Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“BELAJAR, FASE DAN PERKEMBANGAN”

DOSEN PENGAMPU: Dwi Septi Anjas Wulan, S.Pd.,


M.Pd.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

RIFKI IQBAL MADANI (5222442002)

VENNY DESRIANI SAGALA (5223142012)

LATHIFATUL HUSNA NASUTION (5221142001)

FARADILLA ANGGRAINI MELIALA (5222442005)

HELGA CHRISANTA SIMORANGKIR

(5222142002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas rutin mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada seluruh sumber yang kami ambil
materinya untuk memenuhi materi makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan belum luasnya
pengetahuan kami akan dunia pendidikan. Oleh karena itu kami menerima segala kritik dan
saran dari para pembaca sekalian. Kami berharap semoga makalah ini dapat membawa
manfaat bagi para pembaca sekalian. Akhir kata kami ucapkan trimakasih.

Medan, 25 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
A. Fase Perkembangan Belajar............................................................................................4
B. Perkembangan Fisik dalam Belajar.................................................................................5
C. Perkembangan Otak dalam Belajar.................................................................................8
D. Perkembangan Kognitif dalam Belajar.........................................................................11
E. Perkembangan Sosial-Emosional dalam Belajar...........................................................14
F. Perkembangan Moral dalam Belajar.............................................................................16
BAB III....................................................................................................................................19
PENUTUP...............................................................................................................................19
A. Kesimpulan....................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat psikis dan berlangsung secara
bertahap sepanjang hidup manusia untuk memperbaiki fungsi psikis yang dapat dicapai.
Perkembangan juga dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu
menuju kepada tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan baik di fisik maupun psikis.

Perkembangan dan belajar mempunyai hubungan yang sangat kuat sehingga hampir
seluruh proses perkembangan memerlukan belajar. Perkembangan dalam belajar dimulai dari
tahap kanak-kanak, yang dimana peserta didik masih suka bermain dan belum fokus kepada
pembelajaran. Dalam hal ini peran guru sangat lah penting dan dibutuhkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja fase perkembangan belajar?

2. Bagaimana perkembangan fisik dalam belajar?

3. Bagaimana perkembangan otak dalam belajar?

4. Bagaimana perkembangan kognitif dalam belajar?

5. Bagaimana perkembangan sosial-emosional dalam belajar?

6. Bagaimana perkembangan moral dalam belajar?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa saja fase perkembangan belajar.


2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan fisik dalam belajar.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan otak dalam belajar.
4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kognitif dalam belajar.
5. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan sosial-emosional dalam belajar.
6. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan moral dalam belajar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fase Perkembangan Belajar

Perkembangan individu adalah proses mengubah individu ke arah yang lebih utuh dan
tidak dapat diulang. Seperti yang dikatakan Hurlock (2010), manusia tidak statis atau stagnan
karena terus-menerus mengalami perubahan dalam berbagai kapasitas (kapabilitas), baik
biologis maupun psikologis. Setiap individu mengalami proses perkembangan yang secara
terus menerus melewati tahapan perkembangan. Meskipun tidak ada perbedaan yang jelas
antara tahapan-tahapan ini, proses perkembangan ini bersifat universal.

Belajar pada dasarnya adalah salah satu proses yang dilakukan individu untuk
membawa perubahan perilaku relatif dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang
dicapai melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang
terjadi sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, terus menerus, dengan gerakan yang relatif
sedikit dan berlangsung secara terarah. Menurut Delors (UNESCO, 1996), pembelajaran di
abad 21 didasarkan pada konsep belajar dan belajar sepanjang hayat (learning to learn).
Konsep ini didasarkan pada empat pilar pembelajaran, yaitu:

1. learning to know (belajar mengetahui) dengan memadukan pengetahuan umum yang


cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana
caranya belajar sehingga diperoleh keuntungan dari peluang-peluang pendidikan
sepanjang hayat yang tersedia;

2. learning to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan


kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam
kelompok dan berbagai kondisi sosial yang informal;

3. learning to be (belajar menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan


keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan kepribadiannya menjadi
lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan membuat pertimbangan berdasarkan
tanggung jawab pribadi;

4. learning to live together (belajar hidup bersama) dengan cara mengembangkan


pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan bekerjasama dengan
orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik atau /majemuk secara

4
damai dan

5
harmonis, yang didasari dengan nilai-nilai demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia,
dan pembangunan berkelanjutan.

Perkembangan belajar siswa adalah suatu proses kualitatif progresif sistematis yang
muncul dari proses mental dalam diri individu yang mengarah pada perubahan kemampuan
yang dihasilkan dari interaksi individu dengan lingkungannya dan keinginan untuk
mewujudkan potensi dirinya melalui pengajaran dan pengembangan pembelajaran.

Ciri-ciri perkembangan siswa pada usia sekolah dasar yaitu:

Meninggalkan masa bayi dan memasuki pendidikan formal Perkembangan anak usia
dini 6-12 tahun. Bersekolah di sekolah dasar untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk melanjutkan studi dan beradaptasi di kemudian hari Perkembangan
pubertas 11- 12/14-15 tahun. Periode tumpang tindih antara akhir masa kanak-kanak dan
remaja awal, yang ditandai dengan kematangan dan perkembangan seksual yang semakin
nyata, dan perubahan tubuh yang sangat dominan yang menyebabkan keraguan dan perasaan
tidak aman pada anak- anak yang sedang tumbuh.

Tugas perkembangan untuk anak-anak, yaitu:

Mengembangkan pandangan hidup yang sehat terhadap diri sendiri sebagai individu
yang berkembang Belajar bergaul dengan teman sebaya Belajar keterampilan fisik yang
diperlukan untuk memainkan berbagai permainan Mulai mengembangkan peran gender -
Lembaga sosial Pengembangan konsep kehidupan sehari-hari Pengembangan hati nurani,
moral dan skala nilai-nilai.

B. Perkembangan Fisik dalam Belajar

Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis (biological growth)
merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu, yang meliputi meliputi
perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, hormon, dll), dan
perubahanperubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti
perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), disertai perubahan dalam
kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).

6
Kuhlen dan Thomphson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik
individu meliputi empat aspek, yaitu:

(1) Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;

(2) Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;

(3) Kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti
pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang
sebagian anggotanya terdiri dari lawan jenis; dan

(4) Struktur fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan proporsi.

Secara umum, terdapat perbedaan antara gambaran perubahan-perubahan fisik


berdasarkan jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Pada anak perempuan berupa
pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang),
pertumbuhan payudara, tumbuh bulu halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai
pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi
keriting, menstruasi atau haid, dan tumbuh bulu-bulu ketiak.

Sementara pada anak laki-laki berupa pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir)
membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan
suara, ejakulasi, bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat
maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus di wajah, tumbuh bulu ketiak, akhir
perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu
didada. Selain perbedaan perkembangan berdasarkan jenis kelamin, setiap fase
perkembangan juga memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda mulai dari bayi
sampai dewasa.

Perkembangan fisik adalah dasar dari kemajuan evolusioner. Nantinya, seiring dengan
bertambahnya pertumbuhan tubuh, berat badan dan berat badan juga meningkat Tinggi dan
kekuatan, yang memungkinkan anak lebih aktif dan mengembangkan kemampuan fisiknya
serta mengembangkan penelitiannya lingkungan tanpa bantuan orang tuanya. Perkembangan
sistem saraf pusat Untuk menanamkan pada anak-anak keinginan untuk meningkatkan
pemahaman dan pengendalian tubuhnya.

Berikut ini karakteristik perkembangan fisik peserta didik berdasarkan rentang usia:

1. Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak 0-5tahun


7
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu
melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakangerakan
berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang
berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot
lebih besar. Selain itu perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan
tangan secara proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan
koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik.

2. Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak usia 5-11tahun

Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi


mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot-otot kecil, kesehatan
umum relatif tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.

3. Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak Usia 8-9tahun

Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki laki
cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi mata dan
tangan lebih baik, sistim peredaran darah masih belum kuat, koordinasiototdan syaraf masih
kurang baik. Dari segi psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari lelaki.

4. Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak Usia 10-11tahun

Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita, kenaikan tekanan darah dan
metabolisme yang tajam. Wanita mulai mengalami kematangan seksual (12 tahun). Lelaki
hanya 5% yang mencapai kematangan seksual.

5. Karakteristik perkembangan fisik pada masaremaja Pada masa remaja

Perkembangan fisik yang paling menonjol terdapat pada perkembangan, kekuatan,


ketahanan, dan organ seksual. Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja ditandai
dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual
primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder
(tumbuh payudara, haid, kumis, mimpi basah, dan lainnya), timbulnya hasrat seksual yang
tinggi (masapubertas). 6. Karakteristik perkembangan fisik pada masadewasa Kemampuan
fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjadi sangat bervariasi seiring dengan
pertumbuhan fisik. Laki-laki cenderung lebih baik kemampuan fisiknya dan gerakannya lebih
terampil. Pertumbuhan ukuran tubuh yang proposional memberikan kemampuan fisik yang

8
kuat. Pada

9
masa dewasa pertumbuhan mecapai titik maksimal. Pada masa ini pertumbuhan fisik mulai
terhenti sehingga hasil dari pertumbuhan ini menentukan kemampuan fisik.

C. Perkembangan Otak dalam Belajar

1. Hakikat otak, Pendidikan, dan Belajar

Otak, merupakan organ paling rumit yang memiliki banyak bagian dan fungsi spesifik
dan berbeda‐beda. Secara garis besar, otak dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak besar
(cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brainstem). Colin Blakemore seorang
profesor dari Oxford University mengatakan bahwa otak manusia adalah sebuah mesin yang
paling kompleks di jagat raya (Rose, 2002).

Pendidikan, Menurut Herbart, pendidikan merupakan pembentukan peserta didik


kepada yang diinginkan si pendidik yang diistilahkan dengan Educere (M.R. Kurniadi,STh
;1). Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya (Kerja Ki Hajar
Dewantara 1962:14).

Belajar (learning), Belajar menurut Trianto (2010:9) adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Menurut Dewey (dalam Trianto,
2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Sehingga belajar adalah suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam inte ‐ raksi aktif dengan lingkungan yang
meng‐ hasilkan perubahan‐perubahan dalam pe‐ ngetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai,
dan sikap (Winkel, 1996).

2. Peran Otak dalam Belajar

Otak kita membutuhkan latihan layaknya otot. Jika kita sering menggunakannya dan
dengan cara yang tepat, anda akan menjadi seorang pemikir yang terampil dan juga akan
meningkatkan kemampuan kita untuk lebih berkonsentrasi. Tetapi jika kita tidak pernah
menggunakan otak atau menyalahgunakannya atau merusaknya dengan bahan kimia
berbahaya, kemampuan kita untuk berpikir dan belajar akan memburuk.

1
Dari hasil penelitian Roger Sperry ada perbedaan dua fungsi otak sebelah kiri dan
kanan akan membentuk sifat, karakteristik dan kemampuan yang berbeda pada seseorang.
Perbedaan teori fungsi otak kiri dan otak kanan ini telah populer sejak tahun 1960an.Otak
besar atau cerebrum yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia adalah bagian yang
memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalarkan, mengingat,
membayangkan, serta merencanakan masa depan.

Sedangkan otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang lebih
dikenal dengan Otak Kiri dan Otak Kanan. Masing-masing belahan mempunyai fungsi yang
berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio,
kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar
menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ).

Sementara itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ).
Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi.
Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan,
dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis dan segala jenis kegiatan kreatif
lainnya.

Belahan otak mana yang lebih baik? Keduanya baik. Setiap belahan otak punya fungsi
masing-masing yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi, menurut
penelitian, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya. Hal
ini disebabkan oleh pendidikan formal (sekolah dan kuliah) lebih banyak mengasah
kemampuan otak kiri dan hanya sedikit mengembangkan otak kanan.

Orang yang dominan otak kirinya, pandai melakukan analisa dan proses pemikiran
logis, namun kurang pandai dalam hubungan sosial. Mereka juga cenderung memiliki telinga
kanan lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada tangan dan kaki
kirinya. Sedangkan orang yang dominan otak kanannya bisa jadi adalah orang yang pandai
bergaul, namun mengalami kesulitan dalam belajar hal-hal yang teknis.

3. Hubungan Otak, Pendidikan, dan Belajar

Otak masing-masing individu berkembang secara unik, perkembangan tersebut


dipengaruhi oleh lingkungan. Sel-sel otak baru pada manusia dapat ditumbuhkan melalui
aktivitas fisik dan aktivitas berpikir yang kompleks sehingga otak manusia didesain secara
alamiah untuk belajar. Pembelajaran yang dilakukan pun harus menarik, seperti pembelajaran
1
dengan menumbuhkan inovasi agar tidak menjenuhkan.

1
4. Otak dan Pendidikan

Pertumbuhan otak pada usia dini sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Oleh
karena itu, stimulasi pada perkembangan otak anak usia dini harus menjadi perhatian
pendidik dan juga orang tua.

Pendekatan perkembangan otak sangat dibutuhkan oleh pendidik dalam pelaksanan


pendidikan anak usia dini. Karena terdapat bagian-bagaian otak yang harus dapat
dimaksimalkan perkembangannya pada anak (kegiatan yang dapat meningkatkan
perkembangan otak pada sisi kanan dan kiri sekaligus mempengaruhi kecerdasan anak.
Seperti, multiple intelligence yang akan memunculkan individual differences, IQ yang
mengukur bagaiman anak akan dapat menerima pembelajaran, dan lainnya).

Otak memengaruhi perbedaan individual, karakteristik anak, kebiasaan, serta


kemampuan menerima pembelajaran. Otak merupakan pusat berpikir dan kecerdasan yang
terus berkembang seiring dengan potensi yang dimiliki oleh anak untuk diasah dan
dikembangkan.

Otak mempunyai fungsi untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan bagian


penting dari pelaksanaan pembelajaran pada pendidikan anak usia dini. Di dalam otak terjadi
pemrosesan verbal dan pemrosesan nonverbal. Otak mempunyai peranan penting dalam
perkembangan berpikir, proses berpikir, kognitif serta bagaimana pendidikan anak usia dini
itu terjadi. Perkembangan kognitif anak usia dini adalah kemampuan cara berpikir anak
dalam memahami lingkungan sehingga pengetahuan anak bertambah.

5. Pentingnya Otak dalam Proses Belajar

Perkembangan otak anak yang mempengaruhi proses belajar dapat dilihat dari setiap
aktivitas atau kegiatan belajar yang telah dilakukan anak tersebut. Belajar adalah proses
pendapatan informasi, perubahan dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari
belajar berdasarkan pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar terjadi dengan adanya
interaksi antara stimulus dan respon.

6. Implementasi dalam Proses Pembelajaran

Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan
stimulus dari lingkungan. Untuk dikatakan berhasilnya proses pembelajaran, maka cara kerja
otak tersebut memunculkan adanya hasil belajar.

1
Hasil belajar tersebut terdiri dari:

1. Informasi verbal

2. Keterampilan intelektual

3. Strategi kognitif

4. Keterampilan motorik

5. Sikap

Meningkatkan atau memaksimalkan kinerja otak untuk mengasah otak atau dengan
meningkatkan konsetrasi otak. Semakin sering di asah, otak kita akan cenderung lebih
tangkap dalam meneria informasi.

Menerapkan kegiatan yang dapat memudahkan anak dalam mengingat. Kegiatan


tersebut seperti bercerita, mencipta lagu atau irama, membuat catatan, membuat lakonan,
mencipta akronim, mengingat secara berkelompok, mengulang, dan melatih berulang-ulang.

Menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berfikir siswa (kegiatan


pembelajaran yang variatif dan atraktif) agar siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan
kemampuan berfikirnya dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa.

D. Perkembangan Kognitif dalam Belajar

Secara bahasa, kata ‘cognitive; berasal dari kata cognition yang artinya ialah
pengertian atau mengerti. Sederhananya, kognitif ialah seluruh aktivitas mental yang
membuat seorang individu untuk mampu menghubungan, mempertimbangkan dan menilai
suatu peristiwa. Sehingga, individu tersebut akan mendapatkan pengetahuan setelahnya.

Adapun pengertiannya menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Menurut Williams dan Susanto

Pengertian Kognitif menurut Williams dan Susanto adalah bagaimana seseorang


dalam memecahkan sebuah masalah dilihat dari cara seseorang itu bertingkah laku, bertindak
dan cepat atau lambatnya.

1
2. Menurut Neisser

Menurut Neisser kognitif itu hanya bicara tentang tiga konsep yaitu perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan. Jadi kognitif adalah bagaimana perolehan, penataan
dan penggunaan pengetahuan.

Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Proses belajar lebih penting daripada hasil.

2. Persepsi dan pemahaman

3. Belajar Bertahap

4. Pembelajar harus aktif

5. Berfikir kompleks

Secara garis besar perkembangan kecerdasan kognitif dibagi menjadi tiga level, yaitu
sebagai berikut;

1. Level Mengingat dan Memahami

Level ini menunjukkan tingkat kemampuan yang paling rendah karena hanya
menuntut pengetahuan dan pemahaman peserta didik.

2. Level Mengaplikasikan

Pada level ini, tingkat kemampuannya tentu lebih tinggi daripada level 1 karena
menuntut peserta didik untuk mampu menerapkan.

3. Level Menganalisis, Mengevaluasi dan Mencipta

Tingkat kemampuan soal pada level 3 ini paling tinggi di antara dua level sebelumnya
karena menuntut peserta didik untuk bisa menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi.

Menurut Benjamin Bloom, soal-soal di ranah kognitif memiliki enam aspek sebagai berikut.

1. Pengetahuan

Aspek pertama pada perkembangan kecerdasan kognitif adalah pengetahuan awal.


Artinya seseorang hanya mengetahui suatu hal saja seperti yang terjadi pada bayi dan anak
balita.

1
2. Pemahaman

Aspek kedua pada perkembangan kecerdasan kognitif adalah pemahaman. Artinya


seseorang tidak hanya tahu sesuatu namun juga memahami tentang sesuatu. Ini terjadi pada
anak-anak usia 7-11 tahun.

3. Aplikasi

Aspek ketiga pada perkembangan kecerdasan kognitif adalah pengaplikasian. Artinya


seseorang sudah mengetahui, memahami dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut. Terjadi
pada usia 12 – keatas.

4. Analisis
Aspek keempat pada perkembangan kecerdasan kognitif adalah mulai menganalisis.
Artinya menganalisis apa yang sudah diketahui, dipahami dan dilakukan (pengaplikasian)

5. Evaluasi

Aspek kelima pada perkembangan kecerdasan kognitif adalah evaluasi. Artinya


setelah mengenalisis semuanya (yang diketahui, dipahami dan diaplikasikan) terjadilah
proses evaluasi.

6. Mencipta

Aspek terakhir dalam perkembangan kecerdasan kognitif adalah mencipta.


Kecerdasan kognitif sampai pada penciptaan ini adalah puncak dari perkembangan
kecerdasan kognitif manusia.

Contoh Perkembangan Kognitif

Berikut contoh-contoh perkembangan kognitif:

• Aspek Auditory, aspek auditory dalam perkembangan kognitif berkaitan dengan bunyi atau
suara.

• Aspek Visual, aspek ini terkait visual.

• Aspek Taktil, berkaitan dengan indra peraba untuk mengenali tekstur.

• Aspek Kinestetik, berkaitan dengan kemampuan anak dalam kelancaran gerak motorik halus.

1
• Aspek Artimatika, berkaitan dengan kemampuan berhitung serta kemampuan dasar
matematika anak.

• Aspek Geometri, berkaitan dengan konsep bentuk objek maupun ukuran.

• Aspek Sains Permulaan, berkaitan dengan eksplorasi, demontrasi, percobaan maupun


pendekatan sains maupun logika.

Mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan mengembangkan kecakapan


akademis lainnya bergantung pada sistem kognitif. Sistem kognitif mengandalkan input
sensoris dan berfungsinya perhatian, pemrosesan informasi, dan beberapa subsistem memori
secara memadai untuk mengonstruksi pengetahuan dan kecakapan. Yang juga penting, sistem
kognitif berfungsi paling baik jika sistem-sistem lain-emosional, sosial, fisik, atau reflektif-
tidak bersaing menarik perhatian. Jika sistem-sistem cenderung bersaing dan bukan bekerja
sama, maka pembelajaran secara drastis akan menurun.

Masih ada aspek penting lain agar sistem kognitif berfungsi efektif di kelas. Guru
harus menunjukkan minat dan memahami dengan baik kandungan materi yang mereka
ajarkan karena siswa dengan cepat menilai guru dan memutuskan apakah guru menguasai dan
menikmati materi yang diharapkannya dipelajari anak-anak. Jika siswa merasa bahwa guru
antusias terhadap materinya, antusiasme itu menular karena dapat mendorong hasrat kuat
untuk belajar dan meraih prestasi akademis. Guru harus memiliki minat besar terhadap materi
yang mereka ajarkan dan menunjukkan niat yang jelas dan pengharapan yang tinggi bahwa
anak- anak akan menyukai pelajarannya. Tentu saja, guru akan membangkitkan sikap serupa
jika ia menunjukkan penerimaan dan penghargaan terhadap siswa berdasarkan kelebihan dan
gaya belajar yang disukai masing-masing.

E. Perkembangan Sosial-Emosional dalam Belajar

Perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat psikis dan berlangsung secara
bertahap sepanjang hidup manusia untuk memperbaiki fungsi psikis yang dapat dicapai.
Perkembangan sosial-emosional adalah proses yang dimana anak akan belajar beradaptasi
untuk memahami situasi dan emosi dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya,
mendengarkan, mengamati, dan juga meniru apa yang mereka lihat.

1
Perkembangan sosial merupakan sebuah proses interaksi yang di bangun oleh
seseorang terhadap orang lain. Perkembangan tidak dapat berdiri sendiri, dalam artian ada hal
lain yangn berkaitan dan juga ikut menopang dalam hal perkembangan, yaitu emosi. Sunarto
(Labudasari & Maria Yat) mengatakan bahwa emosi adalah gejala perasaan yang disertai
dengan perubahan atau perilaku fisik. Perasaan disini maksudnya yang mana dapat
menunjukkan suasana batin yang lebih tenang dan tertutup karena tidak banyak melibatkan
aspek fisik, sedangkan emosi disini menggambarkan suasana batin yang dinamis dan terbuka
karena melibatkan ekspresi fisik. Contohnya misalkan, marah di ekspresikan dengan teriakan
atau pun suara yang keras, dan gembira di ekpresikan dengan tertawa yang lebar.

Perkembangan sosial-emosional yang baik khususnya pada masa anak-anak, itu akan
membantu menstimulasi karakteristik pada anak serta perkembangan sosial-emosional anak
tersebut. Oleh karena itu peran orang tua dan juga pengasuhnya sangatlah penting dan
menentukan bagaimana karakteristik si anak akan terbentuk.

FUNGSI EMOSI

Pada dasarnya terdapat dua fungsi emosi, yaitu:

• Sebagai pendorong, emosi akan menentukan perilaku anak untuk melakukan sesuatu
hal.
• Sebagai alat komunikasi, dengan adanya emosi anak akan mengekspresikan apa yang
di rasakannya.

Pada saat dilahirkan, anak belum memiliki kemampuan sosial yang artinya anak
belum mampu untuk bergaul atau berinteraksi dengan orang lain. Nah untuk mencapai tahap
kematangan sosial, anak harus belajar tentang bagaimana cara menyesuaikan diri dengan
orang lain. Kemampuan ini dapat di peroleh melalui berbagai kesempatan atau pun
pengalamannya bergaul dengan orang-orang disekitar lingkungannya. Contohnya saja
orangtua, saudara, teman sebaya, orang dewasa, maupun teman sekolahnya.

MACAM-MACAM EKSPRESI EMOSI

1. Senang, adalah perasaan saat keinginannya terpenuhi ataupun merasa gembira terhadap
sesuatu yang membuatnya senang.
2. Takut, adalah perasaaan ketika mendapat sesuatu yang membuat merasa bahaya,
terancam, ataupun shock tentang sesuatu yang pernah dialami.

1
3. Marah, adalah perasaan ketika seseorang dapat meluapkan emosinya.
4. Sedih, adalah perasaan ketika melihat sesuatu yang meluluhkan hati dan merasa
kehilangan ataupun sesuatu yang di inginkan tidak terpenuhi.
5. Malu, adalah perasaan yang muncul ketika seseorang merasa ragu akan kemampuan yang
dimilikinya.

F. Perkembangan Moral dalam Belajar

Moral berasal dari kata Latin “mores” yang berarti “tata cara, kebiasaan dan adat”.
Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok social. Perilaku
moral dikendalikan konsep-konsep moral.

MORAL DAN PERILAKU

Perilaku amoral atau non moral adalah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan
social yang disebabkan oleh ketidakacuhan terhadap harapan social (pelanggaran secara tidak
sengaja terhadap standar kelompok). Perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang tidak sesuai
dengan harapan social, karena tidak setuju dengan standar social atau kurang memiliki rasa
wajib menyesuaikan diri dengan harapan social.

POLA PERKEMBANGAN MORAL

Bayi yang baru lahir tidak membawa aspek moral, sehingga dianggap Amoral atau Nonmoral.
Aspek moral merupakan sesuatu yang berkembang dan dikembangkan (Teori psikoanalisa dan teori
belajar).

PERKEMBANGAN MORAL MENURUT TEORI PSIKOLOGI BELAJAR


Perkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian stimulus- respons yang dipelajari
oleh anak, antara lain berupa hukuman (punishment) dan pujian (reward) yang sering dialami oleh
anak.

KONSEP TEORI PSIKOANALISA DAN TEORI BELAJAR

Konsep ke dua teori (psikoanalisa dan psikologi belajar), tentang proses perkembangan moral
adalah bahwa seseorang telah mengalami perkembangan moral apabila ia memperlihatkan adanya
perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada di dalam masyarakatnya. Dengan kata lain
perkembangan moral berkorelasi dengan kemampuan penyesuaian diri individu.

1
PERKEMBANGAN MORAL MENURUT PIAGET DAN KOHLBERG

Menurut Piaget dan Kohlberg perkembangan moral berkorelasi dengan perkembangan


kecerdasan individu, sehingga seharusnya bila perkembangan kecerdasan telah mencapai kematangan,
maka perkembangan moral juga harus mencapai tingkat kematangan.

TEORI PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN MORAL

Perkembangan moral berlangsung dalam 2 (dua) tahap, yaitu:


1. Tahap Realisme Moral

Moralitas oleh pembatasan (<12thn):


- Usia 0 – 5 tahun: pada tahap ini perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan
tanpa penalaran / penilaian. Anak menilai tindakanberdasar konsekuensinya.
- Usia 7/8 – 12 tahun: pada tahap ini anak menilai perilaku atas dasar tujuan. Konsep tentang
benar/salah mulai dimodifikasi (lebih luwes / fleksibel). Konsep tentang keadilan mulai berubah.

2. Tahap Operasional Formal


Moralitas dengan analisis (> 12th):
- Anak mampu mempertimbangkan segala cara untuk memecahkan masalah.
- Anak bernalar atas dasar hipotesis dan dalil (melihat masalah dari berbagai sudut pandang.)

TENTANG LAWRENCE KOHLBERG

Lawreence kohlberg lahir pada tahun 1927, dan dibesarkan di Brouxmille, New York. Ia
menamatkan sekolah menengah di Andover Academy di Massachusetts. Pada tahun 1948 ia masuk
Universitas Chicago, setahun kemudian ia mengambil bidang Psikologi, dan tertarik dengan Teori
Piaget. Pada Tahun 1958, kohlberg lulus S3 dg Disertasi: “The Development of Modes of Thinking
and Choice in the year 10 to 16” (merupakan landasan teori perkembangan moralnya) . Pada tahun
1962 – 1968, kohlberg mengajar di UniversitasChicago (almamaternya). Sejak tahun 1968 ia
mengajar di Harvard. Menurut Kholberg Ketika dilahirkan, anak belum dan tidak membawa aspek
moral. Kohlberg juga berpendapat, bahwa aspek moral merupakan sesuatu yang berkembang dan
dikembangkan.

TEORI PERKEMBANGAN MORAL MENURUT KOHLBERG

Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral berdasar teori Piaget, yaitu dengan
pendekatan organismik (melalui tahap-tahap perkem-bangan yang memiliki urutan pasti dan berlaku
secara universal). Selain itu Kohlberg juga menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari
perilaku moral (moral behavior).

Menurut Kohlberg sendiri, perkembangan moral memiliki tahap-tahap yang terdiri dari 3
2
tingkat yang dimana masing-masing tingkat terdapat 2 tahap, yaitu:

2
1. Tingkat Pra Konvensional (Moralitas Pra-Konvensional)
Pada tingkat ini, perilaku anak tunduk pada kendali eksternal:
- Tahap 1: Orientasi pada kepatuhan dan hukuman

Pada tahap ini, anak melakukan sesuatu agar memperoleh hadiah (reward) dan tidak mendapat
hukuman (punishment)
- Tahap 2: Relativistik Hedonism

Pada tahap ini, anak tidak lagi secara mutlak tergantung aturan yang ada. Mereka mulai
menyadari bahwa setiap kejadian bersifat relative, dan anak lebih berorientasi pada prinsip
kesenangan. Menurut Mussen, dkk. Orientasi moral anak masih bersifat individualistis, egosentris dan
konkrit.

2. Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional)


Pada tingkat ini memiliki focus yang terletak pada kebutuhan social (konformitas).
- Tahap 3: Orientasi mengenai anak yang baik

Pada tahap ini, anak memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain).
- Tahap 4: Mempertahankan norma2 sosial dan otoritas

Pada tahap ini, anak sudah mulai menyadari kewajiban untuk melaksanakan norma- norma
yang ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma, artinya untuk dapat hidup secara
harmonis, kelompok sosial harus menerima peraturan yang telah disepakati bersama dan
melaksanakannya)

3. Tingkat Post-Konvensional (Moralitas Post-konvensional)


Pada tingkat ini, seorang individu mendasarkan penilaian moral pada prinsip yang benar secara
inheren.
- Tahap 5: Orientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan sosialnya.

Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara individu dengan lingk sosialnya, artinya bila
seseorang melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan tuntutan norma social, maka ia berharap akan
mendapatkan perlindungan dari masyarakat.
- Tahap 6: Prinsip Universal

Pada tahap ini ada norma etik dan norma pribadi yang bersifat subjektif. Artinya: dalam
hubungan antara seseorang dengan masyarakat ada unsur2 subjektif yang menilai apakah suatu
perbuatan/perilaku itu baik/tidak baik; bermoral/tidak bermoral. Disini dibutuhkan unsur etik/norma
etik yang sifatnya universal sbg sumber utk menentukan suatu perilaku yang berhubungan dengan
moralitas.

2
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam selama hidupnya.


Perkembangan adalah proses pertambahan fungsi fisik dan psikis dari seseorang secara
kualitatif dan kuantitatif secara maju menuju kesempurnaan. Dalam perkembangannya, tidak
dapat langsung menuju ke dalam kesempurnaan. Fase perkembangan adalah suatu momen
dimana perkembangan manusia menyesuaikan dengan lingkungan disekitarnya dan
kebutuhan hidupnya.

B. Saran

Perkembangan seorang peserta didik terpengaruh bukan hanya dari lingkungan


masyarakat saja, akan tetapi lingkungan sekolah dan pergaulannya juga menjadi salah satu
faktor pengaruh. Oleh sebab itu sebaiknya sebagai seorang guru maupun orang tua harus
memperhatikan perkembangan pada anak agar anak tidak berkembang dengan cara yang
salah.

2
DAFTAR PUSTAKA

Murni. PERKEMBANGAN FISIK, KOGNITIF, DAN PSIKOSOSIAL PADA MASA KANAK-


KANAK AWAL 2-6 TAHUN. 2017; 3(1).

Fadhillah suralaga. 2021. Psikologi pendidikan: implikasi dalam pembelajaran. Depok: PT


rajagrafindo persada.

Prof. Dr. Nur Hidayah, M.Pd., Dr. Hardika, M.Pd., Yuliati Hotifah, S.Psi., M.Pd. Sinta Yuni
Susilawati, S.Pd., M.Pd. Imam Gunawan,S.Pd., M.Pd. 2017. psikologi pendidikan.
Malang: Universitas Negeri Malang.

Baharuddin (2009). Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurdiantami, Y., Febriyanti, H. P., Chandra, C. N., Zahra, R., & Emirat, A. B. (2022). FAKTOR- FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI TIDAK TERATURNYA PERKEMBANGAN SOSIAL-
EMOSIONAL PADA ANAK. PREPOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 1823-1831.

https://www.gurusiana.id/read/srisugiastuti/article/peran-otak-dalam-belajar-3308886

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-rita-eka-izzaty-spsi-msi/f-
perkembangan-moral-kuliah-pp1-0509.pdf

http://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/63745

https://www.gramedia.com/literasi/perkembangan-kognitif/

Anda mungkin juga menyukai