Anda di halaman 1dari 36

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DASAR

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (PERILAKU BELAJAR


SISWA)

Dosen pembimbing :
Desty Dwi Rochmania, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok: 2
1. Aprilia Vinanta (2397174037)
2. Moh Aditya Firdaus (2397174047)

STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG JOMBANG
2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Psikologi
Pendidikan Dasar dengan judul “Perkembangan Peserta Didik (Perilaku Belajar
Siswa)”.
Terima kasih kami ajukan khususnya kepada ibu Desty Dwi Rochmania, M.Pd.
yang telah mengampu mata kuliah ini, semoga makalah yang kami susun menjadi
pengetahuan serta dapat dipahami oleh semua orang.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jombang, 3 Maret 2024.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah .............................................................................................. 2
BAB II ....................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
2.1 Perkembangan ................................................................................................. 3
2.2 Perilaku Belajar .............................................................................................. 4
2.3 Jenis-jenis Perkembangan................................................................................ 5
2.4 Jenis-jenis Perilaku Belajar .............................................................................19
2.5 Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa ..............................27
2.6 Contoh Perkembangan Belajar Siswa .............................................................28
BAB III ......................................................................................................................32
PENUTUP .................................................................................................................32
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa yang sangat menentukan
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Studi tentang
perkembangan dan pertumbuhan manusia merupakan usaha yang terus
berlangsung dan berkembang. Seiring dengan perkembangannya, studi tentang
perkembangan dan pertumbuhan manusia telah menjadi sebuah disiplin ilmu
dengan tujuan untuk memahami lebih dalam tentang apa dan bagaimana proses
perkembangan dan pertumbuhan manusia baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif.
Sampai dengan saat ini kajian mengenai perkembangan dan pertumbuhan
manusia telah banyak menunjukkan manfaat yang signifikan. Dan salah satu
manfaat dari berkembangnya disiplin ilmu tentang perkembangan manusia ini
adalah pendidikan. Dan jika kita berbicara pendidikan tentunya unsur yang
mutlak ada ialah manusia itu sendiri. Nah, dalam hal ini kajian ataupun teori-teori
mengenai perkembangan dan pertumbuhan manusia sangat dibutuhkan oleh dunia
pendidikan. Pendidikan ialah usaha sadar orang dewasa / pendidik untuk
membantu membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak kearah
kedewasaan.
Perilaku siswa tidak semata berubah tanpa ada sebab yang mengakibatkan
perubahan tersebut. Dalam proses perubahan peserta didik pula harus senantiasa
dilakukan dalam bentuk latihan secara berkala dan terprogram sehingga proses
perubahan tersebut dapat terlihat secara nyata dan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Perubahan tersebut bukan hanya diakibatkan oleh faktor internal
atau dalam diri orang tersebut tetapi faktor eksternal atau lingkungan yang sangat
berpengaruh juga terhadap perubahan diri peserta didik. Salah satu faktor
eksternal yang sangat berpengaruh dalam perilaku peserta didik ialah sekolah.
Di dalam lingkungan sekolah peserta didik tentunya harus selalu diawasi
dengan baik agar dapat menunjang perubahan perilaku peserta didik yang baik
pula. Yang bertangung jawab atas perkembangan peserta didik di sekolah adalah
pendidik. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar yang dapat digunakan
oleh pendidik untuk mendidik peserta didik, yaitu: Behavioristik, Kognitif, dan
Humanistik.
Definisi pendidikan diatas mengisyaratkan bahwa agar setiap pendidik baik
orang tua maupun guru memahami benar hakikat pertumbuhan dan
perkembangan anak agar dapat membimbing atau mengarahkan mereka kearah
kedewasaan yang diharapkan. Dengan begitu pertumbuhan dan perkembangan
anak dapat berjalan dengan baik. Perkembangan anak akan sangat menentukan
bagaimana kelanjutan hidup anak sendiri, karena perubahan kecil yang terjadi
akan berdampak besar untuk masa depan anak.

1
1.2 Rumusan Masalah.
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan ?
2. Apa yang dimaksud dengan perilaku belajar ?
3. Apa saja jenis-jenis perkembangan ?
4. Apa saja jenis-jenis perilaku belajar ?
5. Bagaimana pengaruh perilaku belajar terhadap hasil belajar siswa ?
6. Bagaimana contoh perkembangan belajar siswa ?
1.3 Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan.
2. Untuk mengetahui pengertian perilaku belajar.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis perkembangan.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis perilaku belajar.
5. Unruk mengetahui pengaruh perilaku belajar terhadap hasil belajar siswa.
6. Untuk mengetahui contoh perkembangan belajar siswa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan.

1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan yang dimaksud diatas merupakan istilah dalam pengertian
umum yang diartikan sebagai: “serangkaian perubahan dalam susunan yang
berlangsung secara teratur, progresif, jalin-menjalin dan terarah kepada
kematangan atau kedewasaan”. Perkembangan secara khusus diartikan sebagai
“perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut
aspek-aspek mental psikologis manusia,” seperti halnya perubahan-perubahan
yang berkaitan dengan aspek pengetahuan, kemampuan, sifat sosial, moral,
keyakinan agama, kecerdasan, dan sebagainya, sehingga dengan perkembangan
tersebut si anak akan semakin bertambah banyak pengetahuan dan
kemampuannya juga semakin baik sifat sosialnya, moral, keyakinan agama dan
sebagainya. Sehingga perkembangan anak sering kali diibaratkan dengan mekar-
berkembangnya kuncup bunga yang belum ada gunanya, yang kemudian mekar
membesar jadi sekuntum bunga, harum baunya, dan berwarna indah.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
a. Faktor Herediter (warisan sejak lahir, bawaan)
b. Faktor Lingkungan yang menguntungkan, atau yang merugikan
c. Kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis, dan
d. Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan
seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri
sendiri.
3. Ciri-ciri Umum Perkembangan
a. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari
perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti
perubahan pada fungsi alat kelamin.
b. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu
perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju ke arah kaudal atau dari
bagian proksimal ke bagian distal.
c. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan
melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang
sempurna.
d. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian
perkembangan yang berbeda. Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan
tahap selanjutnya, di mana tahapan perkembangan harus melewati tahap demi
tahap.
4. Contoh perkembangan adalah :
a. Bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur, misalnya dalam perkembangan bahasa, emosi,
intelektual, dan perilaku.
b. Perkembangan periode bayi sampai anak. Kita melihat bahwa bayi dan
anak berbeda sebagai hasil dari pertumbuhan, tetapi disini juga terdapat
perubahan struktur dan bentuk. Jadi, bentuk bayi tidak sama dengan bentuk anak.

3
2.2 Perilaku Belajar.

1. Pengertian Perilaku Belajar


Perilaku belajar adalah suatu sikap yang muncul dari diri siswa dalam
menanggapi dan meresponi setiap kegiatan belajar mengajar yang terjadi,
menunjukkan sikapnya apakah antusias dan bertanggung jawab atas kesempatan
belajar yang diberikan kepadanya. Perilaku belajar memiliki dua penilaian
kualitatif yakni baik dan buruk tergantung kepada individu yang mengalaminya,
untuk meresponinya dengan baik atau bahkan acuh tak acuh. Perilaku belajar juga
berbicara mengenai cara belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri, sehingga
dapat disimpulkan bahwa perilaku belajar adalah merupakan cara atau tindakan
yang berisi sikap atas pelaksanaan teknik-teknik belajar yang dilaksanakan
individu atau siapapun juga dalam waktu dan situasi belajar tertentu.
Berdasarkan pengertian perilaku belajar di atas, penulis menyimpulkan bahwa
perilaku belajar merupakan suatu sikap siswa yang menanggapi dan meresponi
setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung. Perilaku belajar tersebut
menunjukkan bahwa siswa itu paham akan materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru. Siswa yang paham akan materi pelajaran akan memberikan respon yang
baik, sedangkan siswa yang tidak paham akan memberikan respon yang tidak
baik seperti: acuh tak acuh, tidak mendengarkan penjelasan dari guru dan tidak
bisa menjawab pertanyaan dan latihan-latihan yang diberikan oleh guru. Perilaku
belajar juga berbicara mengenai cara atau tindakan belajar yang dilakukan oleh
siswa itu sendiri. Cara belajar siswa itu berisi sikap belajar yang dilakukan ketika
proses belajar mengajar berlangsung. Di mana siswa mempunyai cara belajar
yang sistematis, cara siswa mengikuti proses belajar mengajar secara tepat, teratur
dan berkesinambungan dari waktu ke waktu sehingga pada akhirnya dapat
menimbulkan ciri bagi siswa yang melaksanakannya.
2. Faktir-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar
a. Motivasi
b. Minat
c. Kemampuan kognitif
d. Lingkungan belajar
e. Pengalaman sebelumnya
f. Dukungan sosial
g. Metode dan strategi pembelajaran yang digunakan.
3. Ciri-ciri Umum Perilaku Belajar
a. Motivasi: Tingkat motivasi individu untuk belajar mempengaruhi seberapa
keras mereka bekerja dan seberapa lama mereka bertahan dalam menghadapi
tantangan belajar.
b. Keterlibatan: Tingkat keterlibatan dalam proses belajar, termasuk
partisipasi aktif, pemberian respons terhadap materi pembelajaran, dan
penggunaan strategi belajar yang efektif.
c. Ketekunan: Kemampuan untuk bertahan dalam mengatasi hambatan dan
kesulitan dalam proses belajar, termasuk kemampuan untuk mengatasi kegagalan
dan belajar dari kesalahan.

4
d. Fleksibilitas kognitif: Kemampuan untuk mengubah pandangan atau
pendekatan terhadap materi pembelajaran ketika diperlukan, serta kemampuan
untuk memecahkan masalah dengan berbagai cara.
e. Kemandirian: Kemampuan untuk belajar secara mandiri dan mengatur
waktu, sumber daya, dan strategi belajar tanpa bantuan eksternal yang terus-
menerus.
f. Refleksi: Kemampuan untuk merefleksikan pembelajaran, mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan, serta merencanakan tindakan selanjutnya untuk
meningkatkan pemahaman dan kinerja.
g. Kolaborasi: Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam
konteks pembelajaran, seperti berdiskusi, berbagi ide, dan bekerja dalam
kelompok untuk mencapai tujuan belajar bersama.
4. Contoh perilaku belajar adalah :
a. Seorang siswa yang secara teratur mengatur jadwal belajar, membuat
catatan, dan menggunakan teknik seperti peta pikiran atau diagram untuk
mengorganisir informasi.
b. Seorang siswa yang aktif dalam diskusi kelas, bertanya pertanyaan, dan
berpartisipasi dalam proyek kelompok untuk memperdalam pemahamannya
tentang materi yang dipelajari.
c. Seorang profesional yang secara teratur mencari pelatihan tambahan atau
kursus untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya dalam bidangnya.
d. Seorang pelajar yang mencari umpan balik dari dosen atau rekan
sejawatnya untuk memperbaiki kualitas pekerjaannya dan terus meningkatkan
kinerjanya.
e. Seorang individu yang secara teratur merefleksikan pengalaman belajarnya,
mengidentifikasi area di mana ia dapat memperbaiki, dan mengembangkan
strategi baru untuk mengatasi tantangan belajar.
2.3 Jenis-jenis Perkembangan.

1. Perkembangan Psikologi
A. Pengertian Perkembangan Psikologi
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani “Psychology” yang
merupakan gabungan dan kata pysche dan logos. Pysche berarti jiwa dan logos
berarti ilmu. Secara harfiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa.
Dimyati Mahmud (1989) menjelaskan bahwa manusia menghayati kehidupan
kejiwaan berupa kegiatan berfikir, berfantasi, mengingat, sugestif, sedih, dan
senang, berkemauan dan sebagainya. Gejala jiwa pada manusia dibedakan
menjadi gejala pengenalan (kognisi), gejala perasaan (afeksi), gejala kehendak
(konasi), dan gejala campuran (psikomotorik).
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990) menyatakan bahwa Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat
dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
Dakir (1993) menyatakan bahwa psikologi membahas tingkah laku manusia
dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik individu maupun

5
dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah
laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang
tidak disadari.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikologi Anak
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi pada anak usia
SD meliputi:
a. Lingkungan Keluarga: Interaksi dengan orang tua dan anggota keluarga
lainnya memainkan peran penting dalam membentuk pola pikir dan perilaku
anak.
b. Interaksi Sosial: Anak belajar banyak dari interaksi dengan teman sebaya
dan orang dewasa di lingkungan sekolah dan masyarakat.
c. Pendidikan: Pengalaman di sekolah dan pengajaran oleh guru juga
mempengaruhi perkembangan kognitif dan sosial anak.
d. Genetika: Faktor genetik juga memainkan peran dalam menentukan
kecenderungan perkembangan psikologi anak.
e. Pengalaman dan Rangsangan: Pengalaman yang diperoleh dari lingkungan
sekitar, seperti permainan, kegiatan ekstrakurikuler, dan media, juga berpengaruh
pada perkembangan anak.
C. Ciri-ciri Perkembangan Psikologi Anak
Beberapa ciri-ciri yang mempengaruhi perkembangan psikologi pada anak
usia SD termasuk:
a. Kemampuan berpikir konkrit: Anak-anak SD mulai mengembangkan
kemampuan berpikir yang lebih konkrit daripada pada tahap sebelumnya.
b. Interaksi sosial yang lebih kompleks: Mereka mulai memahami dinamika
hubungan sosial yang lebih kompleks dan belajar berinteraksi dengan teman
sebaya serta figur otoritas di lingkungan mereka.
c. Kemampuan akademis: Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
berkembang secara signifikan selama masa ini, serta kemampuan untuk
menyelesaikan tugas-tugas akademis yang lebih rumit.
d. Perkembangan emosi: Anak-anak SD mungkin mengalami berbagai
perubahan emosional, mulai dari ekspresi kasih sayang hingga frustrasi dan
kecemasan.
e. Minat dan kegiatan: Mereka mulai menunjukkan minat yang lebih jelas
dalam berbagai kegiatan dan hobi, yang dapat memengaruhi perkembangan minat
dan kepribadian mereka.
f. Kemampuan berkomunikasi: Anak-anak SD semakin mahir dalam
berkomunikasi secara verbal, baik dalam berbicara maupun mendengarkan.
2. Perkembangan Sosial
A. Pengertian Perkembangan Sosial
Samsu Yusuf (Budiamin dkk, 2000:132) menyatakan bahwa perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan
sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma – norma kelompok, moral, dan tradisi : meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia
dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuandalam
berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai

6
kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang – orang lingkungannya.
Kebutuhan interaksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enambulan,
disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota
keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial
lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Sueann Robinson Ambron (Budiamin dkk, 2000:132) menyatakan bahwa
sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah
perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab dan efektif. Hubungan sosial mulai dari tingkat
sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin
dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapat dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak
maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin
membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan
manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh
manusia.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak usia SD
termasuk:
a. Lingkungan Keluarga: Interaksi dengan anggota keluarga dan pola
pengasuhan yang diberikan oleh orang tua memainkan peran penting dalam
membentuk kemampuan sosial anak.
b. Interaksi dengan Teman Sebaya: Anak-anak SD belajar banyak tentang
interaksi sosial dari hubungan dengan teman-teman sebaya di sekolah dan
lingkungan sekitar.
c. Pengalaman Sekolah: Lingkungan sekolah, termasuk interaksi dengan guru
dan kegiatan di kelas, juga mempengaruhi perkembangan sosial anak.
d. Model Perilaku: Anak-anak SD cenderung meniru perilaku yang mereka
lihat dari orang dewasa dan teman sebaya, yang dapat memengaruhi cara mereka
berinteraksi secara sosial.
e. Pemahaman Aturan dan Norma: Anak-anak SD belajar tentang aturan dan
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat mereka, yang mempengaruhi cara
mereka berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain.
f. Pengalaman Emosional: Pengalaman emosional, seperti dukungan
emosional dari orang tua dan teman sebaya, serta cara mengelola emosi, juga
dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak.
D. Ciri-ciri Perkembangan Sosial Anak
Beberapa ciri-ciri perkembangan sosial anak usia SD meliputi:
a. Pembentukan Persahabatan: Anak-anak SD mulai membentuk persahabatan
yang lebih berarti dan stabil dengan teman sebaya mereka di sekolah dan
lingkungan sekitar.
b. Interaksi Sosial yang Kompleks: Mereka mengembangkan kemampuan
untuk berinteraksi secara lebih kompleks dengan teman sebaya dan orang dewasa,
termasuk bekerja sama, menyelesaikan konflik, dan memahami aturan sosial.

7
c. Pengembangan Empati: Anak-anak SD mulai memahami dan merasakan
empati terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, membantu mereka
membangun hubungan sosial yang lebih baik.
d. Pemahaman Aturan Sosial: Mereka belajar tentang aturan dan norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat mereka, serta konsekuensi dari melanggar aturan
tersebut.
e. Pengembangan Identitas Sosial: Anak-anak SD memperkuat identitas sosial
mereka sebagai bagian dari kelompok tertentu, seperti keluarga, teman sebaya,
atau kelompok sosial lainnya, yang mempengaruhi persepsi diri mereka.
f. Keterampilan Berkomunikasi: Mereka memperbaiki keterampilan berbicara
dan mendengarkan, serta belajar untuk menyampaikan pikiran dan perasaan
dengan lebih tepat dan jelas kepada orang lain.
3. Perkembangan Emosional
A. Pengertian Perkembangan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
menilai, mengelolah, dan mengontrol emosi dirinya. Emosi lebih mengacu pada
perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sementara kecerdasan lebih
mengacu kepada kepastian untuk memberikan alasan yang benar terkait suatu
hubungan. Kecerdasan emosi dua kali lebih penting dari pada kecerdasan
intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan.
Kecerdasan emosi menurut salovey dan mayer mengatakan bahwa “
himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perasaan sosial yang melibatakan kemampuan terhadap orang lain dalam
memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing
pikiran dan tindakan”. Kecerdasan emosi yang dimiliki anak sekolah lebih
cenderung tidak dapat diprediksi karena sewaktu-waktu sikap anak akan berubah-
ubah. Dalam tahap perkembangan emosi anak juga di pengaruhi oleh faktor yang
terkait dengan lingkunganya.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosional Anak
Perkembangan emosional anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk:
a. Lingkungan Keluarga: Kualitas hubungan dengan orang tua dan anggota
keluarga lainnya sangat berpengaruh. Ketidakstabilan dalam keluarga atau konflik
dapat memengaruhi perkembangan emosional anak.
b. Interaksi Sosial: Interaksi dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa di
sekitarnya juga memainkan peran penting dalam perkembangan emosional anak.
c. Pola Asuh: Pola asuh orang tua, termasuk gaya komunikasi, batasan yang
diberikan, dan konsistensi dalam memberikan dukungan emosional, juga
berpengaruh besar.
d. Genetik: Faktor genetik juga dapat memengaruhi bagaimana seorang anak
merespons dan mengatur emosi mereka.
e. Pengalaman Traumatis: Pengalaman traumatis seperti perceraian orang tua,
kehilangan yang signifikan, atau kekerasan dapat memiliki dampak negatif yang
signifikan pada perkembangan emosional anak.
f. Perkembangan Kognitif: Kemampuan anak untuk memahami dan
mengelola emosi mereka juga dipengaruhi oleh perkembangan kognitif mereka.

8
g. Faktor Biologis: Perubahan hormonal dan perkembangan otak juga
berperan dalam perkembangan emosional anak.
C. Ciri-ciri Perkembangan Emosional Anak
Ciri-ciri perkembangan emosional anak bisa bervariasi tergantung pada usia
mereka, namun beberapa ciri umum termasuk:
a. Ekspresi Emosi: Anak mungkin menunjukkan berbagai ekspresi emosi
seperti senang, sedih, marah, takut, atau kecewa.
b. Kemampuan Mengatur Emosi: Seiring bertambahnya usia, anak belajar
untuk mengatur emosi mereka dengan lebih baik, termasuk dalam situasi yang
menantang atau menegangkan.
c. Empati: Anak-anak mulai mengembangkan kemampuan untuk merasakan
dan memahami perasaan orang lain serta bereaksi secara empatik terhadap
mereka.
d. Kesadaran Diri: Anak-anak mulai mengembangkan kesadaran diri tentang
perasaan dan kebutuhan mereka sendiri serta perasaan orang lain.
e. Respons terhadap Lingkungan: Anak-anak bereaksi terhadap lingkungan
sekitar mereka dengan cara yang mencerminkan perasaan mereka, seperti
kegembiraan saat bermain dengan teman atau ketakutan saat dihadapkan pada
situasi baru.
f. Perubahan Mood: Anak-anak mungkin mengalami fluktuasi dalam mood
mereka, yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
g. Kepedulian terhadap Hubungan: Anak-anak mulai membangun hubungan
yang erat dengan anggota keluarga, teman sebaya, dan figur penting lainnya, yang
mencerminkan aspek emosional dari perkembangan mereka.
h. Respon terhadap Stres: Anak-anak mulai belajar cara menangani stres dan
ketegangan dalam kehidupan sehari-hari mereka, meskipun kemampuan ini
tergantung pada tingkat perkembangan mereka.
4. Perkembangan Intelektual
A. Pengertian Perkembangan Intelektual
Perkembangan intelektual merujuk pada proses pertumbuhan dan perubahan
dalam kemampuan kognitif dan intelektual seseorang sepanjang rentang waktu
tertentu. Ini mencakup perkembangan dalam pemahaman, pemikiran, belajar,
memori, penalaran, dan pemecahan masalah. Perkembangan intelektual
melibatkan sejumlah tahapan atau tingkatan yang berbeda, yang sering kali
dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, pengalaman, dan stimulasi kognitif.
Ini adalah aspek penting dari perkembangan manusia karena memengaruhi
kemampuan individu untuk berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, belajar, dan
mencapai potensi mereka.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelektual Anak
Perkembangan intelektual dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk:
a. Faktor Genetik: Warisan genetik individu dapat memengaruhi
kecenderungan mereka terhadap perkembangan intelektual. Faktor genetik dapat
memengaruhi kemampuan kognitif dan predisposisi terhadap belajar dan
pemecahan masalah.
b. Stimulasi Lingkungan: Lingkungan tempat individu dibesarkan juga
memainkan peran penting dalam perkembangan intelektual. Lingkungan yang

9
kaya akan rangsangan kognitif, seperti pendidikan yang baik, akses terhadap
buku, kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan rangsangan visual
dan auditori, dapat meningkatkan perkembangan intelektual.
c. Pendidikan dan Pengalaman: Pendidikan formal, pelatihan, dan pengalaman
belajar lainnya juga berkontribusi pada perkembangan intelektual seseorang.
Semakin banyak pengetahuan yang dipelajari dan pengalaman yang diperoleh,
semakin besar kemungkinan individu untuk mengembangkan keterampilan
kognitif dan intelektual.
d. Interaksi Sosial: Interaksi dengan orang lain, baik secara langsung maupun
melalui media sosial, juga dapat mempengaruhi perkembangan intelektual.
Diskusi, pertukaran ide, dan keterlibatan dalam aktivitas kelompok dapat
merangsang pemikiran kritis dan kreativitas.
e. Kesehatan Fisik dan Mental: Kesehatan fisik dan mental juga memainkan
peran penting dalam perkembangan intelektual. Kondisi kesehatan yang baik,
termasuk pola tidur yang cukup dan pola makan yang sehat, dapat meningkatkan
fungsi kognitif dan kemampuan belajar.
f. Ketelitian dan Ketekunan: Ketelitian dan ketekunan dalam belajar dan
menyelesaikan tugas-tugas yang menantang juga memengaruhi perkembangan
intelektual. Kemauan untuk mencoba hal baru, mengatasi kesulitan, dan terus
belajar adalah faktor kunci dalam pengembangan intelektual.
g. Kemajuan Teknologi: Kemajuan dalam teknologi juga dapat mempengaruhi
perkembangan intelektual. Akses terhadap informasi melalui internet, aplikasi
pembelajaran, dan teknologi lainnya dapat memberikan kesempatan untuk
pembelajaran yang lebih efektif dan mendukung perkembangan intelektual.
C. Ciri-ciri Perkembangan Intelektual Anak
Ciri-ciri perkembangan intelektual yang berkembang dengan baik meliputi:
a. Kemampuan Berpikir Kritis: Individu yang mengalami perkembangan
intelektual yang baik cenderung memiliki kemampuan untuk memikirkan masalah
secara kritis, menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan yang rasional.
b. Kreativitas: Perkembangan intelektual yang baik sering kali ditandai
dengan kemampuan untuk berpikir secara kreatif dan menghasilkan ide-ide baru
serta solusi inovatif untuk masalah.
c. Pemecahan Masalah: Individu yang mengalami perkembangan intelektual
yang baik biasanya mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan strategi
pemecahan masalah, dan mengevaluasi alternatif solusi.
d. Kemampuan Belajar: Individu yang mengalami perkembangan intelektual
yang baik memiliki kemampuan untuk belajar dengan cepat dan efektif, serta
mampu mengadaptasi pengetahuan dan keterampilan baru ke situasi yang
berbeda.
e. Ingatan: Perkembangan intelektual yang baik juga mencakup kemampuan
untuk mengingat informasi dengan baik, baik itu informasi yang baru dipelajari
maupun yang telah dikuasai sebelumnya.
f. Penggunaan Bahasa yang Kompleks: Kemampuan untuk menggunakan
bahasa secara efektif, termasuk kemampuan untuk berbicara dengan jelas,
menulis dengan baik, dan memahami bahasa secara mendalam, sering menjadi
tanda perkembangan intelektual yang baik.

10
g. Keterampilan Sosial dan Emosional: Perkembangan intelektual yang sehat
juga meliputi kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif,
memahami emosi mereka sendiri dan orang lain, serta beradaptasi dengan
berbagai situasi sosial.
h. Pengembangan Minat dan Kepribadian: Individu yang mengalami
perkembangan intelektual yang baik sering kali menunjukkan minat yang luas dan
memiliki kepribadian yang beragam, serta memiliki ambisi dan motivasi untuk
meraih tujuan mereka.
5. Perkembangan Fisik
A. Pengertian Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik mengacu pada proses pertumbuhan dan perubahan tubuh
seseorang sepanjang rentang waktu tertentu. Ini meliputi pertumbuhan tubuh
secara umum, perkembangan sistem organ, perubahan dalam kemampuan motorik
(baik halus maupun kasar), dan perkembangan fisik lainnya yang terjadi seiring
berjalannya waktu. Perkembangan fisik dimulai sejak lahir dan terus berlanjut
sepanjang masa hidup seseorang, dengan tingkat pertumbuhan dan perubahan
yang berbeda-beda pada setiap tahap perkembangan.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Anak
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik seseorang meliputi:
a. Genetik: Faktor genetik memainkan peran penting dalam menentukan
pertumbuhan dan perkembangan fisik seseorang. Faktor-faktor seperti tinggi
badan, bentuk tubuh, dan ciri-ciri fisik lainnya dapat ditentukan oleh warisan
genetik dari orang tua.
b. Nutrisi: Asupan makanan yang cukup dan seimbang sangat penting untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal. Nutrisi yang
memadai memberikan bahan bakar dan zat-zat penting yang diperlukan untuk
pertumbuhan jaringan tubuh, perkembangan otot, dan fungsi organ.
c. Kesehatan Umum: Kondisi kesehatan secara keseluruhan mempengaruhi
perkembangan fisik seseorang. Penyakit, cedera, atau kondisi kronis dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara negatif.
d. Faktor Lingkungan: Lingkungan tempat tinggal dan gaya hidup juga
mempengaruhi perkembangan fisik. Faktor-faktor seperti polusi udara, akses
terhadap fasilitas olahraga, dan tingkat stres dalam lingkungan sekitar dapat
memengaruhi pertumbuhan dan kesehatan fisik.
e. Aktivitas Fisik: Latihan dan aktivitas fisik berperan penting dalam
membangun kekuatan otot, keseimbangan, dan koordinasi, serta membantu
menjaga kesehatan jantung dan sistem lain dalam tubuh.
f. Faktor Sosial dan Ekonomi: Faktor-faktor seperti status sosial ekonomi,
akses terhadap layanan kesehatan, dan pendidikan tentang gaya hidup sehat dapat
mempengaruhi perkembangan fisik seseorang.
g. Faktor Psikologis: Aspek-aspek psikologis seperti tingkat stres, dukungan
sosial, dan kesejahteraan emosional juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik
seseorang. Stres kronis misalnya, dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan
menyebabkan dampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan fisik.
C. Ciri-ciri Perkembangan Fisik Anak

11
Ciri-ciri perkembangan fisik pada manusia bisa berbeda-beda tergantung pada
usia individu. Berikut adalah beberapa ciri-ciri umum perkembangan fisik pada
berbagai tahap usia Anak Sekolah (6-12 tahun):
a. Pertumbuhan dan perkembangan sistem organ berlanjut.
b. Terjadi peningkatan kekuatan otot dan keterampilan motorik.
c. Munculnya minat pada olahraga dan aktivitas fisik yang lebih terstruktur.
d. Kemampuan untuk memahami instruksi kompleks dan berpartisipasi dalam
pembelajaran formal.
6. Perkembangan Moral
A. Pengertian Perkembangan Moral
Perkembangan moral merujuk pada proses pertumbuhan dan perubahan dalam
pemahaman individu tentang apa yang benar dan salah, serta bagaimana mereka
memahami dan mematuhi prinsip-prinsip moral dan etika. Ini melibatkan
pembentukan nilai-nilai, norma, dan sikap moral yang membentuk perilaku
individu dalam interaksi sosial dan pengambilan keputusan. Perkembangan moral
sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengaruh keluarga, agama,
budaya, pendidikan, dan pengalaman sosial. Ini adalah aspek penting dari
perkembangan individu karena memengaruhi cara individu berinteraksi dengan
orang lain, mengambil keputusan, dan membangun hubungan yang sehat dalam
masyarakat.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Anak
Perkembangan moral dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang kompleks,
termasuk:
a. Pengaruh Keluarga: Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk perkembangan moral anak-anak. Nilai, norma, dan sikap yang
diajarkan oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya memberikan landasan awal
bagi pemahaman moral individu.
b. Pendidikan Agama: Ajaran agama dan spiritualitas juga dapat memengaruhi
perkembangan moral seseorang. Pendidikan agama memberikan pandangan
tentang apa yang benar dan salah, serta memperkuat nilai-nilai moral dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Pendidikan Formal: Sekolah dan lembaga pendidikan lainnya juga berperan
dalam membentuk perkembangan moral. Melalui kurikulum, kegiatan
ekstrakurikuler, dan interaksi dengan guru dan teman sebaya, individu dapat
memperoleh pemahaman tentang etika, moralitas, dan tanggung jawab sosial.
d. Budaya dan Tradisi: Budaya dan tradisi masyarakat tempat individu
dibesarkan dapat memberikan pedoman tentang apa yang dianggap benar atau
salah. Nilai-nilai yang diterima secara budaya sering kali memengaruhi
pemahaman moral individu.
e. Pengalaman Sosial: Pengalaman sosial, termasuk interaksi dengan teman
sebaya, pengalaman dalam masyarakat, dan partisipasi dalam aktivitas sosial, juga
dapat membentuk perkembangan moral. Melalui interaksi dengan orang lain,
individu belajar tentang perspektif orang lain dan memperoleh pengalaman yang
membentuk pemahaman moral mereka.
f. Pengaruh Media: Media, termasuk televisi, internet, dan media sosial, dapat
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan moral. Konten yang

12
ditampilkan dalam media dapat mempengaruhi nilai-nilai dan sikap individu
terhadap berbagai isu moral.
g. Keteladanan dan Pembiasaan: Melalui observasi dan peniruan perilaku
orang-orang di sekitar mereka, individu dapat memperoleh pemahaman tentang
norma-norma moral dan etika yang dianggap penting dalam masyarakat.
h. Refleksi dan Diskusi: Diskusi, refleksi, dan pemikiran kritis tentang isu-isu
moral juga memainkan peran penting dalam perkembangan moral. Dengan
berpikir secara kritis tentang masalah moral, individu dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam tentang prinsip-prinsip moral dan etika.
C. Ciri-ciri Perkembangan Moral Anak
Ciri-ciri perkembangan moral yang berkembang dengan baik meliputi:
a. Empati: Kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain
serta menunjukkan perhatian dan perhatian terhadap kebutuhan dan penderitaan
mereka.
b. Pemahaman tentang Konsep Benar dan Salah: Kemampuan untuk
memahami perbedaan antara tindakan yang benar dan salah, serta kemampuan
untuk mempertimbangkan konsekuensi etis dari tindakan mereka.
c. Kepatuhan terhadap Norma Moral: Kesediaan untuk mengikuti norma-
norma moral dan aturan sosial yang dianggap penting dalam masyarakat, bahkan
ketika tidak ada pengawasan eksternal.
d. Kesadaran akan Keadilan: Pemahaman tentang konsep keadilan dan
kesediaan untuk memperlakukan orang lain dengan adil dan merespons
ketidakadilan yang dialami oleh orang lain.
e. Pemahaman tentang Tanggung Jawab: Kesadaran akan tanggung jawab
pribadi dan sosial serta kemauan untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka
sendiri dan dampaknya terhadap orang lain dan masyarakat.
f. Keterlibatan dalam Perilaku Pro-sosial: Partisipasi dalam perilaku yang
mempromosikan kesejahteraan orang lain dan membantu orang lain dalam situasi
kesulitan atau kebutuhan.
g. Kemampuan Berpikir Kritis tentang Masalah Moral: Kemampuan untuk
mempertimbangkan secara kritis berbagai sudut pandang dan argumen yang
berkaitan dengan isu-isu moral, serta kemampuan untuk merumuskan pendapat
sendiri yang didasarkan pada nilai-nilai etika.
h. Konsistensi dalam Nilai dan Prinsip: Kesesuaian antara nilai-nilai yang
dipegang dan perilaku yang ditunjukkan dalam berbagai situasi, menunjukkan
konsistensi dalam pendekatan moral mereka.
i. Kemampuan untuk Menahan Diri dan Mengontrol Emosi: Kemampuan
untuk menahan diri dari tindakan impulsif dan mengendalikan emosi dalam
situasi yang menantang, sehingga mereka dapat bertindak sesuai dengan prinsip-
prinsip moral mereka.
j. Kepedulian terhadap Kebutuhan dan Kesejahteraan Orang Lain: Kesediaan
untuk membantu orang lain dan bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka, bahkan jika itu mengharuskan pengorbanan atau usaha tambahan.
7. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa merujuk pada proses pertumbuhan dan perubahan
dalam kemampuan seseorang untuk menggunakan dan memahami bahasa secara

13
verbal dan non-verbal. Ini melibatkan kemampuan individu untuk memahami
kata-kata, membuat kalimat yang koheren, berkomunikasi dengan orang lain, dan
memahami konteks bahasa dalam berbagai situasi. Perkembangan bahasa dimulai
sejak bayi lahir dan terus berlanjut sepanjang masa hidup seseorang, melalui
serangkaian tahapan yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
genetika, lingkungan, dan pengalaman belajar. Perkembangan bahasa merupakan
aspek penting dari perkembangan manusia karena memungkinkan individu untuk
berkomunikasi, berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, dan memperoleh
pengetahuan serta memahami pemikiran orang lain.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa meliputi:
a. Faktor Genetik: Kecenderungan dan kemampuan individu dalam
mempelajari bahasa dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ada faktor genetik yang memengaruhi kemampuan
seseorang dalam memahami dan menggunakan bahasa.
b. Stimulasi Lingkungan: Lingkungan tempat individu dibesarkan memiliki
dampak besar pada perkembangan bahasa. Anak-anak yang dibesarkan di
lingkungan yang kaya akan interaksi verbal, cerita, dan pembacaan cenderung
mengembangkan keterampilan bahasa yang lebih baik.
c. Interaksi Sosial: Interaksi dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya
memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa. Anak-anak belajar
bahasa dengan meniru dan berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai konteks
sosial.
d. Pendidikan dan Pengalaman: Faktor-faktor seperti pendidikan formal,
pembacaan, kunjungan ke tempat-tempat yang memberikan rangsangan bahasa,
dan pengalaman belajar lainnya juga dapat memengaruhi perkembangan bahasa
seseorang.
e. Stimulasi Kognitif: Kemampuan kognitif individu juga mempengaruhi
perkembangan bahasa. Kemampuan pemrosesan informasi, perhatian, dan
memori berperan dalam kemampuan seseorang untuk memahami dan
menggunakan bahasa.
f. Kesehatan Fisik dan Kesejahteraan: Kesehatan fisik dan kesejahteraan
emosional juga dapat memengaruhi perkembangan bahasa. Misalnya, gangguan
pendengaran atau masalah perkembangan lainnya dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam memahami dan menggunakan bahasa.
g. Kemajuan Teknologi: Kemajuan dalam teknologi, seperti aplikasi
pembelajaran bahasa dan media interaktif lainnya, juga dapat memengaruhi
perkembangan bahasa dengan memberikan akses yang lebih besar terhadap
materi pembelajaran bahasa dan pengalaman interaktif.
C. Ciri-ciri Perkembangan Bahasa Anak
Ciri-ciri perkembangan bahasa yang berkembang dengan baik meliputi:
a. Mengerti Bahasa: Kemampuan untuk memahami kata-kata dan instruksi
yang diberikan oleh orang dewasa atau teman sebaya.
b. Ekspresi Bahasa: Kemampuan untuk menggunakan kata-kata, kalimat, dan
ekspresi verbal untuk berkomunikasi dengan orang lain.

14
c. Penggunaan Kosakata yang Kaya: Kemampuan untuk menggunakan
beragam kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk menyampaikan pikiran dan
ide.
d. Kalimat yang Koheren: Kemampuan untuk membentuk kalimat yang jelas
dan koheren yang mengikuti struktur tata bahasa yang tepat.
e. Pemahaman Konteks Bahasa: Kemampuan untuk memahami konteks
bahasa dalam berbagai situasi, termasuk bahasa formal dan informal, serta
pemahaman humor dan makna yang tersirat.
f. Kemampuan Menjelaskan: Kemampuan untuk menjelaskan ide, konsep,
atau perasaan dengan jelas dan terinci.
g. Kemampuan Menanggapi Pertanyaan: Kemampuan untuk merespons
pertanyaan dengan tepat dan dengan kalimat yang sesuai.
h. Pengembangan Keterampilan Baca dan Menulis: Kemampuan untuk
mempelajari huruf, membaca dengan lancar, menulis dengan benar, dan
memahami tulisan dengan baik.
i. Kemampuan Berpikir Abstrak: Kemampuan untuk menggunakan bahasa
untuk memahami dan merumuskan konsep abstrak seperti waktu, angka, dan
hubungan yang kompleks.
j. Kemampuan Berkomunikasi dengan Kreatif: Kemampuan untuk
menggunakan bahasa dengan kreatif dalam cerita, puisi, atau ekspresi artistik
lainnya.
8. Perkembangan Keterampilan
A. Pengertian Perkembangan Keterampilan
Perkembangan keterampilan mengacu pada proses pembelajaran dan
penguasaan keterampilan atau kemampuan tertentu seiring berjalannya waktu. Ini
melibatkan tahap-tahap bertahap dari tidak memiliki keterampilan tersebut hingga
menjadi mahir atau terampil dalam melakukannya. Perkembangan keterampilan
sering kali melibatkan latihan, pengalaman, dan penyesuaian berulang-ulang,
serta dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti genetika, lingkungan, motivasi,
dan bimbingan. Keterampilan dapat beragam, mulai dari keterampilan fisik
seperti berjalan dan menulis, hingga keterampilan sosial seperti berkomunikasi
dan bekerja sama dalam tim.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Keterampilan Anak
Perkembangan keterampilan dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang
kompleks, termasuk:
a. Faktor Genetik: Warisan genetik individu dapat memengaruhi predisposisi
mereka terhadap perkembangan keterampilan tertentu. Misalnya, kemampuan
genetik dalam koordinasi motorik atau kemampuan kognitif dapat memengaruhi
seberapa cepat seseorang dapat mempelajari keterampilan tertentu.
b. Lingkungan dan Pengalaman: Pengalaman bermain, berlatih, dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar sangat penting dalam perkembangan
keterampilan. Lingkungan yang kaya akan rangsangan dan kesempatan untuk
bereksplorasi biasanya memfasilitasi perkembangan keterampilan yang lebih
baik.
c. Pola Asuh: Cara orang tua atau pengasuh mendukung dan mendorong anak
untuk belajar dan mengembangkan keterampilan memiliki dampak besar. Pola

15
asuh yang mendukung, penuh perhatian, dan memberikan kesempatan untuk
bereksplorasi dan mencoba hal-hal baru cenderung memfasilitasi perkembangan
keterampilan yang lebih baik.
d. Motivasi dan Ketekunan: Motivasi intrinsik dan ekstrinsik serta
kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi tantangan dan kegagalan juga
memainkan peran penting dalam perkembangan keterampilan. Anak yang
memiliki motivasi yang tinggi dan ketekunan yang baik cenderung memiliki
kemajuan yang lebih baik dalam mengembangkan keterampilan baru.
e. Kesehatan dan Kesejahteraan: Kesehatan fisik dan kesejahteraan emosional
juga memengaruhi perkembangan keterampilan. Kondisi kesehatan yang baik dan
pola tidur yang cukup dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan motorik
seseorang untuk belajar dan mengembangkan keterampilan.
f. Kemajuan Teknologi: Kemajuan dalam teknologi juga dapat mempengaruhi
perkembangan keterampilan. Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan
latihan, misalnya, dapat memberikan akses yang lebih baik ke sumber daya
pembelajaran dan alat-alat yang mendukung perkembangan keterampilan tertentu.
g. Konteks Sosial dan Budaya: Konteks sosial dan budaya seseorang juga
dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan. Nilai-nilai, norma, dan
harapan budaya dapat memengaruhi jenis keterampilan yang ditekankan dan cara
keterampilan tersebut diajarkan dan dikuasai.
C. Ciri-ciri Perkembangan Keterampilan Anak
Ciri-ciri perkembangan keterampilan meliputi:
a. Progresif: Perkembangan keterampilan cenderung bersifat progresif,
dengan individu secara bertahap meningkatkan kemampuan mereka dari tingkat
dasar hingga tingkat yang lebih mahir atau terampil.
b. Peningkatan Keahlian: Individu menunjukkan peningkatan dalam keahlian
dan kemampuan yang terkait dengan keterampilan tertentu seiring berjalannya
waktu, sering kali melalui latihan, pengalaman, dan pembelajaran.
c. Konsistensi: Perkembangan keterampilan sering ditandai oleh tingkat
konsistensi dalam kinerja individu. Individu yang mengembangkan keterampilan
tertentu cenderung menunjukkan konsistensi dalam kinerja mereka, meskipun ada
variasi dalam konteks tertentu.
d. Penyesuaian dengan Lingkungan: Keterampilan yang berkembang
memungkinkan individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan
mereka. Ini termasuk kemampuan untuk menggunakan keterampilan dalam
berbagai situasi dan untuk memecahkan masalah yang muncul.
e. Keterampilan yang Dikuasai: Individu yang mengembangkan keterampilan
tertentu cenderung menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi atau terampil
dalam melaksanakan tugas atau aktivitas yang terkait dengan keterampilan
tersebut.
f. Keterampilan yang Spesifik: Perkembangan keterampilan dapat menjadi
spesifik untuk jenis keterampilan tertentu. Misalnya, perkembangan keterampilan
motorik halus mungkin berkaitan dengan kemampuan menulis atau bermain alat
musik, sementara perkembangan keterampilan komunikasi mungkin berkaitan
dengan kemampuan berbicara atau menulis.

16
g. Keterlibatan Aktif: Proses perkembangan keterampilan melibatkan
keterlibatan aktif individu dalam pembelajaran dan praktik. Ini termasuk
kesadaran diri tentang kemajuan mereka, refleksi terhadap kinerja mereka, dan
upaya untuk terus meningkatkan keterampilan mereka.
9. Perkembangan Belajar
A. Pengertian Perkembangan Belajar
Perkembangan belajar merujuk pada proses pertumbuhan dan perubahan
dalam kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
pemahaman baru melalui pengalaman dan pembelajaran. Ini melibatkan
perkembangan berbagai aspek kognitif, emosional, sosial, dan fisik yang
memungkinkan individu untuk mengasimilasi informasi, memprosesnya, dan
menggunakannya untuk membuat keputusan, memecahkan masalah, dan
menghadapi situasi baru.
Perkembangan belajar meliputi kemajuan dalam keterampilan membaca,
menulis, berhitung, serta perkembangan keterampilan kognitif seperti pemecahan
masalah, kreativitas, dan penalaran. Ini juga melibatkan perkembangan
keterampilan sosial seperti kerja sama, komunikasi, dan kepemimpinan yang
diperlukan untuk berhasil dalam berbagai konteks sosial dan pekerjaan.
Perkembangan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengalaman
belajar, lingkungan pendidikan, motivasi, minat, dan gaya belajar individu. Ini
adalah proses seumur hidup yang terus berlanjut sepanjang masa hidup seseorang,
dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda pada setiap tahapan kehidupan.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Belajar Anak
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan belajar meliputi:
a. Genetika dan Kesehatan Otak: Faktor genetik dapat mempengaruhi
kecenderungan individu dalam belajar dan memproses informasi. Kesehatan otak
juga memainkan peran penting dalam kemampuan belajar, termasuk fungsi
kognitif seperti memori, perhatian, dan pemecahan masalah.
b. Pengalaman Belajar Sebelumnya: Pengalaman belajar sebelumnya
membentuk fondasi untuk pembelajaran baru. Pengalaman positif atau negatif
dapat memengaruhi motivasi, kepercayaan diri, dan strategi pembelajaran
individu.
c. Motivasi dan Minat: Motivasi intrinsik (motivasi dari dalam diri individu)
dan ekstrinsik (motivasi dari luar individu) memainkan peran penting dalam
belajar. Minat yang kuat terhadap subjek tertentu dapat meningkatkan motivasi
dan keterlibatan dalam pembelajaran.
d. Gaya Belajar: Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
Beberapa orang lebih efektif belajar melalui pendekatan visual, sementara yang
lain lebih memilih pendekatan auditori atau kinestetik. Menyesuaikan metode
pembelajaran dengan gaya belajar individu dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran.
e. Lingkungan Pembelajaran: Faktor-faktor lingkungan, seperti dukungan dari
guru atau mentor, ketersediaan sumber daya pembelajaran, dan atmosfer belajar
yang positif, dapat memengaruhi motivasi dan prestasi belajar.
f. Teknologi dan Media: Kemajuan dalam teknologi dan media telah
mengubah cara individu belajar. Akses terhadap internet, perangkat mobile, dan

17
aplikasi pembelajaran dapat memberikan kesempatan baru untuk pembelajaran
yang lebih interaktif, terintegrasi, dan berbasis media.
g. Kesehatan dan Kesejahteraan: Kesehatan fisik dan kesejahteraan emosional
dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar. Menerapkan gaya hidup
yang sehat, termasuk olahraga, nutrisi yang baik, dan manajemen stres, dapat
meningkatkan konsentrasi dan daya tahan dalam belajar.
C. Ciri-ciri Perkembangan Belajar Anak
Ciri-ciri perkembangan belajar yang berkembang dengan baik meliputi:
a. Kemampuan Memahami Materi: Individu dapat dengan mudah memahami
konsep-konsep baru dan memperoleh pengetahuan yang diperlukan dalam suatu
subjek atau keterampilan.
b. Kemampuan Mengingat Informasi: Individu dapat mengingat informasi
yang dipelajari dan menerapkannya dalam situasi yang relevan atau dalam
menyelesaikan masalah.
c. Kemampuan Menemukan Solusi: Individu dapat menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk mengidentifikasi masalah,
merumuskan strategi penyelesaian, dan menemukan solusi yang tepat.
d. Kemampuan Menerapkan Pengetahuan: Individu dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam konteks yang berbeda-beda,
menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang subjek atau keterampilan
tersebut.
e. Keterlibatan Aktif dalam Pembelajaran: Individu terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran, bertanya pertanyaan, mencari informasi tambahan, dan
berpartisipasi dalam diskusi atau proyek pembelajaran.
f. Penggunaan Strategi Pembelajaran yang Efektif: Individu menggunakan
berbagai strategi pembelajaran, seperti membaca, menulis catatan, membuat
diagram, atau berdiskusi dengan orang lain, untuk meningkatkan pemahaman dan
retensi materi.
g. Kemampuan Beradaptasi dengan Perubahan: Individu mampu beradaptasi
dengan perubahan dalam kurikulum, metode pembelajaran, atau lingkungan
belajar, dan tetap fleksibel dalam menanggapi tantangan baru.
h. Kemajuan yang Konsisten: Individu menunjukkan kemajuan yang
konsisten dalam pembelajaran, baik dalam hal penguasaan materi maupun
peningkatan keterampilan dalam jangka waktu yang berkelanjutan.
i. Kemampuan Berpikir Kritis: Individu mampu melakukan evaluasi yang
kritis terhadap informasi yang diterima, mempertanyakan asumsi, dan membuat
kesimpulan yang didukung oleh bukti.
j. Kemampuan Berkomunikasi Efektif: Individu mampu mengungkapkan
pemikiran dan ide-ide mereka dengan jelas dan persuasif, baik secara lisan
maupun tertulis.
2.4 Jenis-jenis Perilaku Belajar

1. Perilaku belajar kognitif


A. Pengertian Perilaku belajar kognitif
Perilaku belajar kognitif merujuk pada proses belajar yang melibatkan
pemahaman, pengolahan, dan penyimpanan informasi di dalam otak. Ini

18
melibatkan penggunaan keterampilan kognitif seperti pemecahan masalah,
analisis, pemahaman konsep, dan pengingatan untuk memahami dan memproses
informasi baru.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku belajar kognitif
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku belajar kognitif meliputi:
a. Motivasi: Tingkat keinginan dan minat seseorang dalam mempelajari suatu
materi atau mencapai tujuan tertentu dapat memengaruhi seberapa efektif mereka
belajar.
b. Pengalaman sebelumnya: Pengalaman masa lalu seseorang dapat
memengaruhi cara mereka memproses dan memahami informasi baru.
c. Kemampuan kognitif: Kemampuan intelektual, kemampuan memecahkan
masalah, dan kemampuan berpikir abstrak seseorang memengaruhi bagaimana
mereka belajar dan memproses informasi.
d. Lingkungan belajar: Lingkungan fisik dan sosial di mana seseorang belajar
dapat memengaruhi fokus, konsentrasi, dan kenyamanan mereka dalam belajar.
e. Strategi belajar: Cara seseorang memilih untuk memproses informasi dan
mengatur waktu dan upaya belajar mereka juga memengaruhi efektivitas belajar
kognitif mereka.
f. Dorongan dan dukungan sosial: Dukungan dari teman, keluarga, dan mentor
dapat memotivasi dan membantu seseorang dalam proses belajar kognitif.
g. Kesehatan fisik dan mental: Kesehatan fisik dan kesejahteraan mental
seseorang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk belajar dan memproses
informasi dengan efektif.
C. Ciri-ciri Perilaku belajar kognitif
Beberapa ciri-ciri perilaku belajar kognitif meliputi:
a. Pemahaman konsep: Individu cenderung memahami dan mengaitkan
informasi baru dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam pengetahuan
mereka.
b. Pemecahan masalah: Mereka cenderung menggunakan pemikiran kritis dan
analitis untuk menyelesaikan masalah atau menghadapi tantangan belajar.
c. Penggunaan strategi belajar: Mereka mungkin menggunakan berbagai
strategi belajar, seperti merencanakan, memantau, dan mengevaluasi proses
belajar mereka.
d. Kemampuan metakognitif: Individu mungkin memiliki kesadaran yang
baik tentang proses belajar mereka sendiri, termasuk pemahaman tentang
kekuatan dan kelemahan mereka serta bagaimana mengatur strategi belajar yang
efektif.
e. Pemikiran reflektif: Mereka cenderung merefleksikan pemahaman mereka
terhadap materi, mempertimbangkan bagaimana informasi tersebut berhubungan
dengan pengalaman mereka sendiri atau situasi dunia nyata.
f. Kemampuan memperoleh dan mengingat informasi: Individu cenderung
memiliki kemampuan untuk mengingat dan menyimpan informasi dalam memori
jangka panjang, serta mengambil informasi yang relevan saat diperlukan.
g. Kreativitas: Mereka mungkin menggunakan imajinasi dan kreativitas dalam
memecahkan masalah atau menghasilkan solusi yang baru dan orisinal.

19
h. Penyesuaian: Mereka mungkin mampu menyesuaikan strategi belajar
mereka sesuai dengan tuntutan spesifik dari materi atau situasi belajar tertentu.
2. Perilaku belajar sosial
A. Pengertian Perilaku belajar social
Perilaku belajar sosial merujuk pada proses belajar yang dipengaruhi oleh
interaksi sosial dengan orang lain atau lingkungan sekitar. Ini melibatkan
pengamatan, peniruan, dan interaksi dengan orang lain untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai baru. Perilaku belajar sosial dapat
terjadi melalui observasi langsung atau melalui media seperti film, buku, atau
internet.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku belajar social
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku belajar sosial antara lain:
a. Model Peran: Perilaku orang-orang yang menjadi model atau panutan dapat
memengaruhi perilaku belajar sosial. Ketika seseorang melihat model yang
dihormati atau dianggap kompeten dalam suatu bidang, mereka cenderung meniru
perilaku tersebut.
b. Reinforcement: Dampak positif atau negatif dari perilaku belajar sosial
dapat memengaruhi kecenderungan individu untuk meniru atau menghindari
perilaku tersebut di masa depan.
c. Kesesuaian: Individu cenderung meniru perilaku yang sesuai dengan nilai-
nilai, norma, dan identitas sosial mereka. Faktor-faktor budaya, sosial, dan
personal memainkan peran penting dalam menentukan kesesuaian perilaku.
d. Konteks Sosial: Lingkungan sosial, seperti keluarga, sekolah, atau
komunitas, memengaruhi jenis model yang tersedia dan norma-norma yang
diterapkan, sehingga memengaruhi perilaku belajar sosial.
e. Motivasi: Motivasi individu untuk meniru perilaku tertentu juga
memengaruhi perilaku belajar sosial. Faktor-faktor seperti keinginan untuk
diterima, pencapaian tujuan, atau peningkatan status sosial dapat mempengaruhi
motivasi untuk meniru perilaku tertentu.
f. Keterampilan Sosial: Kemampuan individu dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain juga memengaruhi proses belajar sosial.
Individu yang memiliki keterampilan sosial yang baik cenderung lebih mampu
meniru, berkolaborasi, dan belajar dari orang lain.
g. Media Sosial dan Teknologi: Penggunaan media sosial dan teknologi
memainkan peran penting dalam memfasilitasi interaksi sosial dan pembelajaran.
Konten yang disajikan melalui media sosial dan teknologi dapat memengaruhi
perilaku belajar sosial dengan memperluas akses terhadap model, informasi, dan
pengalaman orang lain.
C. Ciri-ciri Perilaku belajar social
Beberapa ciri-ciri perilaku belajar sosial antara lain:
a. Pengamatan: Individu cenderung mengamati dan memperhatikan perilaku
orang lain di sekitar mereka sebagai sumber belajar.
b. Peniruan: Individu meniru atau mencontoh perilaku yang mereka amati dari
orang lain, terutama jika mereka menganggap perilaku tersebut berhasil atau
dihargai.

20
c. Interaksi Sosial: Perilaku belajar sosial sering terjadi melalui interaksi
sosial, baik langsung maupun melalui media sosial atau teknologi.
d. Pemrosesan Informasi: Individu mungkin memproses informasi yang
mereka peroleh dari interaksi sosial dengan cara yang mirip dengan cara mereka
memproses informasi dari sumber lain.
e. Penguatan: Respon positif atau negatif dari lingkungan terhadap perilaku
belajar sosial dapat memengaruhi kecenderungan individu untuk meniru atau
menghindari perilaku tersebut di masa depan.
f. Kesesuaian: Individu cenderung meniru perilaku yang sesuai dengan nilai-
nilai, norma, dan identitas sosial mereka.
g. Adaptasi: Individu dapat menyesuaikan perilaku belajar sosial mereka
dengan konteks sosial dan tuntutan situasional yang berbeda.
3. Perilaku belajar operant
A. Pengertian Perilaku belajar operant
Perilaku belajar operant adalah jenis belajar yang dipengaruhi oleh
konsekuensi atau hasil dari tindakan atau perilaku yang dilakukan individu. Teori
belajar operant dikembangkan oleh psikolog Burrhus Frederic Skinner, yang
menekankan bahwa perilaku dipengaruhi oleh konsekuensi yang mengikuti
perilaku tersebut. Dalam konteks ini, individu belajar untuk melakukan atau
menghindari tindakan berdasarkan pengalaman hasil dari tindakan mereka
sebelumnya. Perilaku yang diikuti oleh hasil yang diinginkan cenderung
diperkuat, sementara perilaku yang diikuti oleh hasil yang tidak diinginkan
cenderung dihambat.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku belajar operant
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku belajar operant meliputi:
a. Penguatan: Konsekuensi dari perilaku yang mempengaruhi kecenderungan
untuk melakukan atau menghindari tindakan tertentu. Penguatan positif
meningkatkan kemungkinan perilaku akan diulang, sementara penguatan negatif
mengurangi kemungkinan perilaku akan diulang.
b. Hukuman: Konsekuensi dari perilaku yang menyebabkan penurunan
kemungkinan perilaku akan diulang. Hukuman positif adalah ketidaknyamanan
atau konsekuensi yang tidak diinginkan yang dihasilkan dari tindakan, sedangkan
hukuman negatif adalah penghapusan stimulus yang diinginkan setelah perilaku
terjadi.
c. Diskriminasi Stimulus: Proses di mana individu belajar untuk membedakan
antara situasi atau kondisi di mana perilaku tertentu diharapkan atau tidak
diharapkan.
d. Generalisasi Stimulus: Individu mungkin menunjukkan perilaku yang sama
dalam situasi yang berbeda karena kesamaan stimulus atau kondisi lingkungan.
e. Kondisi Lingkungan: Faktor-faktor seperti lingkungan fisik, sosial, dan
budaya dapat mempengaruhi perilaku belajar operant dengan menyediakan
stimulus atau penguatan yang berbeda.
f. Motivasi: Tingkat motivasi individu untuk mencapai hasil tertentu atau
menghindari hasil tertentu dapat memengaruhi respons terhadap penguatan atau
hukuman.

21
g. Kesehatan Mental: Kesehatan mental individu juga dapat mempengaruhi
perilaku belajar operant. Misalnya, individu dengan gangguan kecemasan
mungkin lebih rentan terhadap pengaruh penguatan atau hukuman.
C. Ciri-ciri Perilaku belajar operant
Beberapa ciri-ciri perilaku belajar operant meliputi:
a. Kaitan dengan Konsekuensi: Perilaku belajar operant dipengaruhi oleh
konsekuensi yang mengikuti perilaku tersebut. Jika hasilnya menguntungkan atau
memuaskan, kemungkinan perilaku akan diulang. Sebaliknya, jika hasilnya tidak
menyenangkan, kemungkinan perilaku akan dikurangi.
b. Fleksibilitas: Individu dapat mengubah perilaku mereka berdasarkan
pengalaman dengan konsekuensi yang berbeda. Mereka dapat belajar untuk
melakukan tindakan baru atau menghindari tindakan tertentu tergantung pada
hasil dari tindakan sebelumnya.
c. Penguatan dan Hukuman: Penguatan positif meningkatkan kemungkinan
perilaku akan diulang, sedangkan hukuman meningkatkan kemungkinan perilaku
akan dikurangi. Penguatan dan hukuman dapat berupa stimulus positif atau
negatif.
d. Generalisasi dan Diskriminasi: Individu dapat memperluas perilaku mereka
ke situasi yang serupa dengan kondisi belajar awal (generalisasi), atau
membedakan antara situasi yang memerlukan perilaku tertentu dan yang tidak
(diskriminasi).
e. Kondisi Kontingensi: Perilaku belajar operant terjadi dalam konteks
hubungan antara tindakan individu dan konsekuensinya. Hubungan ini ditentukan
oleh kondisi kontingensi yang menentukan kapan dan bagaimana penguatan atau
hukuman diberikan.
f. Keterkaitan dengan Lingkungan: Perilaku belajar operant dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar individu, termasuk stimulus yang hadir dan pengalaman
dengan konsekuensi perilaku.
g. Perubahan dalam Respons: Respons individu terhadap penguatan atau
hukuman dapat berubah seiring waktu berdasarkan pengalaman belajar mereka.
Respons ini dapat meningkat, menurun, atau bahkan menghilang tergantung pada
pengalaman yang diperoleh.
4. Perilaku belajar kondisioning klasik
A. Pengertian Perilaku belajar kondisioning klasik
Perilaku belajar kondisioning klasik adalah proses pembentukan asosiasi
antara stimulus yang tidak berarti (NS, neutral stimulus) dengan stimulus yang
bermakna (UCS, unconditioned stimulus) untuk menghasilkan respons yang
diinduksi (UCR, unconditioned response). Setelah asosiasi terbentuk, stimulus
yang sebelumnya netral (NS) dapat menghasilkan respons yang sama dengan
stimulus yang bermakna (UCS) tanpa adanya stimulus yang bermakna tersebut.
Proses ini merupakan dasar dari pembentukan respons kondisioning yang
bersyarat (CR, conditioned response). Teori kondisioning klasik dikembangkan
oleh Ivan Pavlov dalam eksperimennya dengan anjing, di mana ia menemukan
bahwa anjing bisa belajar untuk mengaitkan bunyi lonceng (NS) dengan makanan
(UCS), sehingga mereka mulai menunjukkan respons terhadap bunyi lonceng saja
(CR).

22
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku belajar kondisioning klasik
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku belajar kondisioning klasik
meliputi:
a. Intensitas Stimulus: Intensitas stimulus yang digunakan dalam kondisioning
klasik dapat mempengaruhi kekuatan respons yang dipicu. Stimulus yang lebih
kuat cenderung menghasilkan respons yang lebih kuat.
b. Frekuensi dan Waktu Penyajian: Frekuensi dan waktu penyajian stimulus
yang netral dengan stimulus yang tidak bermakna memengaruhi kecepatan
pembentukan asosiasi antara keduanya.
c. Generalisasi Stimulus: Kemungkinan bahwa respons kondisioning bersyarat
akan muncul terhadap stimulus yang serupa dengan stimulus yang semula
menyebabkan respons yang tidak bermakna.
d. Diskriminasi Stimulus: Kemampuan untuk membedakan antara stimulus
yang menyebabkan respons kondisioning bersyarat dan stimulus yang tidak
menyebabkan respons tersebut.
e. Kondisi Biologis: Faktor-faktor biologis, seperti kebutuhan fisiologis dan
keadaan emosional, dapat memengaruhi respons terhadap stimulus dan proses
pembelajaran kondisioning klasik.
f. Kondisi Emosional dan Motivasi: Emosi dan motivasi individu saat terjadi
kondisioning klasik dapat memengaruhi seberapa efektif pembentukan asosiasi
antara stimulus dan respons.
g. Penguatan: Konsekuensi dari respons kondisioning bersyarat dapat
memengaruhi kekuatan dan keberlanjutan respons tersebut.
h. Histori Pembelajaran: Pengalaman belajar sebelumnya dan pembentukan
asosiasi antara stimulus dan respons dapat mempengaruhi respons terhadap
kondisioning klasik di masa depan.
C. Ciri-ciri Perilaku belajar kondisioning klasik
Beberapa ciri-ciri perilaku belajar kondisioning klasik meliputi:
a. Asosiasi Stimulus: Pembentukan asosiasi antara stimulus yang semula
netral dengan stimulus yang tidak bermakna, yang kemudian menghasilkan
respons yang sama seperti stimulus yang tidak bermakna.
b. Respons yang Bersyarat: Setelah asosiasi terbentuk, stimulus yang semula
netral dapat menghasilkan respons yang sama seperti stimulus yang tidak
bermakna tanpa adanya stimulus yang tidak bermakna tersebut.
c. Generalisasi Stimulus: Tendensi untuk menunjukkan respons yang sama
terhadap stimulus yang serupa dengan stimulus yang awalnya menyebabkan
respons.
d. Diskriminasi Stimulus: Kemampuan untuk membedakan antara stimulus
yang menyebabkan respons bersyarat dan stimulus yang tidak.
e. Ekstinksion: Penurunan respons bersyarat karena hilangnya stimulus yang
tidak bermakna atau penghentian stimulus yang bersyarat.
f. Spontan Recovery: Kemunculan kembali respons bersyarat setelah periode
ekstinksion, meskipun tanpa adanya penguatan.
g. Penguatan: Asosiasi antara stimulus dan respons dipengaruhi oleh
pengalaman hasil dari respons tersebut.

23
h. Tingkat Kebutuhan: Perilaku kondisioning klasik dapat dipengaruhi oleh
kebutuhan fisiologis atau emosional individu pada saat pembelajaran.
5. Perilaku belajar reflektif
A. Pengertian Perilaku belajar reflektif
Perilaku belajar reflektif adalah proses di mana individu secara aktif
merefleksikan pengalaman belajar mereka untuk memahami, mengevaluasi, dan
meningkatkan pemahaman serta keterampilan mereka. Ini melibatkan pengamatan
diri sendiri, introspeksi, dan evaluasi terhadap pengalaman belajar, baik yang
positif maupun yang negatif. Melalui refleksi, individu dapat mengidentifikasi
kekuatan, kelemahan, dan area yang perlu diperbaiki dalam proses belajar
mereka, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan pencapaian mereka di masa
depan.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku belajar reflektif
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku belajar reflektif meliputi:
a. Kesadaran diri: Tingkat kesadaran diri individu akan pengalaman, tindakan,
dan pemikiran mereka mempengaruhi kemampuan mereka untuk merefleksikan
proses belajar.
b. Motivasi: Tingkat motivasi individu untuk belajar dan meningkatkan diri
mereka sendiri dapat mempengaruhi seberapa sering dan seberapa dalam mereka
merefleksikan pengalaman belajar mereka.
c. Kemampuan Metakognisi: Kemampuan untuk memahami dan mengontrol
proses berpikir mereka sendiri, termasuk kesadaran terhadap strategi belajar yang
efektif, dapat mempengaruhi refleksi mereka terhadap pengalaman belajar.
d. Lingkungan Dukungan: Lingkungan yang mendukung, seperti teman,
keluarga, atau mentor, dapat memberikan dorongan dan bantuan dalam refleksi
terhadap pengalaman belajar.
e. Kemampuan Komunikasi: Kemampuan untuk mengartikulasikan
pengalaman belajar, gagasan, dan pemikiran secara verbal atau tulisan juga
mempengaruhi perilaku belajar reflektif.
f. Pengalaman dan Pengetahuan Sebelumnya: Pengalaman belajar dan
pengetahuan sebelumnya individu dapat membentuk kerangka kerja untuk
merefleksikan pengalaman baru.
g. Kemampuan Evaluasi: Kemampuan untuk secara kritis mengevaluasi
pengalaman belajar mereka sendiri, termasuk mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, dan area yang perlu diperbaiki, merupakan faktor penting dalam
perilaku belajar reflektif.
h. Tantangan dan Kegagalan: Pengalaman tantangan dan kegagalan juga dapat
mempengaruhi perilaku belajar reflektif, karena mereka dapat memberikan
peluang untuk belajar dari kesalahan dan mengevaluasi strategi belajar yang
digunakan.
C. Ciri-ciri Perilaku belajar reflektif
Beberapa ciri-ciri perilaku belajar reflektif meliputi:
a. Kesadaran diri: Individu memiliki kesadaran yang baik tentang
pengalaman, tindakan, dan pemikiran mereka sendiri dalam konteks belajar.
b. Introspeksi: Individu secara aktif merefleksikan pengalaman belajar
mereka, memeriksa pemikiran, emosi, dan tindakan mereka sendiri.

24
c. Analisis: Mereka menganalisis pengalaman belajar mereka dengan cermat,
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, baik positif
maupun negatif.
d. Evaluasi Kritis: Individu mengevaluasi kinerja mereka dengan kritis,
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam pemahaman, keterampilan, dan
strategi belajar mereka.
e. Perbaikan: Berdasarkan refleksi dan evaluasi, individu mengidentifikasi
langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kinerja mereka di masa depan,
termasuk mengubah strategi belajar atau mengembangkan keterampilan baru.
f. Keterbukaan terhadap Umpan Balik: Mereka terbuka terhadap umpan balik
dari orang lain dan menggunakan umpan balik tersebut sebagai sumber informasi
untuk refleksi lebih lanjut.
g. Kemauan untuk Belajar: Individu memiliki motivasi intrinsik untuk belajar
dan berkembang, dan mereka melihat refleksi sebagai alat untuk mencapai tujuan
tersebut.
h. Konsistensi: Refleksi bukan hanya dilakukan pada titik-titik tertentu dalam
proses belajar, tetapi juga merupakan praktek yang terus-menerus dan terintegrasi
dalam kegiatan belajar sehari-hari.
6. Perilaku belajar verbal
A. Pengertian Perilaku belajar verbal
Perilaku belajar verbal merujuk pada proses belajar yang melibatkan
penggunaan bahasa lisan atau tertulis untuk memperoleh, memproses, dan
menyampaikan informasi. Ini mencakup membaca, menulis, mendengarkan, dan
berbicara. Perilaku belajar verbal sering kali melibatkan penggunaan kata-kata,
kalimat, dan simbol-simbol untuk memahami konsep, mengingat informasi, dan
berkomunikasi dengan orang lain. Ini merupakan salah satu aspek penting dalam
pembelajaran, terutama di lingkungan pendidikan formal.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku belajar verbal
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku belajar verbal meliputi:
a. Kemampuan Bahasa: Kemampuan bahasa individu, termasuk keterampilan
membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara, memengaruhi cara mereka
memahami dan menyampaikan informasi verbal.
b. Pengalaman Belajar Sebelumnya: Pengalaman belajar sebelumnya dalam
konteks bahasa tertentu dapat mempengaruhi pemahaman dan penerimaan
informasi verbal baru.
c. Motivasi: Tingkat motivasi individu untuk belajar dan menggunakan bahasa
secara efektif dapat memengaruhi keterlibatan mereka dalam proses belajar
verbal.
d. Kondisi Lingkungan: Faktor-faktor lingkungan, seperti ketersediaan
sumber daya pendidikan dan dukungan dari keluarga dan guru, dapat
memengaruhi kemampuan individu dalam belajar bahasa.
e. Ketertarikan dan Relevansi: Tingkat ketertarikan individu terhadap topik
atau materi tertentu serta persepsi mereka tentang relevansi materi tersebut juga
dapat mempengaruhi keterlibatan mereka dalam belajar verbal.

25
f. Kemampuan Kognitif: Kemampuan kognitif individu, termasuk
pemahaman konsep, pemecahan masalah, dan kreativitas, memengaruhi cara
mereka memproses dan menginterpretasikan informasi verbal.
g. Faktor Kesehatan Mental: Kesehatan mental individu, seperti tingkat stres
atau kecemasan, dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam memperhatikan
dan mengingat informasi verbal.
h. Faktor Budaya dan Sosial: Konteks budaya dan sosial individu, termasuk
norma dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok sosial mereka, dapat
memengaruhi cara mereka menggunakan dan memahami bahasa.
C. Ciri-ciri Perilaku belajar verbal
Beberapa ciri-ciri perilaku belajar verbal meliputi:
a. Keterlibatan dalam Membaca dan Menulis: Individu aktif dalam membaca
dan menulis untuk memperoleh dan menyampaikan informasi.
b. Kemampuan Mendengarkan dan Berbicara: Mereka memiliki kemampuan
untuk mendengarkan dengan baik dan berbicara dengan jelas, baik dalam konteks
informal maupun formal.
c. Kemampuan Memahami dan Menginterpretasikan Informasi: Individu
dapat memahami dan menginterpretasikan informasi yang disampaikan secara
lisan atau tertulis dengan tepat.
d. Penggunaan Bahasa yang Tepat: Mereka menggunakan kosakata, tata
bahasa, dan struktur kalimat yang tepat sesuai dengan konteks komunikasi.
e. Kreativitas dalam Penggunaan Bahasa: Individu dapat menggunakan
bahasa secara kreatif untuk menyampaikan ide-ide dan konsep secara efektif.
f. Pemahaman Konsep Abstrak: Mereka mampu memahami dan
mengkomunikasikan konsep-konsep abstrak dan kompleks menggunakan bahasa
verbal.
g. Adaptasi terhadap Audiens: Individu dapat menyesuaikan gaya bahasa dan
tingkat kompleksitas bahasa mereka sesuai dengan audiens yang mereka hadapi.
h. Penggunaan Bahasa untuk Berpikir: Mereka menggunakan bahasa untuk
memproses dan merancang pemikiran mereka sendiri, baik secara internal
maupun saat berinteraksi dengan orang lain.
i. Eksplorasi Bahasa: Individu tertarik untuk mengeksplorasi bahasa baru,
baik dalam hal kosakata, tata bahasa, maupun struktur kalimat.

2.5. Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa


Proses belajar mengajar tanpa adanya kemauan dan semangat dari salah satu
ataupun kedua belah pihak (pengajar dan subjek ajar) akan memberikan pengaruh
negatif pada suasana belajar mengajar yang sedang dilakukan. Pada akhirnya hal
tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pengajaran yaitu menghasilkan
siswa yang dapat memahami serta mengaplikasikan nilai-nilai yang diberikan
sebelumnya.
Menurut Squire dalam bukunya yang berjudul encyclopedia of learning and
memory mengemukakan bahwa keterlibatan siswa adalah sejumlah waktu yang
dipergunakan siswa untuk terlibat aktif dan penuh perhatian dalam mempelajari
materi pembelajaran tertentu. Squire mengaitkan bahwa ada hubungan antara
perilaku dan keterlibatan siswa dengan konsentrasi dan hasil belajar siswa.

26
Gambaran di atas tampak bahwa perilaku belajar akan berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat memberikan manfaat secara langsung pada
perilaku belajar siswa dalam proses belajar, diantaranya dapat merangsang siswa
untuk belajar lebih giat baik pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung
maupun di luar waktu kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar siswa
mampu memperluas serta memperkaya wawasan dan pandangan tentang materi
yang selanjutnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar yang dicapai
oleh siswa.
Menurut Soekidjo Notoatmojo, perubahan perilaku yang merupakan hasil
belajar dapat berbentuk:
a. Informasi verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik
secara tertulis maupun lisan. Misalnya: pemberian nama-nama terhadap suatu
benda, defenisi dan sebagainya.
b. Kecakapan intelektual, yaitu keterampilan individu dalam melakukan
interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya:
penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah
kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit,
konsep abstrak, aturan dan hukum. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam
menghadapi pemecahan masalah.
c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian
dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran,
strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir
agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada
hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada proses
pemikiran.
d. Sikap, yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk
memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap adalah
keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak
dalam menghadapi suatu objek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur
pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
e. Kecakapan motorik, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan
yang dikontrol oleh otot dan fisik.

2.6 Contoh Perkembangan Perilaku Belaja Siswa


1. Hasil Perkembangan Perilaku Belajar Siswa Kelas 1 SDN 4 Mojowarno
- Nama : Faisal
- Umur : 6 tahun
- Kelas : 1
o Hasih Perkembangan
a. Antusiasme dalam Belajar
Faisal menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi ketika diajak untuk
belajar. Dia belum bisa terlihat tenang dalam belajar disekolah.
b. Partisipasi Aktif
Faisal cukup aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seperti
menjawab pertanyaan guru.

27
c. Konsentrasi dan Fokus
Faisal kurang mampu mempertahankan konsentrasi dan fokusnya selama
proses belajar, baik saat mendengarkan penjelasan guru maupun saat mengerjakan
tugas-tugasnya.
d. Kemandirian
Faisal mulai menunjukkan kemampuan untuk belajar secara mandiri, seperti
membaca materi pelajaran dan menyelesaikan tugas-tugas rumah.
e. Ketekunan
Faisal mulai menunjukkan ketekunan dalam menghadapi tantangan belajar, ia
selalu mengeluh ketika mengalami kesulitan atau kegagalan dalam memahami
suatu permasalahan.
f. Tanggung Jawab
Faisal mulai memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai seorang
siswa, seperti mempersiapkan perlengkapan belajar, menyelesaikan tugas-tugas
dengan baik, dan mengikuti aturan sekolah.

- Nama : Dirga
- Umur : 7 tahun
- Kelas : 1
o Hasih Perkembangan
a. Antusiasme dalam Belajar
Dirga sudah menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi ketika diajak untuk
belajar. Dia bisa terlihat tenang dan ingin tahu tentang materi-materi baru yang
diajarkan di sekolah.
b. Partisipasi Aktif
Dirga sudah aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seperti
menjawab pertanyaan guru.
c. Konsentrasi dan Fokus
Dirga mampu mempertahankan konsentrasi dan fokusnya selama proses
belajar, baik saat mendengarkan penjelasan guru maupun saat mengerjakan tugas-
tugasnya.
d. Kemandirian
Dirga sudah menunjukkan kemampuan untuk belajar secara mandiri, seperti
membaca materi pelajaran dan menyelesaikan tugas-tugas rumah.
e. Ketekunan
Dirga sudah menunjukkan ketekunan dalam menghadapi tantangan belajar,
seperti terus berusaha meskipun mengalami kesulitan atau kegagalan dalam
memahami suatu permasalahan.
f. Tanggung Jawab
Dirga sudah memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai seorang
siswa, seperti mempersiapkan perlengkapan belajar, menyelesaikan tugas-tugas
dengan baik, dan mengikuti aturan sekolah.
2. Hasil Perkembangan Perilaku Belajar Siswa Kelas 2 SDN 4 Mojowarno
- Nama : Rafi
- Umur : 8 tahun
- Kelas : 2

28
o Hasih Perkembangan
a. Antusiasme dalam Belajar
Rafi belum menunjukkan antusiasme ketika diajak untuk belajar. Dia tidak
bisa tenang saat pelajaran di kelas.
b. Partisipasi Aktif
Rafi tidak pernah aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
seperti menjawab pertanyaan guru.
c. Konsentrasi dan Fokus
Rafi tidak bisa mempertahankan konsentrasi dan fokusnya selama proses
belajar, baik saat mendengarkan penjelasan guru maupun saat mengerjakan tugas-
tugasnya. Dia selalu berlarian kesana dan kemari.
d. Kemandirian
Rafi belum menunjukkan kemampuan untuk belajar secara mandiri, seperti
membaca materi pelajaran, menyelesaikan tugas-tugas rumah, atau mencari
informasi tambahan secara aktif.
e. Kerjasama dengan Teman
Rafi belum bisa bekerja sama dengan teman-temannya dalam mengerjakan
tugas-tugas kelompok atau dalam memecahkan masalah bersama.
f. Ketekunan
Rafi belum menunjukkan ketekunan dalam menghadapi tantangan belajar, dia
tidak berusaha ketika mengalami kesulitan atau kegagalan dalam memahami
suatu permasalahan.
g. Tanggung Jawab
Rafi belum memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai seorang
siswa, seperti mempersiapkan perlengkapan belajar, menyelesaikan tugas-tugas
dengan baik, dan mengikuti aturan sekolah.

- Nama : Rehan
- Umur : 9 tahun
- Kelas : 2
o Hasih Perkembangan
a. Antusiasme dalam Belajar
Rehan sudah menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi ketika diajak untuk
belajar. Dia bisa terlihat tenang dan ingin tahu tentang materi-materi baru yang
diajarkan di sekolah.
b. Partisipasi Aktif
Rehan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seperti
menjawab pertanyaan guru, berdiskusi dengan teman-temannya, atau mengambil
peran dalam kegiatan kelompok.
c. Konsentrasi dan Fokus
Rehan sudah mampu mempertahankan konsentrasi dan fokusnya selama
proses belajar, baik saat mendengarkan penjelasan guru maupun saat mengerjakan
tugas-tugasnya.
d. Kemandirian

29
Rehan sudah menunjukkan kemampuan untuk belajar secara mandiri, seperti
membaca materi pelajaran, menyelesaikan tugas-tugas rumah, atau mencari
informasi tambahan secara aktif.
e. Kerjasama dengan Teman
Rehan sudah bisa bekerja sama dengan teman-temannya dalam mengerjakan
tugas-tugas kelompok atau dalam memecahkan masalah bersama.
f. Ketekunan
Rehan sudah menunjukkan ketekunan dalam menghadapi tantangan belajar,
seperti terus berusaha meskipun mengalami kesulitan atau kegagalan dalam
memahami suatu permasalahan.
g. Tanggung Jawab
Rehan sudah memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai seorang
siswa, seperti mempersiapkan perlengkapan belajar, menyelesaikan tugas-tugas
dengan baik, dan mengikuti aturan sekolah.

- Nama : Aqila
- Umur : 8 tahun
- Kelas : 2
o Hasih Perkembangan
a. Antusiasme dalam Belajar
Aqila mulai menunjukkan antusiasme yang cukup ketika diajak untuk belajar.
Dia bisa terlihat tenang dan ingin tahu tentang materi-materi baru yang diajarkan
di sekolah.
b. Partisipasi Aktif
Aqila mulai aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas, seperti
menjawab pertanyaan guru, berdiskusi dengan teman-temannya, atau mengambil
peran dalam kegiatan kelompok.
c. Konsentrasi dan Fokus
Aqila sudah mampu mempertahankan konsentrasi dan fokusnya selama proses
belajar, baik saat mendengarkan penjelasan guru maupun saat mengerjakan tugas-
tugasnya.
d. Kemandirian
Aqila mulai menunjukkan kemampuan untuk belajar secara mandiri, seperti
membaca materi pelajaran, menyelesaikan tugas-tugas rumah, atau mencari
informasi tambahan secara aktif.
e. Kerjasama dengan Teman
Aqila sudah bisa bekerja sama dengan teman-temannya dalam mengerjakan
tugas-tugas kelompok.
f. Ketekunan
Aqila mulai menunjukkan ketekunan dalam menghadapi tantangan belajar,
seperti terus berusaha meskipun mengalami kesulitan atau kegagalan dalam
memahami suatu permasalahan.
g. Tanggung Jawab
Aqila sudah memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai seorang
siswa, seperti mempersiapkan perlengkapan belajar, menyelesaikan tugas-tugas
dengan baik, dan mengikuti aturan sekolah.

30
- Nama : Sofi
- Umur : 9 tahun
- Kelas : 2
o Hasih Perkembangan
a. Antusiasme dalam Belajar
Sofi mulai menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi ketika diajak untuk
belajar. Dia bisa terlihat tenang dan ingin tahu tentang materi-materi baru yang
diajarkan di sekolah.
b. Partisipasi Aktif
Sofi sudah mulai aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
seperti menjawab pertanyaan guru, berdiskusi dengan teman-temannya, atau
mengambil peran dalam kegiatan kelompok.
c. Konsentrasi dan Fokus
Sofi sudah mampu mempertahankan konsentrasi dan fokusnya selama proses
belajar, baik saat mendengarkan penjelasan guru maupun saat mengerjakan tugas-
tugasnya.
d. Kemandirian
Sofi mulai menunjukkan kemampuan untuk belajar secara mandiri, seperti
membaca materi pelajaran, menyelesaikan tugas-tugas rumah, atau mencari
informasi tambahan secara aktif.
e. Kerjasama dengan Teman
Sofi sudah bisa bekerja sama dengan teman-temannya dalam mengerjakan
tugas-tugas kelompok atau dalam memecahkan masalah bersama.
f. Ketekunan
Sofi mulai menunjukkan ketekunan dalam menghadapi tantangan belajar,
seperti terus berusaha meskipun mengalami kesulitan atau kegagalan dalam
memahami suatu permasalahan.
g. Tanggung Jawab
Sofi sudah memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai seorang
siswa, seperti mempersiapkan perlengkapan belajar, menyelesaikan tugas-tugas
dengan baik, dan mengikuti aturan sekolah.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, serangkaian
perubahan dalam susunan yang berlangsung secara teratur, progresif, jalin-
menjalin dan terarah kepada kematangan atau kedewasaan. Ciri – ciri umum dan
factor – factor yang mempengaruhi perkembangan terbagi dalam beberapa
bagian. Perkembangan anak sekolah dasar meliputi: Perkembangan Psikologi,
Perkembangan Sosial, Perkembangan Emosional, Perkembangan Intelektual,
Perkembangan Fisik, Perkembangan Keterampilan, dan Perkembangan Belajar.
Pada hakikatnya belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang
terjadi pada diri seseorang. Karena belajar merupakan karakteristik yang
membedakan manusia dengan makhluk lain, berbagai aktivitas belajar yang selalu
dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Perilaku
belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan baik dalam
perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Pada
umumnya siswa yang mengalami perubahan-perubahan perilaku belajar akan
menggunakan prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti kreatif
yakni seseorang dapat mengembangkan ide-idenya; inovatif yakni dapat
memperkenalkan sesuatu yang baru dengan ide-idenya; berpikir rasional dan
kritis.
Adapun manfaat mempelajari perkembangan peserta didik SD/MI bagi
pendidik yaitu: Memberikan gambaran tentang perkembangan manusia sepanjang
rentang kehidupan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang meliputi
aspek fisik, intelektual, emosi, sosial dan moral. Memberikan gambaran tentang
bagaimana proses pembelajaran yang tepat sesuai dengan tahapan perkembangan
peserta didik.

32
DAFTAR PUSTAKA

Hardianto, Deni. (2012). Paradigma Teori Behavioristik dalam Pengembangan


Multimedia Pembelajaran dalam Edisi Khusus: Jurnal Majalah Ilmiah
Pembelajaran
Nana, S. (2017). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku dalam Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Rusman. (2017). Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.
Rusli, Radif Khotamir dan Abdurakhman, Omon. (2015). Teori Belajar dan
Pembelajaran dalam Didaktika Tauhid: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Soemanto, W. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Squire, R.L. (1992). Encyclopedia Of Learning and Memory. Maxwell
Macmillan Internasional.
Anonim. 2007. Cara Belajar Anak, (Online),
(http://beingmom.org/2009/05/cara-belajar-anak/, diakses tanggal 13 Februari
2010).
Anonim. 2008. Ciri Kecenderungan Belajar dan Cara Belajar Anak SD dan
MI, (Online), (http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/ciri-
kecenderungan-belajar-dan-cara-belajar-anak-sd-dan-mi/,
Anonim. 2009. Ciri Cara Belajar Anak SD, (Online),
(http://eduyuk.wordpress.com/2009/03/05/ciri-cara-belajar-anak-sd/
Anonim. Tanpa tahun. Tahapan Cara Belajar Anak, (Online),
(http://mitanggel.blogspot.com/2009/08/tahapan-cara-belajar-anak.html
News Aggregator. 2006. Pahami Cara Belajar Anak, (Online),
(http://www.samarinda.go.id/node/9613
Semiawan, Conny R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik.
http://afifahhananurmala.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/
15441/2017/10/PENGARUH-PERKEMBANGAN-PSIKOLOGI-ANAK-SD-
TERHADAP-KEBERHASILAN-KEGIATAN-BELAJAR-MENGAJAR.pdf

33

Anda mungkin juga menyukai