Anda di halaman 1dari 13

ASKEP PADA LANSIA DENGAN

PERILAKU MENYENDIRI/
ISOLASI SOSIAL
KELOMPOK 4

Febryananda Polapa
Rayhan Binti Hasan
Fitriyaningsi Laiya
Delfiyanti Hasan
Hairunissa Gobel
Moh. Amin Mosi
Nurlin Arsyad
Konsep Medis
Definisi Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah rasa kesepian yang dialami oleh individu didalam lingkungan sosial dan sebagai
kondisi yang negatif atau mengancam. Pada klien isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi
perilaku yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan, afek tumpul, mengalami kecacatan (misal fisik
dan mental), sakit, tidak ada kontak mata, dipenuhi dengan pikiran sendiri, menunjukan permusuhan,
tindakan yang dilakukan terjadi secara berulang, selalu ingin sendiri, menunjukan perilaku yang tidak
dapat diterima oleh kelompok kultural yang dominan, tidak komunikatif, dan adanya perilaku menarik
diri (NANDA, 2012 dalam Damaiyanti, 2014).
Penyebab Isolasi Sosial
Dalam Damaiyanti (2014) terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor
predisposisi diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut
salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan,
dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari
orang lain dan kegiatan sehari-hari terabaikan.
Tanda Dan Gejala
01 02
Tidak ada dukungan orang yang Perilaku tidak sesuai dengan
dianggap penting perkembangan

03 04
Ingin sendiri Bukti kecacatan (fisik, mental)

05 06
Menunjukan perilaku yang tidak dapat Tidak komunikatif
diterima oleh kelompok kultural yang
dominan.

07
Menarik diri
Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing gangguan
hubungan sosial yaitu regresi, proyeksi, persepsi dan isolasi (Riyadi & Purwanto,
2009 dalam Damaiyanti, 2014).
1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat diterima,
secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya
kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
pertentangan antara sikap dan perilaku.
Pohon Masalah
Risiko gangguan persepsi sensori : halusinasi (efek)

Isolasi Sosial : core problem

Harga diri rendah kronik : causa


KONSEP
KEPERAWAT
AN
Pengkajian
Identitas Klien Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS, informan,
tanggal pengkajian, no rumah klien dan alamt klien.
Keluhan Utama Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang
atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan
sehari-hari, dependen.

Faktor Predisposisi Kehilangan, perpisahan, penolakan, orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial

Aspek Fisik/Biologis Hasil pengukuran tanda vita (TD, nadi, suhu, pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang
dialami oleh klien.
Aspek psikososial
Diagnosa
SLKI
Fungsi sensori (L.06048)
Gangguan Persepsi Sensori SIKI
(D.0085) Managemen Halusinasi

SLKI
Harga Diri (L.09069)
Harga diri rendah kronik (D.0086)
SIKI
Managemen Perilaku

SLKI
Keterlibatan sosial
Isolasi sosial (D.0121)
(L.13116)
SIKI
Terapi aktivitas
“PENGARUH PEMBERIAN TERAPI
KELOMPOK SOCIAL SKILL PADA
LANSIA DENGAN ISOLASI SOSIAL DI
UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA
WERDHA (PSTW) MAGETAN”

—intervensi berdasarkan jurnal


“Terapi Social Skills
Training”
Waktu Pelaksanaan dan Berapa kali diberikan :

Diberikan latihan ketrampilan sosial melalui 5 (lima) sesi


dan setiap sesi diulang sebanyak 3 (tiga) kali
Cara melakukan
intervensi :

Pelaksanaan latihan ketrampilan sosial dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Pelaksanaan latihan
ketrampilan sosial dilaksanakan melalui 4 (empat) tahap, yaitu ;
a. Modelling, yaitu tahap penyajian model dalam melakukan suatu keterampilan yang dilakukan oleh terapis. Pada
tahap ini peneliti memberikan contoh cara berkomunikasi sesuai situasi yang digambarkan
b. Role play, yaitu tahap bermain peran dimana klien mendapat kesempatan untuk memerankan kemampuan yang
telah dilakukan oleh terapis sebelumnya
c. Performance feedback, yaitu tahap pemberian umpan balik. Umpan balik harus diberikan segera setelah klien
mencoba memerankan seberapa baik menjalankan latihan
d. Transfer training, yakni tahap pemindahan keterampilan yang diperoleh klien kedalam praktek sehari-hari Pada
tahap ini klien diberi tugas mandiri untuk melakukan latihan ulang dengan perawat ruangan atau klien lain di ruangan
yang didokumentasikan pada buku kerja klien. (Ramdhani, 2018).
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai