Anda di halaman 1dari 10

A. Hakikat dan Bentuk-Bentuk Ketimpangan Sosial.

Keadaan yang tidak seimbang menyebabkan adanya ketidakberdayaan di suatu negara ataupun
masyarakat. Keadaan tersebut dapat memper buruk kondisi suatu negara jika tidak diimbangi
dengan kesiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, kita perlu memahami
hakikat dan bentuk ketimpangan sosial sebagai berikut.

Pengertian Ketimpangan Sosial Menurut Para Ahli

Biar kamu lebih jelas memahami pengertian ketimpangan sosial, berikut definisi ketimpangan sosial
menurut para ahli yang perlu kamu ketahui.

Budi Winarno mendefinisikan ketimpangan sosial sebagai kegagalan pembangunan di era globalisasi


untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga.

Jonathan Haughton mendefinisikan ketimpangan sosial sebagai bentuk ketidakadilan yang terjadi


dalam proses pembangunan.

Roichatul Aswidah mendefinisikan ketimpangan sosial sebagai dampak residual dari proses


pertumbuhan ekonomi.

William Ogburn mendefinisikan ketimpangan sosial sebagai perubahan sosial yang melibatkan unsur-
unsur dalam masyarakat yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain.

Andrinof A. Chaniago mendefinisikan ketimpangan sosial sebagai buah dari pembangunan yang


berfokus pada ekonomi dan melupakan aspek sosial. 

Bentuk-Bentuk Ketimpangan Sosial


Andrinof A. Chaniago menyebutkan ada enam bentuk ketimpangan sosial. Bentuk-bentuk
ketimpangan sosial tersebut, antara lain:

Ketimpangan Pengembangan Diri Manusia

Bentuk ketimpangan ini menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada kesejahteraan seseorang.
Ketimpangan pengembangan diri manusia biasanya disebabkan oleh rendahnya pendidikan
seseorang, yang bisa memengaruhi pola pikir seseorang tersebut. Tanpa pendidikan yang bagus,
seseorang dapat menjadi pemalas, pesimis, dan mudah menyerah.

Ketimpangan Antara Desa dan Kota

Ketimpangan antara desa dan kota bisa terlihat jelas dari perbedaan pembangunan infrastruktur di
kedua wilayah tersebut. Pembangunan infrastruktur di kota tampak lebih masif dan cepat
dibandingkan di desa.

Ketimpangan ini akhirnya menyebabkan banyaknya masyarakat desa pindah ke kota demi
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ketimpangan antara desa dan kota ini juga dipengaruhi
akses dan kualitas pendidikan. Akses dan kualitas pendidikan di desa yang masih minim membuat
pola pikir dan kesejahteraan masyarakat desa tertinggal jauh dari masyarakat kota.

Ketimpangan Antarwilayah dan Subwilayah

Perbedaan wilayah juga menjadi bentuk ketimpangan sosial yang kerap terjadi di dunia. Subwilayah
biasanya memiliki akses dan fasilitas yang lebih sedikit dibandingkan wilayah. Misalnya,
pembangunan infrastruktur lebih banyak dilakukan di wilayah pusat, seperti kota Bandung, daripada
subwilayah, seperti Ujungberung, Bojonagara, dan Tegalega.

Ketimpangan Antargolongan Sosial Ekonomi

Ketimpangan antar golongan sosial terjadi karena adanya perbedaan kelas sosial dan stratifikasi
sosial. Misalnya, akses kesehatan dan pendidikan antara masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas
bawah sangat berbeda. Masyarakat kelas atas memiliki akses kesehatan dan pendidikan yang lebih
baik dibandingkan masyarakat kelas bawah.

Ketimpangan Penyebaran Aset

Ketimpangan penyebaran aset yang tidak merata terjadi karena pendistribusiannya hanya terpusat
di perkotaan, sementara di daerah-daerah biasanya sangat tertinggal. Misalnya, pembuatan jalan tol
lebih banyak dilakukan di kota dibandingkan di desa.

Ketimpangan Antarsektor Ekonomi

Ketimpangan antarsektor ekonomi dapat kamu lihat dari perbedaan lapangan pekerjaan,
pendapatan masyarakat, sektor budaya dan pariwisata. Bentuk ketimpangan inilah yang banyak
membentuk strata masyarakat berdasarkan status sosial.

Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial


Selain pengertian dan bentuk-bentuk ketimpangan sosial, kamu perlu mengetahui faktor penyebab
ketimpangan sosial. Faktor penyebab ketimpangan sosial ini dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Mari kita bahas dua faktor tersebut satu per satu, ya.

Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor ini berupa
rendahnya kualitas sumber daya manusia yang disebabkan oleh tingkat pendidikan atau
keterampilan yang rendah, kesehatan yang rendah, serta adanya hambatan budaya (budaya
kemiskinan).

Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar kemampuan seseorang. Hal ini bisa
berupa birokrasi atau kebijakan pemerintah yang membatasi akses seseorang. Misalnya,
ketimpangan sosial terjadi bukan karena seseorang malas bekerja, melainkan ada sistem yang
membatasi seseorang untuk bisa mendapat pekerjaan tersebut.

Dampak Ketimpangan Sosial

Ketimpangan sosial menjadi sebuah permasalahan kompleks yang dapat berdampak negatif bagi
masyarakat luas. Dampak ketimpangan sosial di masyarakat bisa berupa kualitas pendidikan
masyarakat yang semakin rendah, tingkat kriminalitas semakin tinggi, kemiskinan, dan dekadensi
moral. Apabila dibiarkan terus menerus, hal ini akan mengganggu proses pembangunan ekonomi
suatu negara.
1. Hakikat Ketimpangan Sosial

Hakikat ketimpangan sosial menurut para ahli, di antaranya sebagai berikut.

a. Menurut Naidoo dan Wills ketimpangan sosial adalah perbedaan-perbedaan dalam memasukkan
(Income), sumber daya (Resource), kekuasaan (power), dan status di dalam dan diantara
masyarakat, ketimpangan ini pertahankan oleh orang-orang yang berkuasa melalui institusi dan
proses-proses social. Maksudnya, ketimpangan sosial dapat terjadi ketika seseorang memiliki
pendapatan lebih besar(Income), sumber daya dan kekuasaan, misalnya seorang CEO di sebuah
perusahaan perkebunan memiliki mobil mewah dan memiliki bawahan dan staf yang bisa
membantunya dalam melakukan berbagai pekerjaan. Hal itu berbeda dengan orang yang tidak
memiliki pendapat besar, tidak menguasai sumber daya tidak memiliki kekuasaan.

Ketimpangan sosial menurut Naidoo dan Wills

Ingat dengan satu singkatan: SUPIR(status, Power, Income dan Resource).

b. Menurut Andrianof Chaniago, ketimpangan sosial adalah hasil dari pembangunan yang hanya
berfokus pada aspek ekonomi dan melupakan aspek sosial dalam hal ini mengambil kebijakan
mengabaikan sikap dan perilaku Sosial individu.

Hakikat Ketimpangan Sosial

Berdasarkan definisi dari Naidoo dan Wills dalam Warwick-Booth (2013). Ketimpangan sosial
merupakan perbedaan-perbedaan dalam pemasukan (income), sumber daya (resources), kekuasaan
(power) dan status di dalam dan antara masyarakat. Ketimpangan ini dipertahankan oleh orang-
orang yang berkuasa melalui institusi dan proses-proses social.

Menurut Andrinof Chaniago (2012), ketimpangan sosial adalah sebuah dari pembangunan yang
hanya berfokus pada aspek ekonomi dan melupakan aspek social. Ketimpangan sosial karena
pengambil kebijakan cenderung menganggap pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pendapatan
perkapita, dan pembangunan infrastruktur adalah tujuan utama pembangunan. Jadi, mereka
mengabaikan sikap dan perilaku sosial individu, corak ekonomi tradisional, serta keunikan yang
terdapat di berbagai tempat.

Ketimpangan sosial ditandai ketidaksetaraan peluang dan penghargaan untuk posisi sosial yang
berbeda atau status dalam kelompok atau masyarakat. Ini termasuk pola terstruktur dan berulang
dan tidak merata dari distribusi barang, kekayaan, kesempatan, penghargaan dan hukuman.
Ketimpangan sosial tidak sama dengan perbedaan sosial yang dikategorikan ke dalam stratifikasi dan
diferensiasi social. Ketimpangan sosial dapat dikategorikan sebagai masalah sosial karena terdapat
ketidakadilan dalam pemberian kontribusi kepada masyarakat dari berbagai aspek kehidupan.

Keadilan sosial bukan berarti bahwa perbedaan kemampuan dan prestise seseorang harus
diperlakukan sama, melainkan perbedaan tersebut harus diperlakukan secara proporsional.
Pancasila mengamanatkan dalam sila kelima tentang “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
yang realisasinya harus tercermin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk
dilaksanakan oleh penyelenggara negara dan masyarakat. Namun, pada kenyataannya, ketidakadilan
tetap kita jumpai dalam hidup ini. Berikut ini adalah prinsip-prinsip ketidakadilan

a) Elitisme efisien

b) Pengecualian diperlukan

c) Prasangka adalah wajar

d) Keserakahan adalah baik, dan

e) Putus asa tidak bisa dihindari

Ketidakadilan sosial tersebut berbentuk marjinalisasi, stereotip, subordinasi, dan dominasi.


Marginalisasi adalah proses pemutusan hubungan kelompok-kelompok tertentu dengan lembaga
sosial utama. Semakin besar perbedaan, semakin mudah bagi kelompok dominan untuk
meminggirkan kelompok lemah. Stereotip adalah pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap
seseorang berdasarkan kategori tertentu, misalnya perbedaan antara kami dan mereka. Subordinasi
adalah pembedaan perlakuan identitas tertentu, misalnya pembedaan kelompok mayoritas dan
kelompok minoritas. Dominasi adalah kondisi dengan ciri satu kelompok memegang kekuasaan
secara sewenang-wenang.

Ketimpangan Sosial Dalam Sejarah

Ketimpangan bukan hal yang baru. Ada banyak contoh ketimpangan sosial dalam sejarah. Sebagai
contoh, pembangunan zaman Romawi menggunakan para budak. Sistem feodal kepemilikan tanah
pun hadir, yaitu para budak mengolah tanah, sementara Raja memiliki tanah dan memerintah
kerajaan.

Secara historis, ketimpangan terkait dengan kepemilikan tanah. Namun, Revolusi industri mengubah
struktur masyarakat dan sumber penciptaan kekayaan. Tulisan para sosiolog pada abad ke-19
menunjukkan bahwa akademisi pun mulai tertarik pada keberadaan kesenjangan sosial dan
membuat teori tentang hal itu. Sumber kekayaan tidak lagi pada kepemilikan tanah tetapi pada
kepemilikan alat-alat produksi seperti pabrik. Ketimpangan terjadi antara para pemilik alat produksi
dan para buruh yang menawarkan tenaga mereka di pasar tenaga kerja.

Max Weber mengambil perspektif ekonomi politik untuk menghasilkan analisis yang menggambar
bahwa posisi sosial dari seseorang bergantung pada peluang hidupnya di pasar kerja. Weber juga
berfokus pada analisis kekuasaan dan menyimpulkan bahwa prestise dan status sama pentingnya
dalam menciptakan hierarki social. Dia Melihat posisi sosial tidak terlalu kaku dan mobilitas sosial
sebagai proses tempat individu dapat bergerak ke atas dalam skala social. Ide mobilitas sosial sendiri
tetap relevan seperti yang sering dibahas dalam pendekatan kebijakan mengatasi ketimpangan
social. Sejumlah politisi menunjukkan mobilitas sosial mungkin terjadi dan orang akan menemukan
tempat alami mereka dalam tatanan social.

Bentuk-Bentuk Ketimpangan Social

Sampai saat ini, ketimpangan sosial masih saja menjadi masalah di sebagian negara dunia.
Permasalahan ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga terjadi di negara maju.
Indonesia sebagai negara berkembang juga mengalami ketimpangan social. Menurut Andrinof
Chaniago, paling tidak terdapat enam ketimpangan yang terjadi yaitu sebagai berikut (Syamsul Hadi,
dkk, 2004).

1. Ketimpangan desa dan kota

2. Kesenjangan pembangunan diri manusia Indonesia

3. Ketimpangan antar golongan sosial ekonomi yang diperlihatkan dengan semakin meningkatnya
kesenjangan ekonomi antara golongan-golongan dalam masyarakat

4. Ketimpangan penyebaran aset dikalangan swasta dengan ciri Sebagai besar kepemilikan aset di
Indonesia terkonsentrasi pada skala besar

5. Ketimpangan antarsektor ekonomi dengan ciri sebagian sector, misalnya property, mendapat
tempat yang istimewa

6. Ketimpangan antarwilayah dan subwilayah dengan ciri konsentrasi ekonomi terpusat pada
wilayah perkotaan, terutama ibukota, sehingga daerah hanya mendapatkan konsentrasi ekonomi
yang sangat kecil.

Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial

Faktor Struktural

Faktor struktural berkaitan erat dengan tata kelola yang merupakan kebijakan pemerintah dalam
menangani masyarakat, baik yang bersifat legal formal maupun kebijakan-kebijakan dalam
pelaksanaannya. Faktor struktural dapat kita ibaratkan sebagai “jaringan listrik” yang berfungsi
sebagai penyalur energi yang memberi akses ke masyarakat agar dapat dioptimalkan energinya
untuk pembangunan diri dan bangsa.

Negara seperti Indonesia yang wilayahnya sangat luas dan masyarakatnya majemuk jelas memiliki
potensi konflik yang besar juga. Namun, apabila dikelola dengan baik oleh pemerintah dan
masyarakat, potensi konflik tersebut dapat menjadi sumber dinamika untuk mempercepat
pembangunan. Oleh karena itu, penyelenggara negara atau pemerintah harus mampu menjadi
dinamisator, mediator dan katalisator hubungan sehingga kebijakan pemerintah dapat identik
dengan keinginan masyarakat.

a. Sebagai dinamisator, pemerintah berkewajiban menumbuhkembangkan simpati para


penyelenggara negara terhadap masyarakat dan pula simpati masyarakat terhadap pemerintah
pemerintah
b. Sebagai mediator berarti harus mampu berlaku adil dalam menyelesaikan masalah di masyarakat
dan memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. ini juga berarti kepentingan pribadi atau golongan
tidak boleh diutamakan. Kepentingan bangsa dan negara harus dijadikan prioritas utama

c. Pemerintah sebagai katalisator harus mampu mengarahkan diri sebagai pengaruh dan pengendali
permasalahan yang muncul dari kebijakan yang dikeluarkannya. Fungsi pemerintah sebagai katalis
menyangkut hal manajemen kebijakan, regulasi, penjaminan keadilan, pencegahan diskriminasi atau
eksploitasi, serta penjaminan kesinambungan dan stabilitas pelayanan. Pelaksanaan kebijakan yang
harus dikerjakan sendiri oleh pemerintah, tetapi dapat bekerjasama atau diserahkan pada swasta
agar potensi swasta dapat berkembang dan berkontribusi dalam pembangunan. Hal ini karena
pembangunan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, termasuk pihak
swasta.

Faktor Kultural

Faktor kultural atau budaya masyarakat dapat kita ibaratkan sebagai tenaga listrik atau energi
penggerak kehidupan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan sifat atau karakter masyarakat dalam
melaksanakan kehidupannya, apakah ia malas atau rajin, ulet atau mudah menyerah, jujur atau
menghalalkan berbagai cara, suka berkompetisi atau menerima apa adanya, dan seterusnya.

Kultur atau budaya masyarakat berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat.
Sebagai contoh, masyarakat yang tidak memiliki orientasi ke depan dan sudah merasa cukup dengan
apa yang dimilikinya. Mereka menganggap budaya hemat, suka menabung, dan membuat rencana
tidak diperlukan. Ini terjadi karena mereka merasa kebutuhannya sudah tercukupi oleh sumber daya
alam yang ada di sekitarnya. Namun, Apabila sumber alamnya Kian menipis sedangkan kemampuan
berusahanya lemah, maka kemiskinan yang akan mereka peroleh. Kasusnya tentu berbeda dengan
orang yang memiliki orientasi ke masa depan. Bagi mereka, segala sesuatunya direncanakan, suka
berinvestasi, baik Ilmu maupun materi, sehingga mereka akan mampu mengembangkan potensi
hidupnya agar sukses.

Budaya birokrat yang biasa dimiliki oleh penyelenggara pemerintah juga memiliki andil terjadinya
ketimpangan social, yaitu adanya mental arogan yang merasa memiliki kekuasaan untuk
menentukan segala yang menjadi wewenangnya. Akibatnya, ada yang cenderung berperilaku
sewenang-wenang tanpa menyadari bahwa kekuasaan yang dimiliki merupakan amanat dari rakyat
dalam rangka melayani masyarakat. Oleh karena itu, faktor budaya sangatlah penting dibenahi untuk
dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai produktif dalam mengatasi ketimpangan sosial agar tercipta
keadilan social.

Cara Sosiologi mempelajari ketimpangan Sosial

Ketimpangan sosial dapat dilihat oleh sosiologi sebagai masalah sosial yang mencakup tiga dimensi,
yaitu kondisi struktural objektif, dukungan ideologis, dan reformasi sosial. Reformasi sosial
mencakup perlawanan berorganisasi, kelompok-kelompok perlawanan, dan gerakan-gerakan sosial.
Sosiologi mempelajari cara reformasi sosial ini membantu atau mengubah ketimpangan sosial yang
ada dalam masyarakat.

Upaya mengatasi ketimpangan sosial


Ketimpangan sosial yang terjadi dimasyarakat kita tentunya tidak boleh di biarkan begitu saja.
Namun perlu ada upaya nyata baik dari pemerintah maupun masyarakat kita sendiri. Hal ini
tentunya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjadikan negara Indonesia jauh
darri jurang ketimpangan. Nah, kira-kira apa saja sih hal yang bisa di lakukan untuk mengatasi
ketimpangan sosial yang ada ?

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Sahabat teras, sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mengatasi ketimpangan sosial masyarkat selain faktor sumber daya alam. Oleh sebab itu, upaya
peningkatan kualitas penduduk sangat penting untuk mengurangi tingkat ketimpangan sosial ini.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan seperti meningkatkan kualitas dan fasilitas pendidikan kita.
Membangun kursus-kursus untuk membina ketrampilan masyarkat. Dan membangaun keraifan lokal
yang ada di masyarkat kita sehingga masyarkaat bisa bertahan dan mensejahterakan kualitas mereka
sendiri.

Mobilitas Geografis (Pemerataan Penduduk dan Pembangunan)

Kenapa si harus ada upaya mobilitas geografis ya sahabat teras ? Nah, tentunya hal tersebut sangat
perlu di lakukan yang mana bertujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk pada suatu daerah,
karena mobilitas geografis erat kaitannya dengan perpindahan penduduk. Keadaan ini sebagai suatu
upaya untuk mengatasi ketimpangan sosial lewat pemerataan penduduk dan pemerataan
pembangunan. Dan sehingga tidak terjadi pembangunan yang terjadi di suatu titik saja.

Selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kepadatan penduduk pada satu daerah yang
dapat mempengaruhi timbulnya kesenjangan sosial. Sebagai contoh seperti transmigrasi, dimana
penduduk yang padat di wilayah kota berpindah ke wilayah yang kurang penduduk atau lebih sedikit
penduduknya.

Perlu kita tau juga bahwa Indonesia telah mengesahkan perpindahak ibukota baru yang berada di
Kalimantan. Hal ini akan menjadi sangat bagus dalam rangka pemerataan pertumbuhan penduduk
dan juga tentunya ekonomi masyarakat kita.

Menciptakan Peluang Kerja

Selain pemerataan penduduk, menciptakan peluang kerja juga dapat menghindari ketimpangan
sosial. Karena biasanya di wilayah atau negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi, maka
jumlah pengangguran karena kurangnya peluang kerja juga tinggi. Jumlah pengangguran yang tinggi
dan kurangnya peluang kerja dapat menimbulkan ketimpangan sosial dalam masyarakat, oleh sebab
itu diperlukan suatu upaya untuk menciptakan peluang kerja salah satunya dengan memanfaatkan
kondisi lingkungan sekitar. Upaya yang dilakukan tidak hanya dari pemerintah tapi juga harus adanya
kerjasama dengan masyarakat.

Penyaluran Bantuan Sosial yang Tepat Sasaran

Pembangunan dan kondisi ekonomi yang tidak merata menyebabkan masih banyaknya warga yang
kurang mampu dan membutuhkan bantuan. Penyaluran bantuan sosial yang tepat sasaran bertujuan
untuk mengurangi ketimpangan sosial yang ada di masyarakat terutama karena adanya daerah atau
masyarakat yang kekurangan bantuan namun justru belum tersentuk bantuan yang ada.

Menciptakan Wirausaha secara Massal (Padat Karya dan UMKM)


Sahabat teras, selain dengan menciptakan lapangan kerja baru, keadaan kemiskinan dan
pengangguran diatasi dengan upaya menciptakan wirausaha secara massal. Hal ini bisa dilakukan
dengan melaksanakan program padat karya dan UMKM kecil hingga menengah untuk di support
oleh pemerintah kita. Sehingga akan menumbuhkan perekonomian dan penghasilan bagi
masyarakat kita.

Peningkatan Peluang Pekerjaan

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia memang dapat dibilang sudah cukup baik dan maju, namun
pertumbuhan ekonomi seharusnya didukung dengan adanya peningkatan lapangan kerja baru untuk
mengurangi angka pengangguran. Pemerintah berupaya menyediakan pelatihan dan pendidikan
yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja dan peningkatan keterampilan serta kualitas
sumberdaya manusia secara merata. Tujuannya adalah untuk mengurangi adanya ketimpangan
sosial di masyarakat karena tingkat pengangguran yang tinggi.

Pemberantasan Kekurangan Gizi (Peningkatan Kualitas Kesehatan)

Sahabat teras, tentunya akan sangat aneh jika kualitas SDM kita baik secara pendidikan namun
sangat buruk secara keseahat. Hal ini sama saja tidak ada kualitas SMD yang baik. Maka dari itu perlu
adanya peningkatan kesehat yang baik. Pemerintah Indonesia berupaya memberantas kekurangan
gizi yang banyak terjadi, terutama didaerah terpencil dengan pembangunan yang kurang maju.
Kekurangan gizi dianggap memperparah kondisi kemiskinan sebagai salah satu contoh masalah
ketimpangan sosial di masyarakat yang haru segera diatasi atau diturunkan. Kasus kekurangan gizi
paling tinggi di Indonesia sendiri tercatat terjadi pada daerah Indonesia bagian timur sehingga
diperlukan perhatian yang lebih dan khusus.

Demikian beberapa upaya mengatasi ketimpangan sosial secara umum, khususnya oleh pemerintah
Indonesia. Upaya-upaya diatas perlu dilakukan untuk mengatasi ketimpangan sosial dan sebagai
upaya mengatasi masalah sosial di Indonesia yang meresahkan kehidupan masyarakat. Semoga
informasi diatas dapat bermanfaat dan menambah wawasan yang lebih luas mengenai masalah-
masalah yang sebenarnya ada dalam masyarakat.
KELOMPOK 8
KETIMBANGAN SOSIAL
(HAKIKAT KETIMPANGAN SOSIAL, KETIMPANGAN SOSIAL DALAM SEJARAH,
CARA SOSIOLOG MEMPELAJARI KETIMPANGAN SOSIAL)

DISUSUN OLEH: 1. DEDE SULASTRI

2. ILHAM RAMADHAN

SMA NEGERI 1 CIPEUNDEUY


TAHUN AJARAN 2021-2022

Anda mungkin juga menyukai