Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. DEFINISI
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y
(2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena oranglain
menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan,
pikiran, prestasi atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam Dermawan D dan
Rusdi, 2013).
Isolasi sosial adalah keadaanseorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan
tidakmampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya
(Keliat, 2011 dalam Benny Hermawan, 2015).

B. ETIOLOGI
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor
presipitasi.
1. Faktor predisposisi menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang
mempengaruhi masalah isolasi sosial yaitu:
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalamhubungan sosial. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka
akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya dapat
menimbulkan suatu masalah.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini
yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang

1
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga
yangmenghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
c. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang
tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat
diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat
mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada
klien skizfrenia yang mengalami masalah dalam hubungan memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan
ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
2. Faktor presipitasi. Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan
hubungan sosial juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Faktor eksternal. Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu
stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga
b. Faktor internal. Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang
terjadi akibat kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya.Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah
dengan orangterdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan individu.

C. POHON MASALAH

Sumber: Benny Hermawan, 2015

2
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial:
menarik diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
1. Gejala Subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respon verbal kurang atau singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa ditolak.
2. Gejala Objektif
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
i. Ekpresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadarterhadap lingkungan sekitarnya
m. Memasukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urine dan feses
o. Aktifitas menurun
p. Kurang enenrgi (tenaga)
q. Rendah diri
r. Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi
tidur)

3
E. RENTANG RESPON
Menurut Stuart (2007) dalam Benny Hermawan (2015) Gangguan
kepribadian biasanya dapat dikenali pada masa remaja atau lebih awal dan
berlanjut sepanjang masa dewasa. Gangguan tersebut merupakan pola respon
maladaptive, tidak fleksibel, dan menetap yang cukup berat menyababkan
disfungsi prilaku atau distress yang nyata.

Respon Adatif Respon Maladatif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonom Menarik Diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisisme
Saling Ketergantungan

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengancara yang


dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi Sdan
Purwanto T. (2013) respon ini meliputi:
1. Menyendiri merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan
apa yangtelah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri
dalammenentukan rencana-rencana.
2. Otonomi merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikanide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial,
individu mamapu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
3. Kebersamaan merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling
member,dan menerima dalam hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantunganMerupakan suatuhubungan saling ketergantungan saling
tergantung antarindividu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan
masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon maladaptive
tersebut adalah:
1. Manipulasi merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan
orang lain sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan
orang laindan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah
laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau
frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.

4
2. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak
mampu merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan
miskin penilaian.
3. Narsisme. Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah
laku ogosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat
dukungan dari oranglain.
4. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain

F. PATOPSIKOLOGI
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali
beranggapanbahwa sumber/ penyebab Isolasi sosial itu berasal dari
lingkunganya. Padahalnya rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan
diri secarapsikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah,
marah, sepi dan takut dengan orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan
segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri (self estreem) dan kebutuhan
keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk dapat mengatasi masalah-
masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu mekanisme koping
yang adekuat. Sumber-sumber koping meliputi ekonomi, kemampuan
menyelesaikan masalah, tekhnik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi.
Sumber koping sebagai model ekonomi dapat membantu seseorang
mengintregrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang berhasil. Semua orang walaupun terganggu prilakunya
tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang mungkin meliputi: aktivitas
keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan kecerdasan dan
hubungan interpersonal. Dukungan sosial dari peningkatan respon
psikofisiologis yang adaptif, motifasi berasal dari dukungan keluarga ataupun
individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri pada
individu (Stuart &Sundeen, 1998 dalam Benny Hermawan, 2015).

G. AKIBAT YANG DITIMBULKAN


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan
persepsi sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi

5
sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan
suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca
indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat
disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi
merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus
sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah
halusinasi pendengaran (Benny Hermawan, 2015).

H. PETALAKSANAAN
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping
gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering,
kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia
akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).
Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian
jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti
gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur
tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,

6
muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma
sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-
masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai
keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan
orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua,
perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan
pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan
membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain sebagai salah satu kegiatan harian.
Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi
kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan
pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi:
1. Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu
bangun tidur.
2. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3. Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
4. Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
5. Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
sedang dan setelah makan dan minum.

7
6. Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7. Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok
sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang
positif.
8. Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi
tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan
gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau
mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien
dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1. Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur
kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2. Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa,
menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan
sebagainya.
3. Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara
dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai
tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
4. Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5. Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6. Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
7. Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan
dan sebagainya.

8
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor, suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan
pengajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tangggal
MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang
lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.
3. Factor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba –
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri :
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.

9
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri,
dan kurang percaya diri.
6) Status mental
Kontak mata klien kurang / tidak dapat mepertahankan kontak mata
kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain, Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
7) Kebutuhan persiapan pulang
a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).
9) Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Resiko perubahan sensori persepsi

10
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN
keperawatan PSIKOTERAPEUTIK
selama 3 x pertemuan Klien Klien
dapat berinteraksi dengan SP I p
orang lain baik secara 1. Mengidentifikasi
individu maupun secara penyebab isolasi
berkelompok dengan kriteria sosial pasien
hasil : 2. Mengidentifikasi
1. Klien dapat membina keuntungan berinteraksi
hubungan saling percaya. dengan orang lain.
2. Dapat menyebutkan 3. Mengidentifikasi
penyebab isolasi sosial. kerugian tidak
3. Dapat menyebutkan berinteraksi dengan
keuntungan berhubungan orang lain.
dengan orang lain. 4. Melatih pasien
4. Dapat menyebutkan berkenalan dengan satu
kerugian tidak orang.
berhubungan dengan 5. Membimbing pasien
orang lain. memasukkan dalam
5. Dapat berkenalan dan jadwal kegiatan harian.
bercakap-cakap dengan SP II p
orang lain secara 1. Memvalidasi masalah
bertahap. dan latihan sebelumnya.
6. Terlibat dalam aktivitas 2. Melatih pasien
sehari-hari berkenalan dengan dua
orang atau lebih.
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP III p
1. Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien
berinteraksi dalam

11
kelompok.
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN
PSIKOFARMAKA
1. Beri obat-obatan sesuai
program
2. Pantau keefektifan dan
efek sampig obat yang
diminum
3. Ukur vital sign secara
periodik

TINDAKAN
MANIPULASI
LINGKUNGAN
1. Libatkan dalam makan
bersama
2. Perlihatkan sikap
menerima dengan cara
melakukan kontak
singkat tapi sering
3. Berikan reinforcement
positif setiap Klien
berhasil melakukan
suatu tindakan
4. Orientasikan Klien
pada waktu, tempat,
dan orang sesuai
kebutuhannya

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada tanggal
24 Juli 2012 pada http://nurse87.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan-isolasi-sosial/

Benny Hermawan. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. S Dengan Gangguan
Isolasi Sosial: Menarik Diri Di Ruang Arjuna RSJ Daerah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/34432/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka


KerjaAsuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
danStrategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:


NuhaMedika

Kusumawati dan Hartono . (2010) . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika.

Keliat, Budi. (2013). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Nita Fitria. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun, (2012). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi
(API). Jakarta : fajar Interpratama.

13

Anda mungkin juga menyukai