Anda di halaman 1dari 6

PATHWAY ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

DEFINISI

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu


mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya
(Damaiyanti, 2012)

FAKTOR PRESIPITASI
FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya
Menurut Direja (2011) faktor
gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi predisposisi yang mempengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal seseorang. masalah isolasi sosial yaitu:
Faktor stressor presipitasi dapat 1. Faktor tumbuh kembang
dikelompokan sebagai berikut: 2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
3. Faktor Sosial Budaya
Stressor Sosial Budaya
4. Faktor Biologis
Stressor Psikologi

MEKANISME KOPING

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha


mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
koping yang sering digunakan adalah proyeksi,
splitting (memisah) dan isolasi. Proyeksi merupakan
keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena
kesalahan sendiri. Splitting merupakan kegagalan
individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam
menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi adalah
perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun
lingkungan (Sutejo, 2017).
PROSES TERJADINYA

Menurut Stuart and Sundeen (2007)


RENTANG RESPON dalam Ernawati (2009). Salah satu
Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo (2017) gangguan berhubungan sosial
tentang respon klien ditinjau dari interaksinya diantaranya perilaku menarik diri
dengan lingkungan sosial merupakan suatu atau isolasi sosial yang disebabkan
kontinum yang terbentang antara respon oleh perasaan tidak berharga, yang
adaptif dengan maladaptive sebagai berikut: bisa di alami klien dengan latar
Respon Respon belakang yang penuh dengan
adaptif maladaptive permasalahan, ketegangan,
I-------------I--------------I---------------I-------------I kekecewan, dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga
Menyendiri,Kesepian, menarik diri, Manipulasi
Otonomi,ketergantunganimpulsif, menyebabkan klien semakin sulit
kebersamaan, narsisme dalam mengembangkan hubungan
saling ketergantungan dengan orang lain. Akibatnya klien
menjadi regresi atau mundur,
mengalami penurunan dalam
aktifitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan
kebersihan diri.,

MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Merasa ingin sendirian
2. Merasa tidak aman di tempat umum
Objektif
1. Menarik diri
2. Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan

Gejala dan Tanda minor


Subjektif
1. Merasa berbeda dengan orang lain
2. Merasa asyik dengan pikiran sendiri
3. Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Objektif
1. Afek datar
2. Afek sedih
3. Riwayat ditolak
4. Menunjukan permusuhan
5. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6. Kondisi difabel
7. Tindakan tidak berarti
8. Tidak ada kontak mata
9. Perkembangan terlambat
10. Tidak bergairah/lesu
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
POHON MASALAH

Resiko Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi (effect)

ISOLASI SOSIAL (Core problem)

Halusinasi (Causa)

Gangguan konsep diri:


Harga diri rendah (Causa)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

D.0121 Isolasi Sosial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

PENATALAKSANAAN

PENATALAKSAAN MEDIS

A. FARMAKOLOGI
PENATALAKSANAAN 1. Clorpromazine (CPZ, Largactile)
2. Haloperidol (Haldol, Serenace)
3. Trihexy Phenidyl (THP)
B. NON FARMAKOLOGI
1. Terapi Psikososial
KEPERAWATAN
2. Terapi Individu
(STRATEGI PELAKSANAAN(SP)) 3. Terapi Aktivitas Kelompok
4. Terapi Okupasi
SP I : Mengidentifikasi Isolasi Sosial 5. Terapi Psikoreligius
SP II : Melatih pasien cara berkenalan 6. Rehabilitasi
dengan orang yang pertama 7. Program Intervensi Keluarga
(perawat)
PATHWAY ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
KECEMASAN (ANSIETAS)

DEFINISI
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), ansietas merupakan perasaan
takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu
akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman. (Herdman & Kamitsuru, 2018).

FAKTOR PRESIPITASI FAKTOR PREDISPOSISI

(Canisti, 2013) mengungkapkan bahwa Terdapat lima kemungkinan faktor predisposisi atau
faktor yang secara potensial dapat menyebabkan
terdapat beberapa faktor pencetus individu mengalami kecemasan, diantaranya :
kecemasan, yaitu : Generative inheritability (pewarisan genetik)
Masalah fisik Physical disease states (penyakit fisik)
Stressor eksternal yang berat Phychological trauma/mental trauma (trauma
Stressor eksternal yang berkepanjangan dan mental)
berlangsung dalam jangka waktu lama Absence of coping mechanisms (tidak adanya
Kepekaan emosi mekanisme penyesuaian diri)
Irrational thoughts, assumptions and cognitive
processing errors. (pikiran-pikiran irasional, asumsi
dan kesalahan proses kognisi)
(Canisti, 2013)
MEKANISME KOPING

Ketika seseorang mengalami kecemasan, orang tersebut


menggunakan bermacam-macam mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya. Dalam bentuk kecemasan ringan
dapat diatasi dengan menangis, tertawa, tidur, dan
olahraga. Bila terjadi kecemasan berat sampai panik akan
terjadi ketidak mampuan mengatasi kecemasan secara
konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang
patologis, seseorang akan menggunakan energi yang lebih
besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.
PROSES TERJADINYA

Ketika seseorang dalam keadaan stress


akan mengaktifkan Limbic Hipotalamus
RENTANG RESPON Puitutary Adrenal Axis (LHPA), merangsang
hipotalamus → disekresinya hormon
Menurut Stuart (2010) rentang respon Ansietas
corticotrophin relesing hormone (CRH) →
dibagi menjadi 5 yaitu: peningkatan produksi Sympathetic Adrenal
Medular axis (SAM), → stimuli pada alur
Respon Respon
Limbic Hipotalamus Puitutary Adrenal Axis
adaptif maladaptive
I----------I----------I----------II (LHPA), → merangsang hipotalamus →
disekresinya hormon Corticotrophin
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik Relesing Hormone (CRH). → teraktivasinya
Adeno Cortico Trophin Hormone (ACTH) →
menstimuli produksi hormon kortisol dari
korteks adrenal, → teraktivasinya neuron
andrenergik dari Locus Ceruleus (LC), →
mensekresikan epinephrine (Sugiharto,
2012). →merespon langsung terhadap
stresor dengan “melawan atau lari/fight or
flight” (Sugiharto, 2012).

MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan Tanda Mayor.


Subjektif.
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat.
3. Sulit berkonsenstrasi.

Objektif.
1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor.
Subjektif.
1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak berdaya.

Objektif.
1. Frekuensi napas meningkat.
2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
POHON MASALAH

Gangguan Pola Tidur (effect)

Ansietas (Core problem)

Ketidakberdayaan (Causa)

HDR (Causa)

Koping individu tidak efektif


(Causa)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

D.0080 Ansietas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

PENATALAKSANAAN

PENATALAKSAAN MEDIS

C. FARMAKOLOGI
1. Benzodiazepine
2. Buspiron (buspar)
PENATALAKSANAAN 3. Anti Depresan
D. NON FARMAKOLOGI
1. Distraksi
2. Relaksasi
3. Terapi Masase Dapat
KEPERAWATAN
Menurunkan Ansietas
(STRATEGI PELAKSANAAN(SP)) Pada Pasien
Hipertensi
SP I : Mengidentifikasi Ansietas
SP II : Melatih Terapi Tarik Napas Dalam

Anda mungkin juga menyukai