Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Rahma Kesuma Wardani

POLTEKKES KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I. Masalah Utama
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang
lain tetapi tidak mampu membuat kontak (Carpenito, 2010).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi kesempatan untuk
berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam hubungan
secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman.

II. Proses Terjadinya Masalah


Terjadinya isolasi sosial dipengaruhi oleh faktor predisposisi, diantaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak
percaya pada diri sendiri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis,
putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa
tertekan. Keadaan ini merupakan tanda-tanda seseorang mengalami Harga Diri
Rendah. Keadaan pada seseorang yang mengalami harga diri rendah, dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai
berdiam diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan sehari-hari terabaikan
(Kusumawati & Hartono, 2011), sehingga individu mengalami isolasi sosial. Bila
tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan gangguan sensori
persepsi: halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan.
Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktifitas
yang ahirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan
secara mandiri (Direja, 2011).
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada
keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat
kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat
volume otak serta perubahan struktur limbik.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. (Damaiyanti,
2012: 79).
c. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus
membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan
dan kemandirian dalam suatu hubungan

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri kesepian manipulasi


Otonomi menarik diri impulsif
Bekerja sama ketergantungan narcisme
Interdependen
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang
umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang.. respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang
lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku
dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi: (Trimelia, 2011:
9)
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus,
sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak
mendukungnya.
d. Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang
sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti,
2012: 84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya
kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu: (Prabowo, 2014:113)
a. Perilaku curiga : regresi, represi
b. Perilaku dependen: regresi
c. Perilaku manipulatif: regresi, represi
d. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi

III.Pohon Masalah
A. Pohon Masalah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji

No. Data Masalah

1. Data Subyektif:- Isolasi sosial


Data Obyektif:
 Pasien tampak murung, tidakmau diajak
bicara, tidak ada kontak mata,dan hanya
terdiam

IV.Diagnosa Keperawatan
Menurut Sutejo (2017) diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan
gejala isolasi sosial yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan
gejala isolasi sosial, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah:
1. Isolasi sosial
V. Rencana Tindakan

Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Isolasi Sosial TUM: a. Setelah 2x pertemuan SP 1 P
Pasien dapat a. Mengidentifikasi
pasien mampu
berinteraksi
penyebab isolasi sosial
dengan orang menjelaskan penyebab
lain. klien.
isolasi.
b. Berdiskusi dengan pasien
TUK I b. Setelah 2x pertemuan
Pasien tentang keuntungan
pasien mampu
mampu
berinteraksi dengan orang
menyebutkan menyebutkan
penyebab lain.
keuntungan
isolasi sosial.
c. Berdiskusi dengan pasien
TUK II berhubungan sosial
Pasien tentang kerugian tidak
(banyak teman, tidak
mampu
berinterkasi dengan orang
menyebutkan kesepian, bisa diskusi,
keuntungan lain.
saling menolong) dan
berhubungan
d. Mengajarkan pasien cara
sosial dan isolasi sosial (kesepian,
kerugian dari berkenalan dengan satu
tidak bisa diskusi dan
isolasi sosial.
orang.
TUK III sendiri).
Pasien dapat e. Menganjurkan pasien
c. Setelah 2x pertemuan
melakukan
memasukkan kegiatan
hubungan pasien mampu
sosial secara latihan berbincang-
melakukan hubungan
bertahap.
bincang dengan orang lain
sosial secara bertahap
ke dalam kegiatan harian.
dengan
- Perawat
- Perawat lain
- Pasien lain
- Keluarg
- Kelompok.
TUM: a. Setelah 3x pertemuan SP II P
Keluarga a. Mengevaluasi jadwal
keluarga mampu
mampu
kegiatan harian pasien.
merawat menjelaskan pengertian,
pasien di b. Memberikan kesempatan
tanda gejala isolasi
rumah.
kepada pasien
sosial.
mempraktekkan cara
b. Setelah 3x pertemuan
keluarga mampu berkenalan dengan satu
menjealskan cara-cara orang.
merawat pasien isolasi c. Membantu pasien
sosial. memasukkan kegiatan
c. Setelah 3x pertemuan berbincang-bincang
keluarga mampu dengan orang lain sebagai
memperagakan cara salah satu kegiatan harian.
merawat langsung
pasien denga isolasi
sosial.
SP III P
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan
kepada pasien
mempraktekkan cara
berkenalan dengan dua
orang atau lebih.
c. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP I K
a. Mendiskusikan masalah
yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien.
b. Menjelaskan pengertian,
tanda dan geajala isolasi
sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara
merawat pasien isolasi
sosial.
SP II K
a. Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien dengan
isolasi sosial.
b. Melatih keluarga
melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
isolasi sosial.
SP III K
a. Membantu keluarga
membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum
obat (dischrage planning).
b. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang.

VI.Daftar Pustaka
1. Herdman, T.H. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses Definition
and Classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell
2. Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN -
Basic Course). Jakarta: EGC
3. Townsend, M. C. (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri.
Jakarta: EGC.
4. Carpenito, M.L. (2010). Buku saku diagnosa keperawatan, alih bahasa,
Yasmin
Asih, editor edisi bahasa indonesia, ed. 10, EGC: Jakarta.
5. Dalami, E., Suliswati., Rochimah., Suryati, K.R,. Lestari, W. (2009). Asuhan
keperawatan klien dengan gangguan jiwa.Ed.1.TIM: Jakarta.
6. Direja A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan
Pertama, Yogyakarta: Nuha Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL

Pertemuan Ke : 1
Hari/Tanggal : Senin, 14 Desember 2021
Nama Klien : Tn. W

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
• Klien mengatakan suka menyendiri
• Klien mengatakan setelah di Rumah Sakit jarang berbicara dengan pasien
lain
• Klien mengatakan lebih senang menyendiri dan tidak mau berbicara dengan
orang lain karena malas
b. Data Objektif
• Klien tampak malas berinteraksi dengan orang disekitamya
• Klien tampak sering melamun, menyendiri dan mondar-mandir
• Klien menggunakan koping maladaptif yaitu menghindar, tidak ada kontak
mata, suara rendah
2. Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial
3. Tujuan
a) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
b) Klien dapat mengetahui tentang keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan
orang lain.
c) Klien dapat berkenalan dengan orang pertama
d) Klien dapat memasukan kegiatan berbincang dengan orang lain kedalam jadwal
kegiatan harian pasien.
4. Tindakan Keperawatan
a) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
b) Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan
orang lain.
c) Mengajarkan klien tentang cara berkenalan dengan orang pertama
d) Menganjurkan klien memasukan berkenalan kedalam jadwal kegiatan harian
A. Strategi Komunikasi
1. Fase Pra Interaksi
a) Mengenal diri sendiri
b) Mengenal perasaan sendiri
c) Diskusi akan dilakukan jam 08.00 WIB sekitar 20 menit.
d) Saya akan duduk berhadapan dengan klien saya dengan jarak kurang lebih 1 meter
di halaman belakang kamar.
2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum.. selamat pagi pak…… Apakah bapak masih ingat dengan saya?
perkenalkan nama saya aisyah fathaniah, biasa dipanggil aisyah. Hari ini saya
dinas pagi dari jam 08:00 sampai jam 14:00 siang. Saya yang akan merawat bapak
selama di rumah sakit ini. Nama bapak siapa? Senangnya di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah semalam tidurnya nyenyak?
c. Kontrak.
1) Topik:
Baiklah pak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan
bapak hari ini? Apakah bersedia? Tujuananya Agar bapak dengan saya
dapat saling mengenal sekaligus bapak dapat mengetahui manfaat
berinteraksi dengan orang lain dan cara melakukannya.
2) Waktu
Untuk waktunya berapa lama bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau
10 menit saja ya?
3) Tempat
Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di sini?.
3. Fase Kerja
“Siapa yang tinggal serumah dengan bapak? Lalu siapa yang paling dekat dengan
bapak? Lalu adakah yang membuat bapak jarang berbicara?”
“Kegiatan apa saja yang biasa bapak lakukan? Apakah kegiatan ini biasa bapak lakukan
sendiri atau bersama dengan yang lain? Menurut bapak, apa saja keuntungan jika kita
mempunyai teman? Wah benar, ada teman untuk bercakap-cakap, lalu apa lagi?”
“Lalu apa kerugian tidak mempunyai teman? Ya apa lagi?”
“Jadi banyak juga ya kerugiannya jika kita tidak mempunyai teman, kalau begitu
maukah bapak belajar bergaul dengan orang lain?”
“Baiklah bagaimana jika sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain?”
“Baiklah seperti ini pak, jika bapak ingin berkenalan dengan orang lain maka kita harus
menyebutkan nama lengkap kita siapa, senang di panggil apa, hobi kita apa, alamat kita
dimana, dan darimana asal kita. Contohnya: perkenalkan nama saya aisyah fathaniah,
senang di panggil aisyah, hobi saya bernyanyi, alamat saya di Tangerang, dan asal saya
dari Bandung.”
“Selanjutnya bapak bisa menanyakan orang yang diajak berkenalan contohnya begini,
nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Hobinya apa? Alamatnya dimana? Asal nya
dari mana?”
“Ya bagus, coba sekali lagi.”
“Apakah bapak sudah mengerti?”
“Baik karena bapak sudah bisa kita langsung berkenalan yuk dengan teman suster?
Bapak bersedia?”
“Baik bagus sekali sudah berkenalan dengan teman suster ya”
“bisa disebutkan tadi berkenalan dengan siapa?”
“Nah karna bapak sudah bisa berkenalan mari kita masukan berkenalan kedalam jadwal
kegiatan harianya”
“berapa kali bapak ingin melakukan kegiatan ? baik pada jam berapa saja?”
“baik pada jam... dan jam... jika bapak melakukannya secara mandiri bapak bisa isi M,
jika bapak melakukannya dengan bantuan perawat isi B, dan jika tidak dilakukan isi T”
“Bagaimana apakah bapak mengerti?”
“baiklah bisa di sebutkan kembali cara mengisi jadwal kegiatan hariannya?”
“ya bagus sekali”
4. Fase Terminasi
a) Evaluasi Respon Pasien (Subjektif dan Objektif) :
S : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi pada hari
ini?”
O : “Coba bapak sebutkan apa manfaat berkenalan dengan orang lain, dan
sebutkan kerugian jika tidak mempunyai teman, coba bapak praktekan kembali cara
berkenalan. Ya bagus.”
b) Rencana Tindak Lanjut :
“Selanjutnya, diharapkan bapak dapat terus mempraktekan cara berkenalan dengan
orang lain ya pak, selalu berlatih meskipun sedang tidak bersama saya ya pak.”
“Jangan lupa kegiatan berkanalan dimasukan kedalam jadwal kegiatan harian, jika
dilakukan secara mandiri, beri tanda (M), jika masih dibantu oleh perawat atau
teman, beri tanda (B) dan T jika tidak dilakukan”
c) Kontrak yang akan Datang :
 Topik : “Bagaimana jika besok kita berdiskusi cara berkenalan `dengan orang
ke 2?”
 Waktu : “Bapak ingin jam berapa? Bagaimana jika jam 10.00?”
 Tempat : “Mau dimana bapak berdiskusi? Seperti biasa ya pak di teras
belakang. Sampai jumpa besok, saya permisi. Assalamualaikum.”

Anda mungkin juga menyukai