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, (iv)
kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.”

Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menunjuk pada
keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimilki individu dan tampil dalam
kualitas kemampuan, sifat dan cirri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga
tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.”
Menurut F.J Monks, dkk, (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses
ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali.

Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap yang
menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
pertumbuhan, pematangan dan belajar.” Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang berlangsung
secara terus – menerus dan bersifat tetap dari fungsi – fungsi jasmaniah dan rohaniah
yang dimiliki individu menuju ketahap kematangan, selain itu perkembangan juga dapat

4
didefenisikan sebagai perubahan organisme ( individu) baik dalam perubahan fisik
maupun perubahan dalam psikisyang mengacu pada bertambah kompleksitas yaitu
perubahan dari suatu yang sangat sederhana kepada suatu yang lebih rumit dan rinci,
yang semuanya berlangsung secara teratur dan terorganisasi yang berlangsung sepanjang
hayat dari individu.

b. Pertumbuhan (Growth)

Pertumbuhan (growth) dapat diartikan sebagai proses perubahan dalam aspek


jasmaniah, seperti bertambahnya tinggi dan berat badan seseorang, berubahnya struktur
tulang, proporsi badan, semakin sempurnanya jaringan syaraf dan lain-lain. Dengan arti
kata perubahan dalam pertumbuhan bersifat kuantitatif yang mengacu pada perubahan
fisik yang dialami individu sebagai hasil dari proses pematangan dari fungsi-fungsi fisik
yang berlangsung secara normal bagi orang yang sehat dalam periode waktu tertentu.
Pertumbuhan jasmani dapat diteliti dengan mengukur berat badan, panjang dan ukuran
lingkatran, misalnya lingkar kepala, dada, pinggul dan lengan. Dalam pertumbuhan setiap
bagian tubuh mempunyai perbedan tempo kecepatan misalnya, pertumbuhan alat-alat
kelamin berlangsung paling lambat pada masa kanak-kanak, dan menjadi lambat pada
akhir masa kanak-kanak dan relative berhenti pada masa pubertas.

c. Kematangan (Maturation)

Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa inggris disebut dengan maturation, sering
dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Seperti pertumbuhan,
kematangan juga berasal dari istilah yang sering digunakan dalam biologi. Chaplin
(2002) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (i) perkembangan, proses
mencapai kemasakan/usia masak, (ii) proses pekembangan, yang dianggap berasal dari
keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun).

Menurut Davidoff (1988), menggunakan istilah kematangan untuk menunjuk pada


muculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada pertumbuhan jasamani dan
kesiapan susunan saraf. Proses kematangan ini juga sangat bergantung pada gen, karena
pada saat terjadinya pertumbuhan, gen sudah memprogramkan potensi-potensi tertentu
untuk perkembangan makhluk tersebut yang sudah lengkap ketika ia dilahirkan, dan ini
dapat terlihat dari perjalanan perkembangan makhluk itu secara perlahan-lahan di
kemudian hari. Dapat disimpulakan bahwa kematangan adalah merupakan suatu keadaan

5
atau tahap pencapaian proses pertumbuhan atau perkembangan. Kematangan juga dapat
berarti matangnya suatu fungsi atau potensi mental psikologis akibat proses
perkembangan karena pengalaman dan latihan.

d. Perubahan (Change)

Perkembangan mengandung perubahan, tetapi bukan berarti setiap perubahan


bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk
memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya dimana dia berada, yang
sering disebut aktualisasi diri. Secara garis besar perubahan-perubahan yang terjadi
dalam perkembangan itu dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk, yaitu:

a. Perubahan dalam bentuk Besarnya

Perubahan-perubahan dalam bentuk dan ukuran ini terlihat dalam pertumbuhan


jasamani dan perkembangan mental seseorang. Setiap tahunnya perkembangan
jasmani seorang anak mengalamai perubahan begitupun dengan mental anak pasti
akan menunjukkan kemajuan.

b. Perubahan – perubahan dalam proporsi

Pertumbuhan fisik tidaklah terbatas pada perubahan - perubahan ukuran, tetapi


juga pada proporsi. Anak bukanlah manusia dewasa dalam bentuk kecil, melainkan
keseluruhan tubuhnya menunjukan proporsi – proporsi yang berbeda dengan orang
dewasa. Hal ini terbukti apabila tubuh seseorang bayi dibandingkan dengan tubuh
orang dewasa.

Kemudian ketika anak mencapai usia puberitas, baru proporsi tubuhnya mulai
menyerupai orang dewasa. Perubahan proporsi juga tampak dalam perkembangan
mental serta minat – minat dalam diri anak.

c. Hilangnya bentuk atau cirri – cirri lama

Jenis perubahan ketiga yang terjadi dalam perkembangan individu adalah


hilangnya bentuk dan ciri - ciri tertentu dalam fisik dan mental. Seperti perubahan
pada hilangnya kelenjar anak anak yang terletak di leher, kelenjar pineal pada otak,
reflek – reflek tertentu, dsb.

6
d. Timbul atau lahirnya bentuk atau cirri – cirri baru

Dengan menghilangnya bentuk dan cirri - ciri lama yang tidak berguna lagi, maka
timbullah cirri - ciri dan bentuk perubahan - perubahan fisik dan mental yang baru.

2.2. Fase-fase Perkembangan

Fase perkembangan berarti penahapan atau periodesasi tentang kehidupan manusiayang


ditandai ciri-ciri atau pola tingkah laku tertentu. secara garis besar ada empat dasar
pembagian fase perkembangan yaitu:

A. Berdasarkan ciri-ciri biologis

Perkembangan berdasarkan ciri biologis diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Aristoteles

Dia membagi perkembangan manusia dalam tiga masa, dimana dalam setiap fase
meliputi masa tujuh tahun, yiatu:

a) Fase anak kecil atau masa bermain (0-7 Tahun) yang diakhiri dengan tanggal atau
pergantian gigi.
b) Fase anak sekolah atau masa belajar (7-14 tahun), yang dimulaki dari tumbuhnya
gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjar-kelanjar kelamin.
c) Fase remaja (pubertas) atau masa peralihan dari anak menjadi dewasa (14-21
tahun), yang dimulai dari mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin sampai akan
memamsuki masa dewasa.
2. Sigmun Freud

Dasar - dasar pembagiannya adalah pada cara-cara reaksi-reaksi bagian-bagian tubuh


tertentu. fase-fase itu adalah:

a) Fase infantile, umur 0-5 tahun. Fase ini dibedakan menjadi tiga yaitu:
- Fase oral (0-1 tahun), dimana anak mendapatkan kepuasan seksuil melalui
mulutnya.
- Fase anal (1-3 tahun), dimana anak mendapat kepuasan seksuil melalui
anusnya.

7
- Fase phalis (3-5 tahun), dimana anaka mendapatkan kepuasan seksuil melalui
alat kelaminnya .
b) Fase laten (5-12 Tahun)

Pada fase ini anak tampak pada keadaan tenang setelah terjadi gelombang dan
badai (strumund drang)pada tiga fase pertama. Pada fase ini desakan seksuil anak
mengendur. Anak dapat dengan mudah melupakan desakan seksuilnya dan
mengalihkan perhatiannya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah dan
teman sejenisnya.

c) Fase Pubertas (12-18 Tahun)

Pada fase ini dorongan mulai muncul kembali dan apabila dorongan-dorongan ini
dapat ditransfer dan disublimasikan dengan baik maka anak akan sampai pada masa
kematangan terakhir, yaitu fase genital.

d) Fase Genital (18-20 Tahun)

Pada fase ini dorongan yang pada masa laten boleh dikatakan sedang tidur kini
berkobar kembali.

3. Maria Montessori

Menurut Maria, pembagian fase –fase perkembangan anak mempunyai arti biologis,
sebab perkembangan itu adalah melaksanakan kodrat dengan asas pokok (kebutuhan
vital/masa peka), dan asas kesibukan sendiri. Fase – fase perkembangan itu terdiri dari:

a) Usia 0 - 7 tahun, masa penerimaan dan pengaturan rangsangan dari dunia luar
melalui alat indra.
b) Usia 7 - 12 tahun, masa abstrak, dimana anak mulai memperhatikan masalah
kesusilaan, mulai berfungsi perasaan etisnya yang bersumber dari kata hatinya.
Dia mulai tahu akan kebutuhan orang lain.
c) Usia 12 - 18 tahun, masa penemuan diri serta kepuasan terhadap masalah-masalah
sosial.
d) Usia 18 keatas , masa pendidikan diperguruan tinggi, masa untuk melatih anak
(mahasiswa) akan realitas kepentingan dunia. Ia harus mampu berpikir secara
jernih, jauh dari perbuatan tercela.

8
4. Elizabeth B. Hurlock

Pakar ini membagi perkembangan individu berdasarkan konsep biologis atas lima fase :

a) Fase prenatal (sebelum lahir), mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, lebih
kurang 280 hari.
b) Fase infancy (orok), mulai lahir sampai usia 14 hari.
c) Fase babyhood (bayi), mulai usia 2 minggu sampai sekitar usia 2 tahun.
d) Fase childhood (kanak-kanak), mulai usia 2 tahun sampai usia pubertas.
e) Fase adolescence (remaja), mulai usia 11 dan 13 tahun sampai usia 21 tahun, yang
dibagi atas tiga masa, yaitu:
- Fase pre adolescence, mulai usia 11 – 13 tahun untuk wanita, dan usia-usia
sekitar setahun kemudian bagi pria.
- Fase early adolescence, mulai usia 13 – 14 tahun sampai 16 – 17
- Fase late adolescence, masa-masa akhir dari perkembangan seseorang atau
masa ketika seseorang menempuh perguruan tinggi.

B. Berdasarkan konsep didaktif

Dasar yang digunakan dalam menentukan pembagian fase - fase perkembangan adalah
materi dan cara bagaimana mendidik anak pada masa - masa tertentu. Fase perkembangan
secara didaktif menurut Johann Amos Cornenius adalah sebagai berikut:

a) 0-6 tahun disebut sekolah ibu, merupakan masa pengembangan alat-alat indera
dan memperoleh pengatahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan
keluarga.
b) 6-12 tahun disebut sekolah bahasa ibu, merupakan masa anak mengembangkan
daya ingatnya di bawah pendidikan sekolah rendah. Pada masa ini mulai diajarkan
bahasa ibu.
c) 12-18 tahun disebut sekolah bahasa Latin, merupakan masa mengembangkan
daya pikir di bawah pendidikan sekolah menengah (gymnasium). Pada masa ini
diajarkan bahasa Latin sebagai bahasa asing.
d) 18-24 tahun disebut masa sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa
mengembangkan kemauannya dan memilih suatu lapangan hidup yang
berlangsung di bawah perguruan tinggi.

9
C. Periodesasi perkembangan berdasarkan ciri psikologis

Periodisasi ini didasarkan atas ciri-ciri kejiwaan yang menonjol yang menandai masa dalam
periode tersebut. periodesasi ini dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:

1. Oswald Krock

Ciri yang digunakan adalah yang dipandang terdapat pada anak-anak umumnya
adalah pengalaman keguncangan jiwa yang dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz
atau sifat keras kepala. Fase ini terdiri atas:

a) Fase anak awal (0-3 tahun), pada akhir fase ini terjadi trotz yang pertama, ditandai
dengan anak serba membantah atau menentang orang lain. Hal ini disebabkan
mulai timbulnya kesadaran akan kemampuannya untuk berkemauan sehingga
menguji kemampuannya itu.
b) Fase keserasian sekolah (3-13 tahun), pada akhir masa ini timbul trotz yang ke
dua, di mana anak mulai serba membantah lagi, suka menentang orang lain
terutama orang tua. Gejala ini sebenarnya merupakan gejala yang biasa, sebagai
akibat kesadaran fisiknya, sifat berfikir yang dirasa lebih maju daripada orang
lain, keyakinan yang dianggap benar dan sebagainya namun dianggap sebagai
keguncangan.
c) Fase kematangan (13-21 tahun) yaitu mulai setelah berakhirnya gejala trotz
kedua, anak mulai menyadari kekurang-kekurangan dan kelebihan-kelebihan
dirinya, yang dihadapi dengan sikap yang sewajarnya, ia mulai dapat menghargai
pendapat orang lain, dapat memberikan toleransi terhadap keyakinan orang lain,
karena menyadari bahwa orang lain mempunyai hak yang sama. Masa inilah yang
merupakan masa bangkitnya atau terbentuknya kepribadian menuju kemantapan.
2. Kohnstamm

Ciri yang dilihat adalah dari sisi pendidikan dan tujuan luhur umat manusia, terbagi
menjadi lima fase yaitu:

a) Periode vital, umur 0 – 1, 5 tahun, disebut juga fase menyusu.


b) Periode estetis, umur 1,5 – 7 tahun, disebut juga fase pencoba dan fase bermain.
c) Periode intelektuil, umur 7 – 14 tahun, disebut juga masa sekolah.
d) Periode sosial, umur 14 – 21 tahun, disebut juga masa remaja.
e) Periode matang, umur 21 ke atas, disebut juga masa dewasa.

10
D. Periodesasi perkembangan berdasarkan konsep tugas perkembangan

Tugas perkembangan adalah berbagai ciri perkembanagn yang diharapkan timbul dan
dimiliki setiap anak pada setiap masa dalam periode perkembangannya. Periodesasi seperti
ini diungkapkan oleh Robert J. Havighurst, yaitu:

a) Masa bayi dan anak-anak (infacy and early childhood), umur 0 – 6 tahun.
b) Masa sekolah atau pertengahan (middle childhood), umur 6 – 12 tahun.
c) Masa remaja (adolescence), umur 12 – 18 tahun.
d) Masa awal dewasa (early adulthood), umur 18 – 30 tahun.
e) Masa dewasa pertengahan (middle age), umur 30 -50 tahun.
f) Masa tua (latter maturity), umur 50 tahun ke atas.

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Perkembangan tiap individu berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya:

a) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, yaitu bakat dan pembawaaan,
sifat-sifat keturunan, dorongan dan insting.
b) Faktor-faktor yang berasal dari luar individu, beberapa faktor dari luar yang
mempengaruhi perkembangan individu adalah: makanan, iklim, kebudayaan,
ekonomi, dan kedudukan anak dalam lingkungan keluarga.
c) Faktor-faktor umum, faktor-faktor umum yang mempengaruhi perkembangan
manusia adalah: intelegensi, jenis kelamin, kelenjar gondok, kesehatan, dan ras.

2.4. Konsep dasar Pertumbuhan dengan Perkembangan

1. Persamaan Dan Perbedaan Pertumbuhan Dengan Perkembangan


a) Persamaan pertumbuhan dengan perkembangan ialah bahwa keduanya
merupakan proses perubahan progresif.
b) Perbedaannya adalah : (1) sifat perubahan, pada pertumbuhan perubahan
bersifat kuantitatif sedangkan pada perkembangan, perubahan bersifat
kualitatif fungsional; (2) aspek yang berubah, pada pertumbuhan yang

11
berubah adalah aspek fisik, sedangkan pada perkembangan aspek fisik dan
psikis.

2. Hubungan Pertumbuhan dengan Perkembangan

Perkembangan tidak terpisahkan dengan pertumbuhan. Perkembangan individu


dapat terjadi secara normal bila yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang
normal. Dapat pula dinyatakan bahwa pertumbuhan merupakan prasyarat
perkembangan. Perkembangan terjadi bersamaan atau setelah terjadinya proses
pertumbuhan.

Contoh: dalam waktu kurang lebih 12 bulan semenjak kelahirannya, ukuran kaki
anak semakin bertambah besar dan panjang (pertumbuhan), kemudian kaki tersebut
mulai difungsikan untuk berdiri dan berjalan (perkembangan). Pertumbuhan
merupakan proses untuk menyiapkan perkembangan. Perkembangan akan
berlangsung normal jika pertumbuhan juga berlangsung normal.

Perkembangan bermasalah jika pertumbuhan bermasalah. Meskipun pertumbuhan


berbeda dengan perkembangan tapi karena keduanya tidak terpisahkan selain itu juga
karena proses pertumbuhan lebih dahulu berhenti maka pembahasan mengenai
pertumbuhan dan perkembangan seringkali hanya dinyatakan dengan satu istilah saja,
yaitu perkembangan.

3. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan menurut Para Ahli

Sebagian perubahan-perubahan yagn terjadi pada diri seseorang merupakan


bagian dari pertumbuhan dan perkembangannya, sedangkan sebagian lagi dari
perubahanperubahan itu tidak ada kaitannya sama sekali.

Seifert dan Haffnung membedakan tiga tipe (domain) perkembangan yaitu :


Perkembangan fisik mencakup pertumbuhanbiologis. Misalnya, pertumbuhan otak,
otot, tulang serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan
berkurangnya kekuatan otot-otot.

Perkembangan kognitif mencakup perubahan-perubahan dalam berpikir,


kemampuan berbahasa yang terjadi melalui proses belajar. Perkembangan psikososial

12
berkaitan dengan perubahanperubahan emosi dan identitas pribadi individu, yaitu
bagaimana seseorang berhubungan dengan keluarga, teman-teman dan guru-gurunya.
Ketiga domain tersebut pada kenyataannya saling berhubungan dan saling
berpengaruh. Sejak tahun 1980-an semakin diakui pengaruh keturunan terhadap
perbedaan individu.

Menurut Santrok (1992) semua aspek dalam perkembangan dipengaruhi oleh


faktor genetik. Aspek-aspek yang paling banyak diteliti sehubungan dengan pengaruh
genetik ini ialah kecerdasan dan temperamen.

Arthur Jensen (1969) melontarkan pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan,


dengan pengaruh yang sangat minimal dari lingkungan dan budaya. Menurut Jensen
pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80 persen, sedangkan menurut ahli
lain sebesar 50 persen. Temperamen adalah gaya perilaku atau karakteristik dalam
merespons lingkungan. Ada bayi yang sangat aktif dengan menggerak¬-gerakan
tangan, kaki dan mulutnya dengan keras, ada pula yang lebih tenang. Ada bayi yang
merespons orang lain dengan hangat, ada pula yang pasif dan acuh tidak acuh.

Robert J. Havighurst mengemukakan bahwa pada usia-usia tertentu seseorang


harus mampu melakukan tugas-tugas perkembangan. Kemampuan merupakan
keberhasilan yang memberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas
berikutnya, dan terdiri dari tugas perkembangan;

1. Masa kanak-kanak (usia bayi dan usia TK)


2. Masa anak (usia SD)
3. Masa remaja
4. Masa dewasa awal
5. Masa setengah baya
6. Masa tua.

Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan


perkembangan aspek-aspek lainnya, yaitu fisik, psikis, emosional, moral dan sosial.

13
4. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan

Terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada individu dapat diketahui


berdasarkan karakteristik tertentu yang dialaminya. Karakteristik-karakteristik
dimaksud mudah dikenali, yaitu sebagai berikut:

- Terjadinya perubahan semua aspek baik aspek fisik maupun aspek psikis.
Perubahan-perubahan yang dimaksud merupakan perubahan progresif,
kearah kemajuan.
- Perubahan dalam proporsi fisik dan juga psikis. Perubahan pada proporsi
fisik, tepatnya tubuh jelas sekali terlihat. Semakin bertambah usia
perbandingan dalam ukuran tubuh individu semakin berubah dan pada masa
remaja tubuh individu telah memiliki proporsi tubuh seperti yang dimiliki
orang dewasa. Perubahan proporsi psikis dapat dikenali misalnya dalam
kemampuan berimajinasi dan berpikir. Pada mulanya daya imajinasi
individu lebih menonjol dari pada daya pikirnya. Seiring dengan
bertambahnya usia, proporsi daya imajinasi menjadi semakin berkurang
sedangkan proporsi daya pikir semakin bertambah.
- Lenyapnya tanda-tanda yang lama, baik secara fisik maupun kejiwaan.
Tanda-tanda fisik yang hilang misalnya : kelenjar thymus (kelenjar
anakanak) yang terletak pada bagian dada, kelenjar pineal pada bagian
bawah otak, rambut-rambut halus, dan gigi susu. Tanda-tanda kejiwaan
yang hilang antara lain hilangnya kebiasaan meraban dan perilaku impulsive
(dorongan untuk bertindak yang tidak disertai dengan berpikir terlebih
dahulu).
- Diperolehnya tanda-tanda yang baru. Tanda-tanda baru pada aspek fisik
diantaranya adalah : pergantian gigi, munculnya ciri-ciri seks primer dan
juga seks sekunder. Tanda-tanda baru pada aspek psikis yang muncul
diantaranya : rasa ingin tahu akan sesuatu, kemampuan mengendalikan
emosi, dan lain-lain.

14
5. Teori-Teori Tentang Proses Perkembangan

1) Teori Asosiasi (tokoh : John Locke)

Menurut teori asosiasi perkembangan merupakan proses asosiasi, yaitu proses


penyatuan dari bagian-bagian menjadi keseluruhan. Dalam proses ini bagian bersifat
primer sedangkan keseluruhan bersifat sekunder. Contoh : pengetahuan yang dimiliki
oleh individu diperoleh sedikit demi sedikit sehingga terbentuk sebagai suatu
kesatuan.

2) Teori Gestalt (tokoh :Wertheimer)

Menurut teori Gestalt, perkembangan adalah proses diferensiasi, yaitu proses


penguraian dari keseluruhan menjadi bagian-bagian. Ini berarti bahwa keseluruhan
bersifat primer, sedangkan bagian-bagian bersifat sekunder. Contoh : pertumbuhan
pada masa pranatal dan perkembangan individu sebelum dan sesudah masa pubertas.

3) Teori Neo Gestalt (tokoh : Kurt Lewin)

Lewin menyatakan bahwa perkembangan merupakan proses diferensiasi dan


stratifikasi. Yang dimaksud dengan proses stratifikasi adalah proses pembentukan
lapisan-lapisan kepribadian. Pada awal perkembangan, lapisan kepribadian anak
sangat terbatas, apa yang terwujud dalam gerak-gerik dan ucapannya sama dengan
apa yang ada dalam isi jiwanya. Semakin bertambah usia, semakin bertambah pula
jumlah lapisan kepribadian, sehingga semakin sulit untuk mengetahui isi jiwa
seseorang, karena apa yang terlihat sebagai tingkah laku belum tentu sama dengan isi
jiwanya.

4) Teori Sosiologis (tokoh : J.M. Baldwin dan Sigmund Freud )

Menurut Baldwin, perkembangan merupakan proses sosialisasi yang berlangsung


secara imitasi, yaitu proses peniruan terhadap sikap maupun tingkah laku orang lain.
Sedangkan menurut Sigmund Freud, perkembangan adalah proses sosialisasi yang
berlangsung melalui identifikasi, yaitu proses menyamai orang lain.

15
BAB III

TEORITIS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

3.1. Gambaran Umum tentang Aspek – Aspek Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan peserta didik adalah mata kuliah yang mempelajari aspek-aspek


perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah dasar dan sekolah menengah.
Mata kuliah ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa calon guru tentang
perkembangan peserta didik, sehingga diharapkan mampu memberikan pelayanan
pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa yang dihadapinya.

Secara umum perkembangan peserta didik dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek
perkembangan, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.

1. Perkembangan Aspek Fisik

Perkembangan fisik atau yang disebut atau yang disebut juga pertumbuhan biologis
(biological growth) meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak,
sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dll.), dan
perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti
perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam
kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).

2. Perkembangan Aspek Kognitif

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang
berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yang semua proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

Perkembangan kognitif ini meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan
dengan persepsi, pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa, dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan menilai
dan memikirkan lingkungannya.

16
3. Perkembangan Aspek Psikososial

Perkembangan psikososial adalah proses perubahan kemampuan-kemampauan peserta


didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Dalam proses
perkembangan ini peserta didik diharapkan mengerti orang lain, yang berarti mampu
menggambarkan ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan dirasakan dan diinginkan serta
dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain, tanpa kehilangan dirinya sendiri,
meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, perubahan pada emosi dan
perubahan kepribadian.

3.2. KARAKTERISTIK UMUM PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Secara umum, buku ini mengetengahkan kajian psikologi perkembangan, yang secara
khusus membahas perkembangan anak usia sekolah (SD) dan remaja (SMP & SMA). Aspek-
aspek perkembangan yang dibahas dalam makalah kali ini secara garis besarnya meliputi
perkembangan fisik-motorik dan otak, perkembangan kognitif, dan perkembangan
sosioemosional. Masing-masing aspek perkembangan dihubungkan dengan pendidikan,
sehingga para guru diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan atau pertumbuhan
strategi pembelajaran yang relevan dengan karakteristik perkembangan tersebut.

a) Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)

Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai
pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak,
berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-
kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun).

Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-
anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja
dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung
unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar
dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam
pembelajaran.

17
Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:

- Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas


fisik.
- Membina hidup sehat.
- Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
- Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
- Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam
masyarakat.
- Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.
- Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.
- Mencapai kemandirian pribadi.

Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guna dituntut untuk
memberikan bantuan berupa:

- Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.


- Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian
sosialnya berkembang.
- Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang
konkret atau langsung dalam membangun konsep.
- Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai, sehingga
siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi
dirinya.

b) Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah (SMP)

Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyaknya ahli, anak usia
sekolah menengah (SMP). Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh
banyak ahli, anak usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan
pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah karakterisitik yang menonjol pada anak
usia SMP ini, yaitu:

- Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.


- Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.

18
- Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan
bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orangtua.
- Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
- Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan.
- Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
- Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri
yang sesuai dengan dunia sosial.
- Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.

Adanya karakteristik anak usia sekolah menengah yang demikian, maka guru
diharapkan untuk:

- Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita


ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya
melalui kegiatan-kegiatan yang positif.
- Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan
individual atau kelompok kecil.
- Meningkatkan kerja sama dengan orangtua dan masyarakat untuk
mengembangkan potensi siswa.
- Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.

c) Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan
masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah
karakteristik penting, yaitu:

- Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya


- Dapat menerima dan belajar sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat.

19
- Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.
- Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
- Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
- Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan
memiliki anak.
- Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagai warga negara.
- Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
- Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.
- Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.

Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut, menuntut adanya


pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan
guru, di antaranya:

- Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi,


bahaya penyimpangan seksual dan penyalahagunaan narkotika.
- Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau
kondisi dirinya.
- Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan
keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana olah raga,
kesenian, dan sebagainya.
- Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan
masalah dan mengambil keputusan.
- Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam
kondisi sulit dan penuh godaan.
- Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpikir
kritis, reflektif, dan positif.
- Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama
terbuka dan lebih toleran.
- Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendengarkan
segala keluhan dan problem yang dihadapinya.

20
d) Karakteristik Perkembangan Masa Dewasa Awal hingga Usia Lanjut

Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan individu
setelah masa remaja. Dari segi biologis masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu
periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan
tubuh secara optimal dan kesiapan untuk bereproduksi.

Berikut karakteristik perkembangan masa ini :

1) Perkembangan Fisik

Secara biologis, perkembangan fisik pada fase dewasa awal (sekitar usia 18/20
tahun-40 tahun) merupakan pertumbuhan fisik yang prima, sehingga dipandang
sebagai usia yang tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan. Namun, pada
kenyataannya tidak sedikit juga yang mengalami sakit karena gaya hidup tidak sehat.
Selanjutnya, fungsi-fungsi fisik akan mulai melemah ketika menginjak usia 40 tahun
dan berakhir 60 tahun (masa dewasa madya). Melemahnya fugsi fisik juga akan terus
berlanjut sampai masa dewasa akhir yakni umur 60 keatas.

2) Perkembangan Psikis

Dewasa Awal merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap kritikal
selepas alam remaja yang berumur dua puluhan (20-an) sampai tiga puluhan (30 an).
Ia dianggap kritikal karena pada masa ini manusia berada pada tahap awal
pembentukan karir dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan
yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan dan keluarga.

Pada masa ini juga seseorang akan menghadapi dilema antara pekerjaan dan
keluarga. Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan karir dan
juga hubungan dalam keluarga. Dan masalah yang timbul tersebut merupakan salah
satu bagian dari perkembangan sosio-emosional. Sosio-emosional adalah perubahan
yang terjadi pada diri setiap individu dalam warna afektif yang menyertai setiap
keadaan atau perilaku individu.

Menurut Erikson, tahap dewasa awal yaitu mereka yang berumur 20 hingga 30
tahun. Pada tahap ini manusia memiliki kepedulian untuk membesarkan anak, mulai
menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat. Dalam fase selanjutnya
(sekitar umur 30-40 tahun), biasanya orang dewasa dengan keyakinan yang mantap

21
menemukan tempatnya dalam masyarakat dan berusaha untuk memajukan karirnya.
Pekerjaan dan kehidupan keluarga membentuk struktur peran yag memunculkan
aspek- aspek kepribadian yang diperlukan dalam fase tersebut.Saat individu
memasuki dewasa akhir, mulai terlihat gejala penurunan psikologis, perkembangan
intelektual dalam lambatnya gerak motorik, serta mulai kehilangan status sosialnya.

Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integritas ego vs


keputusasaan. Integritas ego, menurut Erikson sangat sulit didefinisikan namun
mencakup perasaan bahwa terdapat sebuah suratan bagi hidupnya dan penerimaan
atas suratan tersebut, dan merupakan siklus yang harus terjadi dan niscaya dan tidak
ada yang bisa menggantikannya. Lawannya adalah keputusasaan yaitu rasa takut mati
dan hidup yang dirasakan terlalu singkat, rasa kekecewaan.

Ada beberapa cara untuk menghadapi krisis dimasa lansia yakni tetap produktif
dalam peran sosial dan melaksanakan gaya hidup sehat.

3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik

Ada beberapa aliran terkait dengan faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
peserta didik, diantaranya yaitu:

a) Aliran Nativisme

Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang


filosof Jerman. Menurut aliran nativisme, perkembangan manusia itu ditentukan oleh
pembawaannya atau faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Para ahli yang
berpendirian Nativis biasanya mempertahankan kebenaran konsep ini dengan
menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anak-
anaknya.

b) Aliran Empirisme

Menurut teori ini lingkungan adalah yang menjadi penentu perkembangan


seseorang. Baik buruknya perkembangan pribadi seseorang sepenuhnya ditentukan
oleh lingkungan atau pendidikan. Jadi, teori ini menganggap bahwa faktor
pembawaan kurang begitu berpengaruh dalam proses perkembangan manusia.

22
Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari di dapat dari dunia
sekitarnya yang berupa pengetahuan. Pengetahuan ini berasal dari alam bebas
ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh
perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932)
yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas
putih yang bersih.37 Jadi menurut teori ini, pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak.

c) Aliran Konvergensi

Aliran konvergensi adalah teori yang menjembatani atau menengahi kedua teori
atau paham sebelumnya yang bersifat ekstrim yaitu teori nativisme dan empirisme.
Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stren (1871-1938), seorang filosof
dan psikolog Jerman. Konvergensi berarti perpaduan, artinya pada teori aliran ini
memadukan pengaruh kedua unsur pembawaan maupun unsur lingkungan, kedua-
duanya sama-sama merupakan faktor yang dominan pengaruhnya bagi
perkembangan. Menurut teori ini baik unsur pembawaan maupun unsur lingkungan
kedua-duanya sama-sama merupakan faktor yang dominan pengaruhnya bagi
perkembangan seseorang.

Dari beberapa aliran diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang dapat
mempengaruh perkembangan anak, yakni: Faktor yang berasal dari dalam individu
(pembawaan) dan Faktor yang berasal dari luar individu (lingkungan).

3.4. Pengertian dan Manfaat Mempelajari Perkembangan Peserta Didik untuk


Calon Pendidik

Dalam setiap tahapan perkembangan manusia mempunyai karakteristik yang khas


dan tugas-tugas perkembangan tersendiri yang bermanfaat sebagai petunjuk arah
perkembangan yang normal. Tugas-tugas perkembangan tersebut juga sangat berhubungan
dengan pendidikan yang diterima oleh individu. Pendidikan menentukan tugas apakah yang
dapat dilaksanakan seseorang pada masa-masa tertentu.

Konsep diri dan harga diri akan turun bila seseorang tidak melaksanakan tugas
perkembangannya dengan baik, karena individu tersebut akan mendapat celaan dari
masyarakat sekitarnya sehingga menimbulkan ketidakbahagiaan bagi individu yang

23
bersangkutan. Sebaliknya keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan
memberikan perasaan berhasil dan perasaan bahagia (Monks dkk., 1998).

Mengkaji tentang pendidikan yang diterima oleh individu, sangatlah terkait dengan
keberadaan guru sebagai staf pengajar dan sebagai salah satu faktor pendidikan yang sangat
berpengaruh dalam keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Beberapa peran guru
yaitu sebagai:

- Inspirator dan motivator. Dalam proses belajar dan pembelajaran, guru mampu
menstimulasi, mendorong, serta mengelaborasi daya berpikir siswa, sehingga mampu
membntuk perasaaan senang dalam belajar dan memiliki sikap dan perilaku yang
tepat.
- Seorang yang memiliki sikap empati, yaitu berusaha menyelami alam pikiran dan
perasaan siswa.

- Pengelola proses belajar yang mampu menfasilitasi setiap kemampuan dan

kecerdasan siswa

- Pemegang penguat perilaku yang bijaksana, sehingga perilaku-perilaku positif

peserta didik dapat terus berkembang dan mengarah ke tingkat yang lebih baik.

Bagi para pendidik dengan berbagai macam peran yang sudah disebutkan, harapannya
dapat mengetahui dan memahami perkembangan dan karakteristik peserta didik. Hal ini
sangatlah penting karena “transfer of learning” dalam proses belajar mengajar dapat
tersampaikan dan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik.

Selain itu, dengan memahami perkembangan peserta didik tersebut, para pendidik dapat
menggunakan teknik-teknik yang tepat untuk mempelajari kemampuan, minat, dan tingkat
persiapan belajar peserta didik. Selain itu juga mampu mempertimbangkan bermacam-
macam prosedur mengajar, serta mampu menganalisis dan meneliti cara belajar, kekuatan
dan kelemahan belajar dari para peserta didiknya.

Secara umum, manfaat mempelajari Perkembangan Peserta Didik dapat dirasakan


pendidik dan peserta didik, yaitu :

24
1) Bagi Pendidik
a) Memberikan gambaran tentang perkembangan manusia sepanjang rentang
kehidupan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang meliputi aspek
fisik, intelektual, emosi, sosial dan moral.
b) Memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang tepat sesuai
dengan tahapan perkembangan peserta didik.
2) Bagi Peserta Didik
a) Memiliki pengetahuan tentang konsep- konsep Perkembangan Peserta Didik yang
meliputi individu dalam menjalani tahapan perkembangan dari pre-natal hingga
lanjut usia.
b) Mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam proses pembelajaran sesuai
dengan tahapan perkembangannya.

3.5. Kajian Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan manusia merupakan proses yang kompleks yang dapat dibagi menjadi
empat ranah utama, yaitu perkembangan fisik, intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa,
serta emosi dan sosial, yang didalamnya juga termasuk perkembangan moral. Keempat ranah
tersebut dibahas dalam buku ini dalam tiap-tiap tahap perkembangan. Meskipun masing-
masing ranah menekankan aspek khusus dari perkembangan, ada saling ketergantungan luas
diantara bidang-bidang tersebut.

Keterampilan kognitif (Cognitive Skills), misalnya, bisa bergantung pada pengalaman


sosial dan kesehatan fisik, serta emosi. Seorang anak yang berada dalam kesehatan fisik dan
emosional yang baik dan terbuka pada berbagai pengalaman sosial, akan mampu belajar
lebih daripada anak yang berada dalam situasi sebaliknya. Perkembangan sosial ini juga
dipengaruhi oleh kedewasaan biologis, pengertian kognitif, dan reaksi emosional. Akibatnya,
tiap-tiap ranah merefleksikan ranah perkembangan yang lain.

Dalam menggambarkan keempat ranah tersebut, perkembangan semasa hidup (life-


span development) telah menjadi perspektif yang multidisipliner, yang meliputi ilmu biologi,
fisiologi, kedokteran, pendidikan, psikologi, sosiologi, dan antropologi (Baltes, dalam Rice ,
2002). Pengetahuan yang mutakhir yang ada diambil dari tiap-tiap disiplin tersebut dan
digunakan dalam studi tentang perkembangan manusia .

25
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah ini dapat disimpulkan, bahwa Ilmu pendidikan semakin
berkembang dengan teknologi yang begitu canggih menjadikan semua aspek di dalam hidup
kita semakin berkembang dan menjadikan pelajar lebih mengerti akan hakekat pendidikan
untuk manusia indonesia seutuhnya.

Tak banyak orang yang menjadi pintar tapi hilang dari hakikat manusia karna itulah
pendidikan formal sangatlah wajib bagi di ikuti karna selain ilmu pendidikan formal
mengajarkan bagaimana kita untuk bersikap sesuai dengan akhlak yang seharusnya dimiliki
seorang manusia dengan ilmu pengantar pendidikan kita akan mengetahui bagaimana cara
cara untuk menjadi seorang guru yang mengetahui bagaimana sosok guru yang sebenarnya
sesuai dengan fungsinya untuk mengetahui dasar dasar ilmu ini kita harus mengetahui
bagaimana hakikat manusia dan sosok manusia indonesia seutuhnya. Sebagaimana manusia
pada umumnya, para peserta didikpun memiliki berbagai kebutuhan yang amat diperlukan
bagi perkembangan diri dan wawasan pengetahuannya sebagai bekal baginya untuk masa
depan yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang terprogram di sekolah pada prinsipnya adalah
merupakan manifestasi dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan para peseta didik.

4.2. SARAN

Dengan adanya makalah ini dapat lebih mengetahui sifat-sifat yang ada pada peserta
didik sehinga dengan adanya makalah ini para guru atau calon guru dapat mengetahui peserta
didiknya dan dapat menyelurkan ilmunya kepada peserta didik. Diharapkan kepada peserta
didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut berpartisipasi dalam memahami tentang
perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Peran serta pemerintaah, masyarakat,
pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi perkembangan setiap anak dan peserta didik
sesuai karakteristik perkembangan anak. Dari pembahasan hasil makalah ini, kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar dari semua pihak dapat
memberikan kritik dan saran untuk melengkapi kekurangan yang ada.

26
DAFTAR PUSAKA

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Remaja: Perkembangan


Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Arhur, L., dkk. 1998. Programming and Planning in Early Childhood Education.
Sydney: Harcourt Brace and Company.

Elida Prayitno, 1991/1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Depdikbud

Hurlock, Elizabeth B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Monks F.J. Knoer A.M.P & Siti Rahayu H. 1984. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta;
Gadjahmada University Press.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R. 1998. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Murniati Sulasti, 1986. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: FIP : IKIP

Rochmat Wahab & Solohuddin, 1998/1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik.
Jakarta: Depdikbud.

Partini, S. 1996. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development, Jilid I, (Terjemahan).Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W.S. 1997. Life Span Development. Sidney: Brown and Benckark.
(sudah diterjemahkan).

Semiawan, C.R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.

Singgih Gunarsa. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.


Jakarta: Gunung Mulia

Sinolungan, R.E. 1997. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Gunung Agung.

27

Anda mungkin juga menyukai