Anda di halaman 1dari 10

Nama : Riko Purbowo Laksono

NIM : 1607113

Kelas : 4A Departemen Ilmu Komunikasi

Dosen Pengampu : - Prof. Dr. Achmad Hufad, M.Ed.

- Fajar Nugraha, S.Pd., M.Pd.

- M. Fasha Rouf, S.Ikom.

UAS Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat

Program Pemberdayaan Masyarakat “Cinta Citarum” di Daerah Baleendah,


Kabupaten Bandung

Kota Bandung dialiri oleh dua sungai utama terbesar, yaitu Sungai Cikapundung dan
Sungai Citarum beserta dengan anak-anak sungainya yang mengalir ke arah utara dan
berpusat di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang seperti itu, daerah Bandung selatan atau
kabupaten Bandung akan sangat rentan terkena banjir terutama ketika musim hujan. Selain
faktor alam yang berasal dari banjir, faktor sosial pun menjadi sesuatu hal yang menyebabkan
banjir di kabupaten Bandung yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk yang
mengakibatkan pelebaran wilayah tidak sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Dengan
kondisi yang padat penduduk, warga di daerah kabupaten Bandung kesulitan untuk
menghindari bencana banjir.

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhammad Fadhil Imansyah dalam
jurnalnya yang berjudul Studi Umum Permasalahan dan Solusi DAS Citarum serta Analisis
Kebijakan Pemerintah dijelaskan bahwa selain faktor sosial yang menjadi penyebab banjir di
daerah kabupaten Bandung, ternyata kebijakan pemerintah dalam menangani permasalahan di
hulu Sungai Citarum seringkali menjadikan masyarakat sebagai objek bukan sebagai subjek
dan terkadang tidak mendukung masyarakat sama sekali dan lebih mementingkan
kepentingan bisnis semata. Faktor lain pun yang menjadi permasalahan di daerah hulu Sungai
Citarum yang didominasi oleh kurangnya kepedulian masyarakat dan pemerintah sekitar
terhadap kelestarian lingkungan dan kebersihan Sungai Citarum.

Betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, terutama bagian hulu sungai yang
memiliki fungsi penting dalam kehidupan di daerah sekitarnya. Namun, bukan berarti bagian
sungai yang lainnya tidak perlu dijaga kelestariannya, tetapi bagian hulu sungai perlu
diprioritaskan mengingat hulu sungai merupakan sumber aliran sungai ke bagian sungai yang
ada di bawahnya. Secara teori seperti itu adanya. Namun, pada kenyataan di lapangan, hal
tersebut sudah tidak dipedulikan lagi oleh masyarakat sekitar sehingga kebersihan Sungai
Citarum sudah dalam tingkatan yang mengkhawatirkan.

Dilihat dari permasalahan yang muncul di daerah Baleendah dimana masyarakatnya


masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya khususnya Sungai Citarum, maka
dibutuhkan pendidikan lingkungan agar menghasilkan perilaku berwawasan lingkungan.
Menurut Chiras (1985: 454), perilaku berwawasan lingkungan adalah perilaku atau perbuatan
manusia yang secara sadar terhadap lingkungan dengan bertanggung jawab. Perilaku yang
berwawasan lingkungan ini merupakan lawan dari mentalitas frontier.

Tidak hanya pendidikan lingkungan saja yang diterapkan, tetapi diperlukan


komunikasi pemberdayaan masyarakat dan strategi komunikasi agar tujuan pemberdayaan
dapat tercapai sesuai dengan rencana awal. Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat (KPM)
adalah sebuah pengembangan studi yang merupakan bagian dari Komunikasi Pembangunan
dengan paradigma partisipatoris, yang bergerak utamanya di level mikro dan messo, yaitu
berfokus pada pemberdayaan individu masyarakat, maupun kelompok kecil ataupun
komunitas dalam masyarakat (Azhimatul, 2015). Sedangkan strategi komunikasi merupakan
paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan
(Devis,2012).

Untuk membuktikan teori tersebut, maka diperlukan suatu observasi atau penelitian
lapangan terlebih dahulu agar dapat mengetahui teori yang digunakan dapat diterapkan atau
tidak di lingkungan yang menjadi subjek penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan
dalam observasi ini yaitu metode studi literatur pendekatan kualitatif dengan mengkaji
literatur yang relevan dengan penelitian, seperti penelitian terdahulu yang meliputi cara-cara
melakukan pemberdayaan masyarakat di daerah sungai Citarum, kajian mengenai program
yang cocok diterapkan di lingkungan masyarakat yang terkena bencana banjir, berita-berita
mengenai bencana banjir di Sungai Citarum dan segala permasalahannya. Wawancara pun
diterapkan dalam observasi ini. Wawancara dilakukan kepada pemerintah setempat dan
perwakilan dari masyarakaat seperti ketua RW atau tokoh masyarakat yang mengetahui
seluk-beluk daerah Baleendah, seperti kebiasaan masyarakatnya dan permasalahan baru yang
belum diketahui.
Pemberdayaan masyarakat merupakan konsep inti dalam mengurangi ketidaksetaraan
mengenai kesehatan dan membuat kualitas kehidupan menjadi lebih baik. Dalam penelitian
sebelumnya telah membuktikan bahwa terbentuknya suatu komunitas di lingkungan
masyarakat dan kesiapannya dapat mengurangi dampak bencana alam yang terjadi. (Rozita
Hod,etc. 2017). Hal tersebut yang menjadi tujuan dari pemberdayaan yang dilakukan di
daerah Baleendah, Kabupaten Bandung yaitu ingin membuat dan meningkatkan kualitas
kehidupan yang lebih baik. Pada 20 Maret 2018, observasi dilakukan secara langsung dengan
mengunjungi kantor kecamatan Baleendah untuk mewawancarai pihak pemerintah mengenai
permasalahan yang ada di daerah Baleendah terutama permasalahan banjir yang menjadi latar
belakang observasi. Narasumber dari pihak pemerintah bernama Bapak Beny Sonjaya, S.E.
selaku Kepala Bidang Sosial dari kantor Kecamatan Baleendah dan beliau menjelaskan
mengenai kondisi geografis di daerah Kabupaten Bandung yang berada di bawah sehingga
ketika terjadinya hujan dengan intensitas yang cukup tinggi mengakibatkan aliran air yang
berasal dari Ciparay, Majalaya, dan Kota Bandung mengalir ke tempat yang paling rendah
yaitu daerah Baleendah, Dayeuhkolot, Andir, dan Bojongsoang sehingga air akan tertampung
di keempat daerah tersebut dan membuat air meluap, ditambah oleh daerah-daerah ini begitu
dekat dengan sungai terpanjang di Jawa Barat yaitu Sungai Citarum. Akibat banyaknya
sampah yang menumpuk di daerah aliran sungai membuat air yang datang tidak dapat
tertampung dan mengakibatkan banjir. Hal tersebut yang menyebabkan daerah Kecamatan di
Kabupaten Bandung sering mengalami banjir. Akibat dari banjir tersebut, beberapa bangunan
rumah hancur dan barang-barang berharga terbawa hanyut oleh derasnya air. Meskipun di
daerah Baleendah dikelilingi oleh pabrik-pabrik industri yang menghasilkan limbah, ternyata
limbah tidak selamanya dari pabrik industri saja. Bangunan-bangunan yang rusak dan roboh
dapat menyebabkan limbah. Limbah tersebut berasal dari rumah yang hancur, perabotan
rumah, barang-barang elektronik, mobil, kasur, pohon tumbang, dan sebagainya (Saat,et
al.2016).

Permasalahan lainnya yaitu kesadaran masyarakat di Kecamatan Baleendah yang


masih sangat kurang terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya, terutama di aliran sungai
Citarum. Kesadaran dari masyarakat begitu penting dalam perbaikan lingkungan, tidak
hanya dari seseorang ataupun kumpulan komunitas dan organisasi. Di negara-negara seperti
Amerika Serikat, di mana polusi dan kerusakan lingkungan sudah terjadi, perbaikan dalam
kondisi lingkungan yang dihasilkan tidak hanya dari tindakan individu dan organisasi tetapi
juga dengan kesadaran publik yang semakin meningkat (Dolkar,et al.2013). Penulis
menemukan penyebab dari permasalahan tersebut adalah karena disana banyak rumah yang
membelakangi Sungai Citarum sehingga masyarakat disana membuang sampah dan limbah
rumah tangga langsung ke Sungai Citarum dan semakin memperparah kebersihan sungainya.
Hal tersebut akhirnya sudah menjadi kebiasaan buruk masyarakat di Kecamatan Baleendah.

Permasalahan selanjutnya yaitu komunikasi yang tidak berjalan dengan baik antara
pemerintah dan masyarakat. Penulis menemukan permasalahan ini ketika penulis melakukan
wawancara langsung kepada pihak pemerintah dan masyarakat. Dari keduanya memiliki
keterangan yang berbeda. Di lapangan ditemukan bahwa pemerintah sudah berupaya untuk
mensosialisasikan beberapa program yang dilakukan untuk memperbaiki Sungai Citarum
tetapi menurut masyarakat, pemerintah sama sekali tidak pernah mensosialisasikan dan
mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam programnya. Seperti yang dijelaskan di
dalam penelitian terdahulu oleh Muhammad Fadhil Imansyah bahwa adanya kesenjangan
antara pemerintah dan masyarakat yaitu seringkali pemerintah tidak mendukung masyarakat.
Kesenjangan seperti ini yang menghambat proses pemberdayaan di lingkungan masyarakat.
Padahal masyarakat di Kecamatan Baleendah membutuhkan suatu perubahan dan
perkembangan agar lebih peduli lagi terhadap lingkungan di sekitarnya, khususnya Sungai
Citarum yang menjadi sumber kehidupan masyarakat di sana. Dalam model perkembangan di
mana inisiatif dimulai dan dikendalikan dari tingkat akar rumput yaitu struktur komunikasi
partisipatif yang sangat penting (Servaes, 2000). Dengan adanya komunikasi partisipatif
antara pemerintah dan masyarakat maka akan melahirkan suatu perubahan dan perkembangan
di daerah tersebut.

Permasalahan lainnya yang ditemukan oleh penulis ketika melakukan observasi di


sana yaitu bahwa budaya masyarakat yang ketergantungan dengan bantuan pemerintah.
Bahkan ketika penulis datang ke sana dan melihat kondisi lingkungan, ada seorang warga
yang menganggap bahwa penulis akan memberikan bantuan berupa uang ataupun barang,
maka dari itu perlu dilakukan revitalisasi budaya. Revitalisasi budaya dalam konteks
pengertian yaitu di mana pola makna lama telah runtuh atau orang-orang telah dialihkan oleh
migrasi ke dalam situasi baru (Wallace, 1956). Dengan revitalisasi budaya ke arah yang lebih
baik, akan memudahkan penulis dalam menjalankan program pemberdayaan di daerah
Kecamatan Baleendah. Hal ini sering terjadi ketika akan melakukan sebuah program
pemberdayaan di lingkungan masyarakat, seringkali budaya atau kebiasaan masyarakat yang
menjadi faktor penghambat ketika pemberdayaan dilakukan karena sulitnya masyarakat
untuk beralih ke budaya baru akibat sudah nyaman dan terbiasa dengan budaya
kesehariannya.

Dalam dunia organisasi, strategi komunikasi sangat dibutuhkan karena dunia yang
semakin kompleks, adanya persaingan yang semakin ketat dan membutuhkan partisipasi
langsung dari masyarakat. Organisasi bersaing untuk mendapatkan perhatian, kekaguman,
afinitas, keselarasan, dan kesetiaan konstituen dari pelanggan, karyawan, investor dan pejabat
pemerintah, serta masyarakat luas. Dengan demikian, organisasi perlu membuat keputusan
yang strategis tentang tingkat dan sifat sumber daya yang akan mereka curahkan untuk upaya
tersebut. Itu penting untuk menekankan bahwa tidak hanya perusahaan, tetapi juga organisasi
aktivis dan sosial menggunakan komunikasi strategis untuk mencapai tujuan mereka
(Halahan,2010). Adanya partisipasi dari masyarakat karena masyarakat minat dan peduli
terhadap hal yang menjadi suatu masalah. Minat dan peduli tersebut muncul apabila strategi
komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik dan efektif . Begitu juga dengan program
pemberdayaan masyarakat yang sangat membutuhkan strategi komunikasi yang baik dan
efektif. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh penulis yaitu melalui participatory
approach (pendekatan partisipatif) dengan gerakan pemberdayaan rakyat. Pendekatan
partisipatif ditujukan untuk mengupayakan tumbuhnya kemandirian masyarakat secara penuh
(Frances, 1999).

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, masyarakat di daerah Kecamatan
Baleendah masih banyak yang ketergantungan dengan bantuan pemerintah dan
mengharapkan solusi untuk permasalahan banjir tanpa mereka mau membantu untuk
memecahkan permasalahannya bersama-sama. Hal tersebut yang menjadi urgensi dari
strategi komunikasi yang penulis lakukan. Ketika melakukan pemberdayaan, penulis ingin
menerapkannya tidak setengah-setengah agar upaya desentralisasi pembangunan di daerah
Kecamatan Baleendah dapat berjalan dengan baik. Maka, yang akan dilakukan pertama kali
oleh penulis yaitu berdiskusi secara langsung dengan masyarakat mengenai permasalahan
yang ada serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengeluarkan ide atau
solusi yang mereka ingin terapkan di daerahnya. Gagasan atau ide yang muncul dari
masyarakat akan disesuaikan dengan program pemberdayaan yang dibuat oleh penulis.
Tujuan dari strategi komunikasi dengan pendekatan partisipatif (participatory approach)
adalahnya tumbuhnya rasa memiliki atau sense of belonging dari masyarakat di Kecamatan
Baleendah. Apabila semua masyarakat di daerah sana mempunyai sense of belonging yang
tinggi, maka akan menimbulkan perilaku yang berwawasan lingkungan artinya masyarakat
akan mulai sadar dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya sehingga permasalahan banjir di
Kecamatan Baleendah dapat diminimalisir. Sense of belonging tumbuh apabila masyarakat
diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam semua tahap pembangunan, dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada pengawasan dan evaluasi dari program
pemberdayaan yang diterapkan. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya sekedar sebagai
pemberi usulan belaka melainkan sebagai eksekutor atau pelaku dari program yang penulis
terapkan.

Strategi komunikasi begitu penting dalam melakukan pemberdayaan, namun


disamping itu agar pemberdayaan berjalan sesuai dengan rencana diperlukan pula strategi
pemberdayaan terkait permasalahan yang muncul di Kecamatan Baleendah, Kabupaten
Bandung. Strategi pemberdayaan yang penulis terapkan yaitu community organizing.
Community organizing atau pengorganisasian masyarakat merupakan praktek profesional
yang telah digunakan untuk merujuk berbagai kegiatan yang bertujuan untuk membantu
mengembangkan masyarakat mengenai sistem dan kebijakan yang tidak adil serta
meningkatkan keterkaitan di antara anggota masyarakat (Brady dan Katherine, 2014). Alasan
penulis memilih community organizing atau pengorganisasian masyarakat karena melibatkan
banyak orang untuk bersama-sama melawan permasalahan yang umum dan meningkatkan
suara masyarakat agar mampu mempengaruhi pemerintah untuk bekerjasama menjalankan
program pemberdayaan (Peter,1996). Hal ini sesuai dengan permasalahan yang ada di
Kecamatan Baleendah, yaitu antara masyarakat dan pemerintah tidak memiliki komunikasi
yang baik. Selain itu, menurut pengakuan beberapa warga disana, masyarakat seringkali
tidak diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam program yang dicanangkan oleh
pemerintah.

Bencana banjir yang terus menerus menerjang daerah Kecamatan Baleendah


membuat masyarakat disana terbiasa dengan hal tersebut. Namun, disamping itu terdapat
kekhawatiran dari masyarakat apabila hal tersebut dibiarkan dan tidak ada problem solving
yang setidaknya dapat meminimalisir banjir. Kekhawatiran yang muncul dari masyarakat
akan memudahkan strategi pemberdayaan yang diterapkan oleh penulis karena community
organizing muncul dipengaruhi oleh rasa khawatir dan prihatin. Community organizing
adalah suatu proses dimana orang-orang dipengaruhi oleh kekhawatiran dan keprihatinan
sehingga memunculkan kerja sama untuk membangun kekuatan sosial yang diperlukan untuk
mencapai serangkaian solusi dari kekhawatiran itu (Heller, 1989). Dengan strategi
komunikasi dan pemberdayaan yang sesuai dengan permasalahan yang ada di Kecamatan
Baleendah, maka program pemberdayaan yang diterapkan oleh penulis akan berjalan efektif.

.
Daftar Pustaka

Brady, Shane R. Mary Katherine. Understanding How Community Organizing Leads to


Social Change: The Beginning Development of Formal Practice Theory. Journal of
Community Practice. 2014.

Chiras, Daniel, Environmental Science: A Framework for Decision Making, San Yuan: The
Benjamin Publishing, 1985

Cleaver, Frances. paradoxes of participation: questioning participatory approaches to


development. Journal of Intenational Develpoment. 1999;1(11):597-612.

Diyanti, Azhimatul Noor Bashari. 2015. “Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat Berbasis


Tokoh (Studi Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat oleh Aktivis Sosial Achmad
Nuril Mahyudin pada Komunitas Pandean Ngawi)”. Ilmu Komunikasi. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.

Dolkar, Jamyang. et al. Public Awareness of Environmental Policies in Bhutan. Bhutan


Journal of Research & Development. 2013.

Dreier, Peter. Community Empowerment Strategies : The Limits and Potential of Community
Organizing in Urban Neighborhoods. A Journal of Policy Development and
Research. 1996;2(2):121-159.

Halahan, Kirk. et al. Defining Strategic Communication. International Journal of Strategic


Communication. 2010;1(1):3-35.

Hod, Rozita. Humadevi Sivasamy. Sharifa Ezat Wan Puteh. etc. Community Empowerment
and the Associated Factors among the 2014 Flood Victims in Pahang. Universal
Journal of Public Health. 2017;5(3):119-126.

K, Heller. The Return to Community. American Journal of Community Psychology.


1989;17(1):1-15

Pratama, M. Devis. Dian Sinaga. Saleha Radiah. “Strategi Komunikasi dalam Penyebaran
Informasi di PT Chevron Pacific Indonesia. eJurnal Mahasiswa Universitas
Padjadjaran. 2012;1(1):1-22
Saat, N.Z.M. W.A.Nor Malia. A.W. Muhammad Ikram. etc. Perception of Flood Waste
Management Among Stakeholders in Kelantan. Journal of Environmental Science and
Technology. 2016;9(4):317-322

Servaes, Jan (ed.) Walking on the Other Side of the Information Highway: Communication,
Culture and Development in the 21st Century. Journal of Communication Science.
2000;1(5):23-31

Wallace, Anthony F.C. ‘Revitalization Movements’, American Journal of Anthropologist.


1956; 58: 81-264.
Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai