Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MENGANALISIS UNSUR NOVEL SASTRA


CATATAN JUANG

XII MIPA 4

Disusun Oleh :
1. Nur Rudi Anto (22)
2. Padmasari (23)
3. Purnomo Sidiq (24)
4. Reno Wahyu Nugroho (25)
5. Ridoh Pangestu (26)
6. Riska Amalia Putri (27)
7. Riyan Saputra (28)

SMA NEGERI 10 PURWOREJO


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Menganalisis Unsur Novel Sastra Catatan
Juang” ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini
disusun untuk memenuhi ujian praktik mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sugiarto,S.Pd
selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam penyusunan
makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat. Sebagai penyusun, kami menyadari masih terdapat
kekurangan dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian makalah ini. Oleh karena itu,
kami menerima kritik dan saran yang membangun agar kami bisa membuat karya yang lebih
baik pada kesempatan berikutnya. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Purworejo, 22 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................1
Bab 2 Kajian Teori.....................................................................................................................2
A. Hakikat Novel..........................................................................................................................2
B. Unsur Instrinsik........................................................................................................................2
C. Unsur Ekstrinsik.......................................................................................................................3
Bab 3 Metodelogi Penelitian.......................................................................................................4
A. Tinjauan Pustaka......................................................................................................................4
B. Penelitian Deskripsi..................................................................................................................4
Bab 4 Hasil Analisis dan Pembahasan......................................................................................5
A. Identitas Buku dan Sinopsis.....................................................................................................5
B. Unsur Instrinsik........................................................................................................................6
C. Unsur Ekstrinsik.......................................................................................................................14
Bab 5 Penutup.............................................................................................................................22
A. Simpulan...................................................................................................................................22
B. Saran.........................................................................................................................................22
Daftar Pustaka.............................................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Zaidan (2007:136), novel diartikan sebagai jenis prosa yang mengandung unsur
tokoh, alur, latar, latar rekaan, yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang
pengarang dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik lisahan dan ragaan yang menjadi
dasar konvensi penulisan.
Dalam novel terdapat unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik yang meliputi
tema, alur, penokohan (watak), latar (setting), amanat (pesan), sudut pandang dan gaya bahasa.
Sedangkan unsur ekstrinsik meliputi unsur religi, sosial, moral, politik, kebudayaan, ekonomi,
pendidikan, sejarah, dan lain sebagainya.
Penelitian terhadap novel sastra yang berjudul “Catatan Juang” ini tujuannya untuk
mengetahui seluk-beluk yang tersurat dalam novel dan mengungkapkan unsur-unsur novel
didalamnya seperti yang diuraikan sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana unsur instrinsik dalam novel Catatan Juang?
2. Bagaimana unsur ekstrinsik dalam novel Catatan Juang?
3. Bagaimana gaya bahasa yang digunakan Fiersa Besari dalam menulis novel Catatan
Juang?

C. Tujuan
1. Mengetahui unsur instrinsik dalam novel Catatan Juang.
2. Mengetahui unsur ekstrinsik dalam novel Catatan Juang.
3. Mengetahui gaya bahasa yang digunakan dalam novel Catatan Juang.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakikat Novel
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini
paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan
bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat
demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang tidak
mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan
saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga
memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah syarat
utamanya adalah ia harus menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang selesai
membaca.
Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang
isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk
kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk
menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan diikat dengan pola-pola. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa novel serius punya fungsi sosial, sedangkan novel hiburan hanya berfungsi
personal. Novel berfungsi sosial lantaran novel yang baik ikut membina orang tua masyarakat
menjadi manusia. Sedangkan novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang
dihidangkan membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang
ingin segera membaca.
Banyak sastrawan yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi
yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka gunakan juga berbeda-
beda. Definisi-definisi itu antara lain adalah sebagai berikut:
1. Novel adalah bentuk sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak
dicetak dan paling banyak beredar, karena daya komunitasnya yang luas pada masyarakat.
2. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral,
dan pendidikan.
3. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah
karya sastra.
4. Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik.

B. Unsur Instrinsik
Unsur instrinsik novel terdiri dari:
1. Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel.
2. Latar/Setting
Latar/setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita,
latar/setting ini meliputi waktu, tempat, suasana.
3. Sudut pandang
a. Sudut Pandang Orang Pertama
Sudut pandang orang pertama adalah cara pengarang untuk menempatkan
pembaca seakan-akan menjadi salah satu tokoh dalam cerita yang dibacanya.
Biasanya sudut pandang yang satu ini akan menggunakan kata ganti "saya","aku"
atau "kami".
b. Sudut Pandang Orang Kedua
Sudut pandang orang kedua memposisikan penulis sebagai narator yang sedang
berbicara kepada kata ganti “kamu” dan menggambarkan apa yang dilakukan
“kamu” atau “kau” atau “anda”. Dalam sudut pandang orang kedua, pembaca
diperlakukan sebagai pelaku utama sehingga merasa dekat dengan cerita karena
seolah menjadi tokoh utama.

2
c. Sudut Pandang Orang Ketiga
Sudut pandang orang ketiga adalah salah satu cara penceritaan di mana penulis
atau pencerita berada di luar cerita dan menyebutkan tokoh dengan nama-nama
mereka atau kata ganti orang ketiga (dia atau mereka). Namun, sudut pandang
orang ketiga ternyata dibagi lagi ke tiga jenis sebagai berikut:
1.) Sudut Pandang Orang Ketiga Mahatahu
Sudut pandang orang ketiga mahatahu atau serbatahu adalah penceritaan di mana
penulis atau narator seperti Tuhan dalam karyanya yang mengetahui segala hal
tentang semua tokoh, peristiwa, tindakan, hingga motif tindakan tersebut. Dalam
bercerita, penulis atau narator bebas berpindah dari satu tokoh ke tokoh lain.
2.) Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas
Dalam jenis ini, penulis menceritakan semua yang diketahui, dialami, dan
dirasakan tokoh tapi hanya pada tokoh terbatas saja, misalnya pada satu tokoh
atau beberapa tokoh secara terbatas. Penulis tidak bisa leluasa berpindah dari satu
tokoh ke tokoh lainnya karena hanya terikat pada tokoh tertentu.
3.) Sudut Pandang Orang Ketiga Objektif
Penulis atau pencerita akan menceritakan semua tindakan dan perilaku tokoh
dalam cerita, tetapi tidak mengungkapkan pikiran serta perasaan para tokoh.
Penulis hanya bisa menduga apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh dalam
ceritanya.
d. Sudut Pandang Campuran
Sudut pandang campuran adalah posisi ketika penulis menempatkan dirinya
sebagai orang pertama, orang kedua, bahkan orang ketiga. Biasanya, jenis sudut
pandang ini terletak di dalam novel fiksi.
4. Alur/Plot
Alur/Plot merupakan serangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 3
bagian, yaitu alur maju (progresif) yang menceritakan peristiwa-peristiwa dalam cerita
secara kronologis. Cerita diawali dengan tahap pengantar dan diakhiri tahap
penyelesaian. Selanjutnya adalah alur mundur yang menceritakan peristiwa-peristiwa
dalam cerita secara terbalik. Alur ini disebut juga alur flash back. Dan yang terakhir ada
alur campuran yang merupakan perpaduan alur maju dan alur mundur.
5. Tokoh
Tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita.
6. Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya
dari cara bertindak, cara berpikir, cara berbicara, ciri fisik, dan lingkungan tempat
tinggal.
7. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca.
8. Gaya Bahasa
Gaya Bahasa adalah cara mengungkapkan isi pikiran melalui bahasa yang khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis dalam pemakaian bahasa.

C. Unsur Ekstrinsik
Unsur instrinsik novel terdiri dari:
1. Biografi Pengarang
Biografi pengarang berisi riwayat hidup dari penulis atau pengarang sebuah cerita.
2. Nilai Moral
Nilai moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum bersifat praktis dapat
ditampilkan atau ditemukan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.
3. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan karakter adalah sesuatu yang berguna atau bermanfaat dalam proses
perubahan sifat dan perilaku seseorang ke arah yang lebih baik dan bijaksana yang
bernilai positif baik hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan
bangsa.
4. Nilai Sosial
Nilai sosial merupakan nilai maupun keyakinan yang dianggap baik dan benar dalam
suatu masyarakat serta wajib dipatuhi oleh masyarakat secara umum.
3
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka
Melihat dari namanya, tinjauan pustaka memiliki arti kegiatan meninjau kembali pustaka,
literatur, atau bahan bacaan lain. Dalam bahasa inggris kegiatan ini biasa disebut dengan review
of the literature. Creswell menyebut tinjauan pustaka sebagai kegiatan yang sangat penting untuk
dilakukan dalam tahapan awal penelitian bahkan sebelum merancang proposal penelitian.
Sedangkan Leedy mengartikan tinjauan pustaka sebagai uraian yang berisi tentang ungkapan
tentang penelitian sebelumnya dan kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Sementara
Gandas mendefinisikan tinjauan pustaka sebagai bab khusus yang membahas tentang kajian
mengenai suatu teori terhadap judul atau topik penelitian yang dilakukan. Ia menambahkan
bahwa tinjauan pustaka memiliki fungsi hipotesis atau fungsi menguji kebenaran teori dalam
penelitian. Meliansyah mengartikan tinjauan pustaka sebagai sebuah kegiatan mencari, membaca
dan menelaah laporan penelitian serta bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Pada bagian ini dilakukan pengkajian mengenai konsep dan teori yang digunakan
berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam
berbagai jurnal. Tinjauan pustaka berfungsi untuk membangun konsep atau teori yang menjadi
dasar studi dalam penelitian. Kegiatan ini juga dilakukan untuk menegaskan batas-batas logis
penelitian juga sebagai pedoman atau acuan peneliti untuk melihat kembali apa yang relevan dan
tidak relevan bagi penelitiannya. Sehingga dengan menggunakan metode penelitian ini penulis
dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang hendak diteliti.

B. Penelitian Deskripsi
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang memperlihatkan karakteristik
populasi atau fenomena yang tengah diteliti. Hingga akhirnya metode penelitian ini utamanya
fokus pada menjelaskan objek penelitian dan menjawab peristiwa atau fenomena apa yang
terjadi. Metode ini berbeda dengan metode lain yang cenderung lebih fokus pada pembahasan.
Menurut Etna Widodo Muchtar, penelitian ini merupakan metode riset yang digunakan
untuk memperjelas gejala sosial melalui berbagai variabel penelitian yang saling berkaitan antara
satu dengan lainnya. Penelitian yang dilakukan secara deskriptif pihak peneliti tidak perlu
menyusun hipotesis. Karena penelitian yang dilakukan untuk proses pengujian dan penulisan
hasilnya didapat langsung dari lapangan. Sedangkan Hidayat menjelaskan bahwa metode
penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang lebih luas dalam penggunaan data-data, artinya
lebih condong pada analisa yang panjang dari awal hingga akhir. Peneliti berhak melakukan
penelitian dengan metode deskriptif yang kemudian dituntut untuk memiliki komitmen yang
kuat. Sementara itu, Sukmadinata menjelaskan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan
karakteristik penelitian yang mengungkap lebih spesifik mengenai berbagai fenomena sosial dan
alam yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Spesifik dalam definisinya, dimaksudkan
untuk menyebutkan pada aspek hubungan, dampak dan penyelesaian dari kegiatan penelitian.
Tujuan pertama metode penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan, penelitian pada
tahap awal yakni mendeskripsikan temuan-temuan penelitian berdasarkan data-data yang
dianalisis dan kemudian dilakukan penelitian secara mendetail. Kemudian menjelaskan dalam
hal ini adalah memberi penjelasan terkait hasil deskripsi penelitian yang sudah ditemukan
berdasarkan data-data tersebut. Data yang secara detail dimiliki oleh peneliti harus dijabarkan
agar pembaca jelas membaca dan memahami. Selanjutnya melakukan validasi yang dilakukan
pada tahap terakhir, deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan semua temuan.
Validasi kebenaran dan keakuratan hasil temuan sangat diperlukan agar hasil penelitian tidak
dianggap suatu kebohongan.
4
BAB 4
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Buku dan Sinopsis


1. Identitas Buku
Judul Buku :  Catatan Juang
Penulis :  Fiersa Besari
Penyunting :  Juliagar R. N.
Penyunting Akhir :  Agus Wahadyo
Desainer Cover :  Budi Setiawan
Lettering : @deanurrizkir
Penata Letak :  Didit Sasono
Jenis Novel :  Novel Fiksi
Penerbit :  Mediakita
Tahun Terbit :  2017 (Cetakan Pertama)
Kota Terbit :  Jakarta Selatan
Tebal Buku :  13 x 19 cm
Jumlah Halaman :  vi + 306 halaman
Nomor ISBN :  978-979-794-549-7
Harga  :  Rp. 74.800,- (P. Jawa)
2. Sinopsis
Tokoh utama dari Catatan Juang yakni Kasuarina atau yang dikenal dengan nama Suar.
Suar menemukan buku bersampul merah ketika dirinya sedang dalam angkutan umum menuju
ke tempat tinggalnya. Suar bingung buku tersebut milik siapa. Dirinya menanyakan kepada
orang orang di dalam angkot tapi tidak ada yang tahu. Terdapat nama Juang pada sampul buku
tersebut, entah itu nama pena atau apa Suar tidak mengetahuinya. Mulanya Suar membaca buku
tersebut untuk menemukan identitas dari pemiliknya agar dapat dikembalikan. Namun tidak
terdapat informasi dari penulis atau pemiliknya dan Suar seperti menemukan dirinya di dalam
buku tersebut. Suar segera memasukkan buku tersebut ke dalam tasnya dan menuju tempat
tinggalnya.
Suar adalah gadis yang terjebak di dalam rutinitas kehidupan. Dirinya bekerja sebagai
sales asuransi di sebuah bank. Setelah ia mengistirahakan badannya, Suar membuka buku yang
ditemukannya tadi. Ia semakin penasaran siapa pemilik dari buku tersebut. Suar berusaha
mencari melalui sosial media namun tidak berhasil. Pada akhirnya Suar membuka kembali dan
membaca buku tersebut. Hati Suar bergetar ketika membaca kata demi kata dalam buku tersebut.
Suar makin ketagihan membaca buku tersebut. Tulisan-tulisan Juang mampu membuat
pikirannya tenang sejenak dari permasalahan di kantornya. Tulisan-tulisan Juang mampu
membuat Suar memantapkan dirinya untuk berhenti dari pekerjaannya selama ini.Setelah keluar
dari pekerjaan Suar pulang untuk menemui keluarganya. Dirinya meminta restu kepada
orangtuanya untuk mengejar mimpinya yakni menjadi sineas.
Suatu saat Suar mendengar kabar bahwa di Desa Utara sedang terjadi konflik berdirinya
pabrik semen. Banyak warga yang menolak pendirian pabrik tersebut karena dinilai akan
merugikan lingkungan. Suar geram akan konflik pendirian pabrik tersebut dan segera mengambil
langkah. Dirinya mengambil langkah memperbaiki negeri melalui sebuah karya. Suar kembali ke
Jakarta menemui sahabatnya guna menggarap proyek film dokumenter mengenai konflik yang
terjadi di Desa Utara. Mereka semua yakin bahwa film dokumenter tersebut akan mendapatkan
gelar juara, namun ternyata gagal.
Suatu ketika teman Suar yakni Ginting akan meneliti flora dan fauna di kawasan cagar
alam dan meminta bantuan Suar. Film dokumenter dari Suar dan Ginting mendapatkan perhatian
dari ribuan orang dalam hitungan hari. Bagi Suar buku Catatan Juang telah membawa banyak
perubahan besar dalam hidupnya.
5
B. Unsur Instrinsik
1. Tema
Tema dari novel Catatan Juang ini adalah perjuangan seorang perempuan untuk
menggapai impian. Novel ini bercerita mengenai perjuangan Suar yang merupakan tokoh
utama dalam menggapai cita-citanya untuk menjadi seorang sineas.
2. Latar/Setting
 Latar Tempat
a. Angkot
Bukti :
- Suar duduk di bagian paling belakang mobil angkutan umum, berimpitan
dengan beberapa manusia yang baru saja menyelesaikan rutinitas harian
mereka.
- Lama melamun, Suar mengangkat kepala dan menengok ke arah depan. Ia
rapikan rambut panjang semrawutnya yang menutupi wajah. Mobil angkutan
umum yang ditumpanginya sudah sepi.
- Di mobil angkutan umum, Suar mengeluarkan buku catatan bersampul merah
yang ia sisipkan di antara lembaran pekerjaan di dalam tas jinjingnya.
b. Indekos
Bukti :
- Malam menyergap. Suara teman-teman kos Suar terdengar di luar kamar,
berbincang tentang tugas kuliah, sambil sesekali tertawa.
- Mentari baru saja mengintip di langit timur sewaktu Suar berjalan dengan
tergesa-gesa ke depan kompleks rumah kosnya.
- Rintik mengetuk kaca jendela kamar Suar. Sudah dua jam berlalu, tetapi hujan
belum juga mereda. Sebuah suara milik penghuni kosan yang lain terdengar di
luar kamar, menggerutu kesal karena mesti terlambat pergi ke undangan
pernikahan gara-gara hujan.
c. Bus
Bukti :
- Lamunan Suar buyar ketika sadar kantornya sedikit terlewat. Suar buru-buru
berdiri dan turun dari bus.
- Jalan raya belum menunjukkan tanda-tanda macet, udara belum terlalu
pengap, tetapi bus sudah penuh sesak dengan penumpang. Suar tidak kebagian
kursi harus berdiri dan berpegangan pada gantungan di tiang.
- Bus akhirnya tiba di pemberhentian Suar.
d. Kantor
Bukti :
- Seperti hari yang lain, meja kerja Suar di lantai dua hanya menjadi
persinggahan sementara sebelum dirinya harus turun ke lantai satu untuk
menebar brosur dan senyuman.
- Suar menutup buku, menaruhnya di meja, lalu menghela napas. Ia kemudian
berdiri dari kursinya, berjalan ke ruangan atasannya, lantas mengetuk pintu
yang berhias plat kuning bertuliskan “Farida Aripin”. Ia berdeham sambil
merapikan pakaian.
- Suar tergesa-gesa keluar dari ruangan atasannya, sebelum ia mendapatkan
ceramah lanjutan tentang menjadi dewasa dan pilihan jalan yang harus
ditempuhnya.
e. Taman Kota
Bukti :
Sesampainya di taman kota, Suar menggeluarkan kamera dari tas punggungnya.
f. Kereta
Bukti :
- Kereta membawa Kasuarina melipir menjauhi ibu kota
- Suar melihat jam di tangannya. Masih ada waktu sebelum kereta tiba di Desa
Utara.
6
g. Stasiun
Bukti :
- Albizia menunggu kakaknya turun dari kereta.
- Pagi baru saja menyingsing tatkala Suar dan kedua sahabatnya tiba di Stasiun
Desa Utara.
h. Rumah Suar
Bukti :
- Sembari santap sore di ruang tengah rumah, Suar mencermati wajah ayah dan
ibunya yang sedang asyik mengunyah.
- Wangi kamarnya tidak pernah berubah, ada sentuhan Ibu disana. Suar melihat
seprainya yang bergambar Darth Vader.
- Setibanya di rumah, Bapak ternyata sudah berangkat kerja.
i. Desa Utara
Bukti :
- Suar dan teman-temannya mengejar wawancara terakhir di Desa Utara, yakni
dengan pihak pabrik semen.
- Berada di Desa Utara selama hampir seminggu membuat indikator
kebahagiaan Eli dan Fajar naik drastis.
- Tiga hari telah berganti semenjak Suar tiba di Desa Utara.
j. Bangunan PLTA
Bukti :
Setelah tiga jam beradu kekuatan dengan rasa dingin, Suar dan Fajar tiba di
bangunan PLTA, rendevouz point di mana mereka berdua akan bertemu dengan
Dude.
k. Hutan Someah
Bukti :
- “Betul. Hutan Someah cuma boleh diakses untuk penelitian, serta
pengembangan dan pendokumentasian flora dan fauna, kayak yang kita
lakukan sekarang”
- Berada di hutan selama beberapa hari membuat Suar mesti hidup tanpa sinyal.
- Setelah seminggu berada di dalam hutan, Suar dan Fajar memutuskan untuk
pulang.
l. Surau
Bukti :
Setibanya di surau, Suar mengambil air wudhu. Ia kemudian masuk ke dalam dan
memakai mukena.
m. Pemakaman
Bukti :
- Suar menghadapi prosesi pemakaman dengan tegar.
- Mereka kemudian berjalan diiringi langit yang mulai berawan, membelah
kompleks pemakaman yang terasa berbeda dimensi dengan gedung-gedung
yang mengelilinginya.
 Latar Waktu
a. Sore hari
Bukti :
- Sembari santap sore di ruang tengah rumah, Suar mencermati wajah ayah dan
ibunya yang sedang asyik mengunyah.
- Jarum pendek jam dinding sudah tiba pada pukul tiga, sementara Jakarta
temaram oleh mega.
- Dengan tubuh yang duduk kelelahan di dalam mobil, pada sore yang hampir
berakhir, Suar kembali memandangi langit.
- Pada suatu sore, hujan turun dengan derasnya.

7
b. Malam hari
Bukti :
- Mereka tertawa. Langit cerah, satu per satu bintang mulai bermunculan,
sementara garis horison masih menyiratkan penyisaan kemuning yang mentari
hadirkan sebelum terbenam. Suar kemudian terdiam mendengarkan suara
mobil yang menderu, bersahutan dengan azan di kejauhan.
- Malam merambat pergi secepat kilat.
c. Pagi hari
Bukti :
- Tanpa terasa, pagi menyergap mata mereka yang masih mengantuk.
- Seberkas cahaya pagi mengetuk lembut mata Suar.
3. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel Catatan Juang adalah sudut pandang orang
ketiga serba tau. Hal ini dibuktikan dengan penulis yang menyebut tokoh dalam novel
dengan nama-nama mereka dan menggunakan kata ganti orang ketiga (dia atau mereka).
Penulis juga mengetahui semua hal tentang tokoh, peristiwa, tindakan, hingga motif
tindakan tersebut.
Bukti :
- Suar teringat akan Bu Ida, atasannya yang akhir-akhir ini sering memarahinya.
- Namun, sejauh ini, ia seolah diam di tempat, tidak ada satu pun petunjuk
tentangnya.
- Pernah satu kali mereka diancam oleh pihak keamanan yang gerah dengan
tiga sekawan yang terus mondar-mandir tersebut.
4. Alur/Plot
Alur yang digunakan dalam novel Catatan Juang adalah alur maju/progresif. Di
awal, novel ini menceritakan tentang Kasuarina yang bekerja sebagai sales asuransi di
sebuah bank ternama, lalu diperjalanan pulang ia menemukan sebuah buku bersampul
merah. Karena membaca buku tersebut membuat pandangan dan pola pikir Kasuarina
menjadi terbuka. Akhirnya dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya
untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang sineas. Di novel ini diceritakan
perjuangan Kasuarina yang tidak mudah, namun di tengah perjuangannya ia juga
menemukan belahan jiwanya. Pada akhirnya perjuangan Kasuarina membuahkan hasil
yang sangat baik dan ia bisa menjadi seorang sineas hebat sesuai dengan mimpinya. Di
akhir cerita pada novel ini, Kasuarina juga bisa bertemu dengan Juang sang penulis buku
bersampul merah yang telah merubah hidupnya.
5. Tokoh
Tokoh dalam novel Catatan Juang meliputi :
a. Tokoh Utama : Kasuarina/Suar.
b. Tokoh Pembantu :
- Ibu Ida, atasan di tempat Suar bekerja.
- Ricky, mantan Suar.
- Bella, kekasih dari Ricky.
- Fajar, sahabat Suar.
- Eli, sahabat Suar.
- Dude, kekasih Suar.
- Albizia, adik laki-laki Suar.
- Bapak Suar.
- Ibu Suar.
- Budi, sahabat Dude.
- Damar Septian, Produser Film.
- Pak Yitno, penduduk Desa Utara.
- Fatah, adik dari Juang.

8
6. Penokohan
a. Kasuarina/Suar
Watak : Peduli, tabah, sabar, penyayang, pantang menyerah, ikhlas.
Bukti :
- “Saya ingin mengejar impian saya. Saya mau kembali menjadi sineas.”
- “Lebih baik Suar gagal saat mencoba, Bu, daripada selamanya bertanya-
tanya.” Suar menjawab mantap.
- Namun itulah bagusnya Suar, ia selalu terbuka dan berminat mempelajari hal-
hal baru.
- Tahu bahwa kamera DSLR tidaklah murah, Suar menabung sedikit demi
sedikit.
- Maka dari itu, ia harus bergegas berangkat dan membuktikan dirinya mampu
menjadi pegawai teladan, seolah-olah ia membenarkan bahwa manusia yang
bekerja lebih pagi, pasti mendapatkan rezeki yang lebih banyak.
- Suar menjalani proses pemakaman dengan tegar.
- “Aku akan menolong lewat karya” Suar membulatkan tekadnya kali ini.
b. Ibu Ida
Watak : Galak
Bukti :
“Suar! Kamu dengar saya, enggak,sih?!!” bentak bu Ida kepada Suar.
c. Ricky
Watak : Tidak teguh pendirian
Bukti :
Cuma berselang setengah tahun, Ricky jenuh dengan Suar yang menurutnya
“garing” dan tidak tahu cara bersenang-senang. Entah memang begitu, atau
karena selama berpacaran, Suar tidak pernah mau diajak libur berdua saja
bersama Ricky.
d. Bella
Watak : Sombong
Bukti :
“Eh, ada si pohon cemara”, kata perempuan itu. Suar berusaha tidak melirik ke
arah mereka. “ Diam terus, kayak pohon. Pantas Ricky milih balikan sama gue.
Kalau di ranjang juga, palingan lo cuma bisa diam. Kaya pohon.”
e. Fajar
Watak : Baik, berpandangan luas
Bukti :
Fajar mengajukan ide agar kelak, kalau sudah rampung, film besutan mereka
diikutsertakan dalam lomba film pendek yang rencananya akan digelar bulan
depan.
f. Eli
Watak : Sederhana
Bukti :
Diantara tiga sekawan, Cuma Eli yang tampaknya tidak berubah banyak. Sosok
perempuan berkacamata itu tetap apa adanya.
g. Dude
Watak : Baik, berwawasan luas, pandai
Bukti :
- “Kenapa begitu peduli dengan Hutan Someah, Bang?” Dude terdiam sejenak,
mengumpulkan kata-kata. “Kalau bukan kita, siapa lagi? Harus ada orang-
orang yang peduli. Bayangkan,Ar, sejak zaman penjajahan, Hutan Someah
udah masuk kedalam kawasan terlarang. Pasca kemerdekaan, status wilayah
dinaikkan jadi cagar alam. Tapi, makin lama, orang-orang bukannya menjaga
hutan ini, malah menghancurkannya”
- Dude berdiri dari duduknya “ Makan dulu, yuk,” katanya seraya mengulurkan
tangannya pada Suar, membantu gadis itu berdiri.”
9
h. Albizia
Watak : Penyayang, rajin, penurut
Bukti :
Albi semringah. Ia hampiri Suar. Mereka berpelukan.
i. Bapak Suar
Watak : Bijaksana, penyayang, tegas, sabar
Bukti :
- Bapak tertawa. “ Hidup ini singkat. Ndak usah terlalu serius nanti pusing.”
- “ Jangan khawatir. Bapak baik-baik aja,kok. Kamu kejar mimpi kamu setinggi
mungkin. Kalau udah cape, kamu selalu punya tempat pulang. Ingat itu,” ucap
sang ayah.
j. Ibu Suar
Watak : Penuh kasih sayang, perhatian
Bukti :
- “Kerjakan apa yang apa hatimu katakan. Kami selalu mendukungmu.” Kata
Ibu.
- Dan, Ibu akan tetap menjadi seorang Ibu, Beliau menjadi yang paling
khawatir saat anaknya mesti kembali pergi. Dipersiapkannya bekal makanan
agar anak gadis dan kedua sahabatnya tidak kelaparan di kereta nanti.
k. Budi
Watak : Baik, tenang
Bukti :
“Saya boleh kasih saran?” tanya Budi pada Suar. Gadis itu mengangguk.
“Mengikuti lomba emang penting untuk mengukur kemampuan kita. Tapi itu
enggak bisa jadi tolak ukur siapa diri kita atau identitas karya kita. Kalau saya jadi
kalian, saya akan cari produser, atau pakai dana kolektif. Tapi, itu pasti enggak
mudah. Saya dengar dari Bang Dude, tema yang kalian angkat cukup tajam.
Kalau begitu, coba pakai satu cara lagi.”
l. Damar Septian
Watak : Serius
Bukti :
“Saya mau mengajak Mbak Suar menggarap sebuah fim dokumenter tentang
PRB,” katanya dengan mimik yang lebih serius.
m. Pak Yitno
Watak : Peduli terhadap lingkungan
Bukti :
Banyak masyarakat, termasuk Pak Yitno, yang menentang. Tidak sedikit pula
yang mendukung. Alasan Pak Yitno adalah menghargai leluhur. Setiap gunung
memiliki sejarahnya maing-masing termasuk guning di Desa Utara.
n. Fatah
Watak : Baik, sopan
Bukti :
Lelaki itu mengambilnya. Raut wajahnya yang serius berubah menjadi sebuah
senyum simpul. “Mbak Suar enggak tahu betapa ini sangat berarti. Terima kasih
banyak. Apa yang bisa saya lakukan sebagai imbalan?”
7. Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel Catatan Juang adalah sebagai berikut :
a. Tetaplah semangat dan pantang menyerah dalam menggapai suatu hal yang
diimpikan.
b. Selalu berbaktilah kepada kedua orang tua selagi masih hidup maupun sudah
tiada.
c. Tolonglah orang lain yang membutuhkan bantuan kita.

10
8. Gaya Bahasa
a. Hiperbola
Hiperbola
Gaya bahasa yang memiliki makna yang tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya ataupun berlebihan.
- Data 1
“Suar berharap sakit di kepalanya segera hilang. Tekanan dari atasannya
beberapa hari terakhir ini membuat kepalanya terasa ingin meledak. Namun, ia
hanya bisa menunduk.” (CJ, 2)
Pada data (1) kutipan tersebut termasuk gaya bahasa hiperbola yang membuat
pernyataan yang berlebihan yaitu pada kata kepalanya terasa ingin meledak.
Pada kenyataannya kepalanya hanya pusing dan tidak mungkin bisa meledak.
- Data 2
“... karena itu, Ibu dan Bapak panik tak karuan. Satu kampung dibuat geger.”
(CJ, 16)
Pada data (2) Data kutipan novel termasuk dalam gaya bahasa hiperbola
karena membuat pernyataan yang berlebihan yaitu pada kalimat satu kampung
dibuat geger.
- Data 3
“... namun, tatkala mengingat kondisi Bapak, Suar kembali mengubur ide
gilanya”. (CJ, 51)
Pada data (3) data kutipan novel tersebut termasuk dalam gaya bahasa
hiperbola yaitu menggunakan kata yang membesar-besarkan suatu hal yaitu
mengenai mengubur ide gilanya. Hal ini seakan-akan memiliki ide yang bagus
tetapi terpaksa harus dipendam terlebih dahulu.
- Data 4
“ lagi-lagi Suar merasa tertohok. Kepalanya seolah dipukul keras”. (CJ, 55)
Pada data (4) data kutipan novel tersebut termasuk dalam gaya bahasa yang
menggunakan kata yang memiliki makna yang berlebihan yaitu pada kata
tertohok dan dipukul keras.
- Data 5
“Suar kembali bersin. Terkapar, tak berdaya”. (CJ, 63)
Pada data (5) data kutipan novel tersebut termasuk dalam gaya bahasa yang
menggunakan kata yang memiliki makna yang berlebihan dengan keadaan
yang sebenarnya yaitu pada kata terkapar tak berdaya.
b. Metanomia
Gaya bahasa metanomia adalah gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata
untuk menjelaskan ataupun untuk menyatakan sesuatu karena memiliki makna
atau hubungan yang dekat (Keraf, 2004).
- Data 1
“... engkau membisikkan doa sambil mengelus perutmu, menungguku hadir,
tak sabar mendengar tangis pertamaku, hampir meregang nyawa demi
menghadirkanku ke bumi. Dan ketika aku lahir engkau tidak pernah mengeluh
saat membersihkan kotoranku, tidak sama sekali .” (CJ, 8)
Pada data (1) kutipan data tersebut merupakan gaya bahasa perbandingan yang
berjenis metanomia yaitu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata
untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat
dekat. Pada data tersebut kata yang memiliki pertalian yang dekat adalah kata
kehadiran.

11
c. Personifikasi
Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang yang menggunakan makna
kiasan yang menggambarkan bahwa benda mati memiliki sifat seperti manusia
(Keraf, 2004).
- Data 1
“langit sedang menguning ketika Suar keluar dari kantor. Di kejauhan, tampak
dua layangan beradu mesra di angkasa”. (CJ, 85)
Pada data (1) kutipan novel tersebut menunjukkan bahwa terdapat kalimat
yang merupakan gaya bahasa personifikasi yang menganggap bahwa benda
hidup memiliki sifat-sifat kemanusiaan yaitu layang-layang yang beradu
mesra di angkasa.
- Data 2
“... hujan makin deras menyambangi bumi”. (CJ, 70)
Pada data (2) kutipan novel tersebut termasuk dalam gaya bahasa yang
menggambarkan benda -benda mati memiliki sifat kemanusiaan yaitu pada
kata hujan yang menyambangi bumi ini berarti bahwa hujan turun kebumi.
- Data 3
“rintik mengetuk kaca jendela kamar Suar. Sudah dua jam berlalu, tetapi hujan
belum juga reda”. (CJ, 68)
Pada data (3) kutipan novel tersebut termasuk dalam gaya bahasa
personifikasi yang menunjukkan benda mati memiliki sifat kemanusiaan yaitu
rintik hujan mengetuk jendela kamar Suar.
d. Perumpamaan
Gaya bahasa perumpamaan dapat disimpulkan yaitu perbandingan dua hal yang
hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama. Terdapat kata laksana,
ibarat, dan sebagainya yang dijadikan sebagai penghubung kata yang
diperbandingkan.
- Data 1
“... lalu ibu akan menyeret aku dan adikku pulang, memaksa kami mandi, dan
membedaki wajah kami sehingga terlihat seputih aktor pantomim.” (CJ, 14)
Pada data (1) kutipan novel tersebut termasuk dalam gaya bahasa
perumpamaan yang menunjukkan dua hal yang berlainan namun dianggap
sama yaitu wajah yang seperti aktor pantomin.
- Data 2
“... perempuan paruh baya bertubuh gempal itu memang senang sekali marah-
marah pada mereka yang dianggapnya merugikan perusahaan”. (CJ, 21)
Pada data (2) kutipan data tersebut termasuk dalam gaya bahasa perumpamaan
karena data tersebut menunjukka dua hal yang berbeda dianggap sama yaitu
pada kalimat perempuan paruh baya bertumbuh gempal.
- Data 3
“ bukankah Ibu tidak pernah meminta untuk memikul beban ini sendirian dan
bertingkah bak superhero?”. (CJ, 55)
Pada data (3) kutipan novel tersebut menunjukkan bahwa terdapat gaya bahasa
perumpamaan yang membandingkan dua hal yang berbeda dianggap sama
yaitu dengan adanya kata bak seperhero yang menganggap bahwa Suar mirip
superhero.
- Data 4
“... setelah Ibu tiada, perekat kami seolah hilang. Suasana rumah tidak lagi
sama. Kini menjadi semacam terminal di mana kami cuma singgah sebentar
sebelum kembali pergi kepada dunia kami masing-masing”. (CJ, 106)
Pada data (4) kutipan novel tersebut termasuk dalam gaya bahasa yang
mengandung perbandingan dua hal yang berbeda namun dianggap memiliki
makna yang berbeda, yaitu pada kata terminal.

12
e. Pleonasme
Gaya bahasa pleonasme dapat disimpulkan menggunakan dua kata yang sama arti
sekaligus, tetapi sebenarnya tidak perlu, baik untuk penegas arti maupun hanya
sebagai gaya.
- Data 1
“... Suar duduk di bagian paling belakang mobil angkutan umum, berimpitan
dengan beberapa manusia yang baru saja menyelesaikan rutinitas harian
mereka. Gadis itu menyandarkan kepada di jendela, merasakan getaran mesin
mobil tua yang membawanya pulang dari kantor, meninggalkan setumpuk
pekerjaan yang belum juga ia bereskan.” (CJ, 2)
Pada data (1) menunjukkan bahwa gaya bahasa pleonasme adalah gaya bahasa
semacam acuan yang menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang
diperlukan, untuk menyatakan satu gagasan atau pikiran. Dalam kutipan
tersebut menjelaskan kegiatan Suar yang mendetail atau menggunakan kata-
kata yang berlebihan dan memiliki makna yang sama jika ada kata yang
dihilangkan.
- Data 2
“...seorang laki-laki yang duduk di sebelahnya berdiri. Lelaki itu cukup
menyulitkan tatkala hendak turun dari mobil. Tubuhnya yang tinggi besar
membuat Suar mesti merapatkan diri pada kaca.” (CJ, 2)
Pada data (2) kutipan tersebut termasuk gaya bahasa pleonasme yang
memberikan penjelasan secara lebih banyak yaitu tentang seorang laki-laki
yang memiliki tubuh tinggi besar.
- Data 3
“... maka dari itu, ia harus bergegas berangkat dan membuktikan dirinya
mampu menjadi pegawai teladan, seolah-olah ia membenarkan bahwa
manusia yang berkerja lebih pagi, pasti mendapatkan rezeki yang lebih
banyak”. (CJ, 11-12)
Pada data (3) kutipan novel tersebut termasuk dalam gaya bahasa pleonasme
yang memberikan penjelasan yang berlebihan yang memiliki arti yang sama
jika dipersingkat lagi.
f. Metafora
Keraf (2004: 139) berpendapat bahwa metafora adalah gaya bahasa yang
menggunakan analogi untuk membandingkan dua analogi secara langsung.
- Data 1
“... ketahuilah, mantan pacar adalah guru kehidupan. Melalui rasa sakit ia
mendewasakan kita”. (CJ, 40)
Pada data (1) kutipan novel tersebut termasuk dalam gaya bahasa
perbandingan yang menunjukkan membandingkan dua hal yang berbeda
dalam waktu yang singkat, yaitu pada kata mantan pacar menjadi guru
kehidupan karena hal tersebut adalah dua hal yang berbeda.
g. Simile
Simile adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang bersifat eksplisit
atau secara langsung untuk menyatakan hal lain (Keraf, 2004). Sementara itu
simile atau perumpamaan dapat diartikan suatu majas membandingkan dua
hal/benda dengan menggunakan kata penghubung.
- Data 1
“...Sementara ingar-bingar obrolan segerombolan ibu-ibu yang membicarakan
gosip terkini, juga sepasang anak remaja yang memadu asmara.” (CJ,2)
Pada data (1) menunjukkan bahwa gaya bahasa simile adalah gaya bahasa
yang bersifat eksplisit yang langsung menyatakan sesuatu dengan hal yang
lain. Dalam kutipan tersebut menyatakan bahwa segerombolan ibu-ibu yang
ramai dengan membicarakan gosip, sedangkan anak muda sedang berpacaran.

13
- Data 2
“... raut wajah mereka berubah menjadi senyum lebar. Mereka geleng-geleng
kepala”. (CJ, 13)
Pada data (2) data kutipan tersebut termasuk dalam gaya bahasa simile yang
membandingkan sesuatu hal secara langsung, yaitu membandingkan raut
wajah yang berubah menjadi senyum lebar.
h. Asosiasi
Asosiasi adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan sesuatu yang
berlainan dengan suatu keadaan yang dilukiskan (Maulana, 2008). Pendapat
tersebut menyiratkan bahwa asosiasi adalah gaya bahasa yang berusaha
membandingkan sesuatu dengan hal lain yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
- Data 1
“...Sesudah menaruh sandal dan sepatu sebagai tanda batas, kami berlari ke
sana kemari dengan tawa riang menghiasi wajah kami yang berkeringat.”
(CJ, 14)
Pada data (1) kutipan tersebut termasuk dalam gaya bahasa perbandingan
asosiasi yang menunjukkan perbandingan yang bersifat memperbandingkan
sesuatu dengan keaadan lain sesaui dengan keaadan yang dilukiskan. Dalam
data tersebut kata yang menunjukkan gaya bahasa asosiasi adalah kami berlari
kesana kemari dengan tawa riang menghiasi wajah kami.
i. Hipalase
Hipalase adalah gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata tertentu untuk
menjelaskan sesuatu yang seharusnya digunakan untuk menerangkan makna lain
(Keraf, 2004). Maksud pendapat di atas adalah hipalase merupakan gaya bahasa
yang menerangkan sebuah kata tetapi sebenarnya kata tersebut untuk menjelaskan
kata yang lain.
- Data 1
“...ayahnya pernah berpesan, yang penting kamu harus sekolah yang tinggi,
biar Bapak dan Ibu bangga”. (CJ, 45)
Pada data (1) kutipan novel tersebut menggunkana gaya bahasa yang
menggunakan kata tertentu untuk menerangkan sebuah makna yaitu kata
sekolah yang tinggi ini bukan sekolah yang bergedung tinggi melainkan
sekolah sampai dengan memiliki gelar yang tinggi.
- Data 2
“...memiliki kamera sendiri membuat Suar terus menghasilkan film-film
pendek bak orang gila”. (CJ, 46)
Pada data (2) kutipan novel tersebut termasuk dalam gaya bahasa yang
menggunakan kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata yang seharusnya
dikenakan pada sebuah kata yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata lain,
data tersebut menggunakan kata bak orang gila yang gila bukan orangnya
tetapi karya yang dihasilkan.

C. Unsur Ekstrinsik
1. Biografi Pengarang
Fiersa Besari atau yang akrab disapa ‘Bung’ ini adalah penulis dan musisi asal
Indonesia. Berkat karya-karyanya, nama Fiersa saat ini populer di kalangan anak-anak
muda. Pria kelahiran 3 Maret 1984 ini terlahir dari keluarga sederhana yang berasal dari
Kota Bandung. Ia merupakan lulusan dari STBA Yapari-ABA Bandung, dengan gelar
sarjana Bahasa Inggris yang di akhir semesternya mulai mencintai Sastra Indonesia.
Sebelum mengawali kariernya di dunia hiburan Fiersa sempat bekerja di sebuah kantor,
namun hanya bertahan beberapa bulan saja. Hal ini disebabkan karena ia merasa tidak
nyaman dengan pekerjaan yang dilakukan dan akhirnya beralih ke dunia musik dan
Sastra Indonesia. Di tahun 2009, Fiersa mulai membuat karya-karyanya berupa lagu dan
album dan di tahun 2011 ia pun merilis sebuah album yang berjudul “11:11”. Album ini
laris manis dan sukses di pasaran.
14
Ia pun kembali merilis dua album lainnya dengan judul Tempat Aku Pulang
(2014) dan Konspirasi Alam (2015). Kedua album ini juga berhasil melejit di dunia
musik Tanah Air dan menjadi playlist wajib di beberapa radio hingga acara musik.
Selain bermusik dan kecintaannya pada Sastra Indonesia Fiersa pun aktif menjadi
seorang penulis terhitung sejak tahun 2016 hingga 2018 sudah 5 buku yang diterbitkan.
Buku yang ia tulis pun juga sukses dan masuk ke dalam jajaran ‘best seller’. Lima buku
yang telah ia terbitkan diantaranya adalah Garis Waktu, Konspirasi Alam Semesta,
Catatan Juang, Arah Langkah dan Albuk 11:11. Kegemarannya dalam menulis serta
menciptakan lagu dengan gaya sasra yang indah, tak banyak yang tahu ia adalah pendiri
dari komunitas pecinta buku. Fiersa mendirikan komunitas yang di beri nama “Pecandu
Buku”. Suami dari Aqia Nurfadla ini memiliki hobi berkeliling Indonesia, hal ini terlihat
pada foto-foto yang diunggah di instagram pribadinya. Selain di instagram Bung Fiersa
juga akif di beberapa media sosial lainnya, seperti twitter dan Youtube.
2. Nilai Moral
a. Memanjatkan Doa
Ia terus berdoa dan berdoa, seiring petir yang kian keras menggema.(CJ, 184)
Kutipan di atas menggambarkan tokoh Juang yang berdoa kepada Allah di saat
sedang dalam marah bahaya. Kutipan di atas mengajarkan bahwa kita seharusnya
banyak berdoa dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan suka maupun duka.
b. Beribadah
Hanya ada seorang penjaga yang sedang terlelap di sudut bangunan. Seberes salat,
Suar tidak buru-buru pergi. (CJ. 273)
Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh Suar yang beribadah kepada Allah
karena Suar menjalankan ibadah sholat. Kutipan di atas mengajarkan bahwa yakni
kita harus beribadah kepada Allah.
c. Ikhlas
“Bila memang harus Kau panggil dirinya, tolong jaga Bapak. Beliau segalanya
bagiku.” Suar menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. (CJ 274)
Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh Suar yang berdoa dan
mengikhlaskan hati untuk melepaskan ayahnya apabila ayahnya dipanggil oleh
Allah. Kutipan di atas mengajarkan bahwa kita seharusnya mengikhlaskan sesuatu
walaupun itu sangat berharga, karena semuanya hanya titipan dari Allah.
d. Bersyukur
Bahkan bisa membuatmu tersenyum lega, mensyukuri posisimu saat ini yang
sudah tidak lagi bersama dia. Ketahuilah, mantan pacar adalah guru kehidupan.
Melalui rasa sakit ia mendewasakan kita, mengajarkan kita agar menjadi manusia
yang lebih baik untuk pasangan kita hari ini. (CJ, 40)
Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh Juang yang bersyukur terhadap
posisinya sekarang yang menjadi manusia lebih baik. Kutipan di atas
mengajarkan bahwa kita harus senantiasa bersyukur walaupun kepada masa lalu.
Karena lewat masa lalu tersebut kita mendapatkan pengalaman yang dapat
mendewasakan, mengajarkan kepada kita agar kita menjadi manusia yang lebih
baik untuk masa depan.
e. Menyemangati diri sendiri
Begitulah, setiap kali Suar ingin menyerah, ia terbiasa untuk menatap cermin dan
menyemangati dirinya sendiri. (CJ, 5)
Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh Suar yang menyemangati diri sendiri
ketika dirinya ingin menyerah. Kutipan di atas mengajarkan bahwa ketika kita
ingin menyerah, kita harus bisa menyemangati diri sendiri sekuat yang kita bisa.
f. Jujur
Ragu-ragu, Suar membuka buku tersebut, berharap menemukan nama dan alamat
Sang pemilik buku. Mungkin ia bisa mengembalikan buku tersebut di kala
sempat, atau minimal mengirimkannya lewat pos. (CJ, 6)
Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh Suar yang jujur terlihat ketika Suar
menemukan buku Catatan Juang dan berusaha untuk mengembalikan kepada
orang yang kehilangan barang tersebut. Kutipan di atas mengajarkan bahwa
apabila kita menemukan sesuatu, kita harus mengembalikan kepada orang yang
kehilangan barang tersebut. Hal tersebut merupakan perilaku jujur kepada diri
sendiri dan lingkungan.

15
g. Menepati janji
Makanya, tidak perlu membuat janji kalau memang tidak ada usaha untuk
menepati. Karena yang paling menyebalkan dari sebuah ”janji” adalah membuat
seseorang menanti dan berekspetasi. (CJ, 78)
Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh Juang yang mengajarkan untuk
menepati janji. Kutipan di atas mengajarkan bahwa kita harus menepati janji
kalau kita tidak berusaha untuk menepati janji jangan sampai membuat janji,
karena kita tidak tahu apakah seseorang tersebut menunggu janji kita.
h. Meminta Maaf
Ibu maaf segalanya. Izinkanlah aku menebus dosaku yang terlampau banyak.
(CJ,10)
Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh Juang yang meminta maaf kepada
Ibunya atas segala dosa kepada Ibunya. Kutipan di atas mengajarkan bahwa kita
harus meminta maaf kepada semua orang apabila kita mempunyai salah yang
disengaja maupun yang tidak disengaja terutama kepada kedua orang tua.
i. Peduli Sesama atau Lingkungan
Jerih payah kami berbuah manis. Meski tidak terlalu besar, tetapi akhirnya
perpustakaan kami jadi juga. Tiga bulan purnama sudah berlalu sejak aku dan
masyarakat desa membangun ruangan ini, berharap anak-anak kecil akan kembali
membudayakan baca buku, karena buku yang kami bahwa kurang banyak, kami
berkeliling ke desa-desa lain untuk mencari buku bekas. (CJ, 13)
Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh Juang yang peduli terhadap sesama
dengan mendirikan perpustakaan untuk anak-anak di desa agar kembali
membudayakan membaca buku. Kutipan di atas mengajarkan bahwa kita
seharusnya peduli terhadap sesama, terlebih lagi terhadap yang membutuhkan
pertolongan. Kita dapat menolong tanpa kenal lelah untuk memajukan kehidupan
yang lebih baik.
j. Amar Maruf atau Menyeru Kebaikan
“Aku tahu gimana rasanya mengejar mimpi. Waktu buka usaha clothing-an
bareng teman-teman juga bukan main tegangnya. Kami harus menabung uang
jajan mati-matian, terus belajar tentang fashion. Padahal, Mbak tahu sendiri, aku
engga ada basic ke arah sana. Tapi, namanya pekerjaan yang dilakukan pakai hati,
pasti hasilnya baik. Aku percaya itu.” jelas Albi. (CJ, 112)
Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh Albi yang amar maruf atau menyeru
kebaikan yakni menyemangati orang lain. Kutipan di atas mengajarkan bahwa
kita harus meyakinkan orang lain untuk selalu mengejar mimpi dan memakai hati
dalam pekerjaan, karena apabila kita menikmati prosesnya maka proses tersebut
tidak akan pernah mengkhianat hasil.
3. Nilai Pendidikan
a. Religius
“Suar sempat menjadi anak yang penakut, yang selalu berpikir bahwa hantu-
hantu serupa makhluk yang menyeramkan yang tercipta untuk memangsa anak
kecil. Ia takut ketiduran di surau, karena tidak mau disembunyikan di dalam
beduk. Ia takut bermain di lapangan melewati azan Magrib, karena takut diculik
hantu”. (CJ. 58).
Berdasarkan kutipan tersebut sifat atau karakter yang menandakan sifat religius
adalah “Ia takut bermain di lapangan melewati azan Magrib”. Sifat religius yang
tercermin pada tokoh Suar yaitu memiliki sifat religius azan Magrib. Azan
merupakan panggilan ibadah bagi umat Islam untuk menunaikan shalat fardu.
Shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai
bentuk ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa
perkataan dan perbuatan. Salah satu shalat fardu, yaitu shalat Magrib. Shalat
Magrib dilakukan saat matahari terbenam, dimana pada saat itu terjadi pergantian
cuaca pada siang hari ke malam hari. Untuk menjalankan ibadah shalat, misalnya
shalat Magrib, seseorang haruslah dalam keadaan bersih dan rapi. Selain karena
akan menghadap yang pencipta, pada dasarnya seseorang yang dalam keadaan
bersih dan rapi akan terhindar dari godaan setan. Hal ini dikarenaka setan
menyukai hal-hal yang kotor, jorok, dan tidak rapi.

16
b. Jujur
“Begini, Bu ... saya mau berterima kasih atas pelajaran dan kesempatan yang
diberikan selama ini. Sekaligus saya meminta izin untuk mengundurkan diri.
Surat pengunduran diri saya akan segera saya lampirkan.” Kalimat tersebut
meluncur begitu saja. Tatapan Bu Ida sejenak membeku pada wajah Suar. Butuh
beberapa menit sebelum akhirnya ia menangkap maksud dari kata-kata Suar. Ia
mencopot kacamatanya lalu memijit pelipisnya yang berdenyut. “Kalau ini
tentang saya yang terlalu keras, saya minta maaf. Kamu termaksud dalam sales
terbaik yang pernah dimiliki bank ini. Saya cuman sedih melihat kinerja kamu
yang menurun akhir-akhir ini.” “Terima kasih, Bu. Tapi, ini bukan tentang itu.”
“Kamu diterima di perusahaan lain?” “Engga, Bu” “Jadi, kenapa?’ “Saya ingin
mengejar impian saya. Saya mau kembali menjadi sineas.” (CJ, 80)
Berdasarkan kutipan tersebut sifat atau karakter yang menandakan sifat jujur
adalah “saya meminta izin untuk mengundurkan diri, saya ingin mengejar impian
saya. Saya mau kembali menjadi sineas.” Melalui kutipan tersebut tergambar
bahwa sikap dan perbuatan dalam diri Suar adalah jujur dengan ditandai satu
diantara sifat jujur yaitu menyatakan apa adanya. Suar menyatakan apa adanya
kepada Bu Ida bahwa ia ingin mengundurkan diri menjadi sales, Bu Ida adalah
pimpinan di perusahaan di mana Suar bekerja selama ini. Suar mengakui bahwa ia
mengundurkan diri untuk mengejar cita-citanya menjadi sineas, ia tidak ingin
berlarut menjadi sales jujur yang dilakukan Suar merupakan sikap menyatakan
adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya.
Sikap dan perbuatan yang menyatakan adanya keinginan untuk menginginkan
sesuatu perlu ditumbuhkan dalam diri sendiri untuk menjalankan kehidupan yang
lebih baik dalam tindakan maupun tekad yang akan dicapai. Dengan demikian
dapat dimaknai bahwa Suar memiliki karakter jujur yaitu menyatakan apa adanya
yang memiliki keinginan, keinginan tersebut ditimbuhkan dalam diri Suar untuk
menjalankan kehidupan yang lebih baik dalam tindakan maupun tekad yang akan
dicapai.
c. Disiplin
“Kemacetan merupakan kondisi khas kota besar yang tidak lagi valid untuk
dijadikan sebagai alasan keterlambatan. Maka dari itu, ia harus bergegas
berangkat dan membuktikan dirinya mampu menjadi pegawai teladan, seolah-
olah ia membenarkan bahwa manusia yang bekerja lebih pagi, pasti mendapatkan
rezeki yang lebih banyak” (CJ, 11-12).
Berdasarkan kutipan tersebut sifat atau karakter yang menandakan sifat disiplin
“ia harus bergegas berangkat dan membuktikan dirinya mampu menjadi pegawai
teladan”. Sifat disiplin yang tercermin pada tokoh Suar yaitu memiliki sifat
disiplin menjadi pegawai teladan. Teladan merupakan sesuatu yang patut ditiru
atau baik untuk dicontoh seperti perbuatan, kelakuan, dan sikap yang baik. Seperti
kelakuan Suar yang selalu pergi bekerja lebih pagi daripada yang lain. Sikap dan
perbuatan yang menyatakan bahwa seseorang yang berangkat lebih pagi, pasti
mendapatkan rezeki yang lebih banyak, dan Suar pun mempercayai itu. Sehingga
membuat dirinya selalu berangkat kerja lebih pagi.
d. Kerja Keras
“Gara-gara itu, Suar semakin lahap membaca buku bersampul merah. Walau
sempat terhenti karena dirinya lagi-lagi harus menawarkan produk asuransi pada
para nasabah, begitu ada waktu, ia lanjut membaca lagi hingga beberapa belas
halaman.” (CJ, 23).
Berdasarkan kutipan tersebut sifat atau karakter yang menandakan sifat kerja
keras adalah “harus menawarkan produk asuransi pada para nasabah”. Sifat kerja
keras yang tercermin pada tokoh Suar yaitu memiliki sifat kerja keras harus
menawarkan produk asuransi. Kerja keras tersebut yaitu sikap dan perbuatan Suar
yang mengorbankan tenaga, pikiran, waktunya agar bisa membantu ekonomi
keluarganya. Suar yang tiap hari membagikan brosur di jalan dengan teriknya
matahari dan banyaknya debu dan polusi. Sebagai anak paling tua Suar harus
harus sungguh-sungguh dalam mengatasi segala hambatananya untuk bisa
membantu ekonomi keluarga.

17
e. Kreatif
“Suar mengambil jurusan DKV, dan tidak pernah berminat kerja kantoran. Ia
pertama kali jatuh cinta dengan dunia desain semasa SMA, tatkala angkatannya
membuat sebuah acara, dan Suar yang ditunjuk untuk merancang desain
pamfletnya. Satu angkatan memuji hasil kerjanya. Ternyata, di sanalah bakat Suar
terlihat. Ia pun berujung mengerjakan desain panggung, sekaligus desain baliho
raksasa untuk diletakkan di depan sekolah.” (CJ 45).
Berdasarkan kutipan tersebut sifat atau karakter yang menandakan sifat kreatif
adalah “merancang desain pamfletnya”. Sifat kreatif yang tercermin pada tokoh
Suar yaitu memiliki sifat kreatif dalam merancang desain. Desain merupakan
kegiatan kreatif yang menyusun rencana atau rancangan untuk suatu benda,
gambar atau objek lainnya yang terdiri dari beberapa unsur untuk mewujudkan
suatu hasil yang nyata. Pamflet merupakan sebuah media promosi yang dipakai
untuk dapat memasarkan suatu produk tersebut kepada masyarakat, pamflet
tersebut merupakan tulisan yang dapat atau bisa disertai gambar. Suar yang masih
SMA sudah memiliki pikiran kreatif, sehingga ia dipercayai untuk membuat
rancangan desain pamflet, desain panggung, dan baliho raksasa. Desain yang
dibuat Suar pun membuat satu angkatan memuji hasil kerjanya.
f. Rasa Ingin Tahu
“Ia kemudian beralih ke buku bersampul merah yang tergeletak di sampingnya.
Ragu-ragu Suar membuka buku tersebut, berharap menemukan nama dan alamat
sang pemilik buku. Mungkin ia bisa mengembalikan buku tersebut di kala sempat,
atau minimal mengirimkannya lewat pos. Dengan cepat Suar membuka halaman
demi halaman, membacanya selintas. Rupanya, itu adalah sebuah buku harian.”
(CJ, 6).
Berdasarkan kutipan tersebut sifat atau karakter yang menandakan sifat rasa ingin
tahu adalah “berharap menemukan nama dan alamat sang pemilik buku”. Sifat
rasa ingin tahu yang tercermin pada tokoh Suar yaitu berharap. Berharap
merupakan suatu keinginan yang dapat terjadi, Suar ragu-ragu untuk membaca
buku yang ditemuinya, tetapi perbuatannya tersebut untuk dapat menemukan
nama dan alamat sang pemilik buku bersampul merah yang ia temukan di
angkutan umum tersebut untuk dikembalikan. Melalui kutipan tersebut tergambar
bahwa sikap dan tindakan Suar dalam pencarian identitas tersebut merupakan
tindakan yang menggambarkan rasa ingin tahu. Hal rasa ingin tahu inilah yang
dapat menghasilkan sesuatu keingin tahuan dalam diri Suar.
g. Bersahabat/Komunikatif
“Elipsis Klandestin adalah sahabat karib Suar semasa berkuliah dulu, walau
ujungnya mereka jarang berbincang sebab kesibukan satu sama lain. Ia
merupakan seorang musisi, pemain kibor dalam sebuah band yang cukup terkenal,
juga pengaransemen musik untuk beberapa film independen. Tujuan Suar
menemuinya hari ini adalah untuk bekerja sama dalam proyek film dokumenter
yang akan digarapnya.” (CJ, 125).
Berdasarkan kutipan tersebut sifat atau karakter yang menandakan
bersahabat/komunikatif adalah “Elipsis Klandestin adalah sahabat karib Suar
semasa berkuliah dulu, walau ujungnya mereka jarang berbincang sebab
kesibukan satu sama lain”. Sahabat karib adalah sahabat yang selalu ada bersama-
sama, saling menghargai, saling mendukung, dan saling membantu saat senang
maupun sedih. Bersahabat/komunikatif yang dimaksud dalam kutipan tersebut
yaitu, sikap dan perilaku dalam diri Suar yang selalu mementingkan masyarakat
dengan membuat film dokumenter tentang Desa Utara dan berharap gunung di
desa tersebut tidak dijadikan pembangunan pabrik semen. Suar menceritakan
dengan baik kepada sahabatnya itu untuk membela rakyat kecil. Kerja sama
persahabatan inilah yang dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa untuk
membantu masyarat kecil di Desa Utara.

18
h. Gemar Membaca
“Sementara, hatinya berkata bahwa ia harus terus membaca, jaga-jaga di tengah
buku ia akan mendapati informasi perihal Juang. Sebuah pembelaan yang cukup
masuk akal, pikirannya. Lagipula, itu jauh lebih baik daripada membuang buku
tersebut atau menaruhnya kembali di lantai sembarangan mobil angkutan umum.”
(CJ, 12).
Berdasarkan kutipan tersebut sifat atau karakter yang menandakan sifat gemar
membaca adalah “hatinya berkata bahwa ia harus terus membaca”. Sifat gemar
membaca yang tercermin pada tokoh Suar yaitu memiliki sifat gemar membaca
harus terus membaca. Suar terus membaca buku yang ia temukan untuk
mendapatkan informasi tentang nama atau alamat sang pemilik buku tersebut.
Buku tersebut bertulisan Juang dan bersampul merah. Suar terus membuka dan
membaca buku tersebut untuk mencari informasi tentang Juang. Ia sangat ingin
mengembalikan buku tersebut kepada pemiliknya dengan membaca bukunya.
Melalui kutipan tersebut tergambar bahwa sikap dan tindakan Suar dalam mencari
informasi tersebut merupakan tindakan yang menggambarkan gemar membaca.
Hal gemar membaca inilah yang dapat menghasilkan informasi terbaru yang kita
ingin tahu.
i. Peduli Sosial
“Mereka pun melesat melintas desa. Sejuknya angin yang bertembus melewati
jendela membuat Suar memeluk tubuhnya sendiri dengan erat. Hari ini, mereka
akan mengunjungi orang-orang yang pro terhadap penambangan gunung karst.”
(CJ, 142).
Berdasarkan kutipan tersebut mencerminkan bahwa dalam diri Suar memiliki
sikap dan perbuatan peduli sosial. Peduli sosial yang dimaksud dalam kutipan
tersebut yaitu sikap dan perbuatan Suar yang mengorbankan tenaga, pikiran,
waktunya agar bisa mendapatkan informasi tentang penambangan gunung karts.
Berdasarkan kutipan tersebut sikap dan perbuatan yang menandakan peduli sosial
adalah “Hari ini, mereka akan mengunjungi orang-orang yang pro terhadap
penambangan gunung karst”. Melalui kutipan tersebut tergambar bahwa sikap dan
perbuatan Suar merupakan sikap peduli sosial. Peduli sosial dalam diri Suar
adalah sikap terpuji yang perlu dimiliki oleh setiap orang yang mempunyai empati
pada masyarakatnya.
4. Nilai Sosial
a. Pengabdian
“Seminggu berselang sejak terakhir kali Suar, Fajar, dan Eli, bertemu di kedai.
Alat-alat untuk membuat video sudah mereka siapkan, walau ala kadarnya.
Beberapa alat lainnya mereka pinjam dari teman teman yang menaruh minat,
meski harus dengan iming-iming akan mencantumkan nama orang orang tersebut
di credit title. Setidaknya itu lebih baik dibandingkan harus menyewa di tempat
peminjaman komersil. Bayangkan kocek yang harus mereka keluarkan untuk
pembuatan film selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, ke depan. Tanpa
bantuan sponsor, investor, atau produser, mereka mesti menekan anggaran”.
(CJ,131)
Berdasarkan kutipan novel di atas, maka dapat dilihat bahwa perjuangan Suar dan
teman-temannya sangat totalitas bagaimana mereka berjuang dan mengabdikan
diri kepada masyarakat yang membutuhkan dengan segala kekurangan dan
peralatan yang ada Suar dan teman-temanya mereka rela membantu masyarakat.
b. Tolong Menolong
“Seorang kakek duduk di sebelah Suar. Ia terlihat sedang membetulkan tali
arlojinya yang lepas. Matanya yang rabun dan tangannya yang bergetar
menyulitkan kakek tersebut. Suar, dengan senang hati, menawarkan diri untuk
membantunya. Setelah mengucapkan "terima kasih", kakek itu berjalan pergi.
Hati Suar menghangat, lebih hangat dari siraman mentari. Kebaikan tidak selalu
tentang membagikan harta. Aku seringkali lupa bahwa kita bisa menjadi
pembawa kebaikan kecil setiap harinya”. (CJ, 72)
Berdasarkan kutipan novel di atas menunjukan bahwa seorang tokoh Suar
mempunyai hati dan kepekaan yang baik akan situasi dan kondisi yang terjadi di
sekitarnya. Selain itu Suar juga berjanji akan menolong keadaan desa utara
setelahnya kembali dari Jakarta setelah ia menyelesaikan masalah yang ada di
Jakarta.
19
c. Kekeluargaan
Albi kembali dari dapur. "Enggak apa-apa, Mbak." Ia berdiri di sebelah Suar dan
menggenggam pundaknya. "Usahaku lagi naik-naiknya. Aku bisa bantu Bapak
dan Ibu. Nanti, kalau Mbak udah ada penghasilan lagi, bisa ikut nambahin".
(CJ,112)
Berdasarkan kutipan di atas menunjukan nilai sosial kekeluargaan saling
membantu dan pengertian yang ditunjukan oleh Albi adik kandung dari Suar yang
ketika Suar pulang dari Jakarta dengan keluar dari pekerjaannya sehingga Suar
tidak dapat membantu perekonomian keluarga namun adiknya Albi mengatakan
bahwa ia yang akan membantu ayah dan ibu karena usaha sang adik sendang
naik-naiknya. Selain itu rasa kekeluargaan juga ditunjukan oleh sososk ayah yang
pada saat pemutaran perdana film garapan anaknya sukses mendapat perhatian
dari orang banyak sang ayah menyempatkan datang walaupun dengan keadaan
yang kurang sehat berikut kutipannya.
d. Kesetiaan
"Maaf, Rick. Aku enggak jadi ke sana." Ricky berdeham. Ia menegakkan posisi
duduknya. "Tapi, aku udah mempersiapkan sesuatu buat kamu." "Maaf, ya." Nada
Suar melembut. "Aku yang minta maaf, Ar. Aku tahu aku banyak salah selama
ini. Aku pengin memperbaiki semuanya. Please, kasih aku kesempatan." Suar
terdiam. "Aku tahu meyakinkan. rasa itu masih ada," kata Ricky "Kita pernah
punya kisah indah. Tapi, kisah itu tempatnya di masa lalu. Semoga kamu selalu
baik-baik aja, ya, Jaga diri”. (CJ, 246)
Berdasarkan kutipan novel di atas menunjukan bahwa sosok Suar memiliki
kesetiaan terhada pasangannya yaitu Dude dengan tidak menghadiri undangan
Ricky yang merupakan mantannya padahal saat itu Suar sudah ada di depan
lokasi, namun Suar belum keluar dari mobil melihat Ricky dari dalam mobil dan
membayangkan perasaan Dude betapa hancurnya perasaan Dude jika mengetahui
dirinya bersama Ricky. Suar mengagalkan pertemuannya dengan Ricky merpakan
bentuk kesetiaanya kepada Dude.
e. Kepedulian
“Ragu-ragu, Suar membuka buku tersebut, berharap menemukan nama dan
alamat sang pemilik buku. Mungkin ia bisa mengembalikan buku tersebut di kala
sempat, atau minimal mengirimkannya lewat pos”. (CJ, 6)
Kutipan di atas menunjukan nilai sosial berupa kepedulian terhadap pemiliki buku
yang Suar temukan sikap peduli di tunjukan dengan keinginan tokoh Suar untuk
mengembalikannya kepada pemilik catatan. Sikap peduli tokoh Suar di lanjutkan
dengan membuka catatan namun Suar hanya menemukan nama pena Juang
berikut kutipannya.
f. Tanggung Jawab
“Gadis itu selalu mengingat apa kata ibunya, tentang bahayanya dua anak
manusia yang sedang dilanda asmara menginap satu ruangan-entah di kamar,
maupun di dalam tenda. Hasrat bisa datang menyergap kapan saja. Ricky bilang
Suar kolot, Suar bilang ini prinsip”. (CJ, 37)
Berdasarkan kutipan novel di atas menunjukan nilai sosial tanggung jawab
terhadap dirinya sendiri yang memegang prinsip untuk patuh pada nasehat ibunya
“Gadis itu selalu mengingat apa kata ibunya, tentang bahayanya dua anak
manusia yang sedang dilanda asmara menginap satu ruangan-entah di kamar,
maupun di dalam tenda.
g. Disiplin
“Mentari baru saja mengintip di langit timur sewaktu Suar berjalan dengan
tergesa-gesa ke depan kompleks rumah kosnya. Kemacetan merupakan kondisi
khas kota besar yang tidak lagi valid untuk dijadikannya sebagai alasan
keterlambatan. Maka dari itu, ia harus bergegas berangkat dan membuktikan
dirinya mampu menjadi pegawai teladan, seolah-olah ia membenarkan bahwa
manusia yang bekerja lebih pagi, pasti mendapatkan rezeki yang lebih banyak”.
(CJ, 12)
Berdasarkan kutipan novel di atas sosok Suar merupakan sosok yang memiliki
nilai sosial disiplin dibuktikan dengan cuplikan “Maka dari itu, ia harus bergegas
berangkat dan membuktikan dirinya mampu menjadi pegawai teladan, seolah-
olah ia membenarkan bahwa manusia yang bekerja lebih pagi, pasti mendapatkan
rezeki yang lebih banyak.”
20
h. Empati
“Mungkin, saat ini, yang paling mengerti cuma Ibu Kantin yang sering
dicurhatinya. Makan siang hari ini gratis untuk orang yang putus cinta, katanya.
Terima kasih, jawab Suar sambil tersenyum pahit, sepahit bayangan tentang
teman-temannya yang akan bersenang-senang di pantai tanpanya, sementara ia
mesti memutar otak tentang bagaimana caranya kembali mengumpulkan
nasabah”. (CJ, 27)
Berdasarkan kutipan novel di atas nilai sosial empati ditunjukan oleh ibu kantin
yang sering Suar curhat padanya, Makan siang hari ini gratis untuk orang yang
putus cinta, katanya. Terima kasih, jawab Suar sambil tersenyum pahit, sikapibu
kantin mengerti terhadap keadaan Suar yang sedang patah hati yang menyebabkan
ibu kantin bersikap empati dan memberikan makanan gratis.
i. Kerjasama
“Tentu saja, yang terpenting dari semua alat yang mereka bawa adalah diri
mereka sendiri. Cuma bermodalkan tiga orang menjadikan mereka harus
multitasking, kerja rangkap. Fajar tidak hanya bertugas sebagai editor, ia pun
mesti menjadi juru kamera. Suar tidak boleh sekadar menulis skrip dan
menyutradarai, ia pun harus menjadi reporter. Eli tidak cuma mengaransemen
lagu, ia juga perlu memastikan suara rekaman yang akan berlangsung secara live
terekam dengan baik. Terjun langsung, begitu kata Juang dalam buku
catatannya”. (CJ, 131-132)
Berdasarkan kutipan novel di atas maka nilai sosial kerja sama ditunjukan oleh
tim Suar pada saat membuat film dokumenter “Cuma bermodalkan tiga orang
menjadikan mereka harus multi-tasking, kerja rangkap”. Mereka harus bisa saling
melengkapi dengan segala keadaan serba kekurangan mereka dituntut untuk salin
bekerja sama supaya pembuatan film dokumenter berjalan lancar.

21
BAB 5
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa unsur instrinsik yang
terdapat dalam novel Catatan Juang ini sangat beragam. Penulis novel menggunakan banyak
latar dalam menulis cerita di novel ini. Tokoh tambahan juga banyak dihadirkan di novel ini.
Gaya bahasa yang digunakan juga sangat beragam, menggunakan banyak jenis majas. Tema
yang diangkat dalam novel ini adalah mengenai perjuangan untuk menggapai cita-cita, hal
tersebut membuat novel ini berkaitan dengan kehidupan sehari-sehari.
Dari analisis yang dilakukan juga dapat disimpulkan bahwa dalam novel Catatan Juang
terdapat beberapa jenis nilai. Pertama ada nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan
perbuatan baik dan buruk dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya ada nilai pendidikan yang
berisi batasan atau segala sesuatu yang mendidik kearah kedewasaan yang bersifat baik dan
buruk sehingga berguna bagi kehidupan. Dan yang terakhir ada nilai sosial, berisi pedoman
bertingkah laku terhadap orang lain.
B. Saran
1. Diharapkan para pembaca makalah ini dapat lebih mengenal dan mengetahui mengenai
unsur instriksik dan ekstrinsik yang ada dalam novel Catatan Juang ini.
2. Hendaknya pembaca megambil hikmah dari isi novel ini sebagai salah satu acuan hidup
para pemuda Indonesia untuk kehidupan masa depan kelak.
3. Hendaknya dapat meneladani sifat tokoh utama dalam kehidupan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Bukhori Fadli , Frasnsisca S.O. Dedi , Rohana Nilai Sosial Dalam Novel Catatan Juang
Karya Fiersa Besari Diambil 28 Januari 2023 dari
http://eskripsi.stkippgribl.ac.id/index.php/warahan/article/view/200
Ariyani Dwi Andhini , Zainal Arifin Gaya Bahasa Perbandingan Dalam Novel Catatan Juang
Karya Fiersa Besari: Kajian Stilistika Dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di
Sma Diambil 26 Januari 2023 dari http://eprints.ums.ac.id
Dr. Ratnasih Mukmini, M.Pd. Reni Adelia, S.Pd. Pbsi Fkip Universitas Bale Bandung Studi
Deskriptif Analitik Nilai-Nilai Moral Dalam Novel Catatan Juang Karya Fiersa Besari
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Di Sekolah Menengah Atas Diambil 28 Januari 2023 dari
http://ejournal.unibba.ac.id/index.php/metamorfosis
Halimah, Sesilia Seli, Agus Wartiningsih Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Catatan Juang
Karya Fiersa Besari Diambil 28 Januari 2023 dari
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/47338
Muhammad Hufron Azzukhruf , Muhammad Haryanto, Ariesma Setyarum Kepribadian
Temperamen Chole Dalam Novel Catatan Juang Karya Fiersa Besari Dan
Implementasinya Pada Pembelajaran Menganalisis Buku Fiksi Konferensi Ilmiah
Pendidikan Universitas Pekalongan 2021 Diambil 28 Januari 2023 dari
https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/kip

23

Anda mungkin juga menyukai