Disusun Oleh:
XII MIPA 4
Puji syukur pada Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan untuk
dapat menyelesaikan Makalah kami yang berjudul “Bentuk Ketimpangan Sosial
Ekonomi Masyarakat Kaya dengan Miskin dan Pemilik Modal dengan Buruh”
untuk memenuhi Tugas Sosiologi Lintas Minat ini sesuai dengan waktu yang sudah
ditentukan. Tanpa adanya berkat dan rahmat Allah SWT. tidak mungkin rasanya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas Mata
Pelajaran Sosiologi Lintas Minat yang diempu oleh Ibu Aida Choirunnisa S.Pd..
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran beliau, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang positif sangat
kami harapkan agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan dapat pula dijadikan pedoman pada masa yang akan
datang. Aamiin.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Memenuhi tugas mata pelajaran sosiologi lintas minat
2. Mengetahui bagaimana mekanisme ketimpangan sosial yang
ada di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Karl Marx konflik antara Buruh dan pemilik modal disebabkan oleh
faktor ekonomi. Yang dimaksud dengan faktor ekonomi disini adalah penguasaan
terhadap alat produksi oleh kaum borjuis (pemilik modal). Walaupun borjuis
berjumlah sedikit mereka memonopoli kekuasaan sekaligus menguasai hasil-
hasilnya sedangkan proletar (kaum buruh) sebaliknya mereka yang berjumlah besar
tidak mempunyai kekuasaan, mereka hanya diarahkan, dikendalikan dan diperas
oleh borjuis dengan cara sewenang-wenang atau dengan kekerasan yang
bertentangan dengan hak asasi manusia. Proletar bekerja guna memenuhi
kebutuhan sehari-hari, mereka menerima upah dari kaum borjuis. Sedang kelas
borjuis bekerja dengan mencari untung atau laba sebanyak-banyaknya.
Sementara di Indonesia hak dasar pekerja atas atas perlindungan upah juga
diatur dalam UU Nomor 13 tahun 2003 diantaranya setiap pekerja berhak untuk
memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa
kerja kurang dari satu tahun, peninjauan besarnya upah pekerja dengan masa kerja
lebih dari satu tahun. Pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh mengadakan
diskriminasi antara buruh laki-laki dan buruh wanita untuk pekerjaan yang sama
nilainya.
Pengusaha wajib membayar upah kepada buruh, jika buruh sendiri sakit
sehingga tidak dapat melakukan pekerjaannya. Pengusaha wajib membayar upah
kepada buruh, jika buruh tidak masuk bekerja karena hal-hal sebagaimana
dimaksud berikut ini dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pekerja menikah, dibayar untuk selama 3 hari
b. Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 hari
c. Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 hari
d. Membaptiskan anak dibayar untuk selama 2 hari
e. Istri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 hari
f. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia dibayar untuk
selama 1 hari.
Setiap pengusaha juga wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja sesuai
Undang-undang nomor 13 tahun 2003 pasal 77 yaitu:
a. Tujuh jam dalam satu hari dan empat puluh jam dalam seminggu untuk
enam hari kerja;
b. Delapan jam dalam satu hari dan empat puluh jam dalam seminggu untuk
lima hari kerja ;
Sedangkan sesuai pasal 78 Undang-undang nomor 13 tahun 2003 Pengusaha
yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat:
a. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan
b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak tiga jam dalam
satu hari dan empat belas jam dalam satu minggu. Jika pengusaha yang
mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja wajib membayar
upah kerja lembur.
Pada saat ini pengusaha harus sepatutnya memberikan upah kepada buruh
sesuai standar serta kualitas dan kuantitas pekerjaannya. Sebab buruh mempunyai
tanggung jawab dalam rumah tangganya untuk kebutuhan sehari-hari, membiayai
anak sekolah dan biaya tak terduga. Begitu juga dengan buruh, jangan terlalu
banyak menuntut dengan upah yang tinggi. Upah kalian itu harus disesuaikan
dengan kualitas dan kuantitas pekerjaannya. Sebab pengusaha tidak ingin rugi
dalam aktivitas produksinya. Jadilah pengusaha yang memahami kondisi buruhnya
serta jadilah buruh yang memahami kondisi pengusahanya.