KONSEP MEDIS
A.Definisi
B.Etiologi
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan
ketidakpercayaan pada individu, menimbulkan ras pesimis, ragu, takut
salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa tertekan. Keadaan yang
seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk
berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri
dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).
5
2
a. Faktor predisposisi
Menurut Stuart G.W & Lararia, M.T, (2011) ada beberapa faktor
predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi :
1) Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam
perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya
bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak
berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin
tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga.
2) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
hubungan. Hal ini akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang
cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang
dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
3) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif.
Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih
lanjut.
4) Faktor presipitasi
Menurut direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi
sosial, meliputi sebagai berikut:
a) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b) Faktor intrnal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang
terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan
terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan
individu.
3
D.MANIFESTASI KLINIK
b. Kurang spontan.
c. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan).
d. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih).
e. Afek tumpul
f. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
g. Tidak ada atau kurang terhadap komunikasi verbal.
h. Menolak berhubungan dengan orang lain.
i. Mengisolasi diri (menyendiri)
j. Kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.
k. Asupan makan dan minuman terganggu.
l. Aktivitas menurun.
m. Rendah diri.
G. Penatalaksanaan medik
Menurut Deden & Rusdi, (2013) penatalaksanan dapat dibagi:
1) Terapi kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama
sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang
therapis atau petugas kesehatan jiwa. Terapi ini bertujuan memberi stimulus bagi pasien
dengan gangguan interpersonal.
Terapi aktivitas kelompok : sosialisasi TAKS merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial untuk mampu
bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh sesi untuk untuk kemampuan sosialisasi klien.
5
Ketujuh sesi tersebut diarahkan pada tujuan khusus TAKS, yaitu : kemampuan
memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan bercakap-cakap, kemampuan
menyampaikan dan membicarakan topik tertentu, kemampuan menyampaikan pendapat
tentang manfaat kegiatan TAKS. Langkah-langkahkegiatan yang dilakukan TAKS yaitu :
tahap persiapan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi dengan menggunakan metode
dinamika kelompok, diskusi atau tanya jawab serta bermain peran stimulasi (Surya, 2012).
2) Terapi lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkunagn sehingga aspek lingkungn harus
mendapatkan perhatian khusus dalam kaitanya untuk menjaga dan memelihara kesehatan
manusia. Lngkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologis seseorang yang akan
berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik
pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.
a. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang
telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
b. Otonom
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu mampu
menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
c. Bekerjasama (Mutualisme)
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling
memberi, dan menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Saling Ketergantungan (Interdependen)
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung
antar individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
e. Merasa Sendiri (Loneliness)
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan merasa asing dari
lingkungannya.
7
f. Menarik Diri
Merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya dan tidak mampu membina hubungan secara terbuka dengan
orang lain.
g. Ketergantungan (Dependen)
Merupakan terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
h. Manifulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial dimana individu memperlakukan
orang lain sebagai obyek, hubungan terpusat pada masalah
mengendalikan orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri
sendiri.
i. Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek
yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat
diandalkan dan penilaian yang buruk.
j. Narsisme
Merupakan individu memiliki harga diri yang rapuh, terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, pecemburuan, mudah
marah jika tidak mendapatkan pujian dari orang lain.
II.PENGKAJIAN
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari
proes keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokkan data
pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi, penilaian
terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki
(Afnuhazi 2015):
1. Identitas klien
2. Alasan masuk
8
3. Faktor predisposisi
4. Faktor Presipitasi
5. Fisik
6. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak
sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu
atau sangat berlebihan.
7. Mental
a. Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya
b. Pembicaraan
c. Aktifitas motorik
d. Alam perasaan
g. Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang
halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik
diri dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau
tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan,
merusak, takut, ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
10
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
m. Kemampuan penilaian
a. Makan
f. Pemeliharaan kesehatan
9. Aspek medis
III.DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial