OLEH:
AGUSTINA DEWI ASTUTI
(P07120014012)
2. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
a. Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-
tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu keadaan
dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi social atau mengasingkan diri dari dari lingkungan social merupakan
suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini di
sebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap
anggota yang tidak produktif seperti usia lanjut, penyakit kronis, dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Faktor Biologis
Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan social
adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan social memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak,
serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel.
2) Faktor Presipitasi
a. Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya.
3) Perilaku
Perilaku pada klien gangguan social menarik diri yaitu: kurang sopan, apatis, sedih,
afek tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi verbal turun, menyendiri, kurang
peka terhadap lingkungan, kurang energy, harga diri rendah dan sikap tidur seperti
janin saat tidur. Sedangkan perilaku pada gangguan sosial curiga meliputi tidak
mempercayai orang lain, sikap bermusuhan, mengisolasi diri dan paranoia.
Kemudian perilaku pada klien dengan gangguan social manipulasi adalah kurang
asertif, mengisolasi diri dari lingkungan, harga diri rendah, dan sangat tergantung
pada orang lain.
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang
dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono & Teguh (2009)
respon adaptif meliputi :
a. Solitude atau menyendiri
Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi atau
dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
b. Autonomy atau otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan untuk
interdependen dan pengaturan diri.
c. Mutuality atau kebersamaan
Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan menerima
dalam hubungan interpersonal.
3. Patofisiologi
Menurut Stuart and Sundeen (2002). Salah satu gangguan berhubungan sosial
diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi social yang disebabkan oleh perasaan tidak
berharga, yang bias dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangan
hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami
penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan
diri.
Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta
tingkah laku primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak
sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi.
4. Pohon Masalah
5. Manifestasi Klinis
1) Tanda dan Gejala
Menurut buku panduan diagnosa keperawatan NANDA (2005-2006) isolasi sosial
memiliki batasan karakteristik meliputi:
Data Obyektif :
- Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman, kelompok)
- Perilaku permusuhan
- Menarik diri
- Tidak komunikatif
- Menunjukan perilaku tidak diterima oleh kelompok kultural dominant
- Mencari kesendirian atau merasa diakui di dalam sub kultur
- Senang dengan pikirannya sendiri
- Aktivitas berulang atau aktivitas yang kurang berarti
- Kontak mata tidak ada
- Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan
- Keterbatasan mental/fisik/perubahan keadaan sejahtera
- Sedih, afek tumpul
Data Subyektif:
- Mengekpresikan perasaan kesendirian
- Mengekpresikan perasaan penolakan
- Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan
- Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat
- Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
- Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultur tetapi tidak sesuai dengan kelompok
kultur dominant
- Ekspresi peminatan tidak sesuai dengan umur perkembangan
- Mengekpresikan perasaan berbeda dari orang lain
- Tidak merasa aman di masyarakat
Menurut diagnosa keperawatan Lynda Jual Capernito-Moyet, isolasi sosial
memliki batasan karakteristik;
Mayor
Mengekspresikan perasaan kesepian, penolakan.
Minor
Waktu berlalu dengan lambat (“Hari Senin sangat lama bagi saya”)
Perasaan penolakan
Tidak komunikatif
Menarik diri
2) Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon social maladaktif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan
dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik.
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial antara lain
proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi
orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi.
3) Sumber Koping
Sumber koping berhubungan dengan respon social mal-adaptif meliputi keterlibatan
dalam hubungan keluarga yang luasan teman, hubungan dengan hewan peliharaan
dan penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya
kesenian, music atau tulisan.
6. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku
masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak
sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensori
persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan
aktivitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Minnesolla Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan psikolog dalam
menentukan kepribadian seseorang yang terdiri dari 556 pernyataan benar atau
salah.
2) Elektroensefalografik (EEG)
Suatu pemeriksaan dalam psikiatri untuk membantu membedakan antara etiologi
fungsional dan organik dalam kelainan mental.
3) Test laboratorium kromosom darah untuk mengetahui apakah gangguan jiwa
disebabkan oleh genetik.
4) Rontgen kepala untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan
struktur anatomi tubuh.
8. Penatalaksanaan
1) Therapy Farmakologi
a. Clorpromazine (CPZ)
- Indikasi : Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma
sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental:
waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu
bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
- Efek samping : Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama ja
ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
b. Haloperidol (HLD)
- Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
- Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan
defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung).
3) Therapy Kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan
memberi stimulus bagi klien dengan ganggua interpersonal
4) Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan
harus mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara
kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang
yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan
memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang
(Deden Dermawan dan Rusdi,2013,Hal..40)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Perawat yang merawat melakukan kontak dengan klien tentang : nama klien,
nama panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik pembicaraan.
2) Usia
3) Nomor rekam medik
4) Perawat menuliskan sumber data yang didapat
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di
masa lalu, pernah melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami , disaksikan oleh orang lain, apakah ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak
menyenangkan.
d. Aspek fisik
Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan dan adanya keluhan
fisik, misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarganya yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan keluarga.
2) Konsep diri, meliputi :
Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan singkat,
meliputi :
a) Citra tubuh
Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,
kelompok), kepuasan klien sebagai perempuan atau laki-laki.
c) Peran
Tanyakan tentang tugas / peran yang diemban dalam keluarga/kelompok,
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran.
d) Ideal diri
Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh; posisi, status, tugas/peran dan
harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja,
masyarakat).
e) Harga diri
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien dengan
orang lain sesuai dengan kondisi no. 2). (a), (b), (c) dan
penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
f. Status mental
Nilai aspek-aspek meliputi :
1) Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.
2) Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau
tidak dapat memulai pembicaraan.
3) Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan, kegelisahan, agitasi,
tik (gerakan involunter pada otot), grimasen (gerakan otot muka yang
berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien), tremor atau kompulsif.
4) Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.
5) Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
6) Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak mata
kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.
7) Persepsi; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya.
8) Proses pikir; sirkumstansial (pembicaraan berbelit-belit, tapi sampai pada
tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit-belit tidak sampai pada
tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi (pembicaraan yang tidak ada
hubungan satu dengan yang lainnya), flight of ideas (pembicaraan yang
meloncat-loncat), blocking (pembicaraan terhenti sejenak tanpa gangguan
eksternal, kemudian dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan yang
diulang berkali-kali).
9) Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada objek / situasi
tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan organ di dalam
tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (merasa asing terhadap diri
sendiri, orang lain atau lingkungan), ide yang terkait (keyakinan klien
terhadap kejadian yang banyak di lingkungan yang bermakna dan terkait pada
dirinya), pikiran magis dan waham.
10) Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat dan
orang.
11) Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya ingat
jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah dialihkan,
tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.
13) Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan kemampuan
penilaian bermakna.
14) Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita, menyalahkan
hal-hal di luar dirinya.
h. Mekanisme koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan klien dengan
menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat perkembangan yang lebih
rendah dengan respon yang kurang matang), represi (koping yang menekan keadaan
yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadar), isolasi (respon memisahkan diri
dari lingkungan sosial).
i. Aspek medik
Jenis obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lainnya.
Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu data objektif dan
subjektif. Data objektif ditemukan secara nyata dan didapatkan melalui observasi
atau pemeriksaan langsung, sedangkan data subjektif merupakan data yang
disampaikan oleh klien secara lisan dan keluarga yang didapat melalui wawancara
perawat kepada klien dan keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri berhubungan dengan deficit
perawatan diri.
2) Isolasi Sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3) Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK b/d isolasi
sosial.
3. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri
Tujuan Khusus:
B. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain.
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi Keperawatan
Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menjawab salam, klien mau berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang dihadapi (Mukhripah Damaiyanti dan
Iskandar,2012,Hal.86).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama
Melati, Devi Tias. 2013. Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial. Diakses dari
https://www.scribd.com/doc/123600998/Askep-Isolasi-Sosial pada tanggal 13 September
2016
Nursing Diagnosis. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika
Simbolon, Rola Mesrani. 2013. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial. Diakses dari
https://www.scribd.com/doc/133836690/LP-ISOLASI-SOSIAL pada tanggal 13
September 2016.
Stuart dan Sundeen, 2002. Buku Saku Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart dan Sundeen, 2006. Buku Saku Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Townsend, M. C, 2002, Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatti, Edisi 3
Jakarta : EGC
Bangli, 30 November 2016
Pembimbing/CI Mahasiswa
Pembimbing Akademik/CT