Anda di halaman 1dari 4

Disusun oleh :

Husnul Khatimah
Deva Atika
Nurmila Sari
Siti Alya
Anissa Suhra
Siti Hardipa
Kurnia
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul
"Memahami Pengertian dan Fungsi Perbankan Syariah" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Palu, Oktober 2019

Penyusun
I. PEMBAHASAN
1. Carilah kisah teladan tentang seseorang yang qana’ah dalam kehidupan!
2. Lakukan analisis terhadap kisah tersebut untuk mendapatkan nilai-nilai
keteladanannya!
3. Presentasikan hasil temuanmu di depan kelas kalian!

1.Kisah teladan tentang seorang yang qanaah

Cerita ini didapat dari sebuah tulisan yang tersebar viral. Cerita tentang indahnya
menerima ketetapan Allah atau qana'ah. Cerita tentang bagaimana menyadarkan
orang-orang yang kita cintai atas pemberian Allah SWT.

Alkisah seorang suami pulang ke rumah dengan membawa pesanan mangga yang
diminta sang istri. Saat dikupas dan disantap, ternyata buah mangga tersebut super
asam. Sejurus kemudian sang istri pun marah-marah.

Si suami menanggapi dengan tenang amarah sang istri. Setelah selesai didengarkan
'bisikan setan' ini, beliau bertanya dengan halus, "Wahai istriku yang salehah, kepada
siapakah engkau sebenarnya marah? Kepada pedagang buahnya kah? Ataukah
kepada pembelinya yaitu suamimu yang telah berikhtiar dengan cinta membawakan
mangga pesananmu? Atau kepada petani yang menanamnya? Ataukah kepada Yang
Menciptakan buah mangga itu?"

Sang istri pun terdiam. Sebuah pertanyaan yang tidak disadari langsung mengelus
batin kesadarannya.

Sembari tersenyum, si suami melanjutkan nasihat hikmahnya."Seorang pedagang buah


yang baik tidak mungkin menjual buah kecuali yang terbaik. Seorang pembeli pun pasti
membeli inginnya sesuatu yang terbaik pula! Begitu pula seorang petani, tentu saja ia
akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan tanaman yang terbaik! Bukankah
begitu, istriku?"

"Maka," lanjut si suami, "sasaran kemarahanmu kini tinggal satu, tidak lain hanya
kepada yang Menciptakan mangga itu! Siapa?" Allah Jalla Jalaaluh!!!"

Pertanyaan si suami ini sekaligus mengakhiri drama melankolis sang istri yang
kemudian diliputi sesal dan meminta maaf.
2.Menganalisis nilai nilai teladan

Cerita ini mengajarkan satu hal bahwa setiap keluhan yang berujung marah sejatinya
sama saja kita tidak ridha atas ketetapan Allah. Bukankah setiap peristiwa sudah
menjadi ketetapan-Nya?

Ibnu Batthol mengingatkan bahwa ada kekayaan yang tersembunyi dan ia adalah intan
berlian bagi kehidupan kita, yaitu qana'ah; ridha dengan ketetapan Allah Ta'ala dan
berserah diri pada keputusan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai