Dosen Pengampu :
Drs.Wakidi,M.Pd.
Disusun Oleh :
2|Page
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………..4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………...4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….4
BAB II
PEMBAHASAN ………………………………………………………………........5
1. Pengertian ...............................................................................................................5
5. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Otoriter dengan Perkembangan Kepribadian
Siswa .........................................................................................................................16
PENUTUP …………………………………………………………….…….…......23
1. Kesimpulan ..........................................................................................................23
2. Saran ....................................................................................................................23
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
4|Page
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN
1. Perkembangan
Berarti masalah perkembangan sering kali tidak dapat dilepaskan dari masalah
pertumbuhan. Keduanya memang memiliki kesamaan dan ada hubungannya. Suatu
pertumbuhan pada akhirnya akan “selesai” semua organisme mencapai fisik murni,
namun perkembangan berlangsung terus menerus sepanjang hayat.
2. Kepribadian
5|Page
seseorang tetapi lebih merupakan hasil dari pada suatu pertumbuhan yang lama
suatu kulturil.
d. Kepribadian adalah dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang
turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya.
Hal yang bisa mempengaruhi proses perkembangan kepribadian adalah dari adanya
emosi kepribadian yang berhubungan dengan kejiwaaan seseorang. Di samping itu
adanya lingkungan sebagai pembentuk pola tingkah laku, juga pengaruh rumah serta
pengalaman di sekolah. Adapun kepribadian adalah tingkah laku yang berarti moral
alam diri seseorang yang dapat mencerminkan baik suatu individu. Dapat dikatakan
bahwa kepribadian individu itu berakar pada kemampuan fisik dan psikisnya karena
faktor-faktor biologis itu berinteraksi dengan pengaruh sosial atau lingkungan,
kemudian terjadi pola kepribadian dengan tingkah laku diatur atau ditentukan oleh
adanya kekuatan ciri-ciri tertentu.
6|Page
a. Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku
sebagai pribadi yang sudah dan benar atau baik dan buruk oleh orang tua, guru
atau orang dewasa lainnya dan hal yang penting adalah keteladanan itu sendiri.
b. Identifikasi yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau
tingkah laku seseorang yang menjadi idolanya.
c. Proses coba-coba (trial and error) yaitu dengan cara mengembangkan tingkah
laku moral semacam coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau
penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang
mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikan.
d. Dalam proses pembentukan kepribadian seorang remaja, hal yang paling
mempengaruhi adalah sekolah. Pentingnya sekolah dalam memainkan peranan
di diri siswa dapat dilihat dari realita sekolah sebagai tempat yang harus dihadiri
setiap hari. Sekolah memberi pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan
masa perkembangan konsep diri, anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak
di sekolah dari pada di rumah. Di samping itu sekolah memberi kesempatan
siswa untuk meraih sukses serta memberi kesempatan pertama kepada anak
untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.
7|Page
1. Struktur kepribadian
Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego
dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal,
dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah
bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada
dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur
dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai super ego. Superego adalah
bagian moral dari kepribadian manusia, karena merupakan filter dari sensor baik-buruk,
salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia di
lihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk
mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut
terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada,
dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat
ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan. Persepsi tentang sifat manusia
menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irasional yang
tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada
masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa
aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun
demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan
tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah
dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran
itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa
perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.
8|Page
anaknya masih kecil, pemogokkan ini tentu bikin pusing karena menimbulkan
kebingungan apakah alasan tersebut benar atau hanya dibuat-buat.
b. Apakah anak saya bermasalah? Pertanyaan itu sering sekali terdengar diucapkan
oleh para orang tua, terutama para Ibu. Umumnya mereka khawatir karena anak-
anak mereka dinilai “berbeda” dengan rekan-rekan mereka. Entah dari
prestasinya, sikap dan perilakunya, sifatnya,sampai dengan fisiknya. Jeli sekali
pengamatan para orang tua, jika sudah menyangkut perbedaan pada anak-
anaknya. Selanjutnya, orang tua cenderung berpikir “anak saya membutuhkan
terapi” makalah ini,tidak untuk mengenal ciri-ciri anak bermasalah,namun
mengajak untuk memahami, dari mana munculnya keresahan tersebut.
c. Tidak semua perbedaan yang kita lihat pada anak merupakan hal yang
negatif,dan tidak semua juga positif. Orang tua seringkali lupa, bahwa ada
faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi perbedaan setiap anak :
1 Faktor biologis dan genetika (keturunan)
2 Faktor pola asuh
3 Faktor lingkungan
4 Faktor pendidikan
5 Faktor pengalaman (perjalanan dan pengalaman hidup sehari-hari)
d. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang memiliki kondisi persis sama,
bahkan kakak beradik atau anak kembar sekali pun, mengalami kondisi yang
berbeda ketika mereka tumbuh dan dibesarkan. Intinya, tak ada satu manusia
pun di dunia yang segala sesuatunya sama persis.
2) Remaja
a. Banyak orang tua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia
remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orang tua
dan remaja itu sendiri. Banyak orang tua yang tetap menganggap anak remaja
mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orang tua para anak
remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang
dewasa.Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada
keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orangtua.
b. Merespon Emosi. Kita cenderung lebih menyadari emosi bila upaya kita dalam
mencapai tujuan dihambat (marah, sedih, frustrasi, kecewa, dll). Atau sebaliknya
9|Page
bila tujuan kita tercapai (senang, gembira). Bila ditelaah lebih lanjut emosi akan
menjadi semakin jelas peranannya bila kita dapat mengingat beberapa hal
berikut:
1 Hampir seluruh suka dan duka dalam hidup ini berhubungan dengan
emosi.
2 Seringkali perilaku manusia dihasilkan oleh kekuatan emosional
(meskipun beberapa pandangan menyatakan banyak perilaku
berdasarkan alasan logis dan objektif).
3 Seringkali pertentangan antar pribadi dihasilkan karena penonjolan
emosi (sombong, marah, cemburu, frustrasi dll).
4 Pertemuan antar pribadi seringkali disebabkan emosi seperti belas
kasih, sayang, perasaan tertarik dll.
3) Dewasa
a. Depresi dan Reformasi Diri. Banyak hal dalam hidup orang dewasa yang bisa
menjadi "kambing hitam" atau alasan seseorang menjadi depresi, depresi bisa
melanda siapa saja tanpa pandang bulu,namun depresi pun bisa diatasi oleh siapa
saja dengan kondisi-kondisi tertentu. Kalau dipikir-pikir, mengatasi depresi bisa
dibilang sebuah pilihan sikap.
b. Kecanduan cinta. Istilah kecanduan cinta mungkin bukan istilah yang umum
terdengar. Istilah yang sudah umum beredar seperti kecanduan minum, alkohol,
narkoba, rokok, kerja, dan lain sebagainya. Meskipun “barang” nya cinta, bukan
berarti aman-aman saja bagi pecandunya dan tidak membawa dampak apapun
juga.Justru, dampak dari kecanduan cinta ini sama buruknya untuk kesehatan
jiwa seseorang. Buktinya, sudah banyak kasus bunuh diri atau pembunuhan
yang terjadi akibat kecanduan cinta meski korban maupun pelaku sama-sama
tidak menyadarinya.
4) Usia Lanjut
Pada lansia yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik,
kecuali kalau mereka mengalami gangguan kesehatan jiwanya atau tergolong
patologik. Sifat kepribadian seseorang sewaktu muda akan lebih nampak jelas
setelah memasuki lansia sehingga masa muda diartikan sebagai karikatur
kepribadian lansia. Dengan memahami kepribadian lansia tentu akan lebih
10 | P a g e
memudahkan masyarakat secara umum dan anggota keluarga lansia tersebut
secara khusus, dalam memperlakukan lansia dan sangat berguna bagi kita dalam
mempersiapkan diri jika suatu hari nanti memasuki masa lansia. Adapun
beberapa tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut:
1 Tipe kepribadian Konstruktif. Model kepribadian tipe ini sejak muda
umumnya mudah menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan
dan pola kehidupannya. Sejak muda perilakunya positif dan konstruktif
serta hampir tidak pernah bermasalah, baik dirumah, di sekolah maupun
dalam pergaulan sosial. Perilakunya baik, adaptif, aktif, dinamis,
sehingga setelah selesai mengikuti studi ia mendapatkan pekerjaan juga
dengan mudah dan dalam bekerjapun tidak bermasalah.
2 Tipe kepribadian mandiri. model kepribadian tipe ini sejak masa muda
dikenal sebagai orang yang aktif dan dinamis dalam pergaulan sosial,
senang menolong orang lain, memiliki penyesuaian diri yang cepat dan
baik, banyak memiliki kawan dekat namun sering menolak pertolongan
atau bantuan orang lain.Tipe kepribadian ini seolah-olah pada dirinya
memiliki prinsip “jangan menyusahkan orang lain” tetapi menolong
orang lain itu penting.
3 Tipe kepribadian tergantung. Tipe kepribadian ini ditandai dengan
perilaku yang pasif dan tidak berambisi sejak anak-anak, remaja dan
masa muda. Kegiatan yang dilakukannya cenderung di dasari oleh ikut-
ikutan karena diajak oleh temannya atau orang lain.Karena pasif dan
tergantung, maka jika tidak ada teman yang mengajak, timbul pikiran
yang optimistik, namun sukar melaksanakan kehendaknya, karena
kurang memiliki inisiatif dan kreativitas untuk menghadapi hal-hal yang
nyata.
4 Tipe Kepribadian bermusuhan, adalah model kepribadian yang tidak
disenangi orang, karena perilakunya cenderung sewenang-wenang,
galak, kejam, agresif, semauanya sendiri dan sebagainya.
5 Tipe kepribadian kritik diri. Ini ditandai adanya sifat-sifat yang sering
menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri. Misalnya merasa bodoh,
pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang
11 | P a g e
menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan keberadaan dirinya.
Sejak menjadi siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik
terhadap dirinya banyak dilontarkan.
Para pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa aspek kepribadian manusia ada tiga
yaitu kejasmanian, aspek kejiwaan dan aspek keharmonisan yang luhur.
1. Aspek Kejasmanian
Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar :
a. Yang dikerjakan oleh lesan, seperti membaca Al-Qur’an, mempelajari ilmu yang
bermanfaat dan mengerjakannya.
b. Yang dikerjakan oleh anggota tubuh lain, seperti berbakti kepada orang tua,
memnuhi kebutuhan, sholat, puasa, menetapkan suatu berdasarkan musyawarah,
memenuhi peraturan, menghormati orang lain dan sebaginya.
2. Aspek kejiwaan
Meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dan tidak ketahuan dari
luar. Seperti : mencintai Allah SWT dan Rosul, mencintai dan memberi karena
Allah SWT, ikhlas dalam beramal, sabar tidak sombong, pemaaf, tidak
mendendam, tawadhu’ dan lain-lain.
3. Aspek kerohanian yang luhur
Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup
dan kepercayaan, meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam
kepribadian yang mengarah dan memberi corak sebuah kehidupan individu.
Bagi yang beragama aspek inilah yang menentukan kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.Yoesoef Noessyirwan (1978) menganalisis kepribadian ke dalam
empat daerah bagian atau aspek, yaitu :
a. Vitalitas sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi.
b. Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi
serta cara bereaksi dan bergerak.
c. Watak sebagai konstanta dan hasrat, perasaan dan kehendak pribadi
mengenai nilai-nilai.
12 | P a g e
d. Kecerdasan, bakat, daya nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi.
Andi Mappiare mengatakan bahwa kepribadoian terbentuk dari tiga faktor yaitu
pembawaan (hereditas), lingkungan dan citra diri (self concept).
1. Pembawaan (hereditas)
Pembawaan ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir,
baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat keturunan. Anak merupakan
warisan dari sifat-sifat pembawaan orang tuanya yang merupakan potensi
tertentu.Beberapa ahli ilmu pengetahuan menekankan pentingnya faktor
keturunan ini bagi pertumbuhan fisik, mental maupun sifat kepribadian yang
diinginkan.
a. Pertumbuhan Fisik
Seorang anak yang kuat dan sehat lebih beruntung dibanding dengan
anak yang kecil dan ringkih, ia lebih banyak mengikuti aktivitas-aktivitas sesuai
dengan tahap perkembangannya. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan
pengalaman baginya yang merupakan modal dasar bagi perkembangannya.
Sedangkan seorang anak yang struktur tubuhnya lebih atau kurang dari
temannya, misalnya terlalu gemuk, terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu kurus
akan menjadi objek gangguan dan cemoohan tema-teman, hal tersebut dapat
mempengaruhi pembentukan sikap dan kepribadiannya.
b. Kemampuan mental dan bakat khusus
Seorang anak yang pandai pada umur yang muda sudah dapat mengenal
hubungan antara dirinya dan benda-benda lingkungannya. Sesuai dengan cara
bagaimana seorang anak sejak kecil dianjurkan untuk mengadakan penyesuaian
yang pantas, maka ia juga akan cepat mengerti bentuk penyesuaian yang tepat
yang seimbang dengan masa kematangan dan tuntutan yang dihadapinya.
2. Lingkungan
Faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi terbentuknya kepribadian
terdiri dari lingkungan bersifat sosial dan lingkungan fisik. Yang dimaksud
13 | P a g e
lingkungan sosial ialah lingkungan yang terdiri dari sekelompok individu
(group) interaksi antara individu tersebut menimbulkan proses sosial dan proses
ini mempunyai pengaruh yang penting dalam perkembangan pribadi seseorang
dengan pendidikan lingkungan sosial yang disebut pergaulan erat dengan
seseorang berupa tingkah laku, sikap, mode pakaian atau cara berpakaian dan
sebagainya.
Lingkungan fisik (alam) mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
pribadi seseorang. Yang dimaksud lingkungan alam disini adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar anak selain individu dan benda-benda kebudayaan antara lain
keadaan geografis dan klimatologis. Anak yang dibesarkan di daerah pantai akan
lain dengan anak yang dibesarkan di daerah pegunungan.Meskipun kebudayaan
mempunyai pengaruh terhadap kepribadian seseorang, namun kadar
pengaruhnya berbeda menurut umur dan fase pertumbuhan.Faktor lingkungan
yang paling berperan dalam perkembangan kepribadian adalah rumah, sekolah
dan teman sebaya.
a. Rumah
Rumah adalah lingkungan pertama yang berperan dalam pembentukan
kepribadian. Bebrapa sifat lingkungan rumah yang memungkinkan anak
membentuk sifat-sifat kepribadian adalah kesediaan orang tua menerima anak
sebagai anggota keluarga, adanya sikap demokratis, keadaaan ekonomis yang
serasi, penyesuaian yang baik antara ayah dan ibu dalam pernikahan dan
penerimaan sosial para tetangga terhadap keluarga.
Keadaan rumah yang sederhana, bersih, rapi, dimana anak mendapat
makanan yang sehat dan anggota keluarga bersikap sedemikian rupa, sehingga
memberi rasa aman kepada anak, inilah yang akan membantu perkembangan
kepribadian anak ke arah terbentuknya kepribadian yang harmonis dan wajar.
b. Sekolah
Sekolah adalah tempat dimana anak dapat belajar dan menimba ilmu.
Lingkungan sekolah yang bersih, rapi akan membantu anak belajar dengan
tenang dan nyaman. Disamping itu hubungan antara siswa dengan guru, dan
hubungan antara siswa dengan lingkungan sekolah lainnya perlu dijaga karena
hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
14 | P a g e
c. Teman sebaya
Baik di sekolah maupun di luar sekolah kepribadian anak banyak
dipengaruhi oleh teman sebayanya. Dalam lingkungan sekolah anak belajar
bermain dengan anak lain, belajar bekerjasama dengan anak lain. Anak dan
remaja berusaha mencapai realisasi diri melalui keberhasilan, ia harus melebihi
hasilnya sendiri untuk dapat maju dan harus dapat menyayangi orang lain juga.
Cara-cara yang memberikan keberhasilan dalam persaingan dalam hubungan
dengan teman sekolah, akan dipakainya dalam kompetisi selanjutnya. Kebiasaan
ini akan berlangsung terus dalam integrasi kepribadian pada masa dewasa.
Dari kedua faktor di atas, faktor lingkungan dan keturunan sangat berpengaruh bagi
perkembangan kepribadian anak. Faktor keturunan pada umumnya lebih kuat
pengaruhnya pada tingkat bayi, sedang faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya
apabila insan telah meningkat dewasa.
15 | P a g e
Terbentuknya kepribadian seseorang membutuhkan waktu yang panjang,
berangsur-angsur dan kontinue dari bayi hingga mati. Pembentukan sekaligus
pembinaan kepribadian individu haruslah terus menerus dibentuk dan dibina
secara baik dan wajar menuju kepribadian yang ideal. Untuk mencapai
kepribadian yang ideal diperlukan lingkungan yang kondusif dan menuntut
adanya kesediaaan, keterbukaan individu terhadap gagasan pengalaman-
pengalaman baru.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak, karena dari
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama
dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
Pola tingkah laku pikiran dan sugesti ayah ibu dapat mencetak pola yang hampir
sama pada anak-anak. Oleh karena itu, tradisi, kebiasan sehari-hari, sikap hidup, cara
berfikir dan filsafat hidup keluarga itu sangat besar sekali pengaruhnya dalam proses
pembentuk tingkah laku dan sikap anggota keluarga terutama anak-anak. sebab tingkah
laku orang tua itu mudah sekali menular kepada anak-anak, khususnya mudah dioper
oleh anak-anak puber dan adolensens yang jiwanya belum stabil dan tengah mengalami
banyak gejolak batin.
16 | P a g e
kejam, didikan dengan pukulan yang keras atau sekedar penghinaan dan ejekan, maka
yang akan timbul ialah reaksi negatif yang tampak pada perilaku dan akhlak anak.
Mereka yang dibesarkan dengan disiplin militer yang keras, besar kemungkinan akan
tumbuh dengan kepribadian kaku dan keras.
Berdasarkan pemikiran di atas jelaslah bahwa pola asuh orang tua otoriter
mempunyai hubungan dan berpengaruh kuat terhadap perkembangan kepribadian siswa.
Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-
tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian
peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan
maksimal.
17 | P a g e
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap.
Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.
18 | P a g e
terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan
remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah).
Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja.
Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan
perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga
menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan
fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar,
permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam
berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu
memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional,
perilaku negative dan lain-lain, serta membantunya agar anak dapat menerima
peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di
sekitarnya.
19 | P a g e
maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada
jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk
menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik
anak, dewasa, maupun lansia. Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat
berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan
egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran
dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson
adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju
pada masyarakat dan kebudayaan.
Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan
terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah
insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep
struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada
konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi
Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara
kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial.
Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini
dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa
tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh
sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan
psikologis.Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual
yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan
tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial
individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada
setiap tahapnya.
Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi
mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah
ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam
setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle”
yang sudah dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya
pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana
Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu:
20 | P a g e
1. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami
keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada
tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk
saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas.
2. Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk
memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna
berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat
berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang ada.
Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963, Erikson
membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai
perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap
perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic.
Epigenetic berasal dari dua suku kata yaituepi yang artinya “upon” atau sesuatu yang
sedang berlangsung, dangenetic yang berarti “emergence” atau kemunculan. Gambaran
dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat
berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul , dan
akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa,
secara keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu
sendiri. Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai
oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap
krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah
sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan
dan perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan
dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego
pada setiap tahap.
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau
kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam
lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah
gambar di mana gambar tersebut memaparkan tentang delapan tahap perkembangan
yang pada umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak
tangga. Di dalam kotak yang bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai
21 | P a g e
adanya hal-hal yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap secara berturut-
turut. Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan mengenai kondisi yang relatif
berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan sakit yang terjadi dalam
kesehatan manusia itu sendiri. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dengan
berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih
menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut
dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Melalui teori yang
dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory of Psychosocial
Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson tidak berniat agar teori
psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud maupun teori
perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara mengenai
aspek-aspek lain dalam perkembangan.
Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau usia
tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa dewasa.
Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis buku bahwa “apa saja yang
tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana dasar ini muncullah bagian-
bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-masing untuk mekar, sampai semua
bagian bersama-sama ikut membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh karena
itu, melalui delapan tahap perkembangan yang ada Erikson ingin mengemukakan bahwa
dalam setiap tahap terdapatmaladaption/m aladaptif (adaptasi keliru) danm alignansi
(selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati atau gagal
melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuhm aladaption/m aladapti f dan juga
malignansi, selain itu juga terdapat ritualisasi yaitu berinteraksi dengan pola-pola
tertentu dalam setiap tahap perkembangan yang terjadi sertar itualisme yang berarti pola
hubungan yang tidak menyenangkan. Menurut Erikson delapan tahap perkembangan
yang ada berlangsung dalam jangka waktu yang teratur maupun secara hirarkri, akan
tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan seperti
yang diinginkan maka pada tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali guna
memperbaikinya.
22 | P a g e
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Perkembangan psikologis manusia diawali dari sejak lahir hingga umur dewasa,
yang membentuk sifat-sifat yang bersifat menetap. Faktor-faktor di atas itu yang
mempengaruhi setiap individu hingga memiliki karakteristik atau kepribadian yang
berbeda-beda. Secara tidak langsung lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian itu tersebut yang dimulai dari usia balita, remaja, dewasa
bahkan pada usia lanjut.
2. Saran
23 | P a g e
Daftar Pustaka
Abin ,Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung. Pt. Remaja Rosda Karya..
.
Prayitno Dan Erman Anti. 1995. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konselin. Jakarta :
P2LPTK Depdikbud.
24 | P a g e