a) Daerah di perkecil
b) Membayar kerugian perang.
2. Akibat Perang Dunia II
Perang Dunia I memberi pelajaran sejarah bagi bangsa-bangsa di
dunia,bahwa perang selalu membawa kerugian. Perang Dunia yang berlangsung
antara tahun 1914-1918 ini menyadarkan manusia akan kebutuhan hidup dalam
suasana aman dan damai. Rintisan kearah cita-cita tersebut sudah di upayakan
Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson yang mengusulkan cita-cita
perdamaian dan mengakhiri perang. Usulan yang di namakan Peace Without
Victori. Yang kemudian dituangkan ke dalam Wilson’s fourteen points,tanggal 8
Januari 1918. Salah satu pasalnya adalah Pembentukan bangsa-bangsa atau
League of Nation.
Sifat suka rela dan superioritas iferioritas Negara-negara anggotanya adalah
penyebab dari kegagalan tersebut. Akibat meletusnya kembali perang yang
lebihbesar,yaitu Perang Dunia II.
Pada tanggal 14 Agustus 1941 franklin D. Roosevelt (Presiden Amerika
Serikat) dan Winston Churchill (PM Inggris) menandatangani piagam perdamaian
yang di sebut piagam Atlantik (Atlantic Charter) di atas geladak kapal Agusta di
Teluk New Foundland isinya antara lain sebagai berikut:
a) Tidak ada perluasan daerah jika tidak dengan kemauan penduduk asli.
b) Segala bangsa berhak menentukan bentuk dan corak negaranya sendiri.
c) Semua Negara di perkenankan ikut serta dalam perdagangan internasional.
d) Menolak jalan kekerasan dalam menyelesaikan pertikaian internasional,
kecuali untuk kepentingan umum.
Pada tanggal 7 Oktober 1944 wakil-wakil Negara yang menandatangani
Maklumat Moskow bertemu kembali di Dumbarton Oaks, Washington DC. Untuk
mencapai penyelesaian hal tersebut, 3 diantara 4 negara yakni, Amerika
Serikat,Uni Soviet,dan Inggris melakukan perundingan di Yalta Semenanjung
Krim pada tanggal 4 Februari 1945. Dalam pertemuan ini hadir
Roosevelt,Stalin,dan Churcill.
Pada tanggal 25 April 1945,semua Negara yang terlibat dalam rintisan
pembentukan organisasi perdamaian dan negara-negara yang berperang dalam
melawan fasis bertemu di San Frasisco. Maksud pertemuan adalah menyusun
piagam perhimpunan bangsa-bangsa (United National Charter). Pada tanggal 26
Juni 1945 Piagam PBB di tandatangani oleh 50 negara. Negara penandatanganan
tersebut selanjutnya di sebut anggota asli anggota PBB. Piagam Perhimpunan
Bangsa-Bangsa baru di resmikan dan mulai berlaku tanggal 24 Oktober 1945.
e. Dekolonisasi di Asia dan Afrika.
Perang Dunia II telah memporak-porandakan perekonomian Negara-
Negara imperialisme. Negara-Negara seperti Inggris,Prancis,Belanda<
spanyol,Portugis,Jepang,Jerman,Itali tidak lagi mampu menghalangi semangat
perjuangan bangsa-bangsa yang dijajahnya. Apalagi lahirnya piagam Atlantik
yang menyatakna bahwa “setiap bangsa berhak menentukan nasibnya sendiri
(the right of self deteminator)”. Menyebabkan bangsa-bangsa tertindas lebih
semangat untuk mencapai kemerdekaannya.
1) Filipina.
2) Birma
Rintisan kearah Negara Birma merdeka di pelopori oleh organisasi AFPFL
(Anti Facist People’s Freedom League) di bawa pimpinan Thankin Aung San (U
Aung San) dan Thankin Tun (pimpinan komunis). Organisasi ini pertama kali
didirikan dengan tujuan untuk melawan Jepang.
Dalam perundingan ini Inggris pada tanggal 27 Januari 1947 menjanjikan
kemerdekaan Birma paling lambat setahun lagi.
Pada tanggal 19 Juli 1947 Aung San,Birma menjadi anarki.
Namun,perjuangan Aung San tidak padam. Pada tanggal 17 Oktober 1947
pengganti AungSan yaitu Thankin Nu mengadakan perundingan dengan Inggris.
Hasil perundingan itutertuang ke dalam Nu-Attlee Agreement yang menetapkan
kemerdekaan Birma pada tanggal 4 Januari 1948 sebagai Republic of The Union
of Birma yang terdiri dari Shan State,Kachin State,dan Central Unit.
3) Vietnam
5) Mesir
Setelah Perang Dunia II berakhir,Inggris masih menguasai Mesir. Hal ini memicu
perlawanan yang di lakukan oleh kaum nasionalis Mesir menuntut sebagai berikut:
a) Tentara Inggris harus segera meninggalkan Mesir.
b) Tentara Inggris harus meninggalakan terusan Sues.
c) Sundan harus kembali pada Mesir. Atas tuntutan ini dan bersama berakhirnya
mandat inggris atas palestina,pasukan Inggris di tarik mundur.
B. Polarisasi Sistem Politik Dan Ekonomi
Perang Dunia II telah menghancurkan hegemoni Negara-Negara besar seperti
Inggris,Prancis,Spanyol,dan Portugis yang sudah berabad-abad lamanya memegang
kendali kekuasaan di berbagai belahan dunia (world power). Paska perang dunia
II,Amerika Serikat dan Uni Soviet mengambil alih hegemoni tersebut.
Liberalisme adalah paham yang mengutamakan kemerdekaan individu
sebagaipangkal dari kebaikan hidup. Liberalisme timbul sebagai reaksi terhadap
penindasan yang di lakukan oleh kaum bangsawan dan kaum agama di zaman monarkhi
absolute.
liberalisme dalam lapangan politik berwujud demokrasi dan nasionalisme,maka
muncullah berbagai tuntutan seperti adanya UUD,pemilihan umum,kemerdekaan
pers,kemerdekaan berbicara,kemerdekaan beragama.
Liberalisme dalam lapangan ekonomi juga berpangkal pada paham bahwa tiap
individu lebih mengetahui tentang kebutuhan sendiri dari pada orang lain. Karna itulah
liberalisme menuntut ekonomi bebas. Laisser faire,Laisser passer,Le moden va de Lui-
meme (produksi bebas,perdagangan bebas,hokum kodrat,akan menyelenggarakan
harmoni dunia) itulah semboyannya.
a. Group of Seven
Group of Seven (G-7)di dirikan pada tahun 1975. Pada awalnya lembaga
internasional ini hanya beranggotakan Negara Prancis,Jerman,dan Itali
jumlah anggotanya menjadi 7 Negara.
Kegiatan G-7 adalah berkolaborasi untuk memecahkan masalah ekonomi
dunia. Pemimpin pemerintahan bertemu pada konferensi tingkat tinggi yang
di gelar setiap tahun. Menteri keuangan atau pemimpin dari lembaga
pemerintah yang mewakili Negar masing-masing saling berkonsultasi dalam
pertemuan ini. G-7 kemudian berkembang menjadi G-8 setelah Rusia
bergabung menjadi anggota.
b. Europan Union
Europan Union (EU) adalah bentuk kerja sama ekonomi antar Negara-
negara Eropa Barat. Kesulitan terbesar yang di hadapi dalam usaha
penyatuan Eropa adalah perbedaan ciri khas dan identitas budaya dari tiap
Negara. Karena penyatuan Negara-negara Eropa lewat budaya maupun
penaklukan mustahil di lakukan,maka satu-satunya yang sangat mungkin di
lakukan adalah penyatuan ekonomi dan perdagangan.
Usaha keras Negara-negara Eropa untuk melakukan unifikasi terus
bertambah maju dengan di tandatanganinya kesepakatan-kesepakatan
asosiasi oleh Community dan European Economic Community yang kemudian
di kenal dengan nama Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), bertujuan untuk
membangun Eropa sebagai kawasan ekonomi regional yang kuat.
c. Gerakan Non-Blok
Terjadinya perang dingin antara dua kekuatan Negara adikuasa
melahirkan kekuatan baru,yaitu Gerakan Non-Blok (GNB).
Gerakan Non-Blok di prakarsai oleh:
a. Presiden Soekarno dari Indonesia
b. PM Jawaharlal Nehru dari India
c. Presiden Gamal Abdul Naser dari mesir
d. Joseph Broz Tito dari Yugoslavia
e. PM Kwame Nkrumah dari Ghana
KTT GNB I
a. GNB bukan salah satu blok yang tersendiri dan tidak bergabung dalam
Blok Barat maupun Blok Timur
b. GNB merupakan wadah perjuangan Negara yang sedang berkembang
c. GNB membantu perjuangan Negara yang sedang
berkembang,perjuangan dekolonisasi di semua tempat serta memegang
teguh perjuangan melawan imperialisme,kolonialisme,neo-
kolonialisme,resialisme,apartheid,dan zionisme.
KTT GNB II
KTT GNB IV
KTT GNB V
KTT GNB VI
KTT GNB IX
KTT GNB X
KTT GNB XI
KTT ASEAN I di adakan di Denpasar Bali 23-24 Februari 1976. KTT ini membahas
perjanjian persahabatan dan kerja sama serta deklarasi kesepakatan ASEAN.
KTT ASEAN I di adakan di Denpasar Bali 23-24 Februari 1976. KTT ini membahas
perjanjian persahabatan dan kerja sama serta deklarasi kesepakatan ASEAN.
KTT ASEAN II di adakan di Kuala Lumpur 4-5 Agustus 1977, dengan agenda sebagai
berikut:
KTT ASEAN III di adakan di Manila,Filipina tanggal 14-15 Desember 1987. Hasil-hasil
dari KTT ASEAN III adalah sebagai berikut:
KTT ASEAN VI di Hanoi,Vietnam tanggal 15-16 Desember 1998. KTT ini menyepakati
percepatan implementasi penuh AFTA menjadi 1 Januari 2002 dengan fleksibilitas untuk
beberapa produk dan Hanoi Plan of Action.
KTT ASEAN VII di Bandar Sari Begawan,Brunei Darussalam tanggal 5-6 November
2001,menghasilkan Deklarasi tentang terorisme menyangkut kasus WTC.
KTT ASEAN IX di Nusa Dua,Bali tanggal 7-8 Oktober 2003. Menghasilkan Bali Concord
II tentang integrasi ASEAN dalam bidang ekonomi,social budaya ,dan keamanan.
KTT Luar Biasa ASEAN tentang Tsunami dan Gempa di adakan di Jakarta pada 6
Januari 2004. KTT ini di adakan untuk mencari solusi penanganan gempa dan tsunami
yang melanda kawasan Asia,yaitu
Indonesia,Malaysia,Thailand,Maladewa,India,Myanmar,dan Sri Lanka.
Comprehensiveness / Liberalisasi
a. WTO Consestency
b. Conparability / penyamarataan
c. Non Discrinination
d. Transparancy / keterbukaan
e. Stanstill / Berusaha mencegah meningginya tingkat proteksi
f. Stimulataneous start ? proses liberalisasi secara simultan
g. Flexibility pertumbuhan Negara-Negara APEC
h. Coorperation
KTT APEC 1996 di adakan di Subic,Filipina dengan tema from Vision to Action
KTT APEC 1997 di adakan di Vancouver, Canada menghasilkan 9 prinsip
liberalisasi yang berisi Connecting the APEC Community
KTT APEC 1998 di adakan di Kuala Lumpur, Malaysia tentang Strengthening the
Foundations for Growth
KTT APEC 1999 di adakan di Aukcland, Selandia Baru menghasilkan The Auckland
Challege
KTT APEC 2000 di adakan di Badar Seri Begawan, Brunai Darussalam
menghasilkan Delevery to the Communiti
KTT APEC 2001 di adakan di Shangha, Cina dengan tema New Challenges in the
New Century
KTT APEC 2002 di adakan di Cabos, Meksiko Mengiplementasikanvisi APEC dalam
perdagangan bebas dan investigasi
KTT APEC 2003 di adakan di Bangkok, Thailand dengan tema “Dunia yang
berbeda:antara lain kemitraan dan masa depan”
KTT APEC 2004 di adakan di Santiago, Chili menghasilkan One Community : One
Futur, yang berisi perdagangan global, pengembangan komunitas perjanjian
kawasan perdagangan bebas,memberantas korupsi,dan maritime internasional.
7. Organisasi Konferensi Islam
OKI berdiri pada tanggal 25 September 1969 di Rabat, Maroko. Keanggotaan OKI
pada awal pembentukannya terdir dari 28 Negara. Jumlah ini terus bertambah lagi
menjadi 46 Negara setelah Azerbaijan menjadi anggota pada KTT di Dakar (sinegal)
pada tahun 1991. Anggota OKI terdir dari Negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama islam dan wilayahnya membentang mulai dari Asia Barat,
Asia Tengah, Asia Tenggara, sampai Afrika.
Setelah kembali Negara kesatuan RI pada 17 Agustus 1950, kebijakan luar negeri
PM Hatta Di lanjutkan oleh kabinet berikutnya, di antaranya kabinet Natsir dan
kabinet Soekiman. Pada mas kabinet Soekiman, pemerintahan RI mengadakan
pertukaran surat dengan Amerika Serikat. Pertukaran itu di lakukan antara menlu
Ahmad Suebarjo dan Dubes Merle Cochran. Isi surat itu adalah upaya penjajahan RI
untuk mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat berdasarkan Mutual Security Act
(MSA).
Pengganti kabinet Suekiman adalah kabinet Ali Sastroamijoyo I. Kabinet ini
melakukan ofsensif diplomatic yang menonjol,yaitu menitik beratkan pada usaha
penumpukan kerja sam antar Negara-Negara Asia- Afrika.
Kabinet berikut yang di pimpin oleh Burhanudin Harahap berusaha menjalankan
politik bebas-aktif yang cenderung condong kebarat. Indonesia mendapat bantuan
surplus makanan dari Amerika Serikat seharga US$ 96.700.000 berdasarkan
perjanjian yang di tandatangani pada tanggal 2 Maret 1956.
Memasuki periode Demokrasi Terpimpin,Indonesia turut membidangi berdirinya
gerakan Non-Blok pada tahun 1961 di Beograd bersama
Yugoslavia,Ghana,Mesir,India,dan Pakistan. Setelah itu Manivestor politik menjadi
dasar pengambilan kebijakan luar negeri Indonesia. Berdasarkan Manifestopolitik
(Manipol) dunia tidak lagi terbagi dalam blok barat dan blok timur,dan tidak pula
dalam blok tiga dimana Asia-Afrika merupakan blok ketiga. Dunia hanya terbagi
menjadi dua blok,yaitu Nedo (New Emerging Forces) dan Oldefo (Old Estadlished
Forces). Nefo adalah kekuatan kelompok Negara-Negara komunis dalam beberapa
Negara baru Asia dan Afrika. Oldefo adalah kekuatan Negara-Negar Imperialisme
barat. Doktrin politik baru ini mengandung arti sebagai berikut:
a. Indonesia memberi peluang kepada Negara-negara komunis untuk lebih
dekat menjalin kerja sama dengan pemerintah.
b. Strategi pertahanan dan keamanan Indonesia harus melepaskan
kewaspadaannya terhadap potensi musuh yang datang dari utara dan lebih
banyak mewaspadai bahaya dari apa yang di namakan Oldefo.
2. Periode Soeharto
Dalam periode ini,kebijakan luar negeri Indonesia lebih menaruh perhatian
khusus terhadap soal regionalism.
Konfrontasi berakhir setelah Adam Malik sebagai menteri luar negeri
menandatangani Perjanjian Bangkok pada tahun 1996 yang isinya mengakui
Malaysia sebagai suatu Negara. Kemudian di ikuti dengan pembentukan ASEAN yang
di tandatangani di Bangkok pada 8 Agustus 1967.
Pada tahun 1971 konsep Malaysia tentang ZOPFAN anggota ASEAN termasuk
Indonesia. Akan tetapi,pada tahun 1983 Indonesia mengenalkan SEANWFZ
(Southeast Asian Nuclear Weapon) atau kawasan bebas nuklir,sebagai bagian dari
ZOPFAN.
Pada bulan Maret 1980,Soeharto bertemu Hussein Onn untuk menangka
ancaman China. Pertemuan ini berhasil merumuskan Doktrin Kuantan. Dengan
bantuan dari Negara-negara ASEAN di harapkan secara bertahap Vietnam akan
menarik diri dari sekutunya,yaitu Uni Soviet dan sebagai stabilitas politik regional di
Asia Tenggara bisa tercipta.
Hubungan antara Indonesia dan RRC di yakini berada di belakang kudeta yang di
lakukan oleh PPKI pada tahun 1965. Pada bulan November 1984, Mochtar
Kusumaatmadja mengumumkan keinginan Indonesia untuk membuka kembali
perdagangan langsung dengan RRC. Akan tetapi,Mochtar menegaskan bahwa hal itu
tidak berhubungan dengan pemulihan hubungan diplomatic karena Indonesia belum
siap untuk normalisasi secara menyeluruh.
Selama kunjungannya di Indonesia dalam rangka menghadiri peringatan 30
tahun KAA di Bandung,Menteri Luar Negeri RRC Wu Xueqian di hadapan pers
mengatakan bahwa Cina telah berhenti mendukung PKI.
Pada awal tahun 1989,Soeharto memutuskan untuk menghadiri pemakaman
KaisarJepang Hirohito di Tokyo. Selama kunjungan ini tepatnya tanggal 23 Februari
1989, Indonesia secara tiba-tiba mengumumkan bahwa kemungkinan bagi Jakarta
dan Beijing untuk membuka kembali hubungan Diplomatik. Pengumuman ini telah
mengejutkan banyak pihak. Di laporkan bahwa wakil China telah mengadakan
kontrak dengan wakil Indonesia di PBB dengan Soeharto di Tokyo. Indonesia
menanggapinya dengan baik.
Setelah kunjungan PM China Li Peng ke Malaysia,perdana menteri Mahathir
mencetuskan ide pembentukan AEAG (East Asian Economic Grouping) pada bulan
Desember 1990. Indonesia keberatan atas usul ini. Pada tanggal 3 Maret 1991 dalam
Konferensi di Bali. Soeharto mengatakan bahwa Indonesia tidak menginginkan suatu
blok perdagangan yang tertutup. Dalam hal ini Indonesia melihat bahwa EAEG akan
menutup peran Amerika Serikat dan Negara-negara lainnya,sementara Indonesia
masih membutuhkan bantuan Amerika Serikatdan Investasi asing lainnya. Indonesia
mengusulkan agar kata “Grouping” di gantidengan “Caucus”, dan akhirnya di setujui
dengan nama East Asian Economic Caucus (EAEC). Organisasi baru ini lebih
merupakan suatu forum daripada suatu Blok Economic dan merupakan bagian dari
organisasi yang lebih besar yaitu APEC (Asian Pacific Economi Coorperation).
Berbeda dengan gagasan pembentukan EAEG oleh Malaysia,usulan Thailand
untuk menghidupkan kembali ide wilayah perdagangan bebas ASEAN ataub yang di
sebut AFTA (ASEAN Free Trade Area) mendapat dukungan dari Indonesia,meskipun
pada awalnya Indonesia kerabatan atas ide tersebut. Atas dukungan Indonesia ,AFTA
menjadi usulan ASEAN bukan lagi usulan Thailand.
Sebagai salah satu Negara pemrakarsa berdirinya Gerakan Non-Blok,hingga
tahun 1990 Indonesia belum pernah menjadi Ketua Gerakan Non-Blok. Pada tahun
1987,Presiden Soeharto mengutus Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma untuk
menyampaikan Blok di Zimbabwe Afrika. Umar di perintahkan untuk menyampaikan
Indonesia untuk menjadi Ketua Gerakan Non-Blok. Tawaran itu di tolak dengan
alasan:
a. Indonesia sangat Pro Barat
b. Irivasi Indonesia atas Timor-Timur
c. Penolakan Indonesia untuk mengizinkan PLO (Organisasi Pembebasan
Palestina) membukan kantornya di Jakarta.
Upaya untuk mendapat dukungan agar Indonesia menjadi ketua Gerakan Non-
Blok terus di tempuh,antara lain sebagai berikut:
Pada tahun 1992 Indonesia terpilih menjadi Ketua GNB. Saat itu terjadi
perpecahan di Yugoslavia. Masyarakat Kristen Serbia meulai menghancurkan
masyarakat Islam di Bosnia. Pertikaian tersebut melahirkan usulan agar GNB menyebut
Serbia sebagai aggressor. Namun,Indonesia selaku ketua GNB tidak sepakat dan
menolak mengirimkan pasukan perdamaian ke Bosnia karena tidak ingin mengaitkan
GNB dengan dasar-dasar Islam.
Sikap Indonesia terhadap Bosnia dapat di jelaskan dalam arti keenggangan dalam
menciptakan suatu citra bahwa Indonesia adalah Negara Islam. Namun dalam
Perjalanannya,sikap Indonesia berubah terhadap Bosnia. Pemerintah melakukan
kunjungan ke Bosnia dan mengirim pasukan penjaga perdamaian.Perubahan sikap
pemerintah mungkin berkaitan dengan keputusan pribadi Presiden Soeharto. Soeharto
sedang membangun profil internasional. Hal yang lebih penting dari itu sebenarnya
adalah Soeharto tetap menekankan bahwa dukungan terhadap Bosnia di berikan bukan
dalam kaitannya dengan OKI (Organisasi Konferensi Islam) tetapi dengan posisi
Indonesia sebagai Ketua Gerakan Non-Blok.
Perebutan hegenomi antara dua Negara Adidaya yaitu Amerika Serikat,dan Uni
Soviet berpengaruh besar pula terhadap Indonesia. Hal itu tampak dari perkembangan
politik dan ekonomi Indonesia pada masa Soekarno dan Soeharto. Di bidang politik dan
ekonomi masa Soekarno,Indonesia telah di bawa ke dalam lingkaran komunisme-
sosialisme dan di masa Soeharto Indonesia di bawa masuk ke dalam perputaran
Liberalisme-kapitalisme.
Pada perundingan berikutnya yang di adakan di paris atau yang di sebut dengan
paris club. Untuk mengatasi keterpurukan ekonomi pasca pemerintahan orde lama
terus di lakukan upaya lain yang di tempuh adalah Indonesia menjadi Anggota-anggota
dan badan-badan ekonomi internasional. Bantuan pinjaman luar negeri yang di
harapkan dapat memperbaiki perekonomian Indonesia pasca orde lama ternyata tidak
memberikan perubahan yang sangat signifikan. Sejak akhir 1997 hingga kini, Indonesia
belum mampu keluar dari persoalan tersebut. Konglomerasi dan KKN menambah
penderitaan rakyat Indonesia.