Anda di halaman 1dari 12

BENTUK KETIMPANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAYA

DENGAN MISKIN DAN PEMILIK MODAL DENGAN BURUH


Tugas Sosiologi Lintas Minat

Disusun Oleh:

Aisha Putri Suhendro (01)


Angel Kristina Pohan (04)
Anindya Zalfa Setyorini (05)
Humaira Putri Faisal (12)
Jezzie Aurelien Okoseray (13)
Nawareeza Rahadatul ‘aisyah (21)
Nur Aprilia (24)
Yemima Carrisa Kinanthi (32)

XII MIPA 4

SMAN 1 KOTA BEKASI


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan untuk
dapat menyelesaikan Makalah kami yang berjudul “Bentuk Ketimpangan Sosial
Ekonomi Masyarakat Kaya dengan Miskin dan Pemilik Modal dengan Buruh”
untuk memenuhi Tugas Sosiologi Lintas Minat ini sesuai dengan waktu yang sudah
ditentukan. Tanpa adanya berkat dan rahmat Allah SWT. tidak mungkin rasanya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas Mata
Pelajaran Sosiologi Lintas Minat yang diempu oleh Ibu Aida Choirunnisa S.Pd..
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran beliau, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang positif sangat
kami harapkan agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan dapat pula dijadikan pedoman pada masa yang akan
datang. Aamiin.

Bekasi, 12 November 2021

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemiskinan, ketimpangan sosial tampaknya telah menjadi bagaian dari
kehidupan masyarakat. Kondisi masyarakat yang berbagai macam dari yang
miskin sampai yang kaya dan terlebih lagi dengan perbedaan sikap dan moral
masyarakat berbeda-beda pula, kita harus mempunyai penyaring (filter) untuk
menghadapinya agar kita tidak terlindas oleh kondisi ketimpangan. Kita harus
tetap menjadi manusia yang berjiwa manusiawi. Beberapa penyebab
kemiskinan dan ketimpangan sosial adalah adanya tingkat pendidikan, tingkat
status sosial dan tingkat moral. Dimana kedua hal tersebut saling berkaitan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan makalah dalam penulisan ini yaitu:
1. Bagaimana bentuk ketimpangan sosial ekonomi masyarakat
kaya dengan miskin dan pemilik modal dengan buruh?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Memenuhi tugas mata pelajaran sosiologi lintas minat
2. Mengetahui bagaimana mekanisme ketimpangan sosial yang
ada di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

MASYARAKAT KAYA DAN MASYARAKAT MISKIN

Ketimpangan sosial adalah bentuk-bentuk ketidakadilan yang terjadi pada


proses pembangunan. Ketimpangan sosial sering dipandang sebagai dampak
residual dari proses pertumbuhan ekonomi, sedangkan ketimpangan sosial ekonomi
adalah ketidakseimbangan diantara masyarakat dalam sektor ekonomi.
Ketimpangan atau kesenjangan mengacu pada persebaran ukuran ekonomi antar
individu masyarakat, antar kelompok masyarakat, dan bisa juga antar negara.
Kekayaan, pendapatan, dan konsumsi adalah indikator untuk mengukur
ketimpangan sosial ekonomi. Sementara itu, masalah ketimpangan sosial
ekonomi biasanya berkutat pada masalah kesetaraan ekonomi, kesetaraan
pengeluaran, dan kesetaraan kesempatan, seperti ketimpangan sosial lainnya,
ketimpangan sosial ekonomi juga termasuk ke dalam masalah sosial. Sebab,
ketimpangan ini mengakibatkan kerugian kepada setiap lapisan masyarakat yang
ada di suatu negara, termasuk Indonesia.
Menurut Andrian of Chaniago, ketimpangan sosial adalah buah dari
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, dimana pemerintah cenderung
mementingkan aspek ekonomi dalam pembangunan dibanding dengan aspek sosial.
Ketimpangan sosial dianggap sebagai masalah sosial masalah ini dialami dan
dirasakan seluruh aspek masyarakat, dimana ketimpangan sosial ini terbentuk oleh
ketidakadilan.
Kondisi perekonomian suatu negara ditentukan oleh faktor ekonomi dan non-
ekonomi yang saling berinteraksi. Bentuk ketimpangan sosial yang tergolong dalam
ketimpangan sosial-ekonomi adalah ketimpangan sosial antara masyarakat kaya
dan masyarakat miskin. Persebaran ekonomi dan pembangunan yang belum merata
menyebabkan melebarnya jurang antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin.
Perbedaan kesempatan antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin
menyebabkan ketimpangan sosial-ekonomi masyarakat.
Golongan masyarakat kaya yang merupakan sebagian kecil dari masyarakat
keseluruhan menguasai hampir seluruh jumlah peralatan modal yang ada. Hal ini
menjadikan kelompok golongan ini dengan mudah masuk dalam aktivitas ekonomi
serta mempunyai pendidikan, keterampilan dan keahlian khusus dalam
perdagangan. Adanya ketimpangan distribusi pendapatan juga menyebabkan
adanya kesenjangan antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin sehingga
yang miskin sulit keluar dari kemiskinan.
Di Indonesia, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah orang
miskin semakin bertambah sejak pandemi. Angkanya pada Maret 2020 sebesar
26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang dari September 2019. Tingkat
ketimpangan pengeluaran atau indeks gini ratio pada Maret 2021 menurun, dari
0,385 pada September 2020 menjadi 0,384. Namun, ketimpangan terutama
menyempit di wilayah pedesaan, tetapi melebar di wilayah perkotaan. Gini ratio
menunjukkan tingkat ketimpangan pengeluaran dengan indeks 0 dan 1. Semakin
mendekati, berarti semakin timpang pengeluaran antar kelompok penduduknya.
Penyebab masyarakat menjadi miskin:
1. Mindset
Kaya atau miskin seseorang juga tergandung dari mindset yang
mereka miliki. Orang-orang dengan mindset konsumtif cenderung
lebih sulit untuk kaya daripada orang-orang dengan mindset
produktif.
2. Karakter
di beberapa negara yang kondusif, dengan iklim perekonomian dan
bisnis yang baik, dengan infrastruktur yang memadai, masih banyak
kita temukan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan.
3. Pemerintah
Daron Acemoglu dalam bukunya ‘Why Nations Fail’, menulis bahwa
ada peran dari pemerintah dan institusi keuangan yang membuat hal
ini terjadi. Negara-negara tertentu memiliki berbagai peraturan yang
membuat sulit bagi warga mereka untuk menjadi kaya.
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kebijakan pemerintah yang tidak adil menyebabkan sejumlah ketimpangan


sosial ekonomi. Salah satu bentuk kebijakan pemerintah yang menyebabkan
ketimpangan sosial ekonomi adalah kebijakan pembangunan negara
1. Pulau Jawa dan Sumatera dengan Pulau lainnya.
Dalam masalah pembangunan, pemerintah seringkali terlalu fokus
membangun daerah perkotaan atau beberapa pulau besar seperti Jawa dan
Sumatera. Hal ini dikarenakan pemerintah masih menganggap daerah-
daerah tersebut berpotensi sangat tinggi dan dapat menghasilkan pemasukan
yang tinggi bagi negara.
Selain itu, ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola pulau-pulau
Indonesia yang banyak membuat mereka lebih fokus mengurus perkotaan
atau pulau-pulau besar di Indonesia. Ini mengakibatkan ketimpangan sosial
ekonomi antara daerah perkotaan dengan daerah terpencil.
Menurut dosen Geografi Universitas Gadjah Mada, Luthfi Muta’ali,
berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2016, sebanyak 80,34 persen
perekonomian terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera. Lapangan pekerjaan
dan pendapatan di luar pulau Jawa masih termasuk minim sehingga masih
menyebabkan urbanisasi yang tinggi ke kota-kota besar di pulau Jawa.
Meskipun ada beberapa wilayah memiliki tingkat UMR (upah minimum
rata-rata) yang besar, tetapi hal itu sebanding dengan biaya hidup di luar
pulau Jawa yang tinggi pula. Meskipun tidak semua wilayah di luar pulau
Jawa demikian, tetapi kesimpulannya negara ini masih memiliki banyak
masalah khususnya tentang aspek pemerataan.
2. Masyarakat desa dengan masyarkat kota
Ketimpangan sosial yang terjadi antara desa dan kota ternyata
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kondisi geografi dan
tipologi desa yang kurang menguntungkan. Hal ini menyebabkan mata
pencaharian masyarakat desa tidak memiliki banyak alternatif (pilihan)
seperti di perkotaan. Misalnya, masyarakat desa yang tinggal di wilayah
sekitaran pegunungan, mereka akan bekerja sebagai petani atau pedagang.
Alasannya karena hanya dari kebun atau sawah lah mereka bisa
mendapatkan sesuatu untuk dimakan dan dijual.
Sementara itu, program pembangunan masih terlalu fokus pada sektor
industri di perkotaan, sehingga sektor pertanian menjadi terpuruk dan
terabaikan. Para petani dan pedagang hanya memperoleh keuntungan yang
kecil dari hasil panen/barang dagangannya. Keuntungan yang kecil ini tidak
akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Akibatnya,
angka kemiskinan di desa jauh lebih tinggi daripada di kota.
Selain itu, tidak adanya alternatif pekerjaan di desa juga menyebabkan
banyak masyarakat desa yang memutuskan untuk mencari pekerjaan lain di
kota, agar dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar.
3. Persebaran Penduduk
Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk juga
mempengaruhi ketimpangan sosial ekonomi. Di Indonesia, persebaran
penduduk masih tidak begitu merata. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya
penduduk yang menghuni Pulau Jawa dibanding pulau-pulau lainnya.
Anggapan bahwa Pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan berpotensi
tinggi membuat sejumlah penduduk bermigrasi ke pulau ini. Selain itu,
faktor pembangunan yang tidak merata juga mengakibatkan penduduk
daerah terpencil pindah ke Pulau Jawa karena pulau tersebut dianggap lebih
maju dibanding daerah asal mereka.
Akibatnya, terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara Pulau
Jawa dengan pulau-pulau terpencil. Pulau Jawa akan mengalami
pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding pulau lainnya.
4. Kualitas Diri Masyarakat
Pembangunan yang tidak meramembuat fasilitas pendidikan dan
kesehatan yang memadai tidak dapat dinikmati sejumlah daerah. Akibatnya,
tidak semua masyarakat mempunyai kualitas diri yang
Kualitas diri ini berpengaruh terhadap kualitas kerja mereka. Semakin
tinggi kualitas diri mereka, maka semakin tinggi pula peluang kerja dan
kesejahteraan hidup yang didapat. Selain itu, sifat malas penduduk tertentu
juga berpengaruh terhadap kualitas diri masyarakat.
Sifat malas akan mengakibatkan masyarakat enggan menerima
perubahan dan enggan untuk belajar meningkatkan kualitas dirinya. Bila
dibiarkan, maka masyarakat akan semakin tertinggal kualitas dirinya.
Masalah kualitas diri ini juga menjadi salah satu masalah negara
berkembang, termasuk Indonesia.
5. Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan yang sedikit hanya mampu menampung angkatan
kerja dengan jumlah yang sedikit. Hal ini akan mengakibatkan ketimpangan
sosial ekonomi antara angkatan kerja yang telah bekerja dengan angkatan
kerja yang belum bekerja.Secara ekonomi, angkatan kerberpotensi meraih
pendapatan dan kesejahteraan hidup yang lebih baik dibanding angkatan
kerja yang masih menganggur. Jika tidak diatasi, angkatan kerja yang
menganggur akan semakin sedikit dan membuat perekonomian negara
semakin rapuh.
Meningkatkan lapangan pekerjaan bisa menjadi solusi untuk mengatasi
ketimpangan ini. Selain itu, cara mengatasi masalah pengangguran juga
harus dilakukan dalam menangani ketimpangan sosial ekonomi ini.
6. Kemiskinan
Kemiskinan membuat masyarakat sulit mendapatkan kesejahteraan
hidup yang layak, sehingga masyarakat yang mengalami kemiskinan akan
mengalami ketimpangan sosial ekonomi dengan masyarakat yang lebih
kaya.
Kemiskinan bisa disebabkan oleh kualitas pribadi yang rendah serta
sikap malas yang diidap masyarakat. Kemiskinan juga dapat terjadi karena
pengaruh struktur sosial yang juga disebut sebagai kemiskinan struktural.
Upaya Pemerintah Mengatasi Ketimpangan Sosial dalam Aspek
Ekonomi. Inilah beberapa upaya pemerintah dalam mengatasi Ketimpangan
Sosial dalam aspek Ekonomi :
Strategi pertama yang dilakukan pemerintah terkait kesehatan
anak usia 5 tahun ke bawah, khususnya terkait stunting (kurang gizi).
Stunting dipandang memperparah kemiskinan sehingga harus
diturunkan. Kedua, soal bantuan sosial yang belum tepat sasaran.
Masih banyak warga tidak mampu yang belum tersentuh bantuan
karena kurangnya sinkronisasi data.
Ketiga, soal peluang pekerjaan, karena pertumbuhan ekonomi
didukung oleh penciptaan lapangan kerja baru. Pemerintah
memprioritaskan untuk pendidikan vokasi untuk mengatasi persoalan
pengangguran. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan lebih mudah
diserap pasar tenaga kerja.
Keempat, menurunkan ketimpangan kekayaan. Selama ini,
pendapatan pajak penghasilan masih didominasi oleh kalangan pekerja.
Sedangkan, pajak penghasilan orang pribadi belum optimal. Padahal,
kalangan di luar pekerja seperti direksi, pengusaha, pemilik modal lebih
besar kewajiban pajaknya dibanding para pekerja.
Strategi kelima, menciptakan wirausaha secara massal. Sebagai
contoh yang terjadi di Asia Timur seperti Taiwan dan Korea, di mana
kemiskinan diatasi dengan berwirausaha. Tantangan pelaksanaan
strategi itu adalah kerja sama dari berbagai pihak di internal
pemerintahan. Selain itu, dukungan dari swasta khususnya dunia usaha
dibutuhkan untuk mengatasi ketimpangan.
PEMILIK MODAL DENGAN BURUH

Menurut Karl Marx konflik antara Buruh dan pemilik modal disebabkan oleh
faktor ekonomi. Yang dimaksud dengan faktor ekonomi disini adalah penguasaan
terhadap alat produksi oleh kaum borjuis (pemilik modal). Walaupun borjuis
berjumlah sedikit mereka memonopoli kekuasaan sekaligus menguasai hasil-
hasilnya sedangkan proletar (kaum buruh) sebaliknya mereka yang berjumlah besar
tidak mempunyai kekuasaan, mereka hanya diarahkan, dikendalikan dan diperas
oleh borjuis dengan cara sewenang-wenang atau dengan kekerasan yang
bertentangan dengan hak asasi manusia. Proletar bekerja guna memenuhi
kebutuhan sehari-hari, mereka menerima upah dari kaum borjuis. Sedang kelas
borjuis bekerja dengan mencari untung atau laba sebanyak-banyaknya.
Sementara di Indonesia hak dasar pekerja atas atas perlindungan upah juga
diatur dalam UU Nomor 13 tahun 2003 diantaranya setiap pekerja berhak untuk
memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa
kerja kurang dari satu tahun, peninjauan besarnya upah pekerja dengan masa kerja
lebih dari satu tahun. Pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh mengadakan
diskriminasi antara buruh laki-laki dan buruh wanita untuk pekerjaan yang sama
nilainya.
Pengusaha wajib membayar upah kepada buruh, jika buruh sendiri sakit
sehingga tidak dapat melakukan pekerjaannya. Pengusaha wajib membayar upah
kepada buruh, jika buruh tidak masuk bekerja karena hal-hal sebagaimana
dimaksud berikut ini dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pekerja menikah, dibayar untuk selama 3 hari
b. Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 hari
c. Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 hari
d. Membaptiskan anak dibayar untuk selama 2 hari
e. Istri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 hari
f. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia dibayar untuk
selama 1 hari.
Setiap pengusaha juga wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja sesuai
Undang-undang nomor 13 tahun 2003 pasal 77 yaitu:
a. Tujuh jam dalam satu hari dan empat puluh jam dalam seminggu untuk
enam hari kerja;
b. Delapan jam dalam satu hari dan empat puluh jam dalam seminggu untuk
lima hari kerja ;
Sedangkan sesuai pasal 78 Undang-undang nomor 13 tahun 2003 Pengusaha
yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat:
a. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan
b. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak tiga jam dalam
satu hari dan empat belas jam dalam satu minggu. Jika pengusaha yang
mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja wajib membayar
upah kerja lembur.
Pada saat ini pengusaha harus sepatutnya memberikan upah kepada buruh
sesuai standar serta kualitas dan kuantitas pekerjaannya. Sebab buruh mempunyai
tanggung jawab dalam rumah tangganya untuk kebutuhan sehari-hari, membiayai
anak sekolah dan biaya tak terduga. Begitu juga dengan buruh, jangan terlalu
banyak menuntut dengan upah yang tinggi. Upah kalian itu harus disesuaikan
dengan kualitas dan kuantitas pekerjaannya. Sebab pengusaha tidak ingin rugi
dalam aktivitas produksinya. Jadilah pengusaha yang memahami kondisi buruhnya
serta jadilah buruh yang memahami kondisi pengusahanya.

Anda mungkin juga menyukai