XII IPS 2 / 13
DISINTEGRASI YUGOSLAVIA
LATAR BELAKANG
Yugoslavia merupakan negara yang dihuni beragam etnik budaya. Pada masa
Romawi Kuno, negara ini menjadi rebutan bagi Romawi Timur (Ortodoks) dan Romawi
Barat (Katolik). Selain itu, kawasan Yugoslavia pernah dikuasai oleh Turki Ottoman.
Pada 1946 berdiri Republik Rakyat Federal Yugoslavia yang terdiri atas beberapa
negara. Negara-negara tersebut yaitu Serbia, Montenegro, Slovenia, Kroasia, Bosnia-
Herzegovina, Makedonia serta dua daerah otonom khusus Kosovo dan Vojvodina.
Republik Rakyat Federal Yugoslavia beribu kota di Beograd.
Pada 6 April 1992 kelompok negara Eropa dan Amerika Serikat memberikan
pengakuan kedaulatan kepada Republik Slovenia, Kroasia, dan Bosnia-Herzegovina
tanpa menunggu terjadinya stabilitas politik di wilayah-wilayah tersebut. Republik
Serbia dan Republik Montenegro kemudian membentuk federasi Yugoslavia versi baru
dengan nama “Republik Federasi Yugoslavia” pada 27 April 1992. Republik ini dipimpin
oleh Presiden Slobodan Milosevic. Akan tetapi federasi baru ini tidak mendapatkan
pengakuan dari dunia internasional.
Krisis Ekonomi. Pada 1980an Yugoslavia dilanda krisis ekonomi. Saat itu presiden
Joseph Broz Tito menerapkan system ekonomi pasar (system ekonomi swakelola).
Yang mana inti dari system ini adalah tidak menginginkan adanya pengangguran
dalam setiap negara. Prinsip “semua harus kerja” menciptakan ekonomi tidak
efisien. Karena semua perusahaan dipaksa untuk menampung buruh sebanyak
mungkin, tanpa memperhitungkan jumlah yang harus dikeluarkan untuk
membayar upah buruh. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa system tersebut
dikuasai buruh yang artinya perusahaan adalah milik buruh, sehingga buruh
bekerja seenaknya sendiri yang kemudian menyebabkan produksi dengan kualitas
rendah yang tidak laku di pasaran.
Krisis Kepemimpinan. Presiden Joseph Broz Tito merupakan tokoh sentral dibalik
bersatunya negara-negara Slavia. Pada masa kepemimpinan Broz Tito, Yugoslavia
berhasil tumbuh menjadi negara yang kuat. Selain itu Presiden Joseph Broz Tito berhasil
membangun semangat nasionalisme Yugoslavia atas semangat keetnikan. Akan tetapi,
sepeninggalan Presiden Joseph Broz Tito, Yugoslavia kehilangan sosok pemimpin yang
memperjuangkan kepentingan rakyat. Sementara itu, penggantinya yaitu Presiden
Slobodan Milosevic dinilai tidak mampu memimpin Yogoslavia dengan baik.
Pengaruh Politik dari Uni Soviet. Perpecahan Uni Soviet mendorong bangsa-bangsa di
Yugoslavia untuk melakukan hal yang sama. Selain itu, gerakan glasnost dan perestroika
di Uni Soviet mencitakan rasa nasionalisme bagi negara bagian Yugoslavia. Tiap-tiap
negara bagian merasa memiliki keyakinan dan sistem politik berbeda dan ingin
mendirikan keyakinan tersebut di atas tanah mereka sendiri yang terbebas dari pengaruh
politik Yugoslavia.