Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Nur Aeni
2311040116

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
I. KASUS (MASALAH UTAMA)
Isolasi Sosial
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Definisi
Setiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial,
pada berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga
ketergantungan. Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu
dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan
lingkungan sosial. Maka dari itu hubungan interpersonal perlu dibina oleh setiap
individu. Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan bagi individu yang memiliki
gangguan isolasi sosial (Sutejo, 2018).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya
(Damayanti, 2012).
Gangguan hubungan intrapersonal yang terjadi akibat adanya 15
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Dermawan & Rusdi,
2013). Kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul karena orang
lain dan sebagai suatu pernyataan negatif atau mengancam (Herdman, 2015).
B. Tanda Dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial:
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan diri
5. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6. Mengisolasi diri
7. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8. Asupan makanan dan minuman terganggu
9. Retensi urine dan feces
10. Aktivitas menurun
11. Kurang energi (tenaga)
12. Rendah diri
13. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)
C. Rentang respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri


Otonomi Dependensi Ketergantungan
Bekerja sama Curiga Manipulasi
interdependen Curiga

1. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaaan yang berlaku dimana individu tersebut menyelesaikan
masalahnya masih dalam batas normal.
2. Respon maladaptive adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalahnya.yang sudah menyamping dari norma-norma sosial
dan kebudayaan suatu tempat.prilaku yang berhubungan dengan respon sosial
maladaptive, adalah menipulasi, impulsive dan narkisme , prilaku yang
brhubungan dengan respon sosial maladaptive, adalah menipulasi , impulsive
dan narkisme prilaku yang berhubungan dengan respon sosial mal adaptif.
D. Faktor predisposisi
1. Faktor tumbuh kembang
Faktor perkembangan kemampuan membina hubungan yang sehat
tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap
tumbuh kembang memilki tugas yang harus dilalui indifidu dengan sukses,
karna apabila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi akan menghambat
perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih sayang,perhatian dan
kehangatan dari ibu (pengasuh)pada bayi akan membari rasa tidak aman yang
dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
2. Faktor biologi
Genetic adalah salah satu factor pendukung ganguan jiwa, fakor
genetic dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive ada bukri
terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan ganguan
ini namun tahap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
3. Faktor sosial budaya
Factor sosial budaya dapat menjadi factor pendukung terjadinya
ganguan dalm membina hubungan dengan orang lain, misalnya angota
keluarga, yang tidak produktif, diasingkan dari orang lain.
4. Faktor komunikasi dalam keluarga.
Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang
kedalam ganguan berhubungan bila keluarga hanya mengkounikasikan hal-hal
yang negative akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
E. Faktor presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
1. Stressor sosial kultur
Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluar dan
berpisah dengan orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat di
rumah sakit.
2. Stressor psikologis
Ansietas berkepanjangan terjadi bersama dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasi tuntutan untuk berpisah dangan orang terdekat
atau kebanyakan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan
dapat menimbulkan ansietas tinggi.
F. Pohon Masalah
Risti mencederai diri,orang lain & lingkungan
Defisit Perawatan Diri
Halusinasi

Intolenransi aktifitas Isolisasi Sosial

Harga diri Rendah

Koping individu tidak efektif Koping Keluarga tidak Efektif


III. DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN
A. Data (Subyektif & Obyektif) dan Masalah Keperawatan
Data Masalah Kep.
DS: Isolasi sosial
- Merasa ingin sendirian
- Merasa tidak aman di tempat umum
- Merasa berbeda dengan orang lain
- Merasa asyik dengan pikiran sendiri
- Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
DO:
- Menarik diri
- Tidak mau berinteraksi dengan orang lain
- Afek murung/sedih
- Menunjukkan permusuhan
- Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
- Tindakan tidak berarti
- Tidak ada kontak mata
- Tidak bergairah/lesu
DS: Harga diri rendah
- Menilai diri negative (mis. tidak berguna, tidak situasional
tertolong)
- Merasa malu atau bersalah
- Melebih – lebihkan penilaian negative tentang diri
sendiri
- Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
- Sulit berkonsentrasi
DO:
- Berbicara pelan dan lirih
- Menolak berinteraksi dengan orang lain
- Berjalan menunduk
- Postur tubuh menunduk
- Kontak mata kurang
- Lesu dan tidak bergairah
- Pasif
- Tidak mampu membuat keputusan
DS: Gangguan
- Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan persepsi sensori:
- Merasakan sesuatu melalui indera penglihatan, halusinasi
penciuman, perabaan, atau pengecapan
- Menyatakan kesal
DO:
- Distorsi sensori
- Respons tidak sesuai
- Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap,
meraba, atau mencium sesuatu
- Menyendiri
- Melamun
- Konsentrasi buruk
- Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
- Curiga
- Melihat ke satu arah
- Mondar-mandir
- Bicara sendiri

B. Data Yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut


1. Berkurangnya daya tangkap, daya ingat, dan daya belajar
2. Kemampuan jasmani dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa
cemas dan rasa tidak aman
3. Kesalah pahaman orangtua terhadap orang sekitarnya
4. Kurang spontan
5. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan)
6. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)
7. Afek tumpul
8. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
9. Tidak ada atau kurang terhadap komunikasi verbal
10. Menolak berhubungan dengan orang lain
C. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah situasional
3. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Dx Kep SLKI SIKI
1. Isolasi Setelah dilakukan tindakan Promosi Sosialisasi
sosial keperawatan, diharapkan Observasi :
Keterlibatan Sosial 1. Identifikasi kemampuan
meningkat dengan kriteria melakukan interaksi dengan
hasil: orang lain
1. Minat interaki meningkat 2. Identifikasi hambatan
2. Verbalisai tujuan yang melakukan interaksi dengan
jelas meningkat orang lain
3. Verbalisasi Terapeutik :
ketidakamanan di tempat 1. Motivasi meningkatkan
umum menurun keterlibatan dalam suatu
4. Perilaku menarik diri hubungan
menurun 2. Motivasi kesabaran dalam
5. Verbalisasi perasaan mengembangkan suatu
berbeda dengan orang hubungan
lain menurun 3. Motivasi berpartisipasi dalam
6. Afek murung/sedih aktivitas baru dan kegiatan
menurun kelompok
7. Perilaku bermusuhan 4. Motivasi berinteraksi di luar
menurun lingkungan, jalanjalan, ke took
8. Perilaku sesuai dengan buku
arapan orang lain 5. Diskusikan kekuatan dan
membaik keterbatasan dalam
9. Perilaku bertujuan berkomunikasi dengan orang
membaik lain
10. Kontak mata membaik 6. Diskusikan perencanaan
kegiatan di masa depan
7. Berikan umpan balik positif
dalam perawatan diri
8. Berikan umpan balik positif
pada setiap peningkatan
kemampuan
Edukasi :
1. Anjurkan berinteraki dengan
orang lain secara bertahap
2. Anjurkan ikut seta kegiatan
sosia dan kemasyarakatan
3. Anjurkan berbagi pengalaman
dengan orang lain
4. Ajurkan meningkatkan
kejujuran diri dan menghormati
hak orang lain
5. Anjurkan penggunaan alat
bantu kacamata dan alat bantu
dengar
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Dermawan & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Herdman, H.T. (2015). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Sutejo. (2017). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai