Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMUDA DI BALIK PROKLAMASI KEMERDEKAAN (PERISTIWA


RENGASDENGKLOK 1945)

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Sejarah Kontemporer (1)
Dosen Pengampu : M. Bagus Sekar Alam, S.S, M.Hum.

Oleh :
Frino Lilo Ramdhani Wibawa

XI MIPA 2
SMAN 1 BATUKLIANG UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya untuk Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penyusunan makalah berjudul ‘Peristiwa
Rengasdengklok 1945' ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada uswah dan pemimpin umat ini Nabi Muhammad Sallallaahu
‘Alaihi wa Sallam, keluarganya para sahabat dan kepada semua pengikut sunnah
beliau hingga akhir zaman.

Makalah ini ditujukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah


Kontemporer. Melalui makalah ini penulis menjabarkan kronologis peristiwa
rengasdengklok yang membawa Indonesia kepada proklamasi kemerdekaan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari beberapa


pihak. Untuk itu ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Seperti kata pepatah “Tak ada
gading yang tak retak”. Oleh Karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan demi perbaikan ke depannya. Semoga karya ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Teratak, 26 Ferbruari 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………3
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................3
BAB II
PERISTIWA RENGASDENGKLOK
A. Kronologis Peristiwa...………….………………………………………..4
B. Golongan Tua Versus Golongan Muda.............………………………….6
C. Tokoh yang Berperan Penting....…………………………………………8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………….12
B. Saran...........................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berbicara mengenai sejarah, tak lepas pemuda sebagai actor di dalamnya.


Berbagai peristiwa penting dalam sejarah menempatkan pemuda sebagai
pemeran utama. Kita ingat kembali kebangkitan nasional tahun 1908 yang
ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Oetomo. Nyatanya organisasi
tersebut dimotori oleh para pemuda bangsa yang sekolah di Stovia. Dua puluh
tahun setelah kebangkitan nasional, tepatnya pada 1928, sejarah mengukirkan
sebuah peristiwa penting yaitu Sumpah Pemuda yang menyatukan para
pemuda di seluruh Nusantara.

Maju lagi ke depan, peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI 1945 tak lepas


dari peran pemuda di belakangnya. Insiden Rengasdengklok merupakan
wujud keberanian dan tekad yang bulat, dari para pemuda, untuk merdeka.
Penculikan ini membawa hasil dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Momen bersejarah ini menjadi tonggak penting
dalam kehidupan dan kelangsungan bangsa Indonesia selanjutnya.1

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kronologis peristiwa Rengasdengklok?


2. Bagaimana pertentangan pemikiran antara golongan muda dan tua?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Mengetahui kronologis peristiwa Rengasdengklok dan tokoh-tokoh


dibaliknya.
2. Mengetahui pertentangan pemikiran antara golongan muda dan tua.
BAB II
PERISTIWA RENGASDENGKLOK
1

3
A. KRONOLOGIS PERISTIWA
Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945. Berita tentang kekalahan Jepang ini masih dirahasiakan oleh
Jepang. Namun berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para
pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh,
Abubakar Lubis, Wikana.2
Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan
pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan
Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis,
Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar,
E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah.3 Dari rapat tersebut memutuskan bahwa
golongan muda menginginkan kemerdekaan Indonesia diajukan pada tanggal 16
Agustus 1945 dari tanggal yang telah dijanjikan oleh Jepang, karena tidak ingin
dicap sebagai negara bentukan Jepang. Kemudian para tokoh pemuda tersebut
mendatangi kediaman Soekarno untuk membahas hal tersebut, namun pendapat
para pemuda itu ditolak oleh Soekarno. Terjadilah perbedaan pendapat antara
golongan tua dan golongan muda.
Sekitar pukul 24.00, tanggal 15 Agustus 1945, setelah meninggalkan
kediaman Soekarno, mengadakan pertemuan di Jl. Cikini 71 Jakarta, yang
memutuskan untuk mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Dengan tujuan agar selamat dari tangan Jepang dan dapat melaksanakan
Proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus 1945. Rencana itu pun disepakati
dan Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.
Pada dini hari sekitar pukul 03.00 tanggal 16 Agustus 1945, sekelompok
pemuda mengamankan Soekarno dan Hatta di masing-masing kediamannya untuk
menuju Rengasdengklok. Menjelang subuh (sekitar 04.00) tanggal 16 Agustus
1945 mereka segera menuju Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok
dengan pengawalan tentara Peta dilakukan sesudah makan sahur, sebab waktu itu
memang bulan Puasa.4 Sesampainya di Rengasdengklok, Soekarno dan

4
Rombongan ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong
yang berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.5
Pada 16 Agustus 1945 yang semestinya diadakan pertemuan PPKI pukul
10.00 di Jakarta, tetapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Maka
Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf
Kunto dan Weikana, kemudian terjadilah kesepakatan, sehingga Ahmad Subarjo
diantara ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok
pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Subarjo berbicara kepada para pemuda dan
memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus
sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco Subeno mewakili para pemuda melepas
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta. 6 Namun, para
pemuda belum percaya sepenuhnya untuk melepaskan Soekarno-Hatta. Sampai
akhirnya Ahmad Subardjo menjadikan dirinya sendiri sebagai jaminan, ia siap
ditembak mati oleh tentara PETA jika kemerdekaan Indonesia tidak
diproklamirkan selambat-lambatnya hari berikutnya pukul 12.00 WIB. Alhasil,
Sukarni mempersilakan Soekarno-Hatta beserta Subardjo untuk kembali ke
Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, tanpa membuang banyak waktu, rombongan
tersebut segera berkumpul di rumah Laksamana Maeda. Setelah beberapa waktu,
Maeda mengajak mereka untuk bertemu Letnan Jendral Otoshi Nishimura
(Direktur Departemen Umum Pemerintahan Militer). Dalam pertemuan itu Letnan
Jenderal Nishimura menyampaikan bahwa pemerintah Jepang keberatan akan
kemauan pemimpin dan pemuda Indonesia untuk mempercepat proklamasi
kemerdekaan dengan alasan karena Jepang sudah menyerah kepada Sekutu dan
diminta untuk menjaga status quo di wilayah Indonesia. Namun karena tekad
bangsa Indonesia sudah kuat dan bersatu, maka rencana mempercepat proklamasi
kemerdekaan tetap dilaksanakan.7 Golongan tua dan pemuda Indonesia bersatu
melanjutkan rapat untuk membahas teks proklamasi. Hasil rapat tersebut adalah

5
lahir dan ditandatanganinya teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta dan pengumuman bahwa hari itu, Jumat, 17 Agustus 1945 pukul
10.00 WIB proklamasi kemerdekaan akan dibacakan di halaman rumahnya di Jl.
Pegangsaan Timur No.56.

B. GOLONGAN TUA VERSUS GOLONGAN MUDA


Golongan tua merupakan para tokoh pergerakan nasional tahun 1930-an,
yang saat itu telah tergabung dalam kepengurusan PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) bentukan Jepang, antara lain Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta. Golongan tua yang banyak menuangkan gagasan mereka dalam PPKI,
berpemikiran matang dan bijaksana. Mereka berpendapat bahwa kemerdekaan
Indonesia, baik berstatus dari pemerintah Jepang maupun hasil perjuangan bangsa
Indonesia, tidak perlu dipermasalahkan karena pada kenyataannya Jepang sudah
kalah dalam Perang Pasifik. Justru hal utama yang perlu mendapat sorotan dan
tanggapan adalah pasukan Sekutu yang berusaha untuk mengembalikan
kekuasaan Belanda atas wilayah Indonesia. Maka dari itu, untuk
memproklamirkan kemerdekaan harus dilakasanakan melalui revolusi yang
terorganisasi. Golongan tua percaya pada janji Jepang yang telah merestui
kemerdekaan Indonesia dan pada tanggal 16 Agustus 1945 PPKI akan bersidang,
untuk selanjutnya melaksanakan kemerdekaan itu.
Golongan pemuda, dengan rentang usia 17 sampai 30 tahun, yang satu
suara menyerukan, agar selama masa kekosongan kekuasaan (status quo)
Indonesia, keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk sesegera mungkin
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, Indonesia dapat
segera bebas oleh belenggu penjajahan dari bangsa manapun dan dapat berdiri
sebagai sebuah bangsa yang berdaulat penuh tanpa embel-embel “pemberian
kemerdekaan”. Pemuda menilai jika kemerdekaan Indonesia menunggu
dilaksanakan oleh panitia bentukan Jepang (PPKI) maka sama artinya
kemerdekaan yang nantinya lahir hanyalah kemerdekaan buatan Jepang yang
sewaktu-waktu bisa dijajah lagi.8 Disamping itu, para pemuda juga ingin
membangun image bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia bukan
semata-mata karena pemberian dari bangsa penjajah, namun merupakan usaha
8

6
perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Golongan pemuda menginginkan agar
proklamasi kemerdekaan Indonesia cepat dilaksanakan karena hal ini merupakan
hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri tanpa bergantung pada negara atau
bangsa yang lain.9
Dikarenakan upaya dialog untuk menciptakan proklamasi kemerdekaan
bagi Indonesia, antara golongan pemuda dan golongan tua pada 15 Agustus 1945
di Jakarta telah gagal, maka para pemuda membawa Ir. Soekarno dan Moh. Hatta
ke Rengasdengklok. Tujuan para pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok selain untuk menghindari pengaruh dan tekanan Jepang terhadap
Soekarno – Hatta, juga untuk mengamankan keduanya dari hal-hal yang tidak
diinginkan.10
Dalam suasana perdebatan panjang antara golongan pemuda dan
Soekarno-Hatta yang saling meyakinkan gagasan masing-masing, Ahmad
Subardjo datang ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno – Hatta kembali
ke Jakarta dan segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Subardjo terus
berupaya menyakinkan Sukarni bahwa semua persediaan untuk persiapkan
proklamasi sudah diatur di Jakarta. Soekarno-Hatta pun berjanji akan
menandatangani proklamasi kemerdekaan itu dengan syarat harus ditanda-tangani
di Jakarta.11
Pendapat Hatta yang menyatakan bahwa pengamanan yang dilakukan
golongan pemuda atas dirinya dan Soekarno ke Rengasdengklok hanya sia-sia
tidak sepenuhnya benar. Memang terbukti tidak terjadi apa-apa di Jakarta, tetapi
dalam masa pengamanan tersebut perundingan panjang antara golongan pemuda
dan golongan tua telah membentuk suatu tekad yang kuat untuk segera
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, sehingga apa yang telah dicita-citakan
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dapat menjadi
kenyataan. Inilah potret konkret kontribusi semangat dan perjuangan golongan
pemuda untuk bangsa Indonesia.

C. TOKOH YANG BERPERAN PENTING


9

10

11

7
Berdasarkan kronologis Peristiwa Rengasdengklok, dapat dilihat bahwa
pemuda memiliki peran yang sangat besar dan penting. Berikut adalah tokoh-
tokoh yang berperan penting.

Sukarni

Nama lengkapnya adalah Sukarni Kartodiwirjo, lahir di Blitar, Jawa Timur


14 Juli 1916 dan meninggal di Jakarta 7 Mei 1971 pada umur 54 tahun. Dalam
peristiwa Rengasdengklok ia berperan mendesak Soekarno untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan RI. Serta beliau juga mengidekan untuk menulis
‘atas nama Bangsa Indonesia’ di akhir teks proklamasi.

Chaerul Saleh

Ia adalah seorang pejuang dan tokoh politik Indonesia yang pernah


menjabat sebagai menteri, wakil perdana menteri, dan ketua MPRS antara tahun
1957 sampai 1966. Ia bersama Wikana, Sukarni dan pemuda lainnya Soekarno
dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok agar kedua tokoh ini segera
menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah kekalahan Jepang dari
Sekutu  pada tahun 1945.

Wikana

8
Ia lahir di Sumedang, Jawa barat pada 18 Oktober 1914. Setelah
Kemerdekaan Wikana ditunjuk menjadi Ketua Angkatan Pemuda Indonesia (API)
yang mempunyai  tujuan memperteguh negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperjuangkan kemakmuran yang merata pada masyarakat

Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo

Ia adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Mr. Achmad


Soebardjo merupakan salah seorang tokoh dari golongan tua yang berperan dalam
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mr. Achmad Soebardjo
menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama
Bung Karno dan Bung Hatta

Adam Malik Batubara

9
Ia lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 22 Juli 1917. Ia adalah
mantan Menteri  Indonesia pada beberapa Departemen, antara lain beliau pernah
menjabat menjadi Menteri Luar Negeri. Ia juga pernah menjadi  Wakil Presiden
Indonesia yang ketiga. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul
Saleh, dan Wikana, beliau pernah membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke
Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Demi
mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul
di lapangan Ikada, Jakarta.

Sayuti Melik

Nama aslinya adalah Mohamad Ibnu Sayuti, tokoh pemuda yang juga
sangat berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peran Sayuti Melik
adalah mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan setelah ia sempurnakan dari
tulisan tangan Bung Karno

Latif Hendraningrat

Abdul Latief Hendraningrat, lahir di Jakarta, 15 Februari 1911 –


meninggal di Jakarta, 14 Maret 1983 pada umur 72 tahun, adalah seorang prajurit
PETA berpangkat Sudanco pengerek bendera Sang Saka Merah Putih tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56.

10
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Peristiwa Rengasdengklok memiliki makna penting mengenai peran


pemuda dalam menyongsong kemerdekaan, kontribusi pemuda untuk
mempersiapkan kemerdekaan bagi Indonesia. Peristiwa Rengasdengklok
merupakan suatu bentuk upaya pemuda agar proklamasi kemerdekaan Indonesia
segera dilaksanakan. Pada dasarnya, peristiwa ini terjadi oleh munculnya suatu
perbedaan gagasan antara golongan tua dan golongan pemuda. Baik para
pemimpin “angkatan tua” maupun para pemuda dari “generasi muda” sama-sama
berkeingan baik dan bertujuan sama: memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Hanya saja cara yang mereka tempuh “berlainan langgamnya”.
Semasa proses transisi kemerdekaan Indonesia, terdapat perbedaan
pandangan antara golongan tua dan golongan muda. Baik golongan tua maupun
golongan muda sama-sama berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus
segera diproklamasikan, hanya mengenai caranya melaksanakan Proklamasi itu
terdapat beda pendapat. Golongan tua sesuai dengan perhitungan politiknya
berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah hanya jika
tetap bekerjasama dengan Jepang. Mereka menggantungkan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada rapat Panitia Kesiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI).
Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan muda, yang menganggap
PPKI adalah badan bikinan Jepang. Mereka juga tidak menyetujui
dilaksanakannya Proklamasi Kemerdekaan secara yang telah digariskan oleh
Jenderal Besar Terauci dalam pertemuan di Dalat. Sebaliknya, mereka
menghendaki terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan dengan kekuatan sendiri
lepas sama sekali dari Jepang. Golongan muda telah melakukan rapat yang
diketuai oleh Chairul Saleh dan dihadiri oleh beberapa golongan muda lainnya
seperti Kusnandar, dan Subianto. Keputusan rapat tersebut menunjukkan tuntutan-
tuntutan radikal golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia
adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan pada orang
lain maupun kerajaan lain. segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan

11
dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diharapkan diadakannya
perundingan dengan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta agar supaya mereka
diikutsertakan menyatakan Proklamasi.

B. SARAN

Berilah saya seribu orang tua, saya bersama mereka kiranya dapat memindah
gunung, tetapi apabila saya diberi sepuluh pemuda yang bersemangat dan berapi-
api, kecintaannya pada bangsa dan tanah air tumpah darahnya, saya akan
menggemparkan dunia” (Bung Karno, Presiden RI pertama)
Kutipan salah satu founding fathers kita di atas agaknya benar adanya.
Karena peran pemuda dalam lintas sejarah membuktikan perkataannya. Baiknya
kisah kejayaan pemuda ini dapat dijadikan refleksi bagi pemuda masa kini untuk
terus menyalakan spirit kecintaannya pada bangsa dan tanah air, sesuai dengan
kutipan di atas. Tanpa keberanian Sukarni, Wikana dan kawan-kawan, mungkin
sejarah akan berubah. Mungkin kita masih dijajah. Ataukah kemerdekaan itu
hanyalah status saja? Karena kesejahteraan belum merata, kemandirian belum
terasa.

Sumber Internet
http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com/2011/05/11/peristiwa-
rengasdengklok/
http://www.ilmusiana.com/2015/07/peristiwa-rengasdengklok-latar-belakang.html
Saifulloh Ramdani, Peran Strategis Pemuda dalam Proklamasi Kemerdekaan:
Studi Kasus Pengamanan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok 1945,
terdapat dalam https://ilmibsi.wordpress.com/2013/11/22/peran-strategis-
pemuda-dalam-proklamasi-kemerdekaan-studi-kasus-pengamanan-
soekarno-hatta-ke-rengasdengklok-1945/,
Edy Mulyawan, Peristiwa Rengasdengklok : Peran Pemuda yang Terselip Dalam
Sejarah Kemerdekaan Indonesia, terdapat dalam
https://tautankata.wordpress.com/2010/08/16/peristiwa-rengasdengklok-
peran-pemuda-yang-terselip-dalam-sejarah-kemerdekaan-indonesia/

12

Anda mungkin juga menyukai