Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu :

Drs.Wakidi,M.Pd.

Disusun Oleh :

Rifky anta maulana

PERGURUAN TINGGI IKIP PGRI KALIMANTAN TIMUR

INSTITUT PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, petunjuk
serta karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan dalam bentuk makalah
yang berjudul Perkembangan Peserta Didik : Perkembangan Kepribadian. Adapun
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
(PPD).
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat dijadikan perbaikan
untuk tulisan-tulisan yang akan datang.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami telah banyak mendapat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun ingin
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
(PPD) yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya
serta untuk menambah pembendaharaan pengetahuan dalam memahami perkembangan
pada peserta didik.
Semoga bantuan, dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami
dalam penyusunan makalah ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Amin.

Samarinda, 1 Desember 2022

Rifky anta maulana

2|Page
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………..4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………...4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….4
BAB II

PEMBAHASAN ………………………………………………………………........5
1. Pengertian ...............................................................................................................5

2. Psikologi Perkembangan Kepribadian ...................................................................7

3. Aspek-Aspek Kepribadian ....................................................................................12

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian ..........................13

5. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Otoriter dengan Perkembangan Kepribadian
Siswa .........................................................................................................................16

6. Macam-Macam Karakteristik Kepribadian ...........................................................17

7. Perkembangan kepribadian (posted underuncategorized) ....................................19


BAB III

PENUTUP …………………………………………………………….…….…......23
1. Kesimpulan ..........................................................................................................23
2. Saran ....................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..24

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pendidikan semakin berkembang dengan teknologi yang begitu canggih
menjadikan semua aspek di dalam hidup kita semakin berkembang dan menjadikan
pelajar lebih mengerti akan hakekat pendidikan untuk manusia indonesia seutuhnya.
Tak banyak orang yang menjadi pintar tapi hilang dari hakikat manusia karna itulah
pendidikan formal sangatlah wajib bagi di ikuti karna selain ilmu pendidikan formal
mengajarkan bagaimana kita untuk bersikap sesuai dengan akhlak yang seharusnya
dimiliki seorang manusia dengan ilmu pengantar pendidikan kita akan mengetahui
bagaimana cara untuk menjadi seorang guru yang mengetahui bagaimana sosok guru
yang sebenarnya sesuai dengan fungsinya untuk mengetahui dasar dasar ilmu ini kita
harus mengetahui bagaimana hakikat manusia dan sosok manusia indonesia seutuhnya
Berdasarkan itu kami membuat makalah ini untuk menggali setitik ilmu
mengenai sosok manusia indonesia seutuhnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini kami akan menfokuskan pada beberapa masalah di bawah
ini:
a. Apa pengertian perkembangan kepribadian?
b. Bagaimana psikologi perkembangan kepribadian?
c. Apa saja aspek-aspek kepribadian?
d. Bagaimana hubungan antara pola asuh orang tua otoriter dengan perkembangan
kepribadian siswa?
e. Apa saja macam-macam karakteristik kepribadian?
f. Bagaimana perkembangan kepribadian peserta didik?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya
pengertian hakekat dan perkembangan kepribadian bagi peserta didik serta
penerapannya. Dan juga bertujuan untuk memenuhi tugas individu makalah pendidikan.

4|Page
BAB II

PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN

1. Perkembangan

Berarti masalah perkembangan sering kali tidak dapat dilepaskan dari masalah
pertumbuhan. Keduanya memang memiliki kesamaan dan ada hubungannya. Suatu
pertumbuhan pada akhirnya akan “selesai” semua organisme mencapai fisik murni,
namun perkembangan berlangsung terus menerus sepanjang hayat.

Dengan demikian, maka perkembangan adalah merupakan suatu proses terjadinya


perubahan-perubahan psikologis (sifat-sifat khas) secara terus menerus menuju ke suatu
arah yaitu organisasi atau struktur tingkah laku pada tingkat integrasi yang lebih tinggi
melalui proses belajar.

2. Kepribadian

Mendefinisikan kepribadian sebenarnya bukan hal yang mudah karena kepribadian


merupakan sesuatu yang abstrak. Disini penulis akan mencoba untuk mengemukakan
beberapa pengertian kepribadian sebagai berikut :

a. G.W. Allport berpendapat “Personality is the dynamic organization within the


individual of those psychophycal sistem, that determines his unique adjusment
to his environment”. Artinya : personaliti itu adalah suatu organisasi
psichophysis yang dinamis dari pada seseorang yang menyebabkan ia dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
b. May berpendapat bahwa “kepribadian adalah suatu aktualisasi dari proses hidup
dalam seorang individu yang bebas, terintegrasi dalam masyarakat dan memiliki
satu perasaan cemas dalam batin, yang berhubungan dengan religiusitas.
c. Pengertian kepribadian menurut Withington adalah “Kepribadian adalah
keseluruhan tingkah laku seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang
nampak pada orang lain. Kepribadian ini bukan hanya yang melekat dalam diri

5|Page
seseorang tetapi lebih merupakan hasil dari pada suatu pertumbuhan yang lama
suatu kulturil.
d. Kepribadian adalah dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang
turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya.

Dari uraian tentang pengertian kepribadian di atas dapat disimpulkan bahwa


kepribadian yaitu suatu organisasi yang unik (khas) pada diri setiap individu yang
ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan, sehingga
menjadi penentu atau pengaruh tingkah laku.

Perkembangan kepribadian seseorang mengalami suatu tahapan-tahapan yang


diawali dari struktur fisik yang tumbuh dan berkembang. Bersamaan dengan itu
berkembang pula tingkat kecerdasan atau kebodohan psikis individu menentukan
penyesuaian diri di lingkungan kepemilikan bakat akan mempengaruhi tendensi
bertingkah laku.

Hal yang bisa mempengaruhi proses perkembangan kepribadian adalah dari adanya
emosi kepribadian yang berhubungan dengan kejiwaaan seseorang. Di samping itu
adanya lingkungan sebagai pembentuk pola tingkah laku, juga pengaruh rumah serta
pengalaman di sekolah. Adapun kepribadian adalah tingkah laku yang berarti moral
alam diri seseorang yang dapat mencerminkan baik suatu individu. Dapat dikatakan
bahwa kepribadian individu itu berakar pada kemampuan fisik dan psikisnya karena
faktor-faktor biologis itu berinteraksi dengan pengaruh sosial atau lingkungan,
kemudian terjadi pola kepribadian dengan tingkah laku diatur atau ditentukan oleh
adanya kekuatan ciri-ciri tertentu.

Proses diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam perkembangan


sesuatu. Adapun maksud proses dalam perkembangan anak adalah tahapan-tahapan
perubahan yang dialami seorang anak baik jasmaniah maupun rohaniah.

Proses perkembangan kepribadian anak adalah :

6|Page
a. Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku
sebagai pribadi yang sudah dan benar atau baik dan buruk oleh orang tua, guru
atau orang dewasa lainnya dan hal yang penting adalah keteladanan itu sendiri.
b. Identifikasi yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau
tingkah laku seseorang yang menjadi idolanya.
c. Proses coba-coba (trial and error) yaitu dengan cara mengembangkan tingkah
laku moral semacam coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau
penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang
mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikan.
d. Dalam proses pembentukan kepribadian seorang remaja, hal yang paling
mempengaruhi adalah sekolah. Pentingnya sekolah dalam memainkan peranan
di diri siswa dapat dilihat dari realita sekolah sebagai tempat yang harus dihadiri
setiap hari. Sekolah memberi pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan
masa perkembangan konsep diri, anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak
di sekolah dari pada di rumah. Di samping itu sekolah memberi kesempatan
siswa untuk meraih sukses serta memberi kesempatan pertama kepada anak
untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.

Adapun proses perkembangan kepribadian sebagai runtutan atau tahapan awal


dalam pencapaian sempurnanya jiwa yang dilakukan dengan menilai dari pembentukan
akhlak terlebih dahulu yang mewujudkan ketaqwaan terhadap Tuhan.

II. Psikologi Perkembangan Kepribadian


Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang
sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir
sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap
perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi
pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap.
Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (dalam
A.Supratika), yaitu: (1) tahap oral, (2) tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6 tahun,
(4) tahap laten: 6-12 tahun, (5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahap dewasa, yang
terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.

7|Page
1. Struktur kepribadian
Dalam teori psikoanalitik, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego
dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal,
dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego adalah
bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada
dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur
dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai super ego. Superego adalah
bagian moral dari kepribadian manusia, karena merupakan filter dari sensor baik-buruk,
salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
Gerald Corey menyatakan dalam perspektif aliran Freud ortodoks, manusia di
lihat sebagai sistem energi, dimana dinamika kepribadian itu terdiri dari cara-cara untuk
mendistribusikan energi psikis kepada id, ego dan super ego, tetapi energi tersebut
terbatas, maka satu diantara tiga sistem itu memegang kontrol atas energi yang ada,
dengan mengorbankan dua sistem lainnya, jadi kepribadian manusia itu sangat
ditentukan oleh energi psikis yang menggerakkan. Persepsi tentang sifat manusia
menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irasional yang
tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada
masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa
aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Namun
demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan Kovel, bahwa dengan
tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah
dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel menyatakan bahwa jalan pikiran
itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier. Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa
perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.

2. Dibawah ini beberapa contoh dan masalah tentang perkembangan kepribadian


mulai dari anak sampai lanjut usia:
1) Anak dan Balita
a. Banyak orang tua yang bingung menghadapi perubahan sikap anaknya yang
tiba-tiba mogok tidak mau sekolah dengan berbagai alasan, mulai dari sakit
perut sakit kepala, sakit kaki dan seribu alasan lainnya. Bagi orang tua yang

8|Page
anaknya masih kecil, pemogokkan ini tentu bikin pusing karena menimbulkan
kebingungan apakah alasan tersebut benar atau hanya dibuat-buat.
b. Apakah anak saya bermasalah? Pertanyaan itu sering sekali terdengar diucapkan
oleh para orang tua, terutama para Ibu. Umumnya mereka khawatir karena anak-
anak mereka dinilai “berbeda” dengan rekan-rekan mereka. Entah dari
prestasinya, sikap dan perilakunya, sifatnya,sampai dengan fisiknya. Jeli sekali
pengamatan para orang tua, jika sudah menyangkut perbedaan pada anak-
anaknya. Selanjutnya, orang tua cenderung berpikir “anak saya membutuhkan
terapi” makalah ini,tidak untuk mengenal ciri-ciri anak bermasalah,namun
mengajak untuk memahami, dari mana munculnya keresahan tersebut.
c. Tidak semua perbedaan yang kita lihat pada anak merupakan hal yang
negatif,dan tidak semua juga positif. Orang tua seringkali lupa, bahwa ada
faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi perbedaan setiap anak :
1 Faktor biologis dan genetika (keturunan)
2 Faktor pola asuh
3 Faktor lingkungan
4 Faktor pendidikan
5 Faktor pengalaman (perjalanan dan pengalaman hidup sehari-hari)
d. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang memiliki kondisi persis sama,
bahkan kakak beradik atau anak kembar sekali pun, mengalami kondisi yang
berbeda ketika mereka tumbuh dan dibesarkan. Intinya, tak ada satu manusia
pun di dunia yang segala sesuatunya sama persis.
2) Remaja
a. Banyak orang tua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia
remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orang tua
dan remaja itu sendiri. Banyak orang tua yang tetap menganggap anak remaja
mereka masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orang tua para anak
remaja mereka masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang
dewasa.Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal membawa mereka pada
keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh orangtua.
b. Merespon Emosi. Kita cenderung lebih menyadari emosi bila upaya kita dalam
mencapai tujuan dihambat (marah, sedih, frustrasi, kecewa, dll). Atau sebaliknya

9|Page
bila tujuan kita tercapai (senang, gembira). Bila ditelaah lebih lanjut emosi akan
menjadi semakin jelas peranannya bila kita dapat mengingat beberapa hal
berikut:
1 Hampir seluruh suka dan duka dalam hidup ini berhubungan dengan
emosi.
2 Seringkali perilaku manusia dihasilkan oleh kekuatan emosional
(meskipun beberapa pandangan menyatakan banyak perilaku
berdasarkan alasan logis dan objektif).
3 Seringkali pertentangan antar pribadi dihasilkan karena penonjolan
emosi (sombong, marah, cemburu, frustrasi dll).
4 Pertemuan antar pribadi seringkali disebabkan emosi seperti belas
kasih, sayang, perasaan tertarik dll.
3) Dewasa
a. Depresi dan Reformasi Diri. Banyak hal dalam hidup orang dewasa yang bisa
menjadi "kambing hitam" atau alasan seseorang menjadi depresi, depresi bisa
melanda siapa saja tanpa pandang bulu,namun depresi pun bisa diatasi oleh siapa
saja dengan kondisi-kondisi tertentu. Kalau dipikir-pikir, mengatasi depresi bisa
dibilang sebuah pilihan sikap.
b. Kecanduan cinta. Istilah kecanduan cinta mungkin bukan istilah yang umum
terdengar. Istilah yang sudah umum beredar seperti kecanduan minum, alkohol,
narkoba, rokok, kerja, dan lain sebagainya. Meskipun “barang” nya cinta, bukan
berarti aman-aman saja bagi pecandunya dan tidak membawa dampak apapun
juga.Justru, dampak dari kecanduan cinta ini sama buruknya untuk kesehatan
jiwa seseorang. Buktinya, sudah banyak kasus bunuh diri atau pembunuhan
yang terjadi akibat kecanduan cinta meski korban maupun pelaku sama-sama
tidak menyadarinya.
4) Usia Lanjut
Pada lansia yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik,
kecuali kalau mereka mengalami gangguan kesehatan jiwanya atau tergolong
patologik. Sifat kepribadian seseorang sewaktu muda akan lebih nampak jelas
setelah memasuki lansia sehingga masa muda diartikan sebagai karikatur
kepribadian lansia. Dengan memahami kepribadian lansia tentu akan lebih

10 | P a g e
memudahkan masyarakat secara umum dan anggota keluarga lansia tersebut
secara khusus, dalam memperlakukan lansia dan sangat berguna bagi kita dalam
mempersiapkan diri jika suatu hari nanti memasuki masa lansia. Adapun
beberapa tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut:
1 Tipe kepribadian Konstruktif. Model kepribadian tipe ini sejak muda
umumnya mudah menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan
dan pola kehidupannya. Sejak muda perilakunya positif dan konstruktif
serta hampir tidak pernah bermasalah, baik dirumah, di sekolah maupun
dalam pergaulan sosial. Perilakunya baik, adaptif, aktif, dinamis,
sehingga setelah selesai mengikuti studi ia mendapatkan pekerjaan juga
dengan mudah dan dalam bekerjapun tidak bermasalah.
2 Tipe kepribadian mandiri. model kepribadian tipe ini sejak masa muda
dikenal sebagai orang yang aktif dan dinamis dalam pergaulan sosial,
senang menolong orang lain, memiliki penyesuaian diri yang cepat dan
baik, banyak memiliki kawan dekat namun sering menolak pertolongan
atau bantuan orang lain.Tipe kepribadian ini seolah-olah pada dirinya
memiliki prinsip “jangan menyusahkan orang lain” tetapi menolong
orang lain itu penting.
3 Tipe kepribadian tergantung. Tipe kepribadian ini ditandai dengan
perilaku yang pasif dan tidak berambisi sejak anak-anak, remaja dan
masa muda. Kegiatan yang dilakukannya cenderung di dasari oleh ikut-
ikutan karena diajak oleh temannya atau orang lain.Karena pasif dan
tergantung, maka jika tidak ada teman yang mengajak, timbul pikiran
yang optimistik, namun sukar melaksanakan kehendaknya, karena
kurang memiliki inisiatif dan kreativitas untuk menghadapi hal-hal yang
nyata.
4 Tipe Kepribadian bermusuhan, adalah model kepribadian yang tidak
disenangi orang, karena perilakunya cenderung sewenang-wenang,
galak, kejam, agresif, semauanya sendiri dan sebagainya.
5 Tipe kepribadian kritik diri. Ini ditandai adanya sifat-sifat yang sering
menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri. Misalnya merasa bodoh,
pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang

11 | P a g e
menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan keberadaan dirinya.
Sejak menjadi siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik
terhadap dirinya banyak dilontarkan.

III. Aspek-Aspek Kepribadian

Para pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa aspek kepribadian manusia ada tiga
yaitu kejasmanian, aspek kejiwaan dan aspek keharmonisan yang luhur.

1. Aspek Kejasmanian
Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar :
a. Yang dikerjakan oleh lesan, seperti membaca Al-Qur’an, mempelajari ilmu yang
bermanfaat dan mengerjakannya.
b. Yang dikerjakan oleh anggota tubuh lain, seperti berbakti kepada orang tua,
memnuhi kebutuhan, sholat, puasa, menetapkan suatu berdasarkan musyawarah,
memenuhi peraturan, menghormati orang lain dan sebaginya.
2. Aspek kejiwaan
Meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dan tidak ketahuan dari
luar. Seperti : mencintai Allah SWT dan Rosul, mencintai dan memberi karena
Allah SWT, ikhlas dalam beramal, sabar tidak sombong, pemaaf, tidak
mendendam, tawadhu’ dan lain-lain.
3. Aspek kerohanian yang luhur
Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup
dan kepercayaan, meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam
kepribadian yang mengarah dan memberi corak sebuah kehidupan individu.
Bagi yang beragama aspek inilah yang menentukan kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.Yoesoef Noessyirwan (1978) menganalisis kepribadian ke dalam
empat daerah bagian atau aspek, yaitu :
a. Vitalitas sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi.
b. Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi
serta cara bereaksi dan bergerak.
c. Watak sebagai konstanta dan hasrat, perasaan dan kehendak pribadi
mengenai nilai-nilai.

12 | P a g e
d. Kecerdasan, bakat, daya nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi.

IV. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian

Andi Mappiare mengatakan bahwa kepribadoian terbentuk dari tiga faktor yaitu
pembawaan (hereditas), lingkungan dan citra diri (self concept).

1. Pembawaan (hereditas)

Pembawaan ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir,
baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat keturunan. Anak merupakan
warisan dari sifat-sifat pembawaan orang tuanya yang merupakan potensi
tertentu.Beberapa ahli ilmu pengetahuan menekankan pentingnya faktor
keturunan ini bagi pertumbuhan fisik, mental maupun sifat kepribadian yang
diinginkan.

a. Pertumbuhan Fisik
Seorang anak yang kuat dan sehat lebih beruntung dibanding dengan
anak yang kecil dan ringkih, ia lebih banyak mengikuti aktivitas-aktivitas sesuai
dengan tahap perkembangannya. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan
pengalaman baginya yang merupakan modal dasar bagi perkembangannya.
Sedangkan seorang anak yang struktur tubuhnya lebih atau kurang dari
temannya, misalnya terlalu gemuk, terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu kurus
akan menjadi objek gangguan dan cemoohan tema-teman, hal tersebut dapat
mempengaruhi pembentukan sikap dan kepribadiannya.
b. Kemampuan mental dan bakat khusus
Seorang anak yang pandai pada umur yang muda sudah dapat mengenal
hubungan antara dirinya dan benda-benda lingkungannya. Sesuai dengan cara
bagaimana seorang anak sejak kecil dianjurkan untuk mengadakan penyesuaian
yang pantas, maka ia juga akan cepat mengerti bentuk penyesuaian yang tepat
yang seimbang dengan masa kematangan dan tuntutan yang dihadapinya.
2. Lingkungan
Faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi terbentuknya kepribadian
terdiri dari lingkungan bersifat sosial dan lingkungan fisik. Yang dimaksud

13 | P a g e
lingkungan sosial ialah lingkungan yang terdiri dari sekelompok individu
(group) interaksi antara individu tersebut menimbulkan proses sosial dan proses
ini mempunyai pengaruh yang penting dalam perkembangan pribadi seseorang
dengan pendidikan lingkungan sosial yang disebut pergaulan erat dengan
seseorang berupa tingkah laku, sikap, mode pakaian atau cara berpakaian dan
sebagainya.
Lingkungan fisik (alam) mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
pribadi seseorang. Yang dimaksud lingkungan alam disini adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar anak selain individu dan benda-benda kebudayaan antara lain
keadaan geografis dan klimatologis. Anak yang dibesarkan di daerah pantai akan
lain dengan anak yang dibesarkan di daerah pegunungan.Meskipun kebudayaan
mempunyai pengaruh terhadap kepribadian seseorang, namun kadar
pengaruhnya berbeda menurut umur dan fase pertumbuhan.Faktor lingkungan
yang paling berperan dalam perkembangan kepribadian adalah rumah, sekolah
dan teman sebaya.
a. Rumah
Rumah adalah lingkungan pertama yang berperan dalam pembentukan
kepribadian. Bebrapa sifat lingkungan rumah yang memungkinkan anak
membentuk sifat-sifat kepribadian adalah kesediaan orang tua menerima anak
sebagai anggota keluarga, adanya sikap demokratis, keadaaan ekonomis yang
serasi, penyesuaian yang baik antara ayah dan ibu dalam pernikahan dan
penerimaan sosial para tetangga terhadap keluarga.
Keadaan rumah yang sederhana, bersih, rapi, dimana anak mendapat
makanan yang sehat dan anggota keluarga bersikap sedemikian rupa, sehingga
memberi rasa aman kepada anak, inilah yang akan membantu perkembangan
kepribadian anak ke arah terbentuknya kepribadian yang harmonis dan wajar.
b. Sekolah
Sekolah adalah tempat dimana anak dapat belajar dan menimba ilmu.
Lingkungan sekolah yang bersih, rapi akan membantu anak belajar dengan
tenang dan nyaman. Disamping itu hubungan antara siswa dengan guru, dan
hubungan antara siswa dengan lingkungan sekolah lainnya perlu dijaga karena
hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.

14 | P a g e
c. Teman sebaya
Baik di sekolah maupun di luar sekolah kepribadian anak banyak
dipengaruhi oleh teman sebayanya. Dalam lingkungan sekolah anak belajar
bermain dengan anak lain, belajar bekerjasama dengan anak lain. Anak dan
remaja berusaha mencapai realisasi diri melalui keberhasilan, ia harus melebihi
hasilnya sendiri untuk dapat maju dan harus dapat menyayangi orang lain juga.
Cara-cara yang memberikan keberhasilan dalam persaingan dalam hubungan
dengan teman sekolah, akan dipakainya dalam kompetisi selanjutnya. Kebiasaan
ini akan berlangsung terus dalam integrasi kepribadian pada masa dewasa.

Dari kedua faktor di atas, faktor lingkungan dan keturunan sangat berpengaruh bagi
perkembangan kepribadian anak. Faktor keturunan pada umumnya lebih kuat
pengaruhnya pada tingkat bayi, sedang faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya
apabila insan telah meningkat dewasa.

3. Citra diri (self concept)

Faktor yang tidak kalah penting dalam memahami perkembangan


kepribadian anak ialah self concept (citra diri) yaitu kehidupan kejiwaan yang
terdiri atas perasaan, sikap pandang, penilaian, dan anggapan yang semuanya
akan terpengaruh dalam keputusan tindakan sehari-hari.

Seseorang dengan citra dirinya menilai dirinya sendiri dan menilai


lingkungan sosial. Moral sebagian standart yang muncul dari agama dan
lingkungan sosial, memberi konsep-konsep yang baik dan buruk, patut dan tidak
patut secara mutlak, akan tetapi seseorang tidak begitu saja menerima melainkan
dipertentangkan dengan citra diri yang dimilikinya.

Pengaruh lingkungan dan pembawaan dalam terbentuknya kepribadian


seseorang, keduanya saling berkait dan melengkapi satu sama lain tanpa
mengabaikan self concept yakni bagaimana seseorang menggunakan potensi
yang dimiliki danlingkungannya, karena self concept mempunyai pengaruh yang
besar untuk menginterprestasikan kuatnya daya pembawaan dan kuatnya daya
lingkungan.

15 | P a g e
Terbentuknya kepribadian seseorang membutuhkan waktu yang panjang,
berangsur-angsur dan kontinue dari bayi hingga mati. Pembentukan sekaligus
pembinaan kepribadian individu haruslah terus menerus dibentuk dan dibina
secara baik dan wajar menuju kepribadian yang ideal. Untuk mencapai
kepribadian yang ideal diperlukan lingkungan yang kondusif dan menuntut
adanya kesediaaan, keterbukaan individu terhadap gagasan pengalaman-
pengalaman baru.

V. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Otoriter dengan Perkembangan


Kepribadian Siswa

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak, karena dari
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama
dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hirschi dan Selvin (1967)


sebagaimana dikutip oleh Dadang Hawari menujukkan bahwa kepribadian orang tua
sangat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. bila salah seorang atau kedua oang tua
mempunyai kelainan kepribadian orang tua mempunyai kelainan kepribadian, maka
presentase kenakalan anak akan jauh lebih tinggi daripada kalau kedua orang tua tidak
mempunyai kelainan kepribadian.

Pola tingkah laku pikiran dan sugesti ayah ibu dapat mencetak pola yang hampir
sama pada anak-anak. Oleh karena itu, tradisi, kebiasan sehari-hari, sikap hidup, cara
berfikir dan filsafat hidup keluarga itu sangat besar sekali pengaruhnya dalam proses
pembentuk tingkah laku dan sikap anggota keluarga terutama anak-anak. sebab tingkah
laku orang tua itu mudah sekali menular kepada anak-anak, khususnya mudah dioper
oleh anak-anak puber dan adolensens yang jiwanya belum stabil dan tengah mengalami
banyak gejolak batin.

Misalnya, temperamen ayah yang agresif meledak-ledak, suka marah-marah,


sewenang-wenang, tidak hanya akan mentransformasikan efek temperamennya saja,
akan tetapi juga menimbulkan iklim yang mendemoralisir secara psikis di tengah
keluarga. Jika anak diperlakukan oleh kedua orang tuanya dengan perlakuan yang

16 | P a g e
kejam, didikan dengan pukulan yang keras atau sekedar penghinaan dan ejekan, maka
yang akan timbul ialah reaksi negatif yang tampak pada perilaku dan akhlak anak.
Mereka yang dibesarkan dengan disiplin militer yang keras, besar kemungkinan akan
tumbuh dengan kepribadian kaku dan keras.

Perkembangan kepribadian anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang


berasal dari dalam misalnya: faktor-faktor yang berhubungan dengan konstitusi tubuh,
struktur tubuh dan keadaan fisik, koordinasi motorik, kemampuan mental dan bakat
khusus dan emosionalitas. Sedangkan faktor dari luar adalah lingkungan seperti ;
rumah, sekolah dan teman sebaya.

Berdasarkan pemikiran di atas jelaslah bahwa pola asuh orang tua otoriter
mempunyai hubungan dan berpengaruh kuat terhadap perkembangan kepribadian siswa.

VI. Macam-Macam Karakteristik Kepribadian

Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-
tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian
peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan
maksimal.

Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan tipe kepribadian


dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kepribadian Ekstrovert: Dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat,


menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah,
sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
2. Kepribadian Introvert: Dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri,
mempunyai kontrol diri yang baik.
3. Neurosis: Dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-
kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.

Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya


seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan.

17 | P a g e
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap.
Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.

a. Karakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)


Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak
meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD.
Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan
perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang
dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan.
Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan
melawan orang tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak
heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam
melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa
diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan
sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

b. Karakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)


Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan
ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang
digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai
masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi
oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada
masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap
pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia
sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di
sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan
melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.

c. Karakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)


Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir
dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber,
puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun

18 | P a g e
terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan
remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah).
Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja.
Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan
perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga
menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan
fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar,
permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam
berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu
memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional,
perilaku negative dan lain-lain, serta membantunya agar anak dapat menerima
peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di
sekitarnya.

VII. Perkembangan kepribadian (posted underuncategorized)


Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan
salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan
Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan
ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu
hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara
dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan
sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena
didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif
dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu
aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya
perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan,
dan yang ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya
dalam mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat
memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah
lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam
mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat

19 | P a g e
maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada
jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk
menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik
anak, dewasa, maupun lansia. Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat
berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan
egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran
dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson
adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju
pada masyarakat dan kebudayaan.
Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan
terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah
insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep
struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada
konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi
Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara
kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial.
Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini
dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa
tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh
sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan
psikologis.Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual
yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan
tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial
individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada
setiap tahapnya.
Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi
mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah
ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam
setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle”
yang sudah dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya
pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana
Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu:

20 | P a g e
1. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami
keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada
tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk
saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas.
2. Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk
memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna
berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat
berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang ada.

Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963, Erikson
membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai
perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap
perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic.
Epigenetic berasal dari dua suku kata yaituepi yang artinya “upon” atau sesuatu yang
sedang berlangsung, dangenetic yang berarti “emergence” atau kemunculan. Gambaran
dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat
berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul , dan
akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa,
secara keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu
sendiri. Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai
oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap
krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah
sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan
dan perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan
dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego
pada setiap tahap.
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau
kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam
lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah
gambar di mana gambar tersebut memaparkan tentang delapan tahap perkembangan
yang pada umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak
tangga. Di dalam kotak yang bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai

21 | P a g e
adanya hal-hal yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap secara berturut-
turut. Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan mengenai kondisi yang relatif
berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan sakit yang terjadi dalam
kesehatan manusia itu sendiri. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dengan
berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih
menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut
dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Melalui teori yang
dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory of Psychosocial
Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson tidak berniat agar teori
psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud maupun teori
perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara mengenai
aspek-aspek lain dalam perkembangan.
Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau usia
tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa dewasa.
Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis buku bahwa “apa saja yang
tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana dasar ini muncullah bagian-
bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-masing untuk mekar, sampai semua
bagian bersama-sama ikut membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh karena
itu, melalui delapan tahap perkembangan yang ada Erikson ingin mengemukakan bahwa
dalam setiap tahap terdapatmaladaption/m aladaptif (adaptasi keliru) danm alignansi
(selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati atau gagal
melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuhm aladaption/m aladapti f dan juga
malignansi, selain itu juga terdapat ritualisasi yaitu berinteraksi dengan pola-pola
tertentu dalam setiap tahap perkembangan yang terjadi sertar itualisme yang berarti pola
hubungan yang tidak menyenangkan. Menurut Erikson delapan tahap perkembangan
yang ada berlangsung dalam jangka waktu yang teratur maupun secara hirarkri, akan
tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan seperti
yang diinginkan maka pada tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali guna
memperbaikinya.

22 | P a g e
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Perkembangan psikologis manusia diawali dari sejak lahir hingga umur dewasa,
yang membentuk sifat-sifat yang bersifat menetap. Faktor-faktor di atas itu yang
mempengaruhi setiap individu hingga memiliki karakteristik atau kepribadian yang
berbeda-beda. Secara tidak langsung lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian itu tersebut yang dimulai dari usia balita, remaja, dewasa
bahkan pada usia lanjut.

Peserta didik merupakan subjek utama dalam penyelenggaran pembelajaran.


Tugas utama peserta didik adalah belajar, yaitu kegiatan atau usaha yang dilakukan
untuk memperoleh perubahan perilaku dari segala aspek, mulai dari apektif, kognitif
sampai psikomotorik.

Selama proses belajar berlangsung, pengembangan kepribadian peserta didik


pun ikut berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor bawaan,
termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, pengalaman awal dalam
lingkungan keluarga ketika anak masih kecil pengalaman kehidupan selanjutnya dapat
memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada. Begitu banyak tipe dan
karakteristik dari kepribadian dan tiap individu.

2. Saran

Semoga perkembangan kepribadian siswa dapat dipahami agar proses


pembelajaran berjalan dengan lancar.

23 | P a g e
Daftar Pustaka

Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Karangan Drs. H.Burhanuddin,Mm.Penerbit


Rineka Cipta Isbn : 979-518-761-9

Abin ,Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung. Pt. Remaja Rosda Karya..
.
Prayitno Dan Erman Anti. 1995. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konselin. Jakarta :
P2LPTK Depdikbud.

Prayitno. 2003. Panduan Bimbingan Dan Konselin. Jakarta : Depdikbud Direktorat


Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Zakiah Daradjad. Kepribadian Guru. Bulan Bintang, Jakarta.

Drs. Sumadi suryabrata, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada: 2006).

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT Raja Grapindo Persada).

24 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai