Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM V

A. Judul
Hukum Mendel 1
B. Tujuan
Mahasiswa dapat menyusun persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid)
C. Dasar Teori
Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk
kepada keturunanya disebut ilmu genetika (berasal dari bahasa latin, yaitu
Genos = asal usul ). Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada makhluk
hidup sebenarnya sudah lama berkembang, hanya belum dipelajari secara
sistematis, mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada aad ke-19
oleh Mendel (Harry, 1994).
Pewarisan sifat pada persilangan biasa antara dua individu dapat
diterangkan dalam hukum Mendel 1 dan II. Hukum mendel 1 dikenal dengan
“dengan pemisahan sealel” pembuktiannya dapat dilihat pada persilangan
dengan satu sifat beda (monohibrid). Pada persilangan monohibrid ini
diperkenalkan dengan satu sifat beda (monohibrid). Pada persilangan
monohibrid ini diperkenalkan prinsip dominansi dan intermediet (Harry,
1994).
Hukum segresi secara bebas (hukum mendel I) disebut juga sebagai
hukum pemisahan faktor atau gen sealel. Mendel mengemukakan : “Hibrid
yang heterozigot pada generasi pertama (F1) yang memiliki sifat yang kontras
(dominan dan resesif) gen-genya berkumpul bersama-sama tetapi keduanya
tidak bercampur dan kedua gen ini memisah pada saat pembentukan gamet
(Fandri, 2009).
Pada contoh persilangan tanaman Ercis yang berbiji bulat dengan
tanaman Erchis yang berbiji kisut F1-nya berbiji bulat heterozigot. Bila biji F1
ini ditanam kembali dan dibiarkan menyerbuk sesamanya pada F2 diperoleh
ratio fenotip dengan perbandingan 3 : 1. Munculnya biji yang keriput pada F2

1
disebabkan adanya proses segresi atau pemisahan gen sealel. Mekanisme
segresasi dapat diterangkan sebagai berikut :
Mekanisme pemisahan gen sealel pada pembastaran dengan satu tanda
beda (monohibrid), dapat dipahami kalau dimisalkan tanaman erchis yang
berbiji bulat memiliki alel BB sedangkan yang berbiji kisut memiliki alel bb.
Pada saat pembentukan gamet (gametogenesis), dari tanaman Erchis yang
beralel BB menghasilkan gamet B, sedangkan dari tanaman Erchis beralel bb
menghasilkan gamet b. Pada saat pembuahan, gamet yang beralel B bersatu
dengan gamet yang beralel b membentuk zigot yang mempunyai alel Bb.
Dikatakan zigot tersebut bergenotip Bb sedangkan fenotipnya bulat. Pada saat
alel B dan alel b berada bersama-sama pada zigot keduanya tidak saling
bercampur satu sama lain. Alel B dan alel b ada dalam keadaan laten (Fandri,
2009).
George Mendel telah berspekulasi tentang adanya suatu bahan yang
terkait dengan satu sifat atau karakter di dalam tubuh suatu individu yang
dapat diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Ia menyebutnya
“faktor”. Oleh Hugo de Vries, konsep yang serupa ia namakan pangen (baca;
pan-gen”) pada buku karangannya Intracellular Pangenesis (terbit 1889).
Belum membaca tulisan Mendel, de Vries mendefinisikan pangen sebagai
“partikel terkecil yang mewakili satu penciri terwariskan. Wilhelm Johannsen
lalu menyingkatnya sebagai gen dua puluh tahun kemudian. Gen adalah bahan
genetika yang terkait dengan sifat tertentu. Gen bersifat antara lain:
a. Sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom.
b. Mengandung informasi genetika.
c. Dapat menduplikasikan diri pada peristiwa pembelahan sel.

Sebagai bahan genetik tentu saja gen diwariskan dari satu individu ke
individu lain. Gen memiliki bentuk-bentuk altematif yang dinamakan alel.
Ekspresi dari alel dapat serupa, tetapi orang lebih sering menggunakan istilah
alel untuk ekspresi gen yang secara fenotipik berbeda.

2
Simbol-Simbol Gen :
a. Gen dominan, yaitu gen yang menutupi ekspresi gen lain, sehingga sifat
yang dibawanya terekspresikan pada turunannya (suatu individu) dan
biasanya dinyatakan dalam huruf besar, misalnya A.
b. Gen resesif, yaitu gen yang terkalahkan (tertutupi) oleh gen lain (gen
dominan) sehingga sifat yang dibawanya tidak terekspresikan pada
keturunannya.
c. Gen heterozigot, yaitu dua gen yang merupakan perpaduan dari sel sperma
(A) dan sel telur (a).
d. Gen homozigot, dominan, yaitu dua gen dominan yang merupakan
perpaduan dari sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, misalnya
genotipe AA.
e. Gen homozigot resesif, yaitu dua gen resesif yang merupakan hasil
perpaduan
dua sel kelamin. Misalnya aa.
f. Kromosom homolog, yaitu kromosom yang berasal dari induk betina
berbentuk serupa dengan kromosom yang berasal dari induk jantan.
g. Fenotipe, yaitu sifat-sifat keturunan pada F1, F2, dan F3 yang dapat
dilihat, seperti tinggi, rendah, warna, dan bentuk.
h. Genotipe, yaitu sifat-sifat keturunan yang tidak dapat dilihat, misalnya
AA, Aa, dan aa.Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada
karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel ; alel
resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil,
misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari
luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu
dari tetua betina.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada
gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak

3
secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya (L.V. 1986).
Ini adalah kelanjutan dari prinsip pewarisan satu pasang alel
(segregasi) ke prinsip pewarisan dua pasang alel atau lebih. Kedua
konsep tersebut berhubungan dengan penentuan jenis kelamin, gen
bertaut dan sifat – sifat kuantitatif (semua akan dibicarakan kemudian).
Pemahaman tentang pemisahan dan pengelompokkan seara bebas
akan menambah pengertian tentang interaksinya terutama bagi mereka
yang tertarik pada pemuliaan tanaman dan pengembangan varietas
unggul (L.V. 1986).

4
D. Alat dan Bahan
Tabel 1.1 Alat yang digunakan saat praktikum

NO ALAT GAMBAR FUNGSI


.
1. Wadah 2 buah Berfungsi
sebagai tempat
kancing
genetika

Tabel 1.2 bahan yang digunakan saat praktikum


NO BAHAN GAMBAR FUNGSI
1. Kancing genetika Berfungsi
untuk
mengetahui
kombinasi gen
dan prinsip
genetik lain.

2. Table Chi-square Untuk


menentukan
nilai dari hasil
pengamatan
persilangan
sesuai
observasi.

5
E. Prosedur Kerja

1. Monohibri
d

       Menyediakan model gen masing-masing 20 buah, lalu menandai


 wadah yang satu dengan huruf A dan yang lainnya dengan
huruf   B
Memasukkan ke dalam wadah A dan B, masing-masing 10 buah
model gen kemudian dikocok-kocok selama beberapa menit
agar ke dua model gen tercampur.
Mengambil secara serentak model gen dari wadah berulang kali
sampai habis, dengan mata tertutup.
Mengamati model gen yang terambil, kemudian mencatat kode
Susunan gen itu ke dalam tabel hasil pengamatan.

Kancing Genetik

6
F. Hasil Pengamatan
1. Monohibrid
Tabel 1.1. Pengamatan Monohibrid
Pengambilan MM Mm mm
1 √
2 √

3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √

Tabel 1.2. Pengamatan Monohibrid


Pengambilan MM Mm mm
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
32 √
33 √

7
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
Total 9 22 9

Observas Devisiasi (0−E)2


Fenotif Genotif Harapan (e)
i (o) (0-6) E

1
Merah MM 9 × 40=10 -1 0,1
4

2
Pink Mm 22 × 40=20 2 0,2
4

1
Putih mm 9 × 40=10 -1 0,1
4

Total 0,4

Kesimpulan :
X2 hitung<X2 tabel. Jadi, hasilnya dapat diterima.

8
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat di lihat bahwa
genetika merupakan suatu mekanisme pewarisan sifat dari induk pada
keturunannya. Pada genetika terjadi dua persilangan, yaitu persilangan
monohibrid dan dihibrid. Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan
satu sifat berbeda, sedangkan dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat
berbeda.
Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I
atau hukum segregasi. Hukum mendel I adalah pemisahan faktor atau gen
sealel yang heterozigot pada generasi pertama (F1) yang memiliki sifat yang
kontras (dominan dan resesif).
Pada percobaan persilangan monohibrid kali ini menggunakan
kancing genetika yang berwarna merah dan putih. Dikatakan persilangan
monohibrid karena hanya memiliki satu sifat beda yakni warna merah dan
warna putih. Percobaan diawali dengan memisahkan kancing yang
diumpamakan kancing merah jantan dengan kancing yang putih betina.
Kemudian kedua kancing yang berbeda jenis dipisahkan dengan memasukan
kancing tersebut ke dalam kantong atau saku, agar pada saat pengambilan

9
kancing tidak akan di lihat warna kancing yang di ambil untuk di pasangkan
kembali. Banyaknya kancing untuk jantan harus sama dengan banyaknya
kancing untuk betina pada tiap kantong yaitu sebanyak 16 buah kancing, 8
buah kancing merah dan 8 buah kancing putih yang diletakkan secara acak di
dalam saku yang berbeda, dan melakukan percobaan sebanyak 20 kali.
Ketika pada saat pengambilan mendapatkan kancing yang keduanya
berwarna merah, berarti sifatnya homozigot dominan (MM) dan ketika
mendapatkan kancing yang keduanya berwarna putih, berarti sifatnya
homozigot resesif (mm). Sedangkan untuk heterozigot (Mm) apabilah
menghasilkan warna merah dan putih. Dari hasil percobaan monohibrid di
dapatkan rasio genotip 1 : 2 : 1 , sedangkan rasio fenotipnya adalah 3 : 1 .

Rasio Genotip = MM : Mm : mm
5 : 10 : 5
1 : 2 : 1
Rasio Fenotip = Warna merah : Warna putih
3 : 1
Pada diagram persilangan monohibrid di atas, dapat dilihat bahwa
individu MM membentuk gamet M, sedangkan individu mm membentuk
gamet m. Dengan demikian, individu Mm merupakan hasil penggabungan
kedua gamet tersebut. Hal ini membuktikan bahwa data di atas adalah hukum
Mendel 1. Gamet jantan dan betina adalah gen-gen yang menentukan suatu
sifat memisah, sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Hal
ini dapat di buktikan bahwa kancing merah merupakan gen yang dominan
terhadap kancing putih yang resesif.

10
F. Simpulan
Dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ilmu yang
mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya
di sebut ilmu genetika. Dalam genetika Mendel ada dua cara pewarisan sifat atau
persilangan yaitu persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid. Dalam
persilangan monohibrid pada keturunan pertama didapat satu jenis sifat beda
dengan perbandingan rasio genotip 1 : 2 : 1 dan rasio fenotip 3 : 1. Gen adalah
faktor pembawa sifat ketunanan Fenotipe adalah suatu karakteristik( baik
struktural, biokimia, fisiologis, maupun perilaku) yang dapat diamati dari suatu
organisme yang diatar oleh genotipe dan lingkungan serta interaksi keduanya
Genotipe adalah genetika dari suatu individu. Genotipe dapat merujuk pada
keadaan genetik yang dibawa oleh kromosom (genom). Lokus adalah tempat gen
yang berada dalam kromosom. Kromosom adalah benang-benang halus kromatin
yang mengandung usur DNAdan protein
        Persilangan monohibrid yaitu perkawinan dengan memperhatikan satu
sifat beda (contohnya Aa) .
Keterangan : A = Merah
a = Putih

11
P1 = ♀ AA >< ♂ aa
G1= A a
F1= Aa
P2 = ♀Aa >< ♂ Aa
G2= A,a A,a
F2 = AA,Aa,Aa,aa


♀ A a

A AA Aa

a aA aa

Rasio fenotip: Merah :1


Merah muda :2
Putih :1
Rasio genotif : AA : 1
Aa :2
aa :1

12
G. Jawaban tugas
1. a). periprok merupakan perkawinan kebalikan dari persilangan resiprok
b). persilangan resiprok merupakan perkawinan kebalikan dari yang di
lakukan semula. Perkawinan resiprok membuktikan induk jantan dan
betina mempunyai kesempatan yang sama dalam pewarisan sifat
c).persilangan back cross atau silang balik merupakan persilangan antara
individu FI dengan salah satu parentalnya, baik yang homozigot dominan
atau homozigot resesif.
d).persilangan test cross adalah persilangan antara individu FI dengan
parentalnya yang homozigot resesif.

2.  a). persilangan backcross

P         : Mm >< mm
(merah) (putih)

13
Gamet : M m

Hasil : Mm    m

(merah) (putih)

     Hasilnya merah : putih = 1:1Berarti induknya bergenotif mm.

 b). persilangan testcross

P     : Kk      >< kk

(kuning) (hijau)

Gamet : K k

Hasil : KK kk

(50% kuning)          (50% hijau)

Dapat kita lihat hasil persilangan menunjukkan 50% kuning dan 50%
hijau, berarti individu tersebut heterozigot (Kk).

DAFTAR PUSTAKA

Crowder, L.V. 1986. Genetika tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press
Fandri.2009. Hukum mendel I. Jakarta: Jakarta Publishing
Harris, Harry.1994.Dasar–dasar genetika biokemis manusia Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

14

Anda mungkin juga menyukai