Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
(ISOLASI SOSIAL)

QORIATUL AINI (206410041)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Damayanti,
2012)
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Keliat, 2015).
Isolasi sosial atau menarik diri merupakan keadaan seorang individu yang
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Keliat dkk, 2015).
Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu pengalaman menyendiri dari
seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif
atau keadaan yang mengancam (Nurhaeni, 2011).
2. Tanda dan Gejala
Menurut Towsend.M.C dan Carpenito L.J Isolasi sosial : menarik diri
sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut: kurang spontan,
apatis, ekspresi wajah tidak berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri,
komunikasi verbal kurang, menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan
makanan terganggu, retensi uriendan feses, aktivitas menurun, posisi baring
seperti feses, menolak berhubungan dengan orang lain. (Yusuf, 2015)
a. Data Subyektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subyektif
adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak”,
“iya”, “tidak tahu”.
b. Data obyektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan:
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
 Menghindar dari orang lain (menyindir), klien tampak dari orang lain,
misalnya pada saat makan.
 Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/ perawat
 Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
 Berdiam diri di kamar/ tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
 Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
 Tidak melakukan kegatan sehari-hari. Artinya perawatn diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
 Posisi janin pada saat tidur.
3. Rentang Respon

Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:

1. Respon adaptif
 Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normalketika menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah sikap termasuk respon adaptif.
 Menyendiri, respon yang dibutuh kan seseorang untuk merenungkan
apa yang terjadi di lingkungannya.
 Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
 Bekerja sama, kemmapuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
 Interdependen, saling ketergantungan  antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
2. Respon maladaptive
 Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di
suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif.
 Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara trebuka dengan orang lain.
 Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
 Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
 Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain.
4. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi
sosial (Yosep,I., & Sutini, T. 2014)
 Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi
anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yng lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat
mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
 Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
 Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi
dapat dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sitem nilai
yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak
realistis terhadap hubungn merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini.
b. Faktor Presipitasi
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai stressor
antara lain:
 Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas
unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya,
misalnya karena dirawat di rumah sakit.
 Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri).
 Stressor intelektual
 Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai
pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan
dengan orang lain.
 Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi
dengan orang lain.
 Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang
lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada
gangguan berhubungan dengan orang lain.
 Stressor fisik
 Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
 Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
5. Mekanisme Koping
a. Perilaku curiga : regresi, proyeksi, represi.
b. Perilaku Dependen : regresic.
c. Perilaku Manipulatif : regresi, represid.
d. Isolasi atau menarik diri : regresi, repsesi. Isolasi
(Eko, 2014)
6. Proses Terjadinya Masalah
Salah satu gangguan berhubungan social diantanranya perilaku menarik
diri atau isolasi social yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias
dialamipasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.Perasaan tidak berharga menyebabkan
pasien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan orang lain.
Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam
aktifitas dan kurangnya perhatian dan kebersihan diri. Pasien semakin
tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laki masa lalu
serta tingkah laku yang tidak sesuai dalam kenyataan, sehingga berakibat lanjut
halusinasi (Eko, 2014).
7. Pohon Masalah

Resiko gangguan sensori


persepsi : Halusinasi

Defisit Perawatan
Isolasi Sosial
Diri

Mekanisme koping tidak


efektif

Gangguan konsep diri : Harga


Diri Rendah

8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, Umur, Jenis kelamin, Status perkawinan, Tangggal MRS , Tanggal
pengkajian, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Nomer Rekam Medis, Alamat.
2. Alasan masuk rumah sakit
Keluhan pada pasien isolasi sosial biasanya adalah kontak mata kurang,
duduk sendiri lalu menunduk, menjawab pertanyaan dengan singkat,
menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada,
berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari – hari.
3. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor predisposisi yang terjadi pada pasien Isolasi sosial adalah :
 Faktor Perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak
terjadi gangguan dalam hubungan social. Tugas perkembangan pada
masing-masing tahap tumbuh kembang ini memiliki karakteristik
tersendiri. Apabila tugas ini tidak terpenuhi akan mencetuskan
seseorang sehingga mempunyai masalah respon social maladaptif.
Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon social maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dan orang tua. Norma keluarga yang tidak
mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di luar keluarga.
 Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu factor pendukung gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil penelitian, pada penderita skizofrenia 8% kelainan
pada struktur otak, seperti atrofi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
 Faktor Sosial Budaya
Isolasi social merupakan factor dalam gangguan berhubungan. Ini
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat, dan penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, prilaku, dan sistem nilai yang berbeda dan
kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan factor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
 Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung
untuk terjadinya gangguan dalam hubungan social. Dalam teori ini
termasuk masalah komunikasi yang tidak jelas yaitu suatu keadaan
dimana seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan, eksperi emosi yang tinggi
dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.
4. Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi pada pasien Isolasi sosial umumnya mencakup kejadian
kehidupan yang penuh stres seperti kehilangan, yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas. Stressor presipitasi dapat dikelompokkan dalam
kategori :
 Stressor Sosial Budaya
Stres pada pasien Isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor
antara faktor lain dan faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas
unit keluarga dan berpisah dengan orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya dirawat di rumah sakit.
 Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat pada pasien Isolasi sosial akan
menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu mengatasi masalah diyakini
akan menimbulkan berbagai masalah berhubungan sosial (isolasi
sosial)
 Perilaku
Adapun prilaku yang biasa muncul pada isolasi sosial berupa kurang
spontan, apatis (kurang acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah
kurang berseri (ekspresi sedih), efek tumpul. Tidak merawat dan tidak
memerhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak
ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat,
mengisolasi diri (menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dan
orang lain, tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.
Pemasukan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses.
Aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah, posisi
janin saat tidur, menolak hubungan dengan orang lain. Klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
 Sumber Koping
Sumber koping pada pasien Isolasi sosial yang berhubungan dengan
respon sosial maladaptif termasuk keterlibatan dalam hubungan yang
luas didalam keluarga maupun teman, menggunakan kreativitas untuk
mengekpresikan stres interpersonal seperti ksesenian, musik, atau
tulisan.
1) Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan pasien Isolasi sosial sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada
isolasi sosial adalah regresi, represi, dan isolasi.
- Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain
- Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak
dapat diterima, secara sadar dibendungn supaya jangan tiba
dikesadaran.
- Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang
mengakibatkan timbulnya kegagalan defensive dalam
menghubungkan perilaku dengan motivasi atau pertentangan
antara sikap dan perilaku.
5. Aspek fisik / biologis
- Tanda-tanda Vital pada pasien Isolasi sosial pada umumnya TD :
cenderung meningkat, N : cenderung meningkat, S : meningkat, P :
bertambah.
- Ukur TB dan BB pada pasien Isolasi sosial cenderung menurun.
- Keluhan fisik
Keluhan fisik pada pasien Isolasi sosial biasanya mengalami gangguan
pola makan dan tidur sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
Klien biasanya tidak menghiraukan kebersihan dirinya.
6. Psikososial
a. Genogram
Menggambarkan tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dan keluarga.
b. Konsep diri
 Gambaran diri
Gambaran diri pada pasien Isolasi Sosial biasanya menolak melihat
dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima
perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
 Identitas diri
Identitas pada pasien Isolasi sosial biasanya meliputi ketidakpstian
memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan.
 Peran diri
Peran diri pada pasien Isolasi sosial biasanya meliputi berubah atau
berhentinya fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah, PHK dan lainnya.
 Ideal diri
Ideal diri pada pasien Isolasi sosial biasanya mengungkapkan
keputusasaan karena penyakitnya, mengungkapkan keinginan yang
terlalu tinggi.
 Harga diri
Harga diri pada pasien Isolasi sosial biasanya meliputi perasaan
malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri,
dan kurang percaya diri.
c. Hubungan sosial pada pasien Isolasi sosial
- Orang yang berarti : merasa tidak memiliki teman dekat.
- Peran serta dalam kegiatan kelompok/msyarakat : tidak pernah
melakukan kegiatan kelompok atau masyarakat.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : mengalami
hambatan dalam pergaulan.
7. Status mental
a. Penampilan : Pada pasien Isolasi sosial biasnya berpenampilan tidak
rapi, rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi kuning, tetapi penggunaan
pakaian sesuai dengan keadaan serta klien tidak mengetahui kapan dan
dimana harus mandi.
b. Pembicaraan : Pembicaraan pasien Isolasi sosial pada umumnya tidak
mampu memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang dibicarakan
tidak jelas atau kadang menolak diajak bicara.
c. Aktivitas motorik : Aktivitas motorik pasien Isolasi sosial umumnya
tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang gelisah dan
mondar-mandir.
d. Alam perasaan : Alam perasaan pasien Isolasi sosial biasanya tampak
putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun.
e. Afek : Afek pasien Isolasi sosial biasanya datar, yaitu tidak bereaksi
terhadap rangsang yang normal.
f. Interaksi selama wawancara : Interaksi selama wawancara pada pasien
Isolasi sosial umumnya menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-
kadang menolak untuk bicara dengan orang lain.
g. Persepsi : Persepsi pada pasien Isolasi sosial pada umumnya mengalami
gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya
mendengar suara-suara yang mengancam, sehingga klien cenderung
sering menyendiri dan melamun.
h. Proses pikir
Proses pikir pada pasien Isolasi sosial umumnya akan kehilangan
asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi
(pembicaran yang tidak logis dan kata-kata yang dikatakan tidak
dimengerti) dalam proses pikir.
i. Isi pikir
Isi pikir pada pasien Isolasi sosial pada umumnya mengalami gangguan
isi pikir seperti waham.
j. Kesadaran
Kesadaran pada pasien Isolasi sosial tidak mengalami gangguan
kesadaran.
k. Memori
Memori pada pasien Isolasi sosial tidak mengalami gangguan memori,
dimana klien mampu mengingat hal-hal yang telah terjadi.
l. Konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi dan berhitung pada pasien Isolasi sosial pada umumnya
tidak mengalami gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.
m. Kemampuan penilaian
Penilaian pada pasien Isolasi sosial tidak mengalami gangguan dalam
penilaian
n. Daya tilik diri
Daya tilik pasien Isolasi sosial mengalami gangguan daya tilik diri
karena pasien akan mengingkari penyakit yang dideritanya.
8. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Pada pasien Isolasi sosial mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
b. BAB / BAK
Pada pasien Isolasi sosial mampuan menggunakan dan membersihkan
WC kurang.
c. Mandi
Pada pasien Isolasi sosial bisanya tidak memiliki minat dalam
perawatan diri (mandi).
d. Berpakaian/berhias
Pada pasien Isolasi sosial bisanya tidak berhias dan berpakaian
seadanya.
e. Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien Isolasi sosial biasanya
terganggu.
f. Penggunaan obat
g. Pada pasien Isolasi sosial dapat menjalankan program pengobatan
dengan benar.
9. Mekanisme koping
Koping yang digunakan pasien Isolasi sosial apabila mendapat masalah
takut atau tidak mau menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering
menggunakan koping menarik diri). Mekanisme koping yang sering
digunakan pada klien Isolasi sosial adalah regresi, represi, dan isolasi.
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah psikososial dan lingkungan pada pasien Isolasi sosial biasanya
mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien
direndahkan atau diejek karena klien menderita gangguan jiwa.
11. Pengetahuan kurang tentang
Pengetahuan pada pasien Isolasi sosial bisanya kurang mengetahuan dalam
hal mencari bantuan, faktor predisposisi, koping mekanisme dan sistem
pendukung sehingga penyakit klien semakin berat.
12. Aspek medik
Aspek medik yang biasa digunakan untuk pasien Isolasi sosial dintaranya :
a. Obat anti psikotik
 Clorpromazine (CPZ)
Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial
dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental:
waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau,
tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari,
tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin.
 Haloperidol (HP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral
serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
 Trihexy phenidyl (THP)
Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial : Menarik Diri
C. Intervensi Keperawatan

Dx
Keperawat Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
an
Isolasi Sosial Pasien mampu : Setelah ….x pertemuan SP 1
- Menyadari klien mampu : 1. Identifikasi
penyebab isolasi - Membina penyebab
sosial hubungan saling - Siapa yang satu
- Berinteraksi percaya. rumah dengan
dengan orang lain - Menyadari pasien
penyebab isolasi - Siapa yang dekat
sosial, keuntungan dengan pasien
dan kerugian - Siapa yang tidak
berinteraksi dengan dekat dengan
orang lain. pasien
- Melakukan 2. Tanyakan
interaksi dengan keuntungan dan
orang lain secara kerugian berinteraksi
bertahap. dengan orang lain
- Tanyakan
pendapat pasien
tentang
kebiasaan
berinteraksi
dengan orang
lain
- Tanyakan apa
yang
menyebabkan
pasien tidak
ingin berinteraksi
dengan orang
lain
- Diskusikan
keuntungan bila
pasien memiliki
banyak teman
dan bergaul
akrab dengan
mereka
- Diskusikan
kerugian
kerugian bila
pasien hanya
mengurung diri
dan tidak bergaul
dengan orang
lain
- Jelaskan
pengaruh isolasi
sosial terhadap
kesehatan fisik
pasien
3. Latih berkenalan
- Jelaskan kepada
klien cara
berinteraksi
dengan orang
lain
- Berikan contoh
cara berinteraksi
dengan orang
lain
- Beri kesempatan
pasien
mempraktekan
cara berinteraksi
dengan orang
lain yang
dilakukan di
hadapan perawat
- Mulailah bantu
pasien
berinteraksi
dengan satu
orang
temen/anggota
keluarga
- Bila pasien sudah
menunjukkan
kemajuan,
tingkatkan
jumlah interaksi
dengan 2, 3, 4
orang dan
seterusnya
- Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang
telah dilakukan
oleh pasien
- Siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
pasien setelah
berinteraksi
dengan orang
lain, mungkin
pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya,
beri dorongan
terus menerus
agar pasien tetap
semangat
meningkatkan
interaksinya
4. Masukkan
jadwal kegiatan
pasien
SP 2
- Evaluasi SP1
- Latih
berhubungan sosial
secara bertahap
Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi SP1
dan 2
- Latih cara
berkenalan dengan 2
orang atau lebih
- Masukkan
dalam jadwal kegiatan
pasien

Keluarga mampu : Setelah ….x pertemuan SP 1


Merawat pasien isolasi keluarga mampu - Identifikasi
sosial di rumah menjelaskan tentang : masalah yang dihadapi
- Masalah keluarga dalam
isolasi sosial dan merawat pasien
dampaknya pada - Penjelasan
pasien isolasi sosial
- Penyebab - Cara merawat
isolasi sosial pasien isolasi sosial
- Sikap - Latih (simulasi)
keluarga untuk RTL keluarga / jadwal
membantu pasien keluarga untuk merawat
mengatasi isolasi pasien
sosialnya SP 2
- Pengobatan - Evaluasi SP 1
yang berkelanjutan - Latih (langsung
dan mencegah putus ke pasien)
obat - RTL keluarga /
Tempat rujukan dan jadwal keluarga
fasilitas kesehatan yang untuk merawat
tersedia bagi pasien pasien
SP 3
- Evaluasi SP 1
dan SP 2
- Latih (langsung
ke pasien)
RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat
pasien

D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini,
(Kusumawati dkk, 2012).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan dan akan terus menerus untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan yang telak dilaksanakan. Evaluasi
dalam asuhan keperawatan dibagi menjadi dua evaluasi secara formatif
(dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan) dan sumatif
(dilakukan dengan cara membandingkan respon klien dengan tujuan yang
ditentukan).
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Keliat, B. A. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas: CHMN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Munith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North Amercan Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC Jilid2. Jogjakarta : Medication.

Nurhaeni H.dkk, 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta:EGC

O’Brien, dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Pskiatrik Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Yosep,I., & Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai