Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEJARAH PAHAM-PAHAM BARU DAN KESADARAN BANGSA INDONESIA

PAHAM-PAHAM BARU DAN KESADARAN BANGSA INDONESIA

Salah satu alasan yang paling dapat diterima mengapa kolonialisme dan imperialisme sangat kuat
bercokol di tanah jajahan adalah alasan perdagangan. Disamping agar penjajah bisa mengeruk kekayaan
negara terjajah, juga mereka ingin menjadikan negara jajahan sebagai tempat pemasaran bagi hasil-hasil
produksi industri yang dikerjakan di negerinya. Sikap-sikap ekspansif seperti inilah yang mendorong
bangsa Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, dan Rusia untuk melakukan penjajahan. Namun, setelah
bertahun-tahun bahkan berabad-abad dikekang oleh penindasan, pemerasan, perampokan,
pemerkosaan hak atas hidup secara materil dan moril, bangsa-bangsa terjajah serentak bangun.

Bangsa-bangsa terjajah di Asia, Afrika dan Amerika tampil memekik ”merdeka” ”Usir bangsa kolonis dan
imperialis dari negeri kita!” Mengapa mereka berontak setelah sekian abad seolah-olah terlelap dalam
seribu kepahitan yang melilitnya? Ada sejumlah alasan yang bisa dikemukakan. Tetapi yang jelas bahwa
dasar dari seluruh gerakan nasionalisme dan pergerakan kemerdekaan di negeri-negeri terjajah itu
kaena pengaruh langsung dan tidak langsung dari beberapa paham baru yang berkembang di Eropa dan
menyebar ke negeri-negeri jajahan. Pada modul ini, kita akan membahas faham-faham baru tersebut
seperti Nasionalisme, Liberalisme, Demokrasi, Sosialisme dan Pan-Islamisme.

Marilah kita mengupas satu-persatu perkembangan paham-paham baru di Eropa dan dunia, pengaruh
faham-faham baru itu secara khusus di Asia dan Afrika menimbulkan nasionalisme negara-negara Asia
dan Afrika.

A. Liberalisme

Paham liberalisme merupakan paham yang mengutamakan kebebasan dan kemerdekaan individu.
Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin, libertas yang artinya kebebasan, dalam bahasa Inggris
liberty artinya kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan individu untuk memiliki tempat
tinggal, mengeluarkan pendapat dan berkumpul.

Di Eropa liberalisme didukung oleh kaum borjuis dan kaum terpelajar di kota. Akan tetapi, yang
terpenting dalam liberalisme adalah individu. Masyarakat harus mementingkan Individu, karena
masyarakat itu terdiri atas individu-individu dan karena itu masyarakat adalah akibat adanya individu.
Kemerdekaan individu harus dijamin. Pada hakikatnya paham liberalisme ini timbul karena reaksi
terhadap penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan kaum agamadi zaman absolute
monarchie. Orang ingin melepaskan dirinya dari kekangan manusia, ini dikemukakan oleh Rousseou
dalam bukunya ”Du Contat Sosial”. Terhadap kaum bangsawan liberalisme menuntut kemerdekaan
ekonomi, terhadap kaum agama liberalisme menuntut kemerdekaan beragama. Dalam lapangan politik
liberalisme menuntut adanya demokrasi (menuntut adanya UUD, pemilu, kemerdekaan pers, berbicara
mengemukakan pendapat dan beragama). Selain demokrasi liberalisme dalam politik mengutamakan
kemerdekaan (nasionalisme) negara atas individu, karena tiap negara harus merdeka, tidak boleh
ditindas negara lain dan siapa pun juga. Negara berhak untuk menentukan nasibnya sendiri. Selanjjutnya
liberalisme dalam ekonomi menuntut atas ekonomi bebas (produksi bebas, perdagangan bebas, hukum
kodrat akan menyelenggarakan harmoni dunia) dengan semboyan ”Laisser faire, laisser passer, le
monde va luimeme”.

Dalam bidang ekonomi dituntut adanya ekonomi bebas tanpa campur tangan pemerintah dan
dalammenentukan kebutuhan adalah hak milik swasta. Sebagai pahlawan liberalisme adalah ekonom
dari Inggris, Adam Smith dalam bukunya ”Wealth of Nation” 1776. Pendapatnya, kesejahteraan umum
dapat dicapai Apabila diberikan kebebasan kepada setiap individu untuk berusaha tanpa campur tangan
dari pihak pemerintah.

B. Sosialisme

Sosialisme adalah paham yang menghendaki suatu masyarakat yang disusun secara kolektif agar
menjadi suatu masyarakat yang sejahter/bahagia. Kata sosialisme dari bahasa Latin, socius artinya
kawan. Tujuan sosialisme adalah untuk mewujudkan masyarakat sosialis dengan jalan mengendalikan
secara kolektif sarana produksi dan memperluas tanggung jawab negara bagi kesejahteraan rakyat.
Tokoh pemikir ssosialisme adalah Robert Owen, seorang pengusaha Inggris yang menulis buku ”A New
of Society an Essay on the Formation on Human Character” ia yang pertama menggunakan istilah
sosialisme. Tokoh lainnya adalah Saint Simon, Pieere Proudon, Charles Feourier, dan Karl Mark. Seorang
yang dikenal sebagai bapak sosialisme adalah Karl Mark dalam tulisannya “Das Kapital” yang
mengatakan bahwa sejarah masyarakat merupakan perjuangan-perjuangan kelas, semboyan mereka
“bersatulah kaum proletar/buruh sedunia”.

Sosialisme merupakan faham yang tidak memusatkan perhatiannya pada individu, tetapi pada
masyarakat secara keseluruhan. Faham sosialisme melihat orang lain sama derajat dan kedudukannya
dengan dirinya. Sosialisme menghendakisuatu masyarakat yang disusun secara kolektif (oleh kita semua,
untuk kita semua) agar tercipta sebuah masyarakat yang bahagia.

Faham sosialisme timbul sebagai reaksi terhadap liberalisme yang terjadi di dunia pada abad ke-19.
Ketika itu, para pendukung liberalisme, yaitu kaum kelas menengah (middle class) yang memiliki
industri, perdagangan, serta pengaruh terhadap masyarakat dan pemerintahan hidup bergelimang harta
dan meluapkan kaum buruh serta rakyat jelata yang menjadi penggerak industri-industri yang mereka
punyai tersebut. Ketidak adilan itu memunculkan reaksi dari kaum buruh terhadap golongan majikan
atau kelas menengah.

Latar Belakang dan Penganjur Sosialisme


Sosialisme muncul sebagai faham ekonomi dan kemasyarakatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad
ke-19 M di Eropa. Revolusi industri yang terjadi di Inggeris telah memunculkan kelas baru dalam
masyarakat, yaitu kaum borjuis yang menguasai sarana produksi karena penguasaan modal bertimbun
di tangan mereka. Di sebelahnya sebagian besar masyarakat kota hidup sebagai buruh yang tenaga
kerjanya diperas dan semakin miskin. Kekayaan yang dihasilkan karena kerja keras kaum pekerja ini
hanya bisa dinikmati oleh kaum borjuis kapitalis yang jumlahnya tidak besar. Dari waktu ke waktu
kesenjangan sosial dan ekonomi semakin ketara. Ketika itulah individualisme tumbuh.

Gereja sebagai lembaga sosial keagamaan yang masih berpengaruh ketika itu bersekutu pula dengan
kaum kapitalis dalam mengeruk kekayaan yang sebenarnya merupakan hak rakyat banyak, karena
merekalah sebenarnya yang bekerja keras. Sebagai akibat dari pesatnya perkembangan invidualisme
dan kapitalisme ini hukum yang berlaku hanyalah hukum rimba. Undang-undang dibuat semata-mata
demi kepentingan golongan borjuis (bandingkan dengan undang-undang yang dbuat VOC dan
pemerintah Hindia Belanda di Indonesia, dan juga dengan keadaan sekarang). Secara ringkas, sosialisme
merupakan reaksi terhadap keadaan ini

Sosialisme, seperrti telah dikemukakan, mula-mula muncul sebagai sebagai reaksi terhadap kondisi
buruk yang dialami rakyat di bawah sistem kapitalisme liberal yang tamak dan murtad. Kondisi buruk
terutama dialami kaum pekerja atau buruh yang bekerja di pabrik-pabrik dan pusat-pusat sarana
produksi dan transportasi. Sejumlah kaum cendekiawan muncul untuk membela hak-hak kaum buruh
dan menyerukan persamaan hak bagi semua lapisan, golongan dan kelas masyarakat dalam menikmati
kesejahteraan, kekayaan dan kemakmuran. Mereka menginginkan pembagian keadilan dalam ekonomi
Di antara tokoh-tokoh awal penganjur sosialisme dapat disebut antara lain: St. Simon (1769-1873),
Fourisee (1770-1837) , Robert Owen (1771-1858) dan Louise Blane (1813-1882). Setelah itu baru muncul
tokoh-tokoh seperti Proudhon, Marx, Engels, Bakunin dan lain sebagainya.

St. Simon dipandang sebagai bapak sosialisme karena dialah orang pertama yang menyerukan perlunya
sarana-sarana produksi dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah/negara. Gagasannya merupakan benih
awal lahirnya sistem Kapitalisme Negara (state capitalism). Fourie, tokoh sosialis berikutnya, adalah
orang pertama di Eropa yang merasa prihatin melihat pertarungan tersembunyi antara kaum kapitalis
dan buruh. Dia mengusulkan pada pemerintah Perancis agar membangun kompleks perumahan yang
memisahkan kelompok-kelompok politik dan ekonomi, yang dapat menampung empat hingga lima ratus
kepala keluarga. Ia menganjurkan hal ini untuk menghentikan pertarungan dan pertentangan ekonomi
antara kaum kapitalis dan buruh. Pandangan ini tidak mendapat tanggapan positif, sedangkan ajaran St
Simon banyak mendapat pengikut serta mendorong lahirnya Marxisme di kemudian hari.

Robert Owen, seorang ahli ekonomi yang berpandangan sama dengan Fouriee. Tetapi pandangan
kurang bulat dibanding pandangan para pendahulunya. Ia mengajarkan pentingnya perbaikan ekonomi
seluruh lapisan masyarakat dan penyelesaian masalah yang timbul antara kaum kapitalis dan buruh.
Caranya melalui berbagai kebijakan yang dapat mengendalikan timbulnya kesenjangan ekonomi dan
kecemburuan sosial. Ia sendiri pernah menjadi manager sebuah pabrik. Pengalamannya sebagai
manager sangat mempengaruhi pemikiran ekonominya. Sekalipun demikian ide-idenya dianut banyak
orang di Inggeris.
Louis Blanc adalah tokoh yang revolusioner dan ikut membidani meletusnya Revolusi Perancis.
Menurutnya salah satu kewajiban negara ialah mendirikan pabrik-pabrik yang dilengkapi dengan segala
sarana dan bahan produksi, termasuk peraturan-peraturan yang mengikat. Selanjutnya jika pabrik itu
telah berjalan dengan baik diserahkan pengurusannya kepada para buruh dan pegawainya untuk
mengatur dan mengembangkannya secara bebas. Organisasi dan managemen pabrik seluruhnya
dibebankan kepada buruh, begitu pula kewenangan memajukan produksi, mencari pasar dan
pembagian keuntungan. Sosialisme yan dianjurkan Louis Blanc disebut sosialisme kooperatif.
Menurutnya kapitalisme akan hilang dengan sendirinya apabila gagasan-gagasannya itu diwujudkan.
Sayang, apa yang diserukannya itu kurang mendapat tanggapan khalayak. Bahkan ia ditentang keras
oleh para politisi dan ekonom. Pada tahun 1882 di Inggeris berdiri kelompok Fabian Society yang
menganjurkan sosialisme berdasarkan gilde.

Tetapi pada akhir abad ke-19 sosialisme dan berbagai alirannya yang berbeda-beda, mulai mendapat
penerimaan luas di Eropa. Ini disebabkan karena mereka tidak hanya melontarkan ide-ide dan
mengembangkan wacana di kalangan intelektual dan kelas menengah, tetapi juga terutama karena
mengorganisir gerakan-gerakan bawah tanah yang radikal dan bahkan revolusioner.

Pierre J. Proudhon (1809-1865) adalah penganjur sosialisme generasi kedua di Perancis setelah generasi
St. Simon dan Louis Blanc. Tetapi berbeda dengan para penganjur sosialisme lain yang cenderung
menghapuskan hak-hak individual atas sarana-sarana produksi, termasuk hak petani untuk memiliki
tanah garapan,. Proudhon justru bersikeras memperjuangkan dipertahankan hak-hak individual secara
terbatas, termasuk hak petani untuk memiliki dan menggarap tanahnya, sebagai juga hak pengusaha
kecil untuk mengembangkan usahanya. Jadi ia menolak ide kolektivisme penuh dari kaum sosialis radikal
seperti Marx. Bagi Marx hak individual harus dihapus, termasuk hak pemilikan tanah. Di samping itu
kaum tani bukan golongan yang penting dalam masyarakat yang bergerak menuju masyarakat sosialis
sejati.

Marx berpendapat demikian karena faham dialekti materialismenya, yang menganggap bahwa sejarah
bisa berubah hanya disebabkan oleh faktor-faktor produksi dan penguasaan sarana produksi oleh kaum
proletar yang selama ini diperas oleh kaum kapitalis. Perbedaan pandangan antara Prodhoun dan Marx
inilah yang membuat gerakan sosialis internasional mengalami perpecahan pada akhir abad ke-19, dan
sosialisme pun pecah ke dalam berbagai aliran seperti sosialisme demokrat, komunisme ala Marx,
sosialisme anarkis ala Bakunin, Marxisme-Leninisme, sosialisme ala Kautsky , sosialisme Kristen, dan lain-
lain.

Kecuali itu ketidak berhasilan sosialisme memperoleh pengikut yang signifikan pada masa awal, tidak
pula berhasil melakukan perubahan mendasar dalam kehidupan masyarakat terutama disebabkan
karena para penganjurnya berkampanye di kalangan kaum elite dan intelektual. Khususnya dengan cara
menggugah sentimen moral mereka, padahal mereka – khususnya kaum borjuis kapitalis – dengan
semangat individualismenya yang tinggi tidak mengacuhkan masalah-masalah moral dan implikasi moral
bagi tindakan-tindakan merejka. Rasa keadilan jauh dari pandangan hidup mereka. Yang penting
menimbun kekayaan sebanyak-banyaknya dengan “menghalalkan segala cara”.
Karl Marx berbeda dengan penganjur sosialisme lain sebelumnya. Ia tidak membangun gerakan. Ia tidak
memberi ampun sama sekali terhadap hak-hak individual dalam pemilikan sarana produksi. Ia
berpendapat bahwa kekayaan individual bukan sesuatu yang terhormat dan dapat mengangkat
martabat atau harkat seseorang. Karena dalam kenyataan ia diperoleh dengan cara memeras habis
tenaga dan menindas hak-hak kolektif rakyat, terutama kaum yang merupakan lapisan terbesar dalam
masyarakat industrial. Kakayaan individual ityu justru membuat jatuhnya martabat dan kehormatan
seseorang. Karena ia diperoleh dengan jalan yang tidak bermoral, tanpa rasa malu dan rasa bersalah.
Melalui korupsi, penipuan dan berbagai penyelewengan terhadap hukum.

Dehumanisasi yang dilakukan oleh kaum borjuis dan kapitalisme mencapai puncaknya pada akhir abad
ke-19. Marx lantas menulis bukunya Manifesto Komunis, Das Kapital dan lain-lain. Dia menyerukan agar
kaum buruh sedunia bersatu di bawah panji-panji perjuangan ‘menghapus kelas’. Ia yakin bahwa
kedudukan seorang buruh sebenarnya jauh lebih mulia dibanding seorang kapitalis. Alasannya karena
buruhlah yang secara langsung memproduksi kekayaan bagi semua orang.

Melalui seruannya Karl Marx berhasil membangkitkan semangat kaum buruh untuk berjuang. Kini
mereka sadar bahwa upah yang mereka teria sebagai imbalan jerih payahnya itu lebih mulia dibanding
penghasilkan kaum kapitalis yang diperoleh dengan cara-cara yang jahat dan tidak berperikemanusiaan.
Di tangan Marx, sosialisme menjadi semacam ‘kepastian sejarah’ dan pisau kritik yang tajam terhadap
perkembangan masyarakat industrial dan kapitalisme liberal yang menghalalkan segala cara.
Kemunculan gagasannya sangat tepat waktu, yaitu ketika wabah kapitalisme sedang merajelala di Eropa
dan imperialisme Eropa menguasai negeri-negeri Asia dan Afrika. Wabah ini menimbulkan penyakit di
mana-mana berupa kerusakan tatanan sosial, kehidupan moral dan keagamaan, kezaliman dan
kedurjanaan. Dengan demikian sosialisme revolusioner dan komunisme yang lahir dari ajaran Karl Marx
adalah buah simalakama dari perkembangan kapitalisme sendiri.

Tetapi ada pula bentuk sosialisme lain yang sangat radikal. Seandainya saja tidak muncul ajaran
sosialisme yang dikemukakan oleh Karl Marx dan para pengikutnya, tentulah sosialisme yang lain inilah
yang merajelala. Sosialisme yang disebut terakhir ini berasal dari ajaran Bakunin, tokoh sosialis yang
pernah bersahabat dengan Marx dan sama-sama berguru kepada Proudhon. Bakunin (1814-1876)
mengajarkan faham sosialisme yang tidak kalah radikal dengan berasaskan pengacauan dan anarkisme.
Dia menyerukan agar rakyat yang tertindas melakukan tindakan apa saja untuk membuat perubahan.
Baginya setiap orang memiliki kebebasan untuk berbuat seperti itu. Manusia tidak perlu tunduk pada
norma-norma sosial, dan undang-undang serta hukum positif yang berlaku dalam masyarakat.

Gerakan anarkis terutama berkembang di Rusia pada abad ke-19, tanah kelahiran pencetusnya. Dari
faham ini tumbuh berbagai gerakan radikal dan atheis revolusioner yang menghalalkan segala cara.
Novel-novel Dostoyevski seperti Notes from the Undergrpund, Devil atau The Possessed, Karamasov
Brothers, dll banyak memberikan gambaran tentang gerakan dan kejiwaan kaum anarkis dan sosialis
revolusioner Rusia abad ke-19
C. Pan-Islamisme

Pan-Islamisme merupakan sebuah faham yang dirumuskan oleh tokoh Islam Jamaluddin Al-Afghani dari
Afghanistan pada akhir abad ke-19. Pada dasarnya, pan-islamisme merupakan sebuah cita-cita
manifestasi dari prinsip-prinsip Islam mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan antara umat Islam
di seluruh dunia, atau lazim disebut dengan istilah al-wahdah al-Islamiyyah atau al-ittihad al Islamiyyah.
Prinsip tersebut melihat bahwa umat Islam merupakan sebuah entitas yang utuh dan universal dari
seluruh penjuru dunia, tanpa kecuali. Persatuan Islam yang dicanangkan oleh paham pan-islamisme ini
mengeliminasi adanya perbedaan bahasa, etnis, atau bidaya yang terdapat di dalam masyarakat Islam di
seluruh dunia. Akan tetapi, cita-cita dari paham pan-islamisme untuk mewujudkan sebuah al-jama’ah al-
Islamiyyah (persatuan umat Islam) mendapat halangan. Hal itu karena pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, negara-negara Islam atau negara-negara yang mayoritas berpenduduk umat Islam sedang
dilanda bencana kolonialisme dan imperialisme dari bangsa-bangsa Barat.

Paham tentang penyatuan dunia Islam yang menjadi inti dari pan-Islamisme, menjadi lebih tegas pada
pemikiran Jamaluddin Al Afghani. Ide Pan-Islamisme erat kaitannya dengan kondisi abad ke-19. pada
abad ini terjadi kemunduran di negara Islam, sebaliknya di negara Barat terjadi kemajuan disertai
pengembangan kekuasaan (penjajahan). Jamaluddin melihat penjajahan terhadap negara Islam ini harus
dilawan apabila mereka bersatu. Contoh campur tangan Inggris di Afghanistan, Mesir, Irak, dan Iran. Hal
ini menambah keyakinan bahwa Islam harus bersatu, upaya penyatuan dunia Islam ini disebut Pan-
Islamisme. Pan Islamisme sebagai ide telah memperoleh dukungan hampir semua pemimpin Islam tokoh
intelektual. Pan-Islamisme memberi inspirasi bagi negeri-negeri Islam untuk mengadakan gerakan
nasional bagi negaranya dalam melawan penjajahan.

D. Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya rakyat dan kratos artinya pemerintahan. Jadi
demokrasi dalam arti sempit pemerintahan di tangan rakyat. Dalam arti luas demokrasi sebagai suatu
sistem pemerintahan yang mengakui hak segenap anggota masyarakat untuk ikut memengaruhi
keputusan politik baik langsung atau tidak langsung. Kondisi yang memengaruhi terciptanya demokrasi
adalah:

1) adanya kesepakatan bersama dalam masalah yang fundamental, dan

2) upaya yang memungkinkan kebebasan politik tumbuh di tengah negara.

Demokrasi mula-mula diterapkan di Yunani Kuno yakni demokrasi langsung, kemudian berkembang ke
negara Eropa lainnya kemudian juga ke Indonesia. Jenis demokrasi ada 4, yaitu:
1) demokrasi parlementer,

2) demokrasi pemisahan kekuasaan,

3) demokrai presidensial, dan

4) demokrasi melalui referendum.

Seorang cendekiawan dari Inggris yang memperjuangkan demokrasi adalah Jihn Locke 1632-1704, dalam
bukunya berjudul ”Two Treaties on Government”, John Locke membenarkan perjuangan rakyat Inggris
menentang kekuasaan mutlak raja. Menurut John Locke pemerintah hanyalah alat yang dibentuk untuk
menjamin kepentingan rakyat terhadap politis, mencakup hak individu, hak politik, hak atas kebebasan,
dan hak milik. Demokrasi merupakan hal yang dinamis maju, sebab negara selain mengurus kepentingan
bersama juga bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Dalam demokrasi menuntut adanya:

1) UUD

2) Pemilu

3) Kemerdekaan pers

4) Kemerdekaan berbicara, berkumpul, dan mengemukakan pendapat

5) Kebebasan beragama.

1. Demokrasi Kerakyatan Pada Masa Revolusi


Periode panjang pergerkan nasional yang didominasi oleh muncuolnya organisasi modern digantikan
periode revolusi nasional. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan merupakan kisah sentral
sejarah indonesia. Semua usaha untuk mencari identitas (jati) diri, semangat persatuan guna
menghadapi kekuasaamn kolonial, dan untuk membangun sebuah tatanan sosial yang adil akhirnya
membuahkan hasil dengan diproklamasikannya kemerdekaan indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada masa revolusi 1945 – 1950 banyak kendala yang dihadapi bangsa indonesia, misalnya perbedaan-
perbedaan antara kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dengan kekuatan diplomasi, antara mereka
yang mendukung revolusi sosial dan mereka yang menentangnya dan antara kekuatan islam dalam
kekutan sekuler. Di awal revolusi tidak satupun perbedaan di antara bangsa indonesia yang
terpecahkan. Semua permasalahan itu baru dapat diselesaikan setelah kelompok-kelompok kekuatan itu
duduk satu meja untuk memperoleh satu kata sepakat bahwa tujuan pertama bangsa indonesia adalah
kemerdekaan bangsa indonesia. Pada akhirnya kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dan kekuatan
diplomasi bersama-sama berhasil mencapai kemerdekaan.

2. Demokratisasi Dalam Demokrasi Parlementer

Setelah indonesi merdeka, kini menghadapi prospek menentukan masa depannya sendiri. Warisan yang
ditinggalkan pemerintahan kolonial berupa kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan dan tradisi
otoriter merupakan merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan para pemiipin nasional
indonesia. Pada periode tahun 1950-an muncul kaum nasionalis perkotaan dari partai sekuler dan
partai-partai islam yang memegang kendali pemerintahan. Ada sesuatu kesepakatan umum bahwa
kedua kelompok inilah yang akan menciptakan kehidupan sebuah negara demokrasi di indonesi.
Undang – Undang dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana baedan eksekutif
terdiri dari presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta para menteri yang mempunyai
tanggung jawab politik. Setiap kabinet terbentuk berdasarkan koalisi pada satu atau dua partai
besardengan beberapa partai kecil. Koalisi ternyata kurang mantap dan partai-partai koalisi kurang
dewasa dalam menghadapi tanggung jawab mengenai permasalahan pemerintahan. Di lain pihak,
partai-partai dalam barisan oposisi tidak mampu berperan sebagi oposisi kontruktif yang menyusun
program-program alternatif, tetapi hanya menonjolkan segi-segi negatif dari tugas oposisi (Miriam
Budiardjo, 70).
Pada umumnya kabinet dalam masa pra pemilu tahun 1955 tidak dapat bertahan lebih lama dari rata-
rata delapan bulan dan hal ini menghambat perkembangan ekonomi dan politik oleh karena pemerintah
tidak mendapat kesempatan dalam untuk melaksanakan programnya. Pemilu tahun 1955 tidak
membawa stabilitas yang diharapkan, malah perpecahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah tidak dapat dihindarkan. Faktor-faktor tersebut mendorong presiden soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menentukan berlakunya kembali UUD 1945. Dengan demikian masa
demokrasi berdasarkan sistem parlementer berakhir.
Mengingat kondisi yang harus di hadapi pemerintah indonesia pada kurun waktu 1950-1959, maka tidak
mengherankan bahwa pelaksanaan demokrasi mengaklami kegagalan karena dasar untuk dapat
membangun demokrasi hampir tidak dapat ditemukan. Mereka yang tahu politik hanya sekelompok
kecil masyarakat perkotaan. Para politisi jakarta, meskipun mencita-citakan sebuah negara demokrasi.
Kebanyakan adalah kaum elite yang menganggap diri mereka sebagai pengikut suatu budaya kota yang
istimewa. Mereka bersikap paternalistik terhadap orang-orang yang kurang beruntung yakni masyarakat
pedesaan. Tanggung jawab mereka terhadap struktur demokrasi parlementer yang merakyat adalah
sangat kecil. Banguan indah sebuah demokrasi parlementer hampir tidak dapat berdiri dengan kokoh.

3. Demokratisasi Dalam Demokrasi Terpimpin

Di tengah-tengah krisis tahun 1957 dan pengalaman jatuh bangunnya pemerintahan, mengakibatkan
diambilmnya langkah-langkah menuju suatu pemerintahan yang oleh Soekarno dinamakan Demokrasi
Terpimpin. Ini merupakan suatu sistem yang didominasi oleh kepribadian soekarno yang prakarsa untuk
pelaksanaan demokrasi terpimpin diambil bersama-sama dengan pimpinan ABRI (Hatta, 1966 : 7). Pada
masa ini terdapat beberapa penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945, misalnya partai-partai politik
dikebiri dan pemilu ditiadakan. Kekuatan-kekuatan politik yang ada berusha berpaling kepada pribadi
Soekarno untuk mendapatkan legitimasi, bimbingan atau perlindungan. Pada tahun 1960, presiden
Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan menggantikanya dengan DPRGR, padahal dalam
penjelasn UUD 1945 secara ekspilisit ditentukan bahwa presiden tidak berwenang membubarkan DPR.
Melalui demokrasi terpimpin Soekarno berusaha menjaga keseimbangn politik yang mherupakan
kompromi antara kepentingan-kepentingan yang tidak dapat dirujukan kembali dan memuaskan semua
pihak. Meskipun Soekarno memiliki pandangan tentang masa depan bangsanya, tetapi ia tidak mampu
merumuskan sehingga bisa diterima oleh pimpinan nasional lainnya. Janji dari demokrasi terpimpin pada
akhirnya tidak dapat terealisasi. Pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965 telah mengakhiri periode
demokrasi terpimpin dan membuka peluang bagi dilaksanakannya demokrasi Pancasila.

4. Demokratisasi Dalam Demokrasi Pancasila

Pada tahun 1966 pemerintahan Soeharto yang lebih dikenal dengan pemerintahan Orde Baru bangkit
sebagai reaksi atas pemerintahan Soekarno. Pada awal pemerintahan orde hampir seluruh kekuatan
demokrasi mendukungnya karena Orde Baru diharapkan melenyapkan rezim lama. Soeharto kemudian
melakukan eksperimen dengan menerapkan demokrasi Pancasila. Inti demokrasi pancasila adalah
menegakkan kembali azas negara hukum dirasakan oleh segenap warga negara, hak azasi manusia baik
dalam aspek kolektif maupun aspek perseorangan dijamin dan penyalahgunaan kekuasaan dapat
dihindarkan secara institusional. Dalam rangka mencapai hal tersebut, lembaga-lembaga dan tata kerja
orde baru dilepaskan dari ikatan-ikatan pribadi (Miriam, 74).
Sekitar 3 sampai 4 tahun setelah berdirinya Orde Baru menunjukkan gejala-gejala yang menyimpang
dari cita-citanya semula. Kekuatan – kekuatan sosial-politik yang bebas dan benar-benar
memperjuangkan demokrasi disingkirkan. Kekuatan politik dijinakkan sehingga menjadi kekuatan yang
tidak lagi mempunyai komitmen sebagai kontrol sosial. Kekuatan sosial politik yang diikutsertakan dalam
pemilu dibatasi. Mereka tidak lebih dari suatu perhiasan dan mempunyai arti seremonial untuk
dipertontonkan kepada dunia internasional bahwa indonesia telah benar-benar berdemokrasi, padahal
yang sebenarnya adalah kekuasaan yang otoriter. Partai-partai politik dilarang berperan sebagai oposisi
maupun kontrol sosial. Bahakan secara resmi oposisi ditiadakan dengan adanya suatu “konsensus
nasional”. Pemerintahan Soeharto juga tidak memberikan check and balances sebagai prasyarat dari
sebuah negara demokrasi (sarbini Sunawinata, 1998 ;8).
Pada masa orde baru budaya feodalistik dan paternalistik tumbuh sangat subur. Kedua sikap ini
menganggap pemimpin paling tahu dan paling benar sedangkan rakyat hanya patuh dengan sang
pemimpin. Mental paternalistik mengakibatkan soeharto tidak boleh dikritik. Para menteri selalu minta
petunjuk dan pengarahan dari presiden. Siakp mental seperti ini telah melahirkan stratifikasi sosial,
pelapisan sosial dan pelapisan budaya yang pada akhirnya memberikan berbagai fasilitas khusus,
sedangkan rakyat lapisan bawah tidak mempunyai peranan sama sekali. Berbagai tekanan yang diterima
rakyat dan cita-cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang tidak pernah tercapai,
mengakibatkan pemerintahan Orde Baru mengalami krisis kepercayaan dan kahirnya mengalami
keruntuhan.
5. Rekonstruksi Demokrasi Dalam Orde Reformasi
Melalui gerakan reformasi, mahasiswa dan rakyat indonesia berjuang menumbangkan rezim Soeharto.
Pemerintahan soeharto digantikan pemerintahan transisi presiden Habibie yang didukung sepenuhnya
oleh TNI. Lembaga-lembaga di luar presiden dan TNI tidak mempunyai arti apa-apa. Seluruh maslah
negara dan bangsa indonesia menjadi tanggung jawab presiden/TNI. Reformasi menuntut rakyat
indonesia untuk mengoreksi pelaksanaan demokrasi. Karena selama soeharto berkuasa jenis demokrasi
yang dipraktekkan adalah demokrasi semu. Orde Baru juga meninggalkan warisan berupa krisis nasional
yang meliputi krisis ekonomi, sosial dan politik.
Tugas utama pemerintahan Habibie ada dua, yakni pertama bekerja keras agar harga sembilan pokok
(sembako) terbeli oleh rakyat sambil memberantas KKN tanpa pandang bulu. Kedua, adalah
mengembalikan hak-hak rakyat guna memperoleh kembali hak-hak azasinya.
Agaknya pemerintahan “Orde Reformasi” Habibie mecoba mengoreksi pelaksanaan demokrasi yang
selama inidikebiri oleh pemerintahan Orde baru. Pemerintahan habibie menyuburkan kembali alam
demokrasi di indonesia dengan jalan kebebasan pers (freedom of press) dan kebebasab berbicara
(freedom of speech). Keduanya dapat berfungsi sebagai check and balances serta memberikan kritik
supaya kekuasaan yang dijalankan tidak menyeleweng terlalu jauh.
Membangun kembali indonesia yang demokratis dapat dilakukan melalui sistem keparataian yang sehat
dan pemilu yang transparan. Sistem pemilu multipartai dan UU politik yang demokratis menunjukkan
kesungguhan pemerintahan Habibie. Asalkan kebebasan demokratis seperti kebebasan pers, kebebasab
berbicara, dan kebebasan mimbar tetap dijalankan maka munculnya pemerintahan yang KKN dapat
dihindari.

Dalam perkembanganya Demokrasi di indonesia setelah rezim Habibie diteruskan oleh Presiden
Abdurahman wahid sampai dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat signifikan sekali
dampaknya, dimana aspirasi-aspirasi rakyat dapat bebas diutarakan dan dihsampaikan ke pemerintahan
pusat. Hal ini terbukti dari setiap warga negara bebas berpendapat dan kebebasan pers dalam
mengawal pemerintahan yang terbuka sehingga menghindarkan pemerintahan dari KKN mungkin dalam
prakteknya masih ada praktik-praktik KKN di kalangan pemerintahan, namun setidaknya rakyat tidak
mudah dibohongi lagi dan pembelajaran politik yang baik dari rakyat indonesia itu sendiri yang
membangun demokrasi menjadi lebih baik. Ada satu hal yang membuat indonesia dianggap negara
demokrasi oleh dunia Internasional walaupun negara ini masih jauh dikatakan lebih baik dari negara
maju lainnya adalah Pemilihan Langsung Presiden maupun Kepala Daerah yang dilakukan secara
langsung. Mungkin rakyat indonesia masih menunggu hasil dari demokrasi yang yang membawa
masyarakat adil dan makmur secara keseluruhan.

Pada intinya demokrasi adalah persamaan hak dan kedudukan dari setiap warga negara di dalam sebuah
negara yang demokratis. Demokrasi harus ditegakkan dalam berbagai bidang, yakni demokrasi politik,
demokrasi ekonomi, demokrasi hukum dan demokrasi pjendidikan. Sedang inti demokrasi itu sendiri
adalah keadilan. Demokrasi yang sesungguhnya adalah demokrasi tanpa embel-embel dibelakangnya,
karena tiga macam denokrasi yang diterapkan di indonesia ternyata gagal. Dengan demikian, demokrasi
dalam arti universal dan komprehensif dapat diciptakan melalui tegaknya keadilan politik, keadilan
ekonomi, keadilan sosial dan keadilan hukum.

E. Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham yang memandang bahwa kelompok-kelompok di suatu bangsa memiliki
kesamaan budaya, bahasa, wilayah, cita-cita dan tujuan. Istilah nasionalisme berasal dari kata bahasa
Latin natio yang berarti ’kelahiran’ atau ’macam-macam ikatan yang didasarkan pada satu garis
keturunan yang sama’. Arti kata natio kemudian mengalami perubahan. Dalam bahasa Inggris, natio
berubah menjadi nation yang berarti ’bangsa’ atau ’sekelompok manusia yang tinggal di suatu daerah
tertentu, memiliki kasadaran untuk bersatu karena memiliki nasib, cita-cita, dan tujuan yang sama’.
Dengan demikian, nasionalisme berarti perasaan cinta dari semua komponen bangsa terhadap bangsa
dan tanah airnya yang timbul karena kesamaan sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan,
tempat tinggal dan berkeinginan untuk mempertahankan serta mengembangkannya sebagai milik
bersama.

Tokoh nasionalisme adalah Joseph Ernest Renan, Otto Bpuer, Hans Kohn, dan Louis Sneyde. Hans Kohn
berpendapat nasionalisme adalah kesetiaan tertinggi individu yang diserahkan kepada bangsa dan
negaranya. Munculnya nasionalisme dipengaruhi oleh:

1) Magna Charta 1215 di Inggris yang kemudian menjadi akar demokrasi,

2) Adanya Piagam Bill of Right 1689 di Inggris

3) Revolusi Prancis yang menumbuhkan demokrasi dan nasionalisme yang tercermin dalam
semboyan Revolusi “Liberte, Egalite, Fraternite” yang berkembang diseluruh Eropa,

4) Pengaruh pemikiran dari Renaissance.

Akibat Nasionalisme:

1) Gerakan nasionalisme di Amerika Serikat untuk melepaskan dari ikatan negara induknya (Inggris)
karena hak-hak mereka dikurangi serta status warga negara yang jelas gerakan ini dipimpin oleh George
Washington. Naskah kemerdekaan disusun oleh Thomas Yefferson ”Declaration of Independence” tahun
1776.

2) Gerakan nasionalisme di Amerika Latin menenang penjajahan Spanyol dan Portugis yang dipimpin
oleh Simon Bolivar.

3) Gerakan nasionalisme Jerman dipimpin oleh Otto Van Bismark berhasil mengalahkan musuhnya
(Den Mark, Austria, Prancis) hasilnya Jerman bersatu dinobatkan kaisar Wilhem I di istana Versailles.

4) Gerakan nasional di Asia-Afrika yang melawan kekejaman bangsa Barat di Asia.

a. KEMUNCULAN NASIONALISME DI INDONESIA

Sejak abad 19 dan abad 20 muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa Asia Afrika khususnya
Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya nasionalisme :
1) Faktor dari dalam (internal)

a. Kenangan kejayaan masa lampau

Bangsa-bangsa Asia dan Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum masuk dan
berkembangnya imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia pernah
mengalami masa kejayaan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Kejayaan masa lampau
mendorong semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bagi Indonesia kenangan kejayaan masa
lampau tampak dengan adanya kenangan akan kejayaan pada masa kerajaan Majapahit dan Sriwijaya.
Dimana pada masa Majapahit, mereka mampu menguasai daerah seluruh nusantara, sedangkan masa
Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat.

b. Perasaan senasib dan sepenanggungan akibat penderitaan dan kesengsaraan masa penjajahan

Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika mengakibatkan
mereka hidup miskin dan menderita sehingga mereka ingin menentang imperialisme barat.

c. Munculnya golongan cendekiawan

Perkembangan pendidikan menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik hasil dari pendidikan
barat maupun pendidikan Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin munculnya
organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang untuk melawan penjajahan.

d. Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan

i. Dalam bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi masyarakat
pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak asasi manusia. Mereka ingin
menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia.

ii. Dalam bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi asing.
Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan kemelaratan
untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.

iii. Dalam bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan
mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya asing di
Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta menumbuhkan
kebudayaan asli bangsa Indonesia.

2) Faktor dari luar (eksternal)

a. Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)

1904-1905 Jepang melawan Rusia dan tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia. Hal ini dikarenakan,
modernisasi yang dilakukan jepang yang telah membawa kemajuan pesat dalam berbagai bidang
bahkan dalam bidang militer. Awalnya dengan kekuatan yang dimiliki tersebut Jepang mampu melawan
Korea tetapi kemudian dia melanjutkan ke Manchuria dan beberapa daerah di Rusia. Keberhasilan
Jepang melawan Rusia inilah yang mendorong lahirnya semangat bangsa-bangsa Asia Afrika mulai
bangkit melawan bangsa asing di negerinya.

b. Perkembangan Nasionalisme di Berbagai Negara

a) Pergerakan Kebangsaan India

India untuk menghadapi Inggris membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All India National
Congres”. Tokohnya, Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak,dsb. Mahatma Gandhi
memiliki dasar perjuangan :

1. Ahimsa (dilarang membunuh) yaitu gerakan anti peperangan

2. Hartal, merupakan gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat apapun walaupun mereka tetapi
masuk kantor atau pabrik

3. Satyagraha merupakan gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial
Inggris.

4. Swadesi merupakan gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan negeri sendiri

Selain itu adanya pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore

b) Gerakan Kebangsaan Filipina

Digerakkan oleh Jose Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa Spanyol di Wilayah Filipina.
Jose ditangkap tanggal 30 September 1896 dijatuhihukuman mati. Akhirnya dilanjutkan Emilio
Aquinaldo yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan Filipina tanggal 12 Juni 1898 tetapi Amerika
Serikat berhasil menguasai Filipina dari kemerdekaan baru diberikan Amerika Serikat pada 4 Juli 1946.

c) Gerakan Nasionalis Rakyat Cina

Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam segala sektor
kehidupan bangsa Cina. Dia menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar gerakan San Min Chu I:

b. Republik Cina adalah suatu negara nasional Cina

c. Pemerintah Cina disusun atas dasar demokrasi (kedaulatan berada di tanggan rakyat)

d. Pemerintah Cina mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya.

Apa yang dilakukan oleh Dr. Sun Yat Sen sangat besar pengaruhnya terhadap pergerakan rakyat
Indonesia. Terlebih lagi setelah terbentuknya Republik Nasionalis Cina (1911)

d) Pergerakan Turki Muda (1908)


Dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala sektor
kehidupan masyarakatnya. Ia ingin agar dapat mengembangkan negerinya menjadi negara modern.
Gerakan Turki Muda ini banyak mempengaruhi munculnya pergerakan nasional di Indonesia.

e) Pergerakan Nasionalisme Mesir

Dipimpin oleh Arabi Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama
Inggris atas negeri Mesir. Adanya pandangan modern dari Mesir yang dikemukakan oleh Muhammad
Abduh mempengaruhi berdirinya organisasi-organisasi keagamaan di Indonesia seperti
Muhammaddiyah.

Intinya dengan gerakan kebangsaan dari berbagai negara tersebut mendorong negara-negara lain
termasuk Indonesia untuk melakukan hal yang sama yaitu melawan penjajahan dan kolonialisme di
Negaranya.

c. Munculnya Paham-paham baru

Munculnya paham-paham baru di luar negeri seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi
dan pan islamisme juga menjadi dasar berkembangnya paham-paham yang serupa di Indonesia.
Perkembangan paham-paham itu terlihat pada penggunaan ideologi-ideologi (paham) pada organisasi
pergerakan nasional yang ada di Indonesia.

b. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN NASIONALISME DI INDONESIA

TUMBUHNYA NASIONALISME DI INDONESIA

Karena adanya faktor pendukung diatas maka di Indonesiapun mulai muncul semangat nasionalisme.
Semangat nasionalisme ini digunakan sebagai ideologi/paham bagi organisasi pergerakan nasional yang
ada. Ideologi Nasional di Indonesia diperkenalkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diketuai
oleh Ir. Soekarno. PNI bertujuan untuk memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang bebas dari
penjajahan. Sedangkan cita-citanya adalah mencapai Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir
penjajahan pemerintahan Belanda di Indonesia. Dengan Nasionalisme dijadikan sebagai ideologi maka
akan menunjukkan bahwa suatu bangsa memiliki kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta tujuan dan
cita-cita. Sehingga akan merasakan adanya sebuah kesetiaan yang mendalam terhadap kelompok
bangsa tersebut.
PERKEMBANGAN NASIONALISME DI INDONESIA

Sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia diawali dengan pembentukan identitas
nasional yaitu dengan adanya penggunaan istilah “Indonesia” untuk menyebut negara kita ini. Dimana
selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai identitas nasional, lambang perjuangan bangsa
Indonesia dalam menentang penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan bangsa dalam melakukan
perjuangan dan pergerakan melawan penjajahan, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi
kepentingan Indonesia bukan atas nama daerah lagi.

Istilah Indonesia mulai digunakan sejak :

· J.R. Logan menggunakan istilah Indonesia untuk menyebut penduduk dan kepulauan nusantara
dalam tulisannya pada tahun 1850

· Earl G. Windsor dalam tulisannya di media milik J.R. Logan tahun 1850 menyebut penduduk
nusantara dengan Indonesia

· Serta tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah Indonesia di dunia internasional

· Istilah Indonesia dijadikan pula nama organisasi mahasiswa di negara Belanda yang awalnya
bernama ”Indische Vereninging” menjadi ”Perhimpunan Indonesia”

· Nama majalah ”Hindia Putra” menjadi ”Indonesia Merdeka”

· Istilah Indonesia semakin populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Melalui Sumpah
Pemuda kata Indonesia dijadikan sebagai identitas kebangsaan yang diakui oleh setiap suku bangsa,
organisasi-organisasi pergerakan yang ada di Indonesia maupun yang di luar wilayah Indonesia.

· Kata Indonesia dikukuhkan kembali dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945

Perkembangan nasionalisme yang mengarah pada upaya untuk melakukan pergerakan nasional guna
melawan penjajah tidak bisa lepas dari peran berbagai golongan yang ada dalam masyarakat, seperti
golongan terpelajar/kaum cendekiawan, golongan profesional, dan golongan pers.

a. Golongan Terpelajar

Golongan terpelajar dalam masyarakat Indonesia saat itu termasuk dalam kelompok elite sebab masih
sedikit penduduk pribumi yang dapat memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan
merupakan sebuah kesempatan yang istimewa bagi rakyat Indonesia. Mereka memperoleh pendidikan
melalui sekolah-sekolah yang didirikan kolonial yang dirasa memiliki kualitas baik. Dengan pendidikan
model barat yang mereka miliki, golongan terpelajar dipandang sebagai orang yang memiliki pandangan
yang luas sehingga tidak sekedar dikenal saja tetapi mereka dianggap memiliki kepekaan yang tinggi.
Sebab selain memperoleh pelajaran di kelas mereka akan membentuk kelompok kecil untuk saling
bertukar ide menyatakan pemikiran mereka mengenai negara Indonesia melalui diskusi bersama.
Meskipun mereka berasal dari daerah yang berbeda tetapi mereka merasa senasip sepenanggunagan
untuk mengatasi bersama adanya penjajahan, kapitalisme, kemerosotan moral, peneterasi budaya, dan
kemiskinan rakyat Indonesia. Hingga akhirnya mereka membentuk perkumpulan yang selanjutnya
menjadi Oragnisasi Pergerakan Nasional. Mereka membentu organisasi-organisasi modern yang
berwawasan nasional. Mereka berusaha menanamkan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa,
menanamkan rasa nasionalisme, menanamkan semangat untuk memprioritaskan segalanya demi
kepentingan nasional daripada kepentingan pribadi melalui organisadi tersebut. Selanjutnya melalui
organisasi pergerakan nasional tersebut mereka melakukan gerakan untuk melawan penjajahan yang
selanjutnya membawa Indonesia pada kemerdekaan.

Jadi Golongan terpelajar memiliki peran yang besar bagi Indonesia meskipun keberadaannya sangat
terbatas (minoritas) tetapi golongan terpelajar inilah yang menjadi pelopor pergerakan nasional
Indonesia hingga akhirnya kita berjuangan melawan penjajah dan memperoleh kemerdekaan.

b. Golongan Profesional

Golongan profesional merupakan mereka yang memiliki profesi tertentu seperti guru, dan
dokter.Keanggotaan golongan ini hanya terbatas pada orang seprofesinya. Golongan profesional ini
lebih banyak ada dan mengembangkan profesinya didaerah perkotaan. Golongan profesional pada masa
kolonial memiliki hubungan yang dekat dengan rakyat, sehingga mereka dapat mengetahui keberadaan
rakyat Indonesia pada saat itu. Sehingga golongan ini dapat menggerakkan kekuatan rakyat untuk
menentang kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.

1) Peran Guru

ü Guru merupakan ujung tombak perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya
dan berjuang memajukan bangsa Indonesia dari keterbelakangan.

ü Guru memberikan pendidikan dan pengajaran kepada generasi penerus bangsa melalui lembaga-
lembaga pendidikan yang ada baik itu sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial maupun sekolah
yang didirikan oleh tokoh-tokoh bangsa Indonesia.

ü Melalui pendidikan tersebut guru dapat menanamkan rasa kebangsaan/ rasa nasionalisme yang
tinggi. Sehingga anak-anak kaum pribumi dapat menyadari dan tekanan dari pemerintah kolonial
Belanda.

ü Guru telah membangun dan membangkitkan kesadaran nasional bangsa Indonesia.

ü Guru telah mendidik dan melahirkan tokoh-tokoh pejuang yang dapat diandalkan dalam
memperjuangkan kebebasan bangsa Indonesia dari cengkeraman kaum penjajah.
ü Orang-orang pribumi mulai menghimpun kekuatan dan berjuang melalui organisasi-organisasi
modern yang didirikannya. Organisasi-organisasi perjuangan yang didirikan oleh kaum terpelajar bangsa
Indonesia dijadikan sebagai wadah perjuangan di dalam menentukan langkah-langkah untuk mengusir
pemerintah kolonial Belanda dan berupaya membebaskan bangsa dari segala bentuk penjajahan asing.

Bagi guru tempat perjuangan mereka adalah lembaga-lembaga pendidikan yang ada, di sekolah tersebut
guru membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya.

Contoh lembaga pendidikan yang ada, yaitu :

· Perguruan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara

· Lembaga Pendidikan Perguruan Muhammadiyah didirikan oleh K.H Achmad dahlan. Melalui
gurulah dihasilkan tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia maupun tokoh-tokoh besar dunia. Di tangan
gurulah terletak maju mundurnya sebuah bangsa. Jadi jika tidak ada guru maka mungkin Indonesia tidak
dapat terbebas dari Kekuasaan kolonial.

Ø Pada masa kolonial dokter memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kehidupan rakyat.

Ø Dokter dapat merasakan kesengsaraan dan penderitaan yang dialami rakyat Indonesia melalui
penyakit yang dideritanya. Ia mendengarkan berbagai keluhan yang dialami oleh rakyat Indonesia.
Penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh rakyat Indonesia adalah akibat dari berbagai tekanan
dan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Ø Ketergerakan hati mereka diwujudkan melalui perjuangan dengan membentuk wadah organisasi
yang bersifat sosial dan budaya yang diberinama Budi Utomo yang didirikan 20 Mei 1908 oleh Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Dr. Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. Gunawan Mangunkusumo.

c. Golongan Pers

Pers sudah mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-19, dan masuknya pers di Indonesia memberikan
pengaruh yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Wujud perkembangan pers dapat dilihat dalam
bentuk surat kabar maupun majalah. Awalnya surat kabar yang beredar hanya digunakan untuk orang-
orang asing tetapi karena untuk mengejar pelanggan dari masyarakat pribumi maka muncul surat kabar
yang di modali orang Cina tetapi menggunakan bahasa Melayu.

Peran media :

Melalui surat kabar terdapat pendidikan politik, sebab melalui surat kabar tersebut ternyata dimuat isu-
isu mengenai masalah politik yang sedang berkembang sehingga secara tidak langsung melalui surat
kabar tersebut telah memberikan pendidikan politik kepada masyarakat Indonesia.
Melalui Surat kabar/ majalah mempunyai fungsi sosial dasar yaitu memperluas pengetahuan bagi para
pembacanya dan dapat membentuk pendapat (opini) umum.

Pendidikan sosial politik dapat disalurkan melalui tulisan-tulisan di surat kabar dan media masa sehingga
menumbuhkan pemikiran dan pandangan kritis pembaca yang dapat membangkitkan kesadaran
bersama bagi bangsa Indonesia.

Surat kabar merupakan media komunikasi cetak yang paling potensial untuk memuat berita, wawasan
dan polemik (tukar pikiran melalui surat kabar), bahkan ide dan pemikiran secara struktural dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat luas.

Meskipun pada masa itu ruang gerak pers dibatasi dan dikontrol ketat oleh pemerintah kolonial. Tetapi
melalui surat kabar tersebut sebagai sarana untuk menyampaikan segala sesuatu yang dikehendaki dan
diprogramkan oleh pemerintah sehingga sedapat mungkin bisa diinformasikan kepada masyarakat luar.
Dimana pemberitahuannya lebih memihak pada pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Pada masa pergerakan nasional Indonesia, surat kabar mempunyai peranan yang sangat penting bahkan
organisasi pergerakan nasional Indonesia telah memiliki surat kabar sendiri-sendiri, seperti:

Darmo Kondo (Budi Utomo), Oetoesan Hindia (Sarekat Islam), Het Tiidsriff dan De Expres (Indische
Partij), Indonesia Merdeka (Perhimpunan Indonesia), Soeloeh Indonesia Moeda (PNI), Pikiran Rakyat
(Partindo), Daulah Ra’jat (PNI Baru)

Surat kabar yang dimiliki oleh organisasi-organisasi tersebut menjadi salah satu sarana untuk
menyampaikan bentuk-bentuk perjaungan kepada rakyat, agar rakyat dapat mengetahui dan
memberikan dukungan kepada organisasi-organisasi itu.

Nasionalisme di Indonesia mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat ketika secara
resmi Budi Utomo diakui oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1908. Secara singkat perkembangan
nasionalisme Indonesia menjadi lebih ramai sejak berdiri Budi Utomo hingga Proklamasi Kemerdekaan.
Sejak budi utomo berdiri organisasi-organisasi yang mengusahakan perbaikan dan kondisi rakyat
Indonesia.

Tahapan perkembangan nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.

a) Periode Awal Perkembangan

Dalam periode ini gerakan nasionalisme diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki situasi sosial
dan budaya. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo, Sarekat Dagang Indonesia,
Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.

b) Periode Nasionalisme Politik


Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak dalam bidang politik untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Indische Partij dan Gerakan
Pemuda.

c) Periode Radikal

Dalam periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan untuk mencapai kemerdekaan baik itu
secara kooperatif maupun non kooperatif (tidak mau bekerjasama dengan penjajah). Organisasi yang
bergerak secara non kooperatif, seperti Perhimpunan Indonesia, PKI, PNI.

d) Periode Bertahan

Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia lebih bersikap moderat dan penuh pertimbangan.
Diwarnai dengan sikap pemerintah Belanda yang sangat reaktif sehingga organisasi-organisasi
pergerakan lebih berorientasi bertahan agar tidak dibubarkan pemerintah Belanda. Organisasi dan
gerakan yang berkembang pada periode ini adalah Parindra, GAPI, Gerindo.

Dari perkembangan nasionalisme tersebut akhirnya mampu menggalang semangat persatuan dan cita-
cita kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia yang bersatu dari berbagai suku di indonesia.

Munculnya Nasionalisme Asia-Afrika

Selain dari faham-faham diatas, faktor pendukung lain yang memicu kesadaran bersama di Asia-Afrika
adalah sebagai berikut:

1. kenangan kejayaan pada masa lampau menggugah kebangkitan melawan penjajah;

2. pendeeritaan dan kesengsaraan rakyat akibat penjajahan;

3. lahirnya golongan terpelajar yang memelopori gerakan anti penjajahan;

4. pengaruh kemenangan Jepang atas Rusia 1901-1905, yang memberi kepastian bahwa bangsa
Asia mampu mengalahkan bangsa Barat.

Ada tiga aspek gerakan nasional

1. Aspek politik, yaitu gerakan nasional menumbangkan dominasi politik kaum imperialis dan
menyuarakan keinginan rakyat serrta masyarakat yakni kemerdekaan.

2. Aspek ekonomi, bahwa gerakan nasional terlihat adanya penghapusan ekploitasi ekonomi asing,
yang bertujuan untuk membangun masyarakat baru yang bebas dari kesengsaraan dan
kemelaratan, sesuai dengan cita keadilan sosial.
3. Aspek kebudayaan, kaum nasionalis ingin menghapus penetrasi kebudayaan asing yang
merugikan dan mematikan budaya bangsa dan menghidupkan kembali kebudayaanya dan
kepribadiannya.

Perkembangan beberapa gerakan kebangsaan di Asia-Afrika

1. Pergerakan kebangsaan India

2. Pergerakan kebangsaan Mesir

3. Pergerakan kebangsaan Jepang

4. Pergerakan kebangsaan Cina

5. Pergerakan kebangsaan Turki

Anda mungkin juga menyukai