Anda di halaman 1dari 14

PENGERAHAN KEKUATAN MASA DI FILIPINA & AFGANISTAN

MELAWAN UNI SOVIET

DISUSUN OLEH :

Aris Sugianto
Indra Budi Purnama
Delvia Junika
Jois Shoma Ramdani
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah Pengerahan Kekuatan Masa di Filipina &
Afganistan Melawan Uni Soviet.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai kerajinan yang bisa di bikin dari bahan limbah. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga karya tulis ilmiah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.

Kampar Kiri Tengah, 08 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................


DAFTAR ISI .......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................
C. Tujuan Penulisan ..........................................................
D. Manfaat Penulisan ........................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengerahan Kekuatan Masa di Filipina .......................
B. Bermula Dari Terbunuhnya Pemimpin Oposisi ...........
C. Dipicu Kecurangan Pemilu ..........................................
D. Ditumbangkan Oleh Kekuatan Rakyat ........................
E. Afganistan Melawan Uni Soviet ..................................
F. Revolusi Saur ...............................................................
G. Faksi Didalam Partai Demokrasi Rakyat Afganistan ...
H. Hubungan Afganistan-Uni Soviet ..........................
I. Permulaan Dari Kekacauan ..........................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................
B. Saran ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filipina merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki banyak momen
bersejarah. Salah satu yang masih membekas hingga saat ini adalah Revolusi EDSA. Sebuah
revolusi yang menjatuhkan rezim Ferdinand Marcos yang berkuasa selama dua puluh tahun
secara otoriter.

Revolusi EDSA merupakan aksi massa nirkekerasan yang terjadi pada 22 Februari
1986. Nama EDSA merupakan singkatan dari Epifano de lo Santos Avenue, sebuah jalan di
Metro Manila yang menjadi lokasi aksi massa. Revolusi ini diogranisir oleh berbagai pihak
yang muak pada rezim Marcos, seperti pelajar, Gereja Katolik, tentara, dan elit politik oposisi
pemerintah.

Bibit Revolusi EDSA sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1971, ketika Marcos
mendeklarasikan Filipina dalam kondisi Martial Law atau darurat perang[1]. Melalui kondisi
ini, Marcos membatasi pergerakan oposisi dan membungkam media massa yang dianggap
bersebrangan dengan kepentingannya[2]. Salah satu media yang diberangus oleh Marcos
adalah Manila Time.

Sejarawan asal Amerika Serikat, McCoy mencatat selama periodisasi Martial Law
(1971 – 1986), setidaknya terdapat 3.257 orang terbunuh, 35.000 orang mengalami
penyiksaan, dan 70.000 orang dipenjara tanpa proses pengadilan. Jumlah tersebut merupakan
gambaran kasar yang terdokumentasikan, yang mana terdapat ribuan lagi yang belum
tercatat. Kondisi ini, tidak berbeda dengan apa yang Indonesia alami di masa Orde Baru, di
mana ribuan orang disiksa dan dibunuh, ratusan aktivis diculik, dan puluhan orang hilang
hingga hari ini.

Daerah yang kini bernama Afganistan sebagian besar merupakan wilayah Muslim
sejak tahun 882 M. Negara dengan keadaan geografisnya berupa pegunungan dan gurun pasir
mencerminkan pada komposisi etnis, budaya dan bahasanya. Populasinya pun terbagi
menjadi beberapa kelompok etnis, Pashtun adalah etnis terbesar, bersama dengan Tajik,
Hazara, Aimak, Uzbek, Turkmen dan kelompok kecil lainnya. Keikutsertaan militer Rusia di
Afganistan memiliki sejarah yang panjang, berawal pada ekspansi Tsar yang disebut
"Permainan Besar" antara Rusia dengan Britania Raya, dimulai pada abad ke-19 dengan
kejadian yang disebut insiden Panjdeh. Ketertarikan akan daerah ini berlanjut saat era Soviet
di Rusia, dengan adanya miliaran uang bantuan ekonomi dan militer untuk Afganistan pda
tahun 1955 sampai 1978.

B. Rumusan Masalah
Setelah menentukan tema yang akan dibahas, penulis merumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi penyebab Pengerahan Kekuatan di Filipina?


2. Apa saja yang di timbulkan?
3. Apa yang menjadi penyebab-penyebab konflik perang Afghanistan?
4. Apa penyebab-penyebab mundurnya Uni Sovyet dan Amerika dalam perang ini?
5. Bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat di Afghanistan?

C. Tujuan Penulisan
Setelah merumuskan permasalahan dari tema yang telah diutarakan, tujuan penulis
menuliskan ini untuk mengetahui apa-apa yang menyebabkan Pengerahan Kekuatan di
Filipina dan konflik perang di Afghanistan, lalu untuk mengetahui penyebab mundurnya
negara-negara yang melaksanakan operasi militer di Afghanistan dan juga untuk mengetahui
bagaimana dampak yang di timbulkan akibat konflik perang yang ada di Afghanistan itu
sendiri.

D. Manfaat Penulisan
Supaya pembaca dapat memahami dan mempelajari apa saja sejarah tentang konflik
dan perang yang ada di dunia. Serta pembaca bisa mengambil pelajaran yang ada di dalam
penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengerahan Kekuatan Masa Di Filipina

PERISTIWA People Power merupakan sebuah demonstrasi massal tanpa kekerasan


yang terjadi di Filipina pada 1986. Aksi damai yang berlangsung selama empat hari
dilakukan jutaan rakyat Filipina di Metro Manila dengan tujuan untuk mengakhiri rezim
otoriter Presiden Ferdinand Marcos dan pengangkatan Corazon Aquino sebagai presiden.
Peristiwa itu juga dikenal dengan nama Revolusi EDSA. EDSA adalah singkatan dari
Epifanio de los Santos Avenue, sebuah jalan di Metro Manila yang merupakan tempat aksi
demonstrasi berlangsung.
Pada 21 Agustus 1983, senator Benigno Aquino Jr dibunuh di Manila International
Airport setelah kembali dari pengasingan selama tiga tahun di Amerika Serikat. Peristiwa
pembunuhan itu membuat marah rakyat Filipina yang sebelumnya telah kehilangan
kepercayaan terhadap rezim Marcos. Istri Benigno, Corazon Aquino, menjadi figur populer
menentang rezim Marcos. Pada 23 November 1985, Marcos secara mendadak
mengumumkan percepatan pemilu presiden. Pemilu kemudian diadakan pada 7 Februari
1986.

B. Bermula Dari Terbunuhnya Pemimpin Oposisi


Ketika pemilihan presiden (pilpres) tiba pada 1973, Marcos sebenarnya tidak berhak
mengikutinya karena sudah berkuasa selama dua periode. Namun setahun sebelumnya ia
mendeklarasikan darurat militer dengan dalih meningkatnya pembangkangan sipil.
Kekuasaan Marcos pun berlanjut untuk 14 tahun ke depan dengan represi yang makin keras
kepada berbagai elemen oposisi. Ia memegang penuh kontrol militer. Hak mengungkapkan
pendapat dan kebebasan pers dikekang. Kongres Filipina dibubarkan. Media yang masih
bandel mengkritik akhirnya ditutup izin beroperasinya. Lawan-lawan politik Marcos
dijebloskan ke penjara. Beberapa ada yang dituduh komunis. Salah satunya adalah Benigno
Aquino Jr., yang menjadi oposisi terkeras Marcos sejak 1973. Aquino menegaskan bahwa
dirinya bukan seorang komunis, namun pembelaannya sia-sia belaka. Untuk mengobati
penyakit jantungnya, ia mengasingkan diri sementara ke Amerika Serikat pada 1980 atas izin
Marcos.
Kepulangan ke Filipina adalah tindakan yang berbahaya, demikian peringatan banyak
orang kepada Aquino. Sebagaimana dicatat Monina Allarey Mercado dalam An Eyewitness
History People Power: The Philippine Revolution of 1986 (1987), semangat melawan
kediktatoran Marcos membuat Aquino mengabaikannya. Pada 21 Agustus 1983, saat sedang
turun dari pesawat komersial Taiwan di Bandara Internasional Manila, Aquino ditembak
kepalanya, dan mati seketika. Rakyat Filipina juga tak puas akibat resesi yang melanda
Filipina, terutama pada akhir 1983, dengan kontraksi sebesar 6,8 persen. Hutang negara
menumpuk banyak, sebagian dikorupsi Marcos dan kroninya, membuat fondasi ekonomi kian
rapuh.

C. Dipicu Kecurangan Pemilu


Marcos yang panik menyerukan pilpres satu tahun lebih cepat ketimbang jadwal.
Pilpres 1986 menjadi puncak kemarahan rakyat Filipina sebab merasa dicurangi rezim
Marcos. Merujuk Peter Ackerman dan Jack DuVall dalam A Force More Powerful: A
Century of Non-Violent Conflict (2000), komisi pemilihan umum menyatakan Marcos
menang dengan selisih satu juta suara dengan Corazon. Namun komisi pengawas pilpres
independen menyatakan Corazon menang 800 ribu suara.
Menurut Mercado, peristiwa penting yang menyulut kobaran api demonstrasi anti-
Marcos adalah mundurnya 35 teknisi komputer dari komisi pemilihan umum. Sebelumnya,
mereka diminta untuk mencurangi hasil pilpres agar menguntungkan Marcos. Sebagian besar
demonstran berkumpul di sepanjang jalan Epifanio de los Santos Avenue (EDSA), yang
kemudian diabadikan sebagai nama revolusi mereka. Meski jaringan komunikasi radio
diputus pemerintah, orang-orang tetap menyemut menuju EDSA. Dari jumlah demonstran
yang hanya ribuan, kemudian berlipat menjadi ratusan ribu. Mereka berasal dari banyak latar
belakang. Bahkan ada yang mengajak anggota-anggota keluarga dari berbagai usia.

D. Di Tumbangkan Oleh Kekuatan Rakyat


Marcos menanggapi Revolusi EDSA dengan represi militer. Namun ia juga
memerintahkan agar jangan ada peluru yang dimuntahkan ke arah peserta aksi. Marcos
barangkali tidak mengetahui bahwa banyak faksi militer yang berpaling memihak para
demonstran EDSA. Pada 24 Februari 1986, sebuah skuadron helikopter yang dipimpin
Kolonel Antonio Sotelo dari Angkatan Udara Filipina diperintahkan menyerang para
demonstran. Namun sebenarnya Antonio telah membelot, dan saat tiba di lokasi ia justru
disambut gembira. Beberapa tokoh militer lain kemudian turut bergabung dan membuat
posisi Marcos kian goyah. Tokoh militer lain, Kolonel Mariani Santiago, membuat
keberhasilan penting bagi oposisi, yakni merebut televisi milik pemerintah Channel 4. Di saat
pembawa acara mengumumkan secara langsung bahwa “Channel 4 mengudara kembali untuk
melayani rakyat,” jumlah demonstran EDSA sudah mencapai dua juta orang.
Pagi hari, 25 Februari 1986, kericuhan merebak lantaran tentara mulai berani
menembaki demonstran. Dalam catatan Isabelo T. Crisostomo di buku Cory: Profile of A
President, The Historic Rise to Power of Corazon Cojuangco Aquino (1987), tak lama
sesudahnya, Corazon dilantik sebagai Presiden Filipina melalui sebuah upacara sederhana di
Club Filipino, satu kilometer dari jalan EDSA. Wakilnya adalah pemimpin United
Opposition (UNIDO), Salvador Laurel. Injil yang digunakan saat sumpah jabatan dipegang
ibunda Benigno Aquino, Aurora Aquino. Di luar gedung, demonstran EDSA bersorak
gembira dengan mengenakan baju dan aksesoris berwarna kuning, warna kampanye Corazon
saat berkampanye menjelang pilpres.
Marcos mengembuskan napas terakhir di Honolulu empat tahun kemudian pada 28
September 1989. Di Filipina, Corazon sedang giat-giatnya membangun demokrasi yang
dirusak rezim Marcos. Revolusi EDSA menginspirasi gerakan rakyat sipil lain, baik di dalam
maupun luar negeri, sebab mampu berlangsung tanpa pertumpahan darah. Dengan semangat
yang sama pula, pada 2001, massa yang berkumpul di EDSA mampu menumbangkan
presiden korup Filipina, Joseph Estrada. Tanggal kejatuhan Marcos selalu dirayakan dengan
meriah oleh rakyat Filipina. Mengabadikan EDSA dalam ingatan dirasa perlu, tentu saja
untuk mencegah diktator-diktator lain naik panggung.

E. Afganistan Melawan Uni Soviet


Pada Februari 1979, revolusi Islam Iran telah mengusir shah yang didukung oleh
Amerika Serikat di Iran. Di Uni Soviet, tetangga Afganistan yang terletak di sebelah utara
Afganistan, lebih dari 20% populasinya adalah Muslim. Banyak Muslim Soviet di Asia
Tengah mempunyai hubungan yang baik terhadap Iran maupun Afganistan. Uni Soviet juga
telah terpojok oleh fakta bahwa sejak Februari, Amerika Serikat telah menurunkan 20 kapal,
termasuk 2 pesawat pengangkut dan ancaman konstan peperangan dari Amerika Serikat dan
Iran. Maret 1979 juga ditandai Amerika Serikat yang mencanangkan perjanjian perdamaian
antara Israel dan Mesir. Pemimpin Uni Soviet melihat perjanjian damai antara Israel dan
Mesir sebagai langkah peningkatan kekuatan Amerika Serikat di daerah tersebut. Faktanya,
sebuah koran Soviet menyatakan bahwa Mesir dan Israel sekarang adalah sekutu dari
Pentagon. Uni Soviet melihat perjanjian tidak hanya perjanjian tertulis di antara dua negara
tapi juga persetujuan militer.
Selain itu, Uni Soviet menemukan bahwa Amerika Serikat menjual lebih dari 5.000
peluru kendali ke Arab Saudi dan juga membantu atas kesuksesan pertahanan Yemen
melawan Faksi Komunis. Republik Rakyat Cina juga menjual RPG Tipe 69 kepada
Mujahidin dalam kooperasi dengan CIA. Kemudian, hubungan erat Uni Soviet dengan Irak
mengasam, karena Irak, pada Juni 1978, mulai membeli senjata yang dibuat Perancis dan
Italia, dan bukan senjata buatan Uni Soviet. Namun, bantuan barat membantu pemberontakan
melawan Soviet dilakukan. Beberapa partai memberikan bantuan mereka untuk membantu
Mujahidin dalam alasan untuk menghancurkan pengaruh Uni Soviet.
Beberapa saat setelah terjadinya peristiwa 11 September, Amerika Serikat dibawah
kepemimpinan Bush mengumumkan bahwa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut
adalah teroris Al-Qaeda yang dipimpin oleh Usama bin Laden. Pemerintah Amerika Serikat
kemudian menyimpulkan bahwa organisasi tersebut pemimpinnya berada di Afghanistan,
yang kemudian menjadi justifikasi serangan Amerika Serikat hanya berselang satu bulan
kemudian. Alibi Amerika dalam hal ini adalah pemerintah Afghanistan (rezim Taliban)
menolak untuk bekerja sama dan menyerahkan Osama bin Laden, dan karenanya dianggap
bersekutu dengan teroris. Kebijakan Gedung Putih ini tergambar dalam pernyataan Bush
yang terkenal either you are with us, or against us.1

F. Revolusi Saur

Mohammad Zahir Shah naik tahta dan berkuasa dari tahun 1933 sampai 1973.
Keponakan Zahir, Mohammad Daoud Khan, menjadi Perdana Menteri Afganistan dari tahun
1953 sampai 1963. Partai Demokrasi Rakyat Afganistan yang merupakan partai Marxis terus
berkembang di tahun itu. Tahun 1967, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan terbagi menjadi
dua faksi yang saling bersaing, faksi Khalq dikepalai oleh Nur Muhammad Taraki dan
Hafizullah Amin dan faksi Parcham dipimpin oleh Babrak Karmal.
Perdana Menteri Daoud merebut kekuasaan pada kudeta hampir tak berdarah pada
tanggal 17 Juli 1973, karena korupsi dan kondisi ekonomi yang miskin. Daoud mengakhiri
monarki, namun ambisinya dalam reformasi ekonomi dan sosial tidak berhasil. Hal ini
membuat Partai Demokrasi Rakyat Afganistan memanas karena represi yang dilakukan
terhadap mereka oleh rezim Daoud, selain itu, kematian atas anggota Partai Demokrasi
Rakyat Afganistan, Mir Akbar Khyber juga membuat partai itu memanas. Kematian misterius
Khyber membuat munculnya banyak demonstrasi anti Daoud di Kabul dan mengakibatkan
penangkapan atas beberapa pemimpin penting Partai Demokrasi Rakyat Afganistan.
Akibat dari hal tersebut, pada tanggal 27 April 1978, Partai Demokrasi Rakyat
Afganistan menggulingkan dan mengeksekusi Daoud dan anggota keluarganya. Nur
Muhammad Taraki, Sekjen Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menjadi Presiden Dewan
Revolusi, dan Perdana Menteri negara yang baru, Republik Demokratis Afganistan.

G. Faksi di dalam Partai Demokrasi Rakyat Afganistan

Setelah revolusi, Taraki menjadi presiden, Perdana Menteri, dan Sekretaris Jendral
Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Namun sejatinya, pemerintah terbagi berdasarkan faksi,
dengan Presiden Taraki dan Wakil Perdana Menteri Hafizullah Amin dari faksi Khalq
melawan pemimpin Parcham seperti Babrak Karmal dan Mohammad Najibullah, sehingga
hal ini menghasilkan konflik yang menyebabkan pengasingan, eksekusi, dan pembersihan
anggota-anggota Parcham. Selama awal 18 bulan memimpin, Partai Demokrasi Rakyat
Afganistan menerapkan program reformasi bergaya Soviet. Perubahan hukum tentang
perkawinan dan tanah tidak diterima secara baik oleh masyarakat setempat yang mengikuti
tradisi Islam. Akibat dari itu, ribuan anggota dari elit tradisional, pemuka-pemuka agama, dan
paranormal diadili.
Pertengahan tahun 1978, pemberontakan rakyat yang didukung oleh anggota garnisun
setempat dimulai di Nuristan, daerah timur Afganistan dan perang saudara menyebar di
seluruh negara. September 1979, Wakil Perdana Menteri Afghanistan Hafizullah Amin
merebut kekuasaan dan menyebabkan kematian Presiden Taraki. Lebih dari dua bulan
ketidakstabilan menyebabkan pemerintahan Amin kewalahan, sementara ia harus
menghadapi lawannya di Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, serta pemberontakan yang
semakin menyebar.

H. Hubungan Afghanistan-Soviet

Setelah Revolusi Rusia pada awal tahun 1919, pemerintah Uni Soviet memberi
bantuan terhadap Afganistan dalam bentuk jutaan Rubel emas, senjata ringan, amunisi, dan
sedikit pesawat untuk membantu orang Afganistan melawan Inggris. Pada tahun 1924, Uni
Soviet kembali memberikan bantuan militer kepada Afganistan. Mereka memberi
orang Afganistan bantuan persenjataan, pesawat tempur dan juga pelatihan di Tashkent untuk
pelatihan petugas. Kerjasama militer antara Soviet-Afganistan dimulai pada tahun 1956,
dimana kedua negara menandatangani perjanjian. Menteri Pertahanan Soviet kini
bertanggung jawab untuk melatih semua opsir militer Afganistan.
Pada tahun 1972, lebih 100 konsultan dan spesialis tekhnik Soviet dikirim ke
Afganistan untuk melatih pasukan Afganistan. Pada Mei 1978, pemerintah Soviet
menandatangani perjanjian internasional lainnya, mengirim 400 penasehat militer Soviet ke
Afganistan. Pada bulan Desember tahun 1978, Moskwa dan Kabul mendistribusikan pasukan
untuk membantu Afganistan atas permintaan Afganistan. Bantuan Militer Soviet meningkat
dan rezim Partai Demokrasi Rakyat Afganistan tergantung pada peralatan militer dan
penasehat militer Soviet.
Dengan Afganistan dalam kondisi yang mengerikan selama negara diserang oleh
berbagai pemberontakan, Uni Soviet mendistribusikan pasukan dengan mengirim pasukan
ke-40 atas permintaan pasukan Afganistan. Pasukan ke-40, dimana di bawah komando
Marshal Sergei Sokolov, terdiri dari 3 divisi angkatan bersenjata, satu divisi pasukan payung,
satu brigade penyerang. Jika dijumlahkan, pasukan Soviet meliputi sekitar 1.800 T-62,
80.000 pasukan dan 2.000 kendaraan tempur lapis baja.

I. Permulaan Dari Kekacauan

Pada bulan Juni tahun 1975, kelompok militan dari Partai Jamiat Islami berusaha
menjatuhkan Pemerintahan Daoud. Mereka memulai pergerakan mereka di Lembah Panjshir,
100 kilometer di utara Kabul, dan di beberapa provinsi lainnya. Meskipun begitu, pemerintah
dapat meredakan kekacauan dan perubahan porsi besar dari kekacauan meminta pengungsi di
Pakistan saat mereka menikmati bantuan Pemerintah Zulfikar Ali Bhutto, yang diketahui oleh
kebangkitan Daoud atas isu Pashtun.
Pemberontakan yang sesungguhnya dimulai tahun 1978, setelah Pemerintahan Taraki
memulai serangkaian reformasi ditujukan pada "penumbangan feodalisme" di komunitas
Afganistan. Reformasi ini memperkenalkan beberapa perubahan, tapi mereka dipaksakan
dengan cara kebrutalan. Komunitas pedesaan Afganistan masih sangat tradisional, dan
perubahan lokal telah merusak komunitas; selain itu reformasi pendidikan dan kebebasan
wanita pun dianggap sebagai serangan melawan Islam. Maka dari itu, reaksi melawan
reformasi tersebut adalah kekacauan, sebagian besar mengadakan pemberontakan. Revolusi
dimulai bulan Oktober bersama dengan orang Nuristan dari Lembah Kunar, dan dengan cepat
menyebar di antara etnis lainnya, termasuk suku Pashtun. Pasukan Afghanistan terserang
wabah dengan pembelotan dan moral yang kecil dan terbukti sepenuhnya tidak mampu
mengatasi kekacauan. Saat musim semi tahun 1979, 24 dari 28 provinsi telah menderita
akibat kekacauan dan pemberontakan. Pemberontakan mulai mengambil bagian di kota,
bulan Maret tahun 1979 di Herat. Pasukan Afganistan yang dipimpin oleh Ismail Khan
memberontak dan dibunuh besar-besaran kira-kira 100 penasehat Soviet. Partai Demokrasi
Rakyat Afganistan membalas dengan melancarkan kampanye bombardmen yang membunuh
24.000 penduduk dalam satu kota.
Pada bulan Mei tahun 1978, pemberontak membangun benteng pertama mereka di
Pakistan untuk melatih pasukan untuk pertempuran di Afganistan. Seperti pergerakan anti-
komunis lainnya pada waktu itu, pemberontakan dengan cepat mendapat bantuan dari
Amerika Serikat. Seperti yang dinyatakan oleh pemimpin CIA yang sebelumnya dan
Sekretaris Pertahanan sebelumnya, Robert Gates, di riwayat hidupnya "From the Shadows",
Badan Intelegen Amerika Serikat mulai membantu faksi yang melawan pemerintah 6 bulan
sebelum pasukan Soviet datang. Pada tanggal 3 Juli 1979, Presiden Amerika Jimmy Carter
menandatangani bahwa CIA diberi kekuasaan untuk menyebar operasi propaganda melawan
rezim revolusi.
Penasehat Zbigniew Brzezinski menyatakan "Menurut sejarah, bantuan CIA kepada
Mujahidin dimulai pada tahun 1980, dijaga sampai sekarang, setelah pasukan Soviet
menyerbu Afganistan, 24 Desember 1979. Tapi kenyataannya dirahasiakan sampai
sekarang." Brzezinski sendiri memainkan peran fundamental dalam merakit kebijakan
Amerika Serkat, dimana tidak diketahui oleh Mujahidin, adalah bagian dari strategi yang
lebih besar "untuk membujuk inteversi militer Uni Soviet." Tahun 1998 saat wawancara
dengan Le Nouvel Observateur, Brzezinski menyatakan lagi:
“Operasi rahasia itu adalah ide yang sangat bagus. Ide itu memiliki pengaruh atas
penarikan pasukan Uni Soviet menuju perangkap Afganistan... Hari dimana Soviet
menyebrang perbatasan, saya menulis kepada Presiden Carter. Kita sekarang punya
kesempatan memberikan Uni Soviet Perang Vietnamnya.“
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Indonesia dan Filipina memang memiliki banyak kesamaan sejarah. Indonesia


memiliki Soekarno, sedang Filipina memiliki Jose Rizal. Indonesia memiliki Megawati
Soekarno Putri, Filipina memiliki Corazon Aquino. Dua orang perempuan yang
menganggumkan di masanya. Namun bumi terus berputar dan permasalahan terus timbul dan
tenggelam.

Persatuan elemen rakyat menjadi hal terpenting untuk melakukan perubahan besar
suatu negara. Persatuan masih jauh dari Indonesia hari ini, karena kita terbelah oleh
kepentingan politik yang dibakar oleh agama. Polarisasi akan hal tersebut sangat berbahaya
untuk kehidupan bernegara, padahal Indonesia masih memiliki segudang permasalahan.

Penulis menyimpulkan bahwa perang di Afghanistan itu sendiri, tidak secara tiba-tiba
itu muncul, melainkan ada aspek-aspek tertentu yang menyebabkan terjadinya konflik perang
di Afghanistan ini. Misalnya operasi militer yang dilancarkan Uni Sovyet, bertujuan untuk
mempertahankan gerakan komunisme yang ada di Afghanistan, lain halnya dengan Amerika
Serikat beserta sekutunya, mereka beralasan tujuan utama mereka yaitu untuk memerangi
para penjahat terorisme. Namun di balik itu semua, masing-masing negara tersebut berupaya
untuk menciptakan daerah hegemoni kekuasaan demi kepentingan politisnya. Oleh sebab itu,
wajar saja jika para kaum mujahidin yang kontra akan gerakan militer ini berupaya untuk
mempertahankan hak mereka, yang selama ini di rampas oleh mereka-meraka yang tidak
bertanggung jawab, yang seharusnya mereka dilindungi oleh Badan-Badan Organisasi
Internasional, justru mereka ditelantarkan, tak ada satupun pihak yang bertindak untuk
mencegah peperangan ini.

B. Saran

Penting kita untuk bersatu kembali, tak peduli apa agamamu, sukumu, ataupun warna
kulitmu. Karena perpecahan di negara akan banyak dampak yang di timbulkan dan yang kita
rasakan. Sebagai penerus bangsa kita seharusnya bisa memahami tentang sejarah.
DAFTAR PUSTAKA.
https://pamflet.or.id/portfolio/edsa-revolution-people-power-dan-peran-gereja/

https://blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-12-latar-belakang-lahirnya-revolusi-edsa-gerakan-
people-power-filipina

https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_EDSA

https://indopos.co.id/read/2019/05/20/175764/mengintip-gerakan-people-power-di-filipina/

https://www.kompasiana.com/milisinasionalisback/5ccc1aec95760e047f6e5602/kisah-
sukses-people-power-filipina-1986

https://tirto.id/tumbangnya-ferdinand-marcos-soeharto-dari-filipina-cFcq

https://blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-12-kronologi-terjadinya-perang-afghanistan-dan-
uni-sovieti

http://warofweekly.blogspot.com/2011/05/perang-soviet-afghanistan-1.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Soviet%E2%80%93Afganistan

https://www.republika.co.id/berita/internasional/selarung-waktu/18/12/24/pk85kh382-
sejarah-hari-ini-uni-soviet-serbu-afghanistan-tengah-malam

Anda mungkin juga menyukai