Tulislah opini dengan alasan yang logis dari berbagai fakta yang terjadi.
Fakta Opini
Hasil riset menunjukkan bahwa siswa SMA Data ini harus disikapi dengan serius oleh para
68% sudah mengenal pacaran orang tua dan pendidik. Apakah pacaran akan
membuat konsentrasi siswa terpecah? Hal ini
yang dikhawatirkan. Energi dan pikiran siswa akan
terkuras habis untuk mempertahankan hubungan
dengan sang pacar. Konflik-konflik dalam
berpacaran akan membuat siswa pusing, bahkan
ada yang sampai depresi gara- gara marah
dengan pacar.
Berdasarkan hasil survei 73,46 persen Sebenernya kebiasaan ini perlu diamati lagi
generasi milenial dan Z di Indonesia sering ,tentang dampak yang terjadi terutama secara
membagikan informasi/foto/video tentang psikis. Terkadang, ada beberapa anak muda yang
makanan. Hanya 26,54 persen yang memesan makanan bukan karena ingin
menyatakan tidak sering mengunggah memakannya,namun hanya untuk kepuasan mata
informasi ini. dan media saja.Ini menyebabkan terbuang-
buangnya makanan tersebut.
B. Latihan Soal
Kemajuan tekhnologi khususnya di bidang informasi, berdampak tidak baik terhadap kebiasaan
membaca masyarakat Indonesia. Dari data Perpustakaan Nasional (Perpusnas) tahun 2018, frekuensi
membaca orang Indonesia rata-rata hanya tiga sampai empat kali per minggu. Sementara jumlah buku
yang dibaca rata-rata hanya lima hingga sembilan buku per tahun.
Inilah yang bisa menyimpulkan bahwa teknologi tidak hanya memberikan dampak positif. Dengan
memudahkan akses informasi, tekhnologi juga memberikan dampak negatif bagi mereka yang terlalu
aktif namun kurang bijak dalam memanfaatkannya.
Semua kalangan menggunakan akses teknologi mulai dari anak-anak sampai orang
dewasa. Mudahnya akses informasi membuat orang suka menggunakannya. Namun, penggunaan
teknologi ini, mulai mengikis kehadiran buku maupun budaya diskusi yang dulunya sering digunakan oleh
penikmat ilmu.
Walaupun buku bukan lagi menjadi prioritas membaca bagi setiap orang, Namun teknologi dalam
hal ini tidak bisa kita salahkan begitu saja sebab mereka yang mengolah dan mengatur sistem teknologi
inipun adalah manusia. Jadi apabila kualitas manusia dikatakan naik ataupun turun akibat sentuhan
teknologi, itu karena kurangnya kesadaran dan randahnya seni mengatur waktu seseorang dalam
penggunaan teknologi dikehidupan sehari-harinya.
Semakin menjamurnya teknologi dengan fitur-fitur canggihnya membuat para pemuda/i enggan
untuk membaca buku. Akibatnya jarang sekali generasi millenial kita yang paham dengan isu, peristiwa
atau informasi yang belakangan terjadi. Tidak heran memang, karena tidak ada paksaan dalam diri untuk
mengubah pola pikir kita dan menambah wawasan keilmuan kita. Padahal membaca dapat mengasah
Critical Thinking (berpikir kritis) seseorang. Agak mengherankan ketika membaca hasil penelitian Alvara
Research Center bahwa konsumsi internet generasi milenial rata-rata lebih dari 7 jam per hari. Hal ini
tercermin dari pola penggunaan gawai mereka yang membutuhkan koneksi internet ketika
menggunakan fitur-fitur smartphone mereka. Tapi mengapa minat baca mereka masih sangat rendah?
Lantas apa yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan Critical Thinking (berpikir kritis) terutama
melalui membaca?
Saya mencoba berbagi beberapa tips yang bisa membantu permasalahan ini. Pertama adalah
tanamkan dalam diri kita bahwa buku adalah kekasih yang selalu hadir menemani. Inilah yang
dicontohkan oleh Bung Hatta (Wakil Presiden Republik Indonesia pertama).
Kedua adalah, temukan bacaan favoritmu, kalau saya sendiri memiliki buku khusus untuk dibaca
dan tidak boleh dilewatkan, buku itu adalah buku motivasi dan buku romansa. Dari membaca buku, saya
banyak mendapatkan inspirasi dan kekuatan kata. Kekuatan kata, terkadang tersirat dalam untaian
kalimat di sebuah buku yang kita baca. Di dalamnya, dapat kita temukan sebuah diksi yang membuat kita
bersemangat akan suatu hal. Semisal saya ambil contoh buku "Peradaban Sarung" karya Gus Dhofir
Zuhry. Di awal buku itu tertulis "sebelum belajar tentang Tuhan dan agama, terlebih dahulu belajarlah
tentang manusia. Sehingga jika suatu saat nanti anda membela Tuhan dan agama, anda tidak lupa bahwa
anda adalah manusia". Itulah yang saya sebut dengan kekuatan kata. Lain halnya dengan novel romansa
Dalam Sketsa karya Ikrom Mustofa. Di situ ada bait-bait yang menurut saya epik banget untuk diulang-
ulang sebagai kata penyemangat, motivasi, dan nasihat: "bisu yang sering tak mau tahu dari seorang
perasa yang bertemu dengan seorang tak peka". Pasti setelah membaca buku-buku romansa, gayamu
bicara juga jadi beda. Inilah yang saya sering sebut dengan kekuatan kata. Ia akan terngiang dalam
benakmu dan membuat kamu sering mengulang-ulangnya di kesibukan hari-harimu.
Tips terakhir atau ketiga adalah membaca tidak harus melulu membeli buku. Perkembangan
teknologi telah memberi sumbangsih positif dalam pendidikan khususnya membaca. Janganlah
bermalas-malasan, kita cuma bakal malu-maluin negara kalau kita tumbuh sebagai generasi penerus
yang malas baca. Saya termasuk yang memanfaatkan teknologi untuk membaca.