1. Tema
Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah
ditempatkan.Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh seorang pengarang dalam sebuah
karya sastra, seperti cerpen, novel, ataupun suatu karya tulis. Tema juga dapat dikatakan sebagai suatu
gagasan pokok atau ide dalam membuat suatu tulisan.
Beberapa sumber mengatakan, pengertian tema dalam karang-mengarang dapat dilihat dari dua sudut,
yaitu dari sudut karangan yang telah selesai dan dari proses penyusunan karangan itu sendiri.
Dilihat dari sudut karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat yang disampaikan oleh penulis
melalui karangannya. Sedangkan dari segi proses penulisan, tema adalah suatu perumusan dari topik yang
akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Hasil perumusan tema
bisa dinyatakan dalam sebuah kalimat singkat, tetapi dapat pula mengambil bentuk berupa sebuah alinea,
ikhtisar-ikhtisar, dan kadang-kadang ringkasan.
Panjang tema tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari tujuan
utama. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan hubungan antara sebuah kalimat
dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat. Begitu juga kedudukan tema secara konkrit
dapat dilihat dalam hubungan antara kalimat topik dan alinea. Kalimat topik merupakan tema dari alinea itu,
sedangkan kalimat lain hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat topik atau tema alinea tersebut.
2. Judul
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain, identitas atau
cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat menjelaskan diri dan yang menarik perhatian dan adakalanya
menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada juga yang
mendefinisikan judul sebagai lukisan suatu artikel atau juga disebut miniature isi bahasan.
Judul dapat dikatakan sebagai jabaran topik atau tema. Karena itu, judul harus mampu mencerminkan topik
atau tema, tidak boleh menyimpang dari intinya.
3. Topik
Topik berasal dari bahasa Yunani “Topoi” yang berarti tempat, dalam tulis menulis berarti pokok
pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel. Topik juga bisa diartikan sebagai
pokok pembicaraan dalam diskusi,
ceramah, karangan, dsb, bahan diskusi.
Jika yang dibicarakan hanya satu masalah saja, maka hal semacam itu disebut topik tunggal. Akan tetapi,
kadangkala seseorang mula-mula membicarakan satu masalah saja, kemudian berkembang kepada masalah
lain, maka topiknya menjadi banyak. Topik semacam itu disebut multitopik atau topik ganda.
1) Tema
Ciri-ciri tema, antara lain.
a) Dalam novel dan cerpen, tema biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang dikemukakan.
b) Tema juga dapat dilihat melalui cara-cara watak itu bertentangan satu sama lain, bagaimana cerita
diselesaikan.
c) Tema dapat dikesan melalui peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai kemanusiaan yang
terdapat dalam cerita, plot cerita, perwatakan watak-watak dalam sebuah cerita.
2) Judul
Ciri-ciri judul, antara lain.
a) Relevan dengan tema cerita tersebut, atau ada keterkaitan dengan beberapa bagian penting dari tema
tersebut.
b) Biasanya judul harus provokatif dengan menarik si pembaca dan menimbulkan keingintahuan pembaca
terhadap isi cerita tersebut.
c) Judul terdiri dari lima kata dan diusahakan tidak boleh lebih
d) Judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi berbentuk kata yang
singkat.
e) Judul harus mencerminkan topik atau tema, tidak boleh menyimpang.
3) Topik
Ciri-ciri topik, antara lain:
a) Topik harus menarik perhatian si pembaca, sehingga mampu menimbulkan rasa keingintahuan
pembaca.
B. Kerangka Karangan
1. Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari
suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara
sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk
mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang
dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar
tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.
a. Alamiah
Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan nyata di alam. Oleh
karena itu, susunan alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :
1) Berdasar urutan ruang.
Topik yang diuraikan berkaitan erat dengan ruang / tempat : dari kiri ke kanan, dari
timur ke barat, urutan geografis.
Contoh
Topik : Banjir.
Tujuan : Untuk mengetahui lokasi banjir.
Tema : Beberapa lokasi banjir di dunia.
I. BANJIR YANG TERJADI DI LUAR INDONESIA
A. Banjir di Asia
1. Banjir di China.
2. Banjir di Taiwan.
B. Banjir di Eropa
1. Banjir di Belanda.
2. Banjir di Inggris.
II. BANJIR YANG TERJADI DI INDONESIA.
A. Banjir di Pulau Jawa
1. Banjir di DKI Jakarta.
2. Banjir di Pacitan.
B. Banjir di luar Pulau Jawa
1. Banjir di Papua Barat.
2. Banjir di Padang.
2. Urutan waktu.
Bahan-bahan ditulis berdasar tahap kejadian. Setiap peristiwa hanya menjadi penting
dalam hubungannya dengan yang lain.
Contoh
Topik: masyarakat
Tujuan: untuk mengetahui perkembangan masyarakat
Tema: Perkembangan masyarakat dari zaman ke zaman.
4) Proses.
Dimulai dari penyajian masalah sampai penulisan kesimpulan
umum atau solusi. Contoh: Banjir di Jakarta, penyebabnya dan alternatif
penyelesaiannya.
III. Kesimpulan
2. Sistem Angka Arab (dengan digit).
1.
1.1
1.1.1
1.1.1.1
2.
2.1
2.1.1
dst.
Contoh
1. Pendahuluan
2. Tingkat Ekonomi dan Fertilitas di Indonesia
2.1. Bukti-Bukti dari Sensus 2000
2.2. Bukti-Bukti dari Survei Fertilitas-Mortalitas 1995
2.3. Studi Kasus di Lampung
2.3.1. Pengukuran Fertilitas
2.3.2. Penyebab Perbedaan fertilitas
2.3.2.1. Retaknya Perkawinan
2.3.2.2. Abstinensi Setelah Melahirkan
2.3.2.3. Perbedaan Fekunditas
- Novel sejarah adalah karangan fiksi tentang sejarah. Kerangka karangan adalah rencana
pembagian dan penyusunan gagasan suatu karangan yang akan ditulis. Berikut ini contoh
kerangka novel sejarah:
Novel dikategorikan sebagai karya fiksi. Dalam Teori Pengkajian Fiksi (1998) karya Burhan
Nurgiyantoro, fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan dan sesama, juga interaksinya dengan diri sendiri.
Sedangkan, novel sejarah adalah karangan fiksi tentang sejarah atau kejadian di masa lampau.
Menurut Georges Lukacs dalam Théories du Roman (1963) novel sejarah adalah cerminan masa kini
dalam suatu masa lalu, atau suatu usaha untuk memahami atau menampilkan masa kini melalui masa
lalu.
Yang berarti bahwa tokoh sejarah dapat menduduki tokoh utama. Tetapi perwatakannya dan
tampilannya dalam aksi disesuaikan dengan interpretasi pengarang.
Kerangka novel sejarah dapat ditandai dengan melihat beberapa poin berikut:
Contohnya:
Contoh: Tirto Adhi Soerja adalah seseorang yang lahir dari kalangan priyayi pada masa
penjajahan Belanda. Di zaman itu, orang pribumi dianggap sebagai orang rendahan. Meski dari
kalangan priyayi, hubungan antara pribumi dan koloni sangat sengit. Tirto menjadi orang Indonesia
pertama yang menerbitkan media, yaitu Medan Prijaji. Tirto kerap mengritik kesewenang-
wenangan koloni Belanda melalui tulisannya. Ia mengangkat kasus sebuah pabrik yang menyewa
tanah rakyat Indonesia dengan paksa, lalu mempekerjakan mereka dengan upah tidak layak dan
penuh kekerasan. Tirto mengungkap keterlibatan pejabat lokal dalam sengketa tersebut. Ia
berulangkali dibawa ke pengadilan karena menyinggung pemerintah Belanda.
Menentukan judul.
Contohnya: mengembangkan kisah dari bahan sejarah penjajahan Belanda dan beberapa cuplikan
kisah dari Tirto Adhi Soerja. Kisah tersebut dapat dibumbui dengan romantisme dan menceritakan
sudut pandang seorang pribumi menghadai kesewenang-wenangan koloni.
Tahap ini disebut juga eksposisi dan orientasi. Pada tahap pertama, novel biasa dibuka dengan
pengenalan tokoh, menarasikan situasi, atau menjelaskan hubungan antartokoh.
Contohnya: menjelaskan pengenalan tokoh Minke, Annelis, Nyai Ontosoroh, dan kedua laki-laki
Mallema. Pada tahap ini, penulis menceritakan hubungan antartokoh tersebut.
Pengungkapan peristiwa
Tahap ini disebut juga complication. Tanda-tanda munculnya masalah dalam cerita mulai muncul pada
bagian ini. Berbagai masalah ditandai dengan munculnya pertentangan, kesulitan, juga pertengkaran
awal para tokohnya.
Menuju konflik
Tahap ini disebut juga rising action. Tahap ini menjadi tahap yang cukup ekspresif. Ada peningkatan
emosi yang terjadi antartokoh. Baik itu gembira, sedih, marah, cemas, atau bimbang yang
disebabkan oleh kemunculan peristiwa di tahap sebelumnya.
Contohnya: Status Nyai Ontosoroh sebagai pribumi membuatnya mendapat banyak tentangan dari
koloni Belanda. Sementara, hubungan antara Annelis dan Minke banyak dikecam publik.
Klimaks
Tahap ini disebut puncak konflik atau turning point. Klimaks disebut sebagai puncak dalam alur cerita
karena pada tahap ini menjadi penentu perubahan nasib tokoh. Bagian ini menjadi mendebarkan
karena menjadi penentu bagaimana tokoh menghadapi masalahnya.
Contohnya: Ada perdebatan hak asuh dan hak waris yang berusaha diperjuangkan Nyai Ontosoroh
dan Annelis. Hukum yang diterapkan koloni Belanda tidak adil pada pribumi. Minke memberitakan
kasus tersebut di media masa, sehingga terkuaklah ketidakadilan Belanda. Pemberitaan tersebut
membuat koloni geram.
Penyelesaian
Tahap ini disebut ending atau koda. Akhir cerita menjadi tahap di mana tokoh sudah menetapkan
jalan untuk menghadapi masalahnya. Biasa ditutup dengan narasi tentang keadaan tokoh atau situasi
setelah klimaks terjadi.
Sejarah Non-Fiksi
Sejarah Fiksi :
Jalan cerita disusun berdasarkan dunia nyata.
Gambaran kehidupan batin seorang tokoh lebih dalam.
Pengembangan karakter tokoh tidak sepenuhnya terungkap.
Menyajikan kehidupan sesuai pandangan pengarang.
Sejarah Non-Fiksi :
Tersusun oleh fakta yang objektif.
Gambaran kehidupan tokoh ditulis lebih lengkap berdasarkan fakta.
Menyajikan kehidupan sesuai data dan fakta.
Urutan Peristiwa
Gempa terjadi pada waktu tepatnya jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak
pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh
sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan
dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir ini yang menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia,
Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Kepanikan ini terjadi dalam durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah
kegempaan bumi, yaitu sekitar 500-600 detik (sekitar 10 menit). Beberapa
pakar gempa mengatakan menganalogikan kekuatan gempa ini, mampu
membuat seluruh bola Bumi bergetar dengan amplitude getaran diatas 1 cm.
Gempa yang berpusat di tengah samudera Indonesia ini, juga memicu
beberapa gempa bumi diberbagai tempat didunia.
Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang
tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan
kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan
Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.
Kekuatan gempa pada awalnya dilaporkan mencapai magnitude 9.0. Pada
Februari 2005 dilaporkan gempa berkekuatan magnitude 9.3. Meskipun
Pacific Tsunami Warning Center telah menyetujui angka tersebut. Namun,
United States Geological Survey menetapkan magnitude 9.2. atau bila
menggunakan satuan seismik momen (Mw) sebesar 9.3.
Kecepatan rupture diperkirakan sebesar 2.5km/detik ke arah antara utara –
barat laut dengan panjang antara 1200 hingga 1300 km. Menurut Koordinator
Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah
korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1/2005)
mencapai 127.672 orang.
Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur
yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya
150.000 orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas
tambahan berada di Indonesia. Pasalnya, sebagian besar bantuan
kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak daerah yang terisolir.
Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI (11/1/2005)
adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah
korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling
banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total
luka-luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami
rakyat Aceh.
Menurut U.S. Geological Survey korban tewas mencapai 283.100, 14.000
orang hilang dan 1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Menurut PBB, korban
229.826 orang hilang dan 186.983 tewas. Tsunami Samudra Hindia menjadi
gempa dan Tsunami terburuk 10 tahun terakhir.
Di Indonesia, gempa dan tsunami menelan lebih dari 126.000 korban jiwa.
Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda
Aceh di ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan
rusak terkena tsunami. Tetapi, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami
yang menghantam pantai barat Aceh.
Pemerintahan daerah Aceh lumpuh total, saat terjadi gempa bumi dan
Tsunami Aceh, kebetulan di Jakarta sendiri sedang di adakan acara Halal Bi
Halal masyarakat Aceh pasca menyambut lebaran Idul Fitri. Gempa Bumi
yang terjadi pada jam 08:00 WIB dengan 9 Skala Richter Pada tanggal 26
Desember 2004, gempa Bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat
Aceh. Tepat jam 09:00 WIB satu persatu masyarakat Aceh yang hadir di Istora
Jakarta panik karena hubungan telepon seluler ke Aceh putus total, mata
mereka pada berkaca-kaca.
Reorientasi
Peristiwa ini merupakan salahsatu peristiwa yang sangat mengenaskan dan
paling banyak memakan korban yang pernah terjadi di Indonesia. Semoga
kejadian ini tidak terjadi kembali di negri kita yang tercinta ini.
Orientasi
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional negara Indonesia, Bahasa
Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya
konstitusi. Bahasa Indonesia pada dasarnya berasal dari bahasa melayu, pada
zaman dahulu lebih tepatnya pada zaman kerajaan sriwijaya bahasa melayu
banyak digunakan sebagai bahasa penghubung antar suku di plosok
nusantara.
Urutan Peristiwa
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke 7.
Buktinya ditemukan prasati di kedukan bukit karangka tahun 683 M
(palembang), talang tuwo berangka ahun 684 M (Palembang), kota kapur
berangka tahun 686 M (Bukit Barat) Karang birahi berangka tahun 688 M
(Jambi) prasasti-prasasti itu bertuliskan hurus pranagari berbahasa melayu
kuno.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai “Bahasa Persatuan Bangsa”
pada sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Sesuai dengan butir ketiga
ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad
Yamin dalam pidatonya pada Kongres Nasional Kedua di Jakarta.
Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai tahun bahasa 2008. Oleh karena itu,
sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan.
Untuk peringatan 80 Tahun sumpah pemuda, diadakan kongres IX Bahasa
Indonesia pada tanggal 28 Oktober sampai 1 November 2008 di Jakarta.
Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia,
bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta
bahasa media massa.
Reorientasi
Pada peristiwa Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai
oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik ditingkat daerah maupun
pusat.