Anda di halaman 1dari 2

BAHASA INDONESIA

Nama : Rifal Bintang Firdaus


Kelas : XII MIPA 8
Hari, Tanggal : Jumat, 22 Oktober 2021

KEGIATAN 1
Menangkap Maksud Pengarang terhadap Kehidupan dalam Novel
No. Data yang Diperoleh
Rongeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel yang ditulis oleh penulis Indonesia asal
1.
Banyumas
Ronggeng dukuh Paruk merupakan salah satu novel yang ditulis oleh Ahmad Tohari
2.
yang lahir pada 13 Juni 1948.
Penulis novel ini terlahir dari keluarga santri dengan ayahnya yang seorang kyai dan
3.
ibunya yang bekerja sebagai pedagang kain.
Keluarga penulis merupakan keluarga yang tidak kekurangan tetapi lingkungan
4.
masyarakat di sekitar mengalami kelaparan.
Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, Latar waktu tahun 1960-an dengan Desa kecil
5. yang bernuansa kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan ditampilkan dengan
sangat baik oleh penulis.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk telah diadaptasi ke dalam film Darah dan Mahkota
6.
Ronggeng (1983) dan Sang Penari (2011).
Ronggeng Dukuh Paruk diterbitkan bukan dalam bentuk buku melainkan dalam
7.
bentuk audio suara Butet Kartaredjasa.

KEGIATAN 2
Menerangkan Maksud Pengarang terhadap Kehidupan dalam Novel
1. Menceritakan tentang apa novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk?
Berlatar belakang tempat di manakah kehidupan dalam novel trilogi Ronggeng
2.
Dukuh Paruk?
Apakah suasana tempat yang diceritakan menggambarkan suasana kehidupan nyata
3.
Ahmad Tohari?
Apakah pengarang pernah mengalami kehidupan sulit seperti yang diceritakan dalam
4.
novel?
5. Bagaimana kondisi perekonomian sehari-hari warga Dukuh Paruk?
6. Apa nilai keagamaan yang dianut oleh warga Desa Dukuh Paruk?
Seperti apa pendidikan yang tergambar pada kehidupan sehari-hari warga Dukuh
7.
Paruk?
8. Siapakah tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?
Mengapa pengarang memilih menceritakan desa kecil yang bernuansa kemiskinan,
9.
keterbelakangan, dan kebodohan?
TUGAS
Novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan kehidupan masyarakat desa Dukuh
Paruk, desa kecil yang dirundung kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan dengan latar
waktu pada tahun 1960-an yang penuh gejolak politik. Lebih tepatnya novel ini bercerita
tentang kisah cinta antara Srintil, seorang penari ronggeng, dan Rasus, teman sejak kecil
Srintil yang berprofesi sebagai tentara. Ketika penekun sastra lain memilih diam, ia justru
mengangkat tema paling sensitif di masanya. Tohari menyadari, jika lanjut menulis ada dua
kelompok yang harus dihadapi yakni NU dan tentara, perpanjangan tangan dari rezim Orde
Baru. Sekitar tahun 1965, desa Pekuncen, Jatilawang (inspirasi nama Dukuh Paruk)
masyarakat cukup jelas terbagi menjadi beberapa golongan diperparah dengan kondisi
kemiskinan dan kemarau panjang, "semuanya miskin, kurang makan, termasuk saya," kata
Tohari. Ahmad Tohari menjadi saksi mata, sekelas tukang kambing, tukang cari kayu,
dihukum tanpa peradilan. Sisi kemanusiaannya berontak, kisah tersebut terekam jelas,
setelah itu lahirlah trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Novel berlatar belakang kondisi sosial
budaya masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai