Anda di halaman 1dari 22

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN
(Hari Pertama Praktek)

A. Kasus(masalah utama)
Gangguan isolasi sosial (menarik diri)

B. Proses terjadinya masalah


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sama seklai tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.pasien
mungkin merasa ditolak, tidak terima kesepian,dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain ( damayanti,2012)
Isolasi sosial adalah gangguan dalam hubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap suatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
lain dan lingkungan(keliat,2015)
Isolasi sisial atau menarik diri merupakan keadaan seseorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain ( keliat dan akemat 2015)
Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan
perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang
mengancam ( nurhaeni h, dkk 2011)
2. Tanda dan gejala
Menurut towsend m.c dan carpeniko l.J isolasi sosial: menari diri sering ditemukan
adanya tanda dan gejala sebagai berikut: kurang spontan apatis, ekspresi, wajah tidak
berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal kurang, menyendiri,
tidak peduli lingkungan asupan makanan terganggu, retensi urendan feses, aktifitas
menurun posisi baring seperti feses, menolak berhubungan dengan orang lain (yusuf dkk
2015)
a. Data subyektif
Sukar didapati jika klilen menolak berkomunikasi.
b. Data obyektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan
- Apatis ekspresi sedih efek tumpul
- Menghindari dari orang lain (menyendiri) klien tampak dari orang lain misalnya
pada saat makan
- Komunikasi kurang /tidak ada . klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat.
- Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menduduk
- Berdiam diri dikamar/ tempat terpisah klien kurang moblitasnya
- Menolak berhubungan dengan orang lain klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap
- Tidak melakukan kegiatan sehari-hari artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan.
- Posisi janin pada saat tidur.
3. Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri mersasa sendiri manipulasi


Otonomi menarik diri implusif
Bekerja sama tergantung narcissime
Saling tergantung
a) Respon adaptif
- Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih
dalam batas normal kerika menyelesaikan masalah.
- Menyendiri respon yang dibutuhkan seseorang untuk mengurangkan apa yang
terjadi dilingkungan
- Otonomi kemampuan individu untuk menetukan dan menyampaikan ide, pikiran
dan perasaan dalam hubungan sosial.
- Bekerja sama kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain
- Interdependen saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
b) Respon maladaptif
- Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan disatu tempat.
Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif
- Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
- Ketergantungan seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
- Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
- Curiga seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
4. Etiologi
Faktor –faktor yang mempengrauhi isolasi sosial:
a. Faktor predisposisi
- Faktor perkembangan: tiap gangguan dalam pencapain tugas perkembangan dari
masa bayi sampai dewasa itu akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengarhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama
dengan tenaga profesional untuk mengembangkan yang lebih tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga.pendekatan kolaboratif dapat mengurangi
masalah respon sosial menari diri.
- Faktor biologik: faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif
genetik merupakan sala satu faktor pendukung gangguan jiwa kelainan struktur otak
seperti atropi pembesaran ventrikel penurunan berat dan volume otak serta perubahan
limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
- Faktor sosiokultural: isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan.
Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota asyarakat yang kurang produktif seperti lansi,
orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma
perilaku dan sistem nilai yang berbedadari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini.
b. Faktor prespitasi
1) Stress sosiokultural: stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya stabilitas unit
keluarga berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya mislanya karena
dirawat dirumah sakit.
2) Stressor psikologik: asietas berat yang berkepanjanganterjadi berssama keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhui kebutuhanya hal ini dapat menimbulkan
seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri)
3) Stressor intelektual
- Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai pikiran
dengan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
- Kelien dengan kegagalan adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
- Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain akan
presepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan
dengan orang lain.
4) Stressor fisik
- Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari
orang lain.
- Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
5. Proses terjadinya masalah
Sala satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang biasa dialami pasien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,kekecewaan, kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur
mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian dan kebersihan diri.
Pasien semakin tengelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingka laku masa
lalu dan tingka laku yang tidaksesuai dalaam kenyataan sehingga berakkibat lanjut
halusinasi ( eko prabowo 2014)

C. Pohon masalah

Resiko gangguan sensori presepsi :halusinasi

Isolasi sosial defisit perawatan diri

Mekanisme koping tidak efektif

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


D. Data perlu dikaji
a. Data mayor :
Data subjektif
1) Mengatakan malas berinteraksi
2) Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
Data objektif
1) Menyendiri
2) Tidak ada kontak mata
3) Mengurung diri
4) Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
5) Tengang gelisa
b. Data minor
Data subjektif
1) Curiga dengan orang lain
2) Mendegar suara/ melihat bayangan
3) Merasa kesepian
4) Merasa tidak berguna
5) Merasa tidak aman berada dengan orang lain
Data objektif
1) Mematung
2) Mondar-mandir tanpa arah
3) Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain.

E. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep : harga diri rendah
c. Gangguan presepsi sensori : halusinasi

F. Rencana tindakan keperawatan


1. Diagnose keperawatan isolasi social: menarik diri
Tujuan umum: pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus: klien dapat membina hubungan saling percaya (BHSP)
Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan rama baik verbal maupun nonverbal
b. perkena;kan diri dengan sopan
c. tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien
d. jelaskan tujuan pertemuan
e. jujur dan tepat janji
f. tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian pada klien dan pertahanlan kebutuhan klien
- Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
- Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
- Berdiskusikan dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
- Mengajarkan pasien cara berkenanlan dengan satu orang
- Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.

2. Diagnosa keperawatan gangguan konsep : harga diri rendah


Tujuan umum: pasien tidak malu dan dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus: klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
- Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
- Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

3. Diagnosa keperawatan: gangguan persepsi sensori: halusinasi


Tujuan: pasien dapat mengontrol halusinasi, pasien mengenali halusinasi yang
dialaminya.
Tindakan:
- Membantu pasien mengenali halusinasi
- Membantu pasien mengontrol halusinasi
- Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal
- Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama
Keliat, B. A. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CHMN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Munith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.
Nurhaeni H.dkk, 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta:EGC
O’Brien,dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Pskiatrik Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Yosep,I., & Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medik
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE -

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Pasien mengatakan malu mengatakan masalah yang terjadi padanya. Pasien mengatakan
jarang mengikuti kegiatan di masayarakat seperti gotong royong, karang taruna, dan
musyawarah. Pasien mengatakan pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan yaitu
kematian kakeknya pada tahun 2004, pasien merasa sedih karena hanya kakeknya orang
yang di percaya. Pasien mengatakan sulit berkomunikasi dengan orang lain malu untuk
membuka diri. Pasien juga takut berinteraksi dengan orang lain karena takut berantam
dengan temannya.

2. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial: menarik diri

3. Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setlah berhubungan dengan orang lain
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

4. Tindakan keperawatan:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksai dengan orang lain
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.

A. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik:
Selamat pagi pak. Perkenalkan saya perawatan elisabeth yang akan merawat bapak
selama disini. Bapak bisa memanggil saya dengan lisa, saya bertugas pagi dari jam
07.00-14-00. Nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?

2. Evaluasi/ Validasi:
Saya dengar cerita bapak kemarin selalu melamun, dan tidak mau mengatakan
masalah yang dialami bapak, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.

3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat


Topik: bagaimana jika kita membicarakan tentang apa yang menyebabkan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain dan apa yang bapak rasakan?
Tempat: bapak mau kita berdiskusi dimana? Bagaimana jika disini saja?
Waktu: bapak ingin kita berdiskusi berapa lama? Bagaimana jika 20 menit saja?

KERJA: Langkah-Langkah Tindakan keperawatan:


Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada pasien
Sp 1 membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial,
membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan.
Percakapan:
Perawat: Assallamualaikum wr,wb, selamat pagi
Pasien: (pasien hanya diam)
Perawat: Perkenalkan saya perawatan elisabeth yang akan merawat bapak selama disini. Bapak
bisa memanggil saya dengan lisa, saya bertugas pagi dari jam 07.00-14-00.
Pasien: ya
Perawat: Nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?
Pasien: A
Perawat: Apa keluhan bapak A hari ini ?
Pasien: Tidak ada
Perawat: Saya dengar cerita bapak kemarin selalu melamun, dan tidak mau mengatakan masalah
yang dialami bapak, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman A ?
Pasien: (hanya mengangguk)
Perawat: bapak mau kita berdiskusi dimana? Bagaimana jika disini saja?
Pasien: Ya
Perawat: bapak ingin kita berdiskusi berapa lama? Bagaimana jika 20 menit saja?
Pasien: Ya
Perawat: Apa yang bapak A rasakan selama bapak dirawat disini ?
Pasien: Merasa sendiri
Perawat: O …. Bapak A merasa sendirian, siapa saja yang bapak A kenal diruangan ini. Apa
saja kegiatan yang biasa bapak A lakukan dengan teman yang bapak A kenal ?
Pasien: Tidak mengenal siapapun, tidak melakukan apa-apa. (tanpa ekspresi)
Perawat: Apa yang menghambat dalam berkenal teman / bercakap-cakap dengan pasien lain.
Pasien: (diam)
Perawat: Menurut bapak A apa saja keuntungan kalau kita mempunyai teman ?
Pasien: Ada teman bercakap-cakap.
Perawat: Wah benar, ada teman bercakap-cakap, apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa )
Pasien: Ada teman berbagi, ada teman untuk melakukan aktivitas.
Perawat: Nah kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa iya bapak A ?
Pasien: Tidak punya teman bicara.
Perawat: Ya, apa lagi?
Pasien: Tidak ada teman melakukan aktivitas
Perawat: Kalau begitu inginkan bapak A belajar bergaul dengan orang lain.
Pasien: Ya.
Perawat: Bagus, bagaimana sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain. Begini lo Bapak
A untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan nama kita, nama panggilan yang kita
sukai,asal kita, dan hobbi. “Contoh : Nama saya A, Senang dipanggil A, Asal dari bendungan
sutami malang , Hobbi berkebun. Selanjutnya bapak A menayakan nama orang yang diajak
berkenalan. Contohnya Begini: Nama bapak siapa ? senang dipanggil apa ? asalnya dari mana ?
Hobbinya apa ? Ayo bapak A dicoba. Misalnya saya belum kenal denggan bapak A coba
berkenalan dengan saya !
Pasien: Nama saya A, Senang dipanggil A, Asal dari bendungan sutami, Hobbi berkebun. Nama
bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana? Hobinya apa?.
Perawat : Ya bagus sekali, coba sekali lagi.
Pasien :Nama saya A, Senang dipanggil A, Asal dari bendungan sutami, Hobbi berkebun. Nama
bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana? Hobinya apa?.
Perawat: Bagus sekali. Setelah bapak A berkenalan dengan orang tersebut bapak bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan bapak bicarakan , Misalnya tentang
cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebaginya .
Pasien: ya
Perawat: Bagaimana Perasaan bapak A setelah kita latihan berkenalan ?
Pasien: Senang.
Perawat: bapak A tadi sudah mempraktekan cara berkenalan dengan baik sekali “ selanjutnya
bapak A dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada, sehingga
bapak lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain . bapak A mau praktekan kepasien lain?
Pasien: mau
Perawat: Mau jam berapa mencobanya?. Bagaimana besok jam 10.
Pasien: ya
Perawat: baik sekali, mau dimana? Bagaimana jika di taman saja? Saya akan menjemput bapak
disini.
Pasien: ya
Perawat: Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya. besok pagi jam 10 saya akan
datang kesini untuk mengajak bapak A berkenalan dengan teman saya perawat N bagaimana
bapak A mau kan ?.
Pasien : Ya
Perawat: Baiklah sampai jumpa besok, terimaksih. Assallamualikum wr.wb.

Sp 2 :Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama-


seorang perawat)
Perawat : Selamat pagi, bapak A !
Pasien: : Pagi
Perawat : Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Pasien : Baik
Perawat : Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan suster!
Pasien: Nama saya A, Senang dipanggil A, Asal dari bendungan sutami, Hobbi berkebun.
Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana? Hobinya apa?
Perawat: Bagus sekali, bapak A masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak bapak A
mencoba berkenalan dengan ibu kader. Tidak lama kok, sekitar 10 menit.
Pasien : Ya
Perawat: Ayo kita temui perawat N di sana.
Pasien : (berjalan mengikuti perawat L)
Perawat : (Bersama-sama bapak A anda mendekati kader N). Selamat pagi ibu N, ini bapak A
ingin berkenalan dengan ibu. Baiklah bapak A , bapak A dapat berkenalan dengan ibu kader N
seperti yang kita praktikan kemarin.
Pasien: (Pasien mendemostrasikan cara berkenalan dengan kader N: memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
Perawat: Ada lagi yang bapak A ingin tanyakan kepada perawat N. Coba tanyakan tentang
keluarga perawat N.”
Pasien : Keluarganya berapa?
Perawat : Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak A bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
bapak A bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang hari.
Pasien : Saya sudah selesai bicara perawat N. Apa nanti kita bisa bertemu lagi jam 1 siang?
Perawat: Baiklah perawat N, karena bapak A sudah selesai berkenalan, saya dan bapak A akan
kembali ke ruangan bapak A. Selamat pagi.” (Bersama-sama pasien saudara meninggalkan
perawat N untuk melakukan terminasi dengan bapak A di tempat lain)
Pasien: (mengikuti perawat L)
Perawat: Bagaimana perasaan bapak A setelah berkenalan dengan perawat N.
Pasien : Senang
Perawat: bapak A tampak bagus sekali saat berkenalan tadi. Pertahankan terus apa yang sudah
bapak A lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan
lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan
perawat lain?.
Pasien : Ya
perawat: Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali.
Baik nanti bapak A coba sendiri.
Pasien: Ya
Perawat: Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10?
Pasien: ya
Perawat: mau di mana? Bagaimana di taman lagi?
Pasien: ya
Perawat: baiklah bapak A. Sampai besok, terimakasih.

Sp 3: Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan orang kedua sebagai pasien)
Perawat: Assalamualaikum bapak A ! Bagaimana perasaan hari ini?
Pasien : Baik
Perawat: Apakah bapak A bercakap- cakap dengan perawat N kemarin siang?
Pasien : Ya
Perawat : Bagaimana perasaan bapak A setelah bercakap- cakap dengan perawat N kemarin
siang?
Pasien: Senang
Perawat: Bagus sekali bapak A menjadi senang karena punya teman lagi. Kalau begitu bapak A
ingin punya banyak teman lagi?
Pasien: Ya
Perawat: bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien seperti
biasa, bisa? 10 menit, mari kita temui dia.
Pasien: (mengikuti perawat L)
Perawat: (bersama bapak A mendekati pasien). Selamat pagi ini ada pasien saya ingin
berkenalan, baiklah bapak A, bapak A sekarang bisa kenalan dengannya seperti telah bapak A
lakukan sebelumnya Pasien : (pasien berkenalan)
Perawat: ada lagi bapak A yang ingin tanyakan pada O, kalau tidak ada lagi yang ingin
ditanyakan bapak A bisa sudahi perkenalan ini, lalu bapak A bisa buat janji bertemu lagi,
misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti.
Pasien: (S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)”
Perawat: Baiklah O, karena bapak A sudah selesai berkenalan, saya dan bapak A akan kembali
keruang bapak A, selamat pagi.
Pasien : (Mengikuti perawat L)
Perawat: Bagaimana perasaan bapak A setelah berkenalan dengan O, dibandingkan kemarin pagi
N tampak lebih baik saat berkenalan dengan O. “Pertahankan apa yang sudah bapak A lakukan
tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore.
Pasien: Ya
Perawat: Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap dengan orang lain kita
tambahkan ke jadwal harian.
Pasien: Ya
Perawat : Jadi satu hari bapak A dapat berbincang- bincang dengan orang lain sebanyak 3 kali.
Jam 10 pagi, jam 1 siang, dan jam 8 malam. Bapak A bisa bertemu dengan N dan tambah dengan
pasien yang dikenal. Selanjutnya bapak A bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara
bertahap. Bagaimana bapak A?
Pasien : ya
Perawat : Baiklah bapak A besok ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman bapak A pada
jam yang sama.
Pasien: ya
Perawat: mau di mana? Di sini saja?
Pasien: ya
Perawat: Sampai jumpa. Terimakasih

TERMINASI:
Respon klien terhadap tindakan keperawatan:
- Subyektif: bagaimana perasaan bapak A sekarang setelah kita berbincang?
- Obyektif: apa saja yang tadi kita bicarakan bapak?

Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan):
Baiklah bapak, coba bapak melakukan jadwal harian atau rencana yang kita buat, atau
kegiatan latihan berbincang-bincang bapak.

Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat):


- Topik: bapak selanjutnya kita akan bertemu lagi untuk latihan bercakap-cakap saat
melakukan kegaiatan harian bapak. Bagaimana setuju?
- Waktu: besok kita bertemu lagi jam 10.00 bagaimana bapak?
- Tempat: baik sekali, mau dimana? Bagaimana jika di taman saja? Saya akan menjemput
bapak disini. Baiklah bapak karena sekarang saya harus ke tempat klien yang lain, saya
pamit dulu ya bapak. Terimakasih.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. TOPIK: Terapi aktivitas kelompok sosialisasi

B. TUJUAN:
1. Tujuan Umum:
Tujuan umum pada terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu untuk meningkatkan
hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan,
memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus
eksternal.
2. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu memperkenalkan diri
b. Pasien mampu berespon terhadap pasien lain
c. Pasien mampu mengikuti permainan
d. Pasien mampu mengemukan pendapat dan perasaannya

C. LANDASAN TEORI
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan suatu terapi yang dilakukan secara
kelompok untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan interaksi sosial
maupun berperan dalam lingkungan sosial (Prabowo, 2014). Terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (TAKS) merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi
sejumlah pasien dengan masalah hubungan sosial (Keliat & Prawirowiyono, 2014). Jadi
dapat disimpulkan terapi aktivitas kelompok merupakan suatu terapi yang dilakukan
bersama kelompok untuk meningkatkatkan kemampuan sosialisasi dengan pasien yang
lain maupun dengan lingkungan sekitarnya.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) terdiri dari tujuh sesi yaitu sesi 1:
memperkenalkan diri , sesi 2: kemampuan pasien berkenalan, sesi 3: kemampuan pasien
bercakap-cakap, sesi 4: kemampuan pasien bercakap-cakap topic tertentu, sesi 5:
kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi, sesi 6: kemampuan bekerjasama, sesi 7:
evaluasi kemampuan sosialisasi (Prabowo, 2014).

D. KLIEN
1. Karakteristik/ kriteria: klien krisis
2. Proses seleksi

E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu : tanggal, hari, jam, lama tiap langkah kegiatan
2. Tim terapis : leader, Co leader, Fasilitator, Observer
3. Metoda/ media

F. PROSES PELAKSANAAN
1. Orientasi
 Salam dan perkenalan
 Penjelasan tujuan dan aturan main
2. Kerja
Langkah-langkah standar prosedur operasional
Sesi 1: cara memperkenalkan diri yaitu :
a. Pengertian Terapi yang digunakan untuk
memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah hubungan sosial.
b. Tujuan Pasien mampu menyebutkan jati diri :
nama lengkap, nama panggilan, asal, serta hobi.
c. Indikasi
- Pasien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
- Pasien yang mengalami kerusakan verbal yang telah berespon sesuai stimulus
d. Setting: Peserta dan terapis duduk bersama dalam
lingkungan
e. Persiapan alat
- Tape recorder
- Lagu
- Bola tenis
- Buku catatan dan puplpen
- Jadwal kegiatan pasien
f. Metode: Dinamika kelompok
g. Prosedur
- Persiapan:
 Membuat kontrak dengan pasien yang sesuai indikasi
 Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang
tenang dan nyaman)
- Orientasi
 Mengucapkan salam terapeutik
 Menanyakan perasaan pasien hari ini
 Menjalankan tujuan kegiatan
 Menjelaskan aturan permainan
 Pasien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir
 Bila ingin keluar dari kelompok harus minta izin dari terapis
 Lama kegiata kurang lebih 45 menit
 Pasien mampu menyebutkan jati diri
- Kerja
 Terapis menjelaskan langkah selanjutnya yaitu akan dinyalakan saat music terdengar
dan bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat lagu dihentikan
peserta yang sedang memegang bola tenis akan menyebutkan salam, nama, nama
panggilan serta hobi.
 Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat lagu
dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis menyebutkan salam, nama,
nama panggilan, hobi.
 Tulis nama panggilan pada kertas dan pakaikan.
 Ulangi langkah no 3 sanpai peserta mendapat giliran.
 Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaanya.

- Terminasi
 Evaluasi
 Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAKS
 Memberikan pujian atas pencapaian kelompok
 Rencana tindak lanjut
 Menganjurkan agar pasien melatih perkenalan dengan orang lain di kehidupan
sehari-hari
 Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri kepada jadwal kegiatan harian pasien
 Kontrak yang akan datang
 Membuat kontrak kembali untuk TAKS selanjutnya

TUK 2: Pasien mampu untuk menyebutkan penyebab menarik diri


Kriteria Hasil : Setelah 2 x pertemuan, pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab
menarik diri yang berasal dari diri sendiri, orang lain, serta lingkungan
Intervensi :
a. Tanyakan pasien tentang
- Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
- Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
- Apa yang membuat pasien merasa dekat dengan orang tersebut
- Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
- Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan orang lain
b. Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
c. Beri kesempatan pada pasie untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri tidak
mau bergaul
d. Diskusikan kepada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta penyebab yang muncul
e. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan pasien dalam mengungkapkan
perasaanya.

TUK 3: Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang lain
Kriteria hasil : Setelah 3x pertemuan, pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang misalnya banyak teman, tidak kesepian, bisa diskusi, saling menolong. Serta
pasien juga dapat menyebutkan kerugian berhubungan dengan orang misalnya sendiri, tidak
punya teman, serta tidak ada teman untuk mengobrol Intervensi :
a. Kaji pasien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan dengan orang lain
b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
tentang berhubungan dengan orang lain
c. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
d. Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain

TUK 4: Pasien mampu melaksanakan hubungan sosial secara bertahap


Kriteria hasil : Setelah 4x interaksi, pasien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara
bertahap k-p,k-p-p, k-p-p, lain-k lain, k-p-kel/kelompok masyarakat
Intervensi:
a. Observasi perilkau pasien saat berhubunga dengan orang lain
b. Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/berkomunikasi dengan orang lain melalui
pasien-perawat, pasien-perawat-perawat lain, pasien-perawat-perawat lain-pasien lain
masyarakat
c. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah tercapai
d. Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
e. Beri motivasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
f. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasien dalam mengisi waktu luang
g. Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
h. Beri reinforcement atas kegiatan pasien dalam memperluag pergaulan melalui aktivitas
yang dilaksanakan.

TUK 5: Pasien mampu untuk mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain
Kriteria hasil: Setelah 5x beriteraksi, pasien dapat mengungkapkan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain, diri sendiri, serta kelompok
Intervensi:
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaanya bila berhubungan dengan orang
lain/kelompok
b. Diskusikan dengan pasien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya berhubungan
dengan orang lain.

TUK 6: Pasien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan
kemampuan pasien untuk berhubungan dengan orang lain
Kriteria hasil : Setelah 6x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian menarik diri
tentang pengertian menarik diri dan tanda gejalanya, penyebab dan akibat menarik diri, cara
merawat pasien dengan menarik diri.
Intervensi:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga (salam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan,
buat kontrak eksplorasi perasaan keluarga
b. Diskusikan pentingnya peranan keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku
menarik diri
c. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab perilaku
menarik diri, akibat yang terjadi jika periku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga
menghadapi pasien menarik diri
d. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu mengatasi pasien menarik diri
e. Latih keluarga untuk merawat pasien menarik diri
f. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih
g. Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada pasien untuk berkomunikasi
dengan orang lain
h. Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk pasien minimal satu kali
seminggu
i. Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga

TUK 7: Pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Kriteria hasil : Setelah 7x interaksi pasien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian
tidak minum obat, nama, warna, dosis serta efek samping obat
Intervensi:
a. Diskusikan dengan pasien tentang kerugian dan keuntungan tidak minum serta
karakteristik obat yang diminum (nama, dosis, frekuensi, efek samping minum obat)
b. Bantu dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu)
c. Anjurkan pasien minta sendiri obatnya kepada perawat agar pasien dapat merasakan
manfaatnya
d. Beri reinforcement positif bila pasien menggunakan obat yang benar
e. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
f. Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan dokter/perawat apabila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan

Anda mungkin juga menyukai