Anda di halaman 1dari 12

I.

KONSEP MEDIS
A.Definisi

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu


mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Pasien isolasi sosial mengalami gangguan
dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain disekitarnya, lebih menyukai berdiam diri, mengurung
diri, dan menghindar dari orang lain (Yosep, Sutini, 2014).

Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan


kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain
(Townsend M.C. dalam Muhith A, 2015). Sedangkan, penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian
ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat
bersifat sementara atau menetap (Depkes RI, dalam Muhith A, 2015). Jadi
menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

B.Etiologi
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan
ketidakpercayaan pada individu, menimbulkan ras pesimis, ragu, takut
salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa tertekan. Keadaan yang
seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk
berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri
dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).

5
2

a. Faktor predisposisi
Menurut Stuart G.W & Lararia, M.T, (2011) ada beberapa faktor
predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi :
1) Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam
perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya
bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak
berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin
tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga.

2) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
hubungan. Hal ini akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang
cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang
dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
3) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif.
Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih
lanjut.
4) Faktor presipitasi
Menurut direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi
sosial, meliputi sebagai berikut:
a) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b) Faktor intrnal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang
terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan
terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan
individu.
3

D.MANIFESTASI KLINIK

Menurut Townsend, M.C, 1998 (dalam Muhith, A. 2015), tanda dan


meliputi : gejala isolasi sosial
4

b. Kurang spontan.
c. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan).
d. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih).
e. Afek tumpul
f. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
g. Tidak ada atau kurang terhadap komunikasi verbal.
h. Menolak berhubungan dengan orang lain.
i. Mengisolasi diri (menyendiri)
j. Kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.
k. Asupan makan dan minuman terganggu.
l. Aktivitas menurun.
m. Rendah diri.

Jadi perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai


dirinya rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan
orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan
menyebabkan perubahan sensori: halusinasi dan resiko mencederai diri,
orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Perilaku yang tertutup dengan orang
lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa
mempengaruhi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan
secara mandiri.
E, Komplikasi
Pasien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu
primitif antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan
kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi risiko gangguan sensori persepsi: halusinasi,
menciderai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktivitas sehingga dapat
menyebabkan

G. Penatalaksanaan medik
Menurut Deden & Rusdi, (2013) penatalaksanan dapat dibagi:
1) Terapi kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama
sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang
therapis atau petugas kesehatan jiwa. Terapi ini bertujuan memberi stimulus bagi pasien
dengan gangguan interpersonal.
Terapi aktivitas kelompok : sosialisasi TAKS merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial untuk mampu
bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh sesi untuk untuk kemampuan sosialisasi klien.
5

Ketujuh sesi tersebut diarahkan pada tujuan khusus TAKS, yaitu : kemampuan
memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan bercakap-cakap, kemampuan
menyampaikan dan membicarakan topik tertentu, kemampuan menyampaikan pendapat
tentang manfaat kegiatan TAKS. Langkah-langkahkegiatan yang dilakukan TAKS yaitu :
tahap persiapan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi dengan menggunakan metode
dinamika kelompok, diskusi atau tanya jawab serta bermain peran stimulasi (Surya, 2012).
2) Terapi lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkunagn sehingga aspek lingkungn harus
mendapatkan perhatian khusus dalam kaitanya untuk menjaga dan memelihara kesehatan
manusia. Lngkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologis seseorang yang akan
berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik
pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.

2.1.2 Rentang Respon Sosial


Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang
respon yang adaptif sampai maladaptif. Respon adaptif adalah respon
individu dalam menyelesaikan masalah yang dapat diterima oleh norma-
norma masyarakat. Sedangkan respon maladaptif adalah respon individu
dalam menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan
norma-norma agama dan masyarakat. Menurut Riyadi S dan Puerwanto T.
(2013) respon adaptif dan maladaptif tersebut adalah:
6

Respon AdaftifRespon Maladaftif

Menyendiri Merasa sendiri Manifulasi


Otonom (Loneliness) Impulsif
Bekerjasama Menarik diri Narcisissm
(Mutualisme) Ketergantung
Saling (Dependen)
ketergantung
(Interdependen)

Sumber : Stuart dan Sundeen (2012)

a. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang
telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
b. Otonom
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu mampu
menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
c. Bekerjasama (Mutualisme)
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling
memberi, dan menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Saling Ketergantungan (Interdependen)
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung
antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
e. Merasa Sendiri (Loneliness)
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan merasa asing dari
lingkungannya.
7

f. Menarik Diri
Merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya dan tidak mampu membina hubungan secara terbuka dengan
orang lain.
g. Ketergantungan (Dependen)
Merupakan terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
h. Manifulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial dimana individu memperlakukan
orang lain sebagai obyek, hubungan terpusat pada masalah
mengendalikan orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri
sendiri.
i. Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek
yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat
diandalkan dan penilaian yang buruk.
j. Narsisme
Merupakan individu memiliki harga diri yang rapuh, terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, pecemburuan, mudah
marah jika tidak mendapatkan pujian dari orang lain.

II.PENGKAJIAN

Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari
proes keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokkan data
pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi, penilaian
terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki
(Afnuhazi 2015):

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,


nomor rekam medis.

2. Alasan masuk
8

Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri,


mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting
peralatan dirumah, menarik diri.

3. Faktor predisposisi

a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang


berhasil dalam pengobatan

b. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam


keluarga

c. Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter

d. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu

4. Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya


riwayat penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak,
kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam
hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dalam keluarga atau
masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik antar
masyarakat.

5. Fisik

Tidak mengalami keluhan fisik.

6. Psikososial

a. Genogram

Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami


kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.

b. Konsep diri

Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada


bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien
biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran
sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak
menilai diri, harga diri klien memilki harga diri yang rendah sehubungan
dengan sakitnya.
9

c. Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan


keluarga.

d. Spiritual

Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak
sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu
atau sangat berlebihan.

7. Mental

a. Penampilan

Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya

b. Pembicaraan

Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak


logis, berbelit-belit

c. Aktifitas motorik

Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan yang


abnormal.

d. Alam perasaan

Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi


misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.

e. Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.

f. Interaksi selama wawancara

Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-


kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.

g. Persepsi

Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang
halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik
diri dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau
tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan,
merusak, takut, ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
10

h. Proses pikir

Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan


logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien
ini sering membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.

i. Isi pikir

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar


belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal
dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.

j. Tingkat kesadaran

Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan


waktu.

k. Memori

Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek,


mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah
disepakati, tidak mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu,
menanyakan apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi
untuk satu hal.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap realitas eksternal,


sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau
pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam
memberikan perhatian.

m. Kemampuan penilaian

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan,


menilai, dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu
melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Sering tidak merasa yang
dipikirkan dan diucapkan adalah salah.

n. Daya tilik diri

Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan. Menilai


11

dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan


stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan
keputusan yang telah disepakati. Klien yang sama seklai tidak dapat
mengambil keputusan merasa kehidupan sangat sulit, situasi ini sering
mempengaruhi motivasi dan insiatif klien

8. Kebutuhan persiapan klien pulang

a. Makan

Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak


memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak
memiliki minat dan kepedulian.

b. BAB atau BAK

Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta kemampuan


klien untuk membersihkan diri.

c. Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi


sama sekali.

d. Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.

e. Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam :


biasanya istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang.

f. Pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem


pendukung sangat menentukan.

g. Aktifitas dalam rumah Klien tidak mampu melakukan aktivitas di


dalam rumah seperti menyapu.

9. Aspek medis

a. Diagnosa medis : Skizofrenia

b. Terapi yang diberikan

Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan


antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu
perazin (TFZ), dan anti parkinson trihenski phenidol (THP), triplofrazine
arkine.
12

III.DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Menurut Sutejo (2017) adapun daftar masalah keperawatan pada pasien


dengan isolasi sosial sebagai berikut:

1. Isolasi Sosial

2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

3. Resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi

Anda mungkin juga menyukai