Anda di halaman 1dari 11

Halaman Judul

MAKALAH
TENTANG
“REHABILITASI EKONOMI ORDE BARU”

NAMA KELOMPOK

1. Ketut Bintang Riantini ( 18 )


2. Luh Erika Dewi ( 25 )
3. Ni Putu Ariasih ( 29 )
4. Ni Putu Swandewi ( 30 )
5. Putu Gita Kusma Dewi ( 32 )

SMA NEGERI 1 BANJAR


TAHUN PELAJARAN 2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Rehabilitasi Ekonomi Orde
Baru”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi siswa-siswi pada khususnya dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Banyuatis, Januari 2022

Penyusun
.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................................................
Kata pengantar.......................................................................................................................................
Daftar isi...............................................................................................................................................
BAB I....................................................................................................................................................
Pendahuluan..........................................................................................................................................
a. Latar belakang...........................................................................................................................
b. Rumusan Masalah......................................................................................................................
BAB II...................................................................................................................................................
Pembahasan...........................................................................................................................................
rehabilitasi Ekonomi Orde Baru............................................................................................................
Rehabilitas ekonomi pada masa Orde Baru.......................................................................................
Rehabilitas ekonomi..........................................................................................................................
Perkembangan Ekonomi di Indonesia................................................................................................
Program Penyelamatan Ekonomi Nasional di Masa Orde Baru.........................................................
BAB III..................................................................................................................................................
Penutup..................................................................................................................................................
Kesimpulan :......................................................................................................................................
Saran :...............................................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara
kekuasaanmasa Sukarno (Orde Lama) dengan masa Suharto. Sebagai masa yang
menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan Gerakan 30 September
tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upayauntuk: mengoreksi total penyimpangan
yang dilakukan pada masa Orde Lama, penataan kembali seluruh aspek kehidupan
rakyat, bangsa, dan negara Indonesia,melaksanakan Pancasila dan UUD1945 secara
murni dan konsekuen dan menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan
stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa.

b. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu:

 Bagaiman latar belakang lahirnya orde baru ?


 Bagaimana politik dalam negri pada masa orde baru ?
 Bagaimana kehidupan bidang ekonomi pada masa orde baru ?
 Bagaimana perkembangan social budaya pada masa orde baru ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
REHABILITASI EKONOMI ORDE BARU

Rehabilitas ekonomi pada masa Orde Baru


Program pemerintah diarahkan sebagai upaya penyelamatan ekonomi nasional,
terutama stabilitas dan rehabilitas ekonomi. Stabilitas ekonomi berarti mengendalikan
inflasi agar harga barang-barang dan bahan pokok tidak melonjak terus.

Rehabilitas ekonomi
Adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari
kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana ang menjamin
berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur
berdasarkan pancasila.

Perkembangan Ekonomi di Indonesia


Menurut Mas’oed (1989), periode kekuasaan di Indonesia, yaitu Orde Lama, Orde
Baru dan reformasi, memiliki ciri khas masing-masing yang akhirnya juga membawa
dampak yang berbeda-beda bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Orientasi
pembangunan yang dimaksud adalah orientasi pembangunan keluar, yakni
pembangunan dengan melakukan stabilisasi ekonomi negeri dengan memanfaatkan
sumber luar negeri dan pembangunan berorientasi ke dalam, yang merupakan usaha
stablisasi ekonomi dengan memperkuat usaha-usaha dalam neger.

Orde Lama dibawah pimpinan Soekarno bersikap anti bantuan asing dan
berorientasi ke dalam. Soekarno menyatakan bahwa nilai kemerdekaan yang paling
tinggi adalah berdiri di atas kaki sendiri atau yang biasa disebut “berdikari.” Soekarno
tidak menghendaki adanya bantuan luar negeri dalam membangun perekonomian
Indonesia. Pembangunan ekonomi Indonesia haruslah dilakukan oleh Indonesia sendiri.
Bahkan Soekarno melakukan kampanye Ganyang Malaysia yang semakin memperkuat
posisinya sebagai oposisi bantuan asing.

Semangat nasionalisme Soekarno menjadi pemicu sikapnya yang tidak


menginginkan pihak asing ikut campur dalam pembangungan ekonomi Indonesia.
Padahal saat itu di awal kemerdekaannya Indonesia membutuhkan pondasi yang kuat
dalam pilar ekonomi.

Sikap Soekarno yang anti bantuan asing pada akhirnya membawa konsekuensi
tersendiri yaitu terjadinya kekacauan ekonomi di Indonesia. Soekarno cenderung
mengabaikan permasalahan mengenai ekonomi negara, pengeluaran besar-besaran yang
terjadi bukan ditujukan terhadap pembangunan, melainkan untuk kebutuhan militer,
proyek mercusuar, dan dana-dana politik lainnya.

2
Soekarno juga cenderung menutup Indonesia terhadap dunia luar terutama negara-
negara barat. Hal itu diperkeruh dengan terjadinya inflasi hingga 600% per tahun pada
1966 yang pada akhirnya mengakibatkan kekacauan ekonomi bagi Indonesia.
Kepercayaan masyarakat pada era Orde Lama kemudian menurun karena rakyat tidak
mendapatkan kesejahteraan dalam bidang ekonomi.

Kemudian fase baru dimulai dalam perkembangan Indonesia, yakni masa Orde
Baru di bawah pimpinan Soeharto. Di era Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto,
slogan “Politik sebagai Panglima” berubah menjadi “Ekonomi sebagai Panglima.”
Karena pada masa ini, pembangunan ekonomi merupakan keutamaan, buktinya,
kebijakan-kebijakan Soeharto berorientasi kepada pembangunan ekonomi.

Kepemimpinan era Soeharto juga berbanding terbalik dengan kepemimpinan era


Soekarno. Jika kebijakan Soekarno cenderung menutup diri dari negara-negara barat,
Soeharto malah berusaha menarik modal dari negara-negara barat itu. Perekonomian
pada masa Soeharto juga ditandai dengan adanya perbaikan di berbagai sector dan
pengiriman delegasi untuk mendapatkan pinjaman-pinjaman dari negara-negara barat
dan juga IMF. Jenis bantuan asing ini sangat berarti dalam menstabilkan harga-harga
melalui “injeksi” bahan impor ke pasar.

Mochtar (1989) menegaskan, Orde Baru berpandangan bahwa Indonesia


memerlukan dukungan baik dari pemerintah negara kapitalis asing maupun dari
masyarakat bisnis internasional pada umumnya, yakni para banker dan perusahaan-
perusahaan multinasional. Orde Baru cenderung berorientasi keluar dalam membangun
ekonomi.

Langkah Soeharto dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, tahap penyelamatan yang
bertujuan untuk mencegah agar kemerosotan ekonomi tidak menjadi lebih buruk lagi.
Kedua, stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi, yang mengendalikan inflasi dan
memperbaiki infrastruktur ekonmi. Ketiga, pembangunan ekonomi. Hubungan
Indonesia dengan negara lain dipererat melalui berbagai kerjasama, Indonesia juga aktif
dalam organisasi internasional, terutama PBB, dan penyelesaian konflik dengan
Malaysia.

Awalnya bantuan asing sulit diperoleh karena mereka telah dikecewakan oleh
Soekarno, namun dengan berbagai usaha dan pendekatan yang dilakukan kucuran dana
asing tersebut akhirnya diterima Indonesia.

Program Penyelamatan Ekonomi Nasional di Masa Orde Baru


Untuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan pemerintah
Orde Lama, pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah:

3
– Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan ini
didasari oleh Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966.
– MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan
serta program stabilisasi dan rehabilitasi.

Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional,


terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang dimaksud dengan stabilisasi
ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus.
Rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi.

Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang
menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila.

Langkah-langkah yang diambil Kabinet Ampera yang mengacu pada Ketetapan


MPRS tersebut adalah:
– Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan
kemacetan. Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi tersebut
adalah:
– Rendahnya penerimaan negara.
– Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara.
– Terlalu banyak dan tidak efisiennya ekspansi kredit bank.
– Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri.
– Penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan
prasarana.
– Debirokrasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian
– Berorientasi pada kepentingan produsen kecil
– Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut, maka pemerintah
Orde Baru menempuh cara
– Mengadakan operasi pajak
– Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan
maupun kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak
orang.
– Menghemat pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta
menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara.
– Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor.

Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Pemerintah
Orde Baru berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968, tetapi harga
bahan kebutuhan pokok naik melonjak. Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada
bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian

4
yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta
asing. Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil, sebab kenaikan harga bahan-bahan
pokok dan valuta asing sejak tahun 1969 dapat dikendalikan pemerintah.

Program rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan


berproduksi. Selama sepuluh tahun terakhir masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia
mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana sosial dan ekonomi. Lembaga
perkreditan desa, gerakan koperasi, dan perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat
kekuasaan oleh golongan dan kelompok kepentingan tertentu. Dampaknya, lembaga
negara tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai penyusun perbaikan tata kehidupan
rakyat.

Stabilisasi polkam diperlukan untuk pembangunan ekonomi bagi kesejahteraan


rakyat. Kondisi ekonomi yang diwarisi Orde Lama adalah sangat buruk. Sektor
produksi barang-barang konsumsi misalnya hanya berjalan 20% dari kapasitasnya.
Demikian pula sektor pertanian dan perkebunan yang menjadi salah satu tumpuan
ekspor juga tidak mengalami perkembangan yang berarti. Hutang yang jatuh tempo
pada akhir Desember 1965, seluruhnya berjumlah 2,358 Juta dollar AS. Dengan
Perincian negara-negara yang memberikan hutang pada masa Orde Lama adalah blok
negara komunis (US $ 1.404 juta), negara Barat (US $ 587 juta), sisanya pada negara-
negara Asia dan badan-badan internasional.

Program rehabilitasi ekonomi Orde Baru dilaksanakan berlandaskan pada Tap


MPRS No.XXIII/1966 yang isinya antara lain mengharuskan diutamakannya masalah
perbaikan ekonomi rakyat di atas segala soal-soal nasional yang lain, termasuk soal-soal
politik. Konsekuensinya kebijakan politik dalam dan luar negeri pemerintah harus
sedemikian rupa hingga benar-benar membantu perbaikan ekonomi rakyat.

Bertolak dari kenyataan ekonomi seperti itu, maka prioritas pertama yang dilakukan
pemerintah untuk rehabilitasi ekonomi adalah memerangi atau mengendalikan perintah
dengan meyusun APBN(Anggaran Pendapatan Belanja Negara) berimbang. Sejalan
dengan kebijakan itu pemerintah Orde Baru berupaya menyelesaikan masalah hutang
luar negeri sekaligus mencari hutang baru yang diperlukan bagi rehabilitasi maupun
pembangunan ekonomi berikutnya.

Untuk menanggulangi masalah hutang-piutang luar negeri itu, pemerintah Orde


Baru berupaya melakukan diplomasi yang intensif dengan mengirimkan tim
negosiasinya ke Paris, Perancis (Paris Club), untuk merundingkan hutang piutang
negara, dan ke London , Inggris (London Club) untuk merundingkan hutang-piutang
swasta. Sebagai bukti keseriusan dan itikad baik untuk bersahabat dengan negara para
donor, pemerintah Orde Baru sebelum pertemuan Paris Club telah mencapai
kesepakatan terlebih dahulu dengan pemerintah Belanda mengenai pembayaran ganti
rugi sebesar 165 juta dollar AS terhadap beberapa perusahaan mereka yang
dinasionalisasi oleh Orde Lama pada tahun 1958. Begitu pula dengan Inggris telah
dicapai suatu kesepakatan untuk membayar ganti rugi kepada perusahaan Inggris yang
kekayaannya disita oleh pemerintah RI semasa era konfrontasi pada tahun 1965.

5
Sejalan dengan upaya diplomasi ekonomi, pada 10 Januari 1967 pemerintah Orde
Baru memberlakukan UU No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) .
Dengan UU PMA, pemerintah ingin menunjukan kepada dunia internasional bahwa
arah kebijakan yang akan ditempuh oleh pemerintah Orde Baru, berbeda dengan Orde
Lama. Orde Baru tidak memusuhi investor asing dengan menuduh sebagai kaki tangan
imperialisme. Sebaliknya, aktivitas mereka dipandang sebagai prasyarat yang
dibutuhkan oleh sebuah negara yang ingin membangun perekonomiannya. Dengan
bantuan modal mereka, selayaknya mereka didorong dan dikembangkan untuk
memperbanyak investasi dalam berbagai bidang ekonomi. Sebab dengan investasi
mereka, lapangan kerja akan segera tercipta dengan cepat tanpa menunggu pemerintah
memiliki uang terlebih dahulu untuk menggerakan roda pembangunan nasional.

Upaya diplomasi ekonomi ke negara-negara Barat dan Jepang itu, tidak hanya
berhasil mengatur penjadwalan kembali pembayaran hutang negara dan swasta yang
jatuh tempo, melainkan juga mampu meyakinkan dan menggugah negara-negara
tersebut untuk membantu Indonesia yang sedang terpuruk ekonominya. Hal ini terbukti
antara lain dengan dibentuknya lembaga konsorsium yang bernama Inter Governmental
Group on Indonesia (IGGI) . Proses pembentukan IGGI diawali oleh suatu pertemuan
antara para negara yang memiliki komitmen untuk membantu Indonesia pada bulan
Februari 1967, di Amsterdam. Inisiatif itu datang dari pemerintah Belanda. Pertemuan
ini juga dihadiri oleh delegasi Indonesia dan lembaga-lembaga bantuan internasional.
Dalam pertemuan itu disepakati untuk membentuk IGGI dan Belanda ditunjuk sebagai
ketuanya.

Selain mengupayakan masuknya dana bantuan luar negeri, pemerintah Orde Baru
juga berupaya menggalang dana dari dalam negeri yaitu dana masyarakat. Salah satu
strategi yang dilakukan oleh pemerintah bersama– sama Bank Indonesia dan bank-bank
milik negara lainnya adalah berupaya agar masyarakat mau menabung.

Upaya lain adalah menerbitkan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (UUPMDN)


No.6 1968. Satu hal dari UUPMDN adalah adanya klausal yang menarik yang
menyebutkan bahwa dalam penanaman modal dalam negeri, perusahaan-perusahaan
Indonesia harus menguasai 51% sahamnya. Untuk menindaklanjuti dan mengefektifkan
UUPMA dan UUPMDN pada tatanan pelaksanaannya, pemerintah membentuk
lembaga-lembaga yang bertugas menanganinya. Pada 19 Januari 1967, pemerintah
membentuk Badan Pertimbangan Penanaman Modal (BPPM). Berdasarkan Keppres
no.286/1968 badan itu berubah menjadi Team Teknis Penanaman Modal (TTPM). Pada
Tahun 1973, TTPM digantikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
hingga saat ini.

Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah pada awal Orde Baru mulai


menunjukan hasil positif Hiperinflsi mulai dapat dikendalikan,dari650% menjadi 120%
(1967), dan 80% (1968), sehingga pada tahun itu diputuskan bahwa Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pertama akan dimulai pada tahun
berikutnya(1969) Setelah itu pada tahun berikutnya tahuni nflasi terus menurun menjadi
25% (1969), 12% (1970), dan 10% (bahkan sampai 8.88%) pada tahun 1971.

Program rehabilitasi ekonomi Orde Baru dilaksanakan berlandaskan pada Tap


MPRS No.XXIII/1966 yang isinya tentang pembaruan kebijakan landasan ekonomi,
keuangan, dan pembangunan.Tujuan dikeluarkan keterapan tersebut adalah untuk

6
mengatasi krisis dan kemerosotan ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak tahun
1955. Berdasarkan ketetapan tersebut, Presiden Suharto mempersiapkan perekonomian
Indonesia sebagai berikut:

1. Mengeluarkan Peraturan 3 Oktober 1966, tentang pokok-pokok regulasi.


2. Mengeluarkan Peraturan 10 Pebruari 1967, tentang harga dan tarif.
3. Peraturan 28 Juli 1967, tentang pajak usaha serta ekspor Indonesia.
4. UU No. 1 Tahun 1967 , tentang Penanaman Modal Asing.
5. UU No. 13 Tahun 1967, tentang Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
( RAPB).

Indonesia pada awal pemerintahan Orde Baru berhasil mengatasi krisis ekonomi
yang diderita. Banyak modal asing datang, industri berkenbang pesat, dan muncul
kesempatan kerja. Indonesia juga menjalin kerja sama dengan lembaga keuangan dunia,
seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank).

7
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN :
Sejalan dengan dasar empirik sebelumnya, masa awal orde baru ditandai oleh
terjadinya perubahan besar dalam pengimbangan politik di dalam Negara dan
masyarakat, sebelumya pada era Orde Lama kita tahu bahwa pusat kekuasaan ada di
tangan presiden, militer dan PKI. Namun pada Orde Baru terjadi pergeseran pusat
kekuasaan dimana dibagi dalam militer, teknokrat, dan kemudian birokrasi. Namun
harapan itu akhirnya menemui ajalnya ketika pada pemilu 1971, golkar secara
mengejutkan memenangi pemilu lebih dari separuh suara dalam pemilu.Itulah beberapa
sekelumit cerita tentang Orde Lama dan Orde Baru, tentang bagaimana kehidupan
sosial, politik dan ekonomi di masa itu. Yang kemudian pada orde baru akhirnya
tumbang bersamaan dengan tumbangnya Pak Harto atas desakan para mahasiswa di
depan gendung DPR yang akhirnya pada saat itu titik tolak era Reformasi lahir. Dan
pasca reformasilah demokrasi yang bisa dikatakan demokrasi yang di Inginkan pada
saat itu perlahan-lahan mulai tumbuh hingga sekarang ini.

SARAN :
Perjalanan kehidupan birokrasi di Indonesia selalu dipengaruhi oleh kondisi
sebelumnya. Budaya birokrasi yang telah ditanamkan sejak jaman kolonialisme berakar
kuat hingga reformasi saat ini. Paradigma yang dibangun dalam birokrasi Indonesia
lebih cenderung untuk kepentingan kekuasaan. Struktur, norma, nilai, dan regulasi
birokrasi yang demikian diwarnai dengan orientasi pemenuhan kepentingan penguasa
daripada pemenuhan hak sipil warga negara. Budaya birokrasi yang korup semakin
menjadi sorotan publik saat ini. Banyaknya kasus KKN menjadi cermin buruknya
mentalitas birokrasi secara institusional maupun individu.

Sejak orde lama hingga reformasi, birokrasi selalu menjadi alat politik yang efisien
dalam melanggengkan kekuasaan. Bahkan masa orde baru, birokrasi sipil maupun
militer secara terang-terangan mendukung pemerintah dalam mobilisai dukungan dan
finansial. Hal serupa juga masih terjadi pada masa reformasi, namun hanya di beberapa
daerah. Beberapa kasus dalam Pilkada yang sempat terekam oleh media menjadi salah
satu bukti nyata masih adanya penggunaan birokrasi untuk suksesi. Sebenarnya
penguatan atau ”penaklukan” birokrasi bisa saja dilakukan dengan catatan bahwa
penaklukan tersebut didasarkan atas itikad baik untuk merealisasikan program-program
yang telah ditetapkan pemerintah. Namun sayangnya, penaklukan ini hanya dipahami
para pelaku politik adalah untuk memenuhi ambisi dalam memupuk kekuasaan.

Mungkin dalam hal ini, kita sebagai penerus bangsa harus mampu dan terus
bersaing dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya , harga diri
bangsa Indonesia adalah mencintai dan menjaga aset Negara untuk dijadikan simpanan
buat anak cucu kelak. Dalam proses pembangunan bangsa ini harus bisa menyatukan
pendapat demi kesejahteraan masyarakat umumnya.

Anda mungkin juga menyukai