Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

1. Definisi
Isolasi sosial merupakan suatu sikap individu yang menghindari diri
dari interaksi dengan orang lain. Individu tersebut merasa bahwa ia
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup membagi penamatan dengan orang lain (Fitria, 2012).
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Wuryaningsih., et al, 2018).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Menarik
diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. Faktor perkembangan dan
sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi
sosial (Keliat, 2019).
Adapun pengertian dari kerusakan interaksi sosial adalah suatu
keadaan di mana seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan
kuantitas dan kualitas komunikasi yang tidak efektif. Klien yang
mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada perilaku
menarik diri (Fitria, 2012).
Jadi, berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi
sosial adalah kesendiria yang dialmi oleh individu dan dianggap timbul
karena orang lain serta sebagai suatu keadaan negative atau mengancam.
2. Rentang Respon
Suatu hubungan antarmanusia akan berada pada rentang respons
adaptif dan maladaptif seperti tergambar di bawah ini: (Azizah, Zainuri,
& Akbar, 2016 ; Yusuf, Fitryasari, & Nihayanti, 2015)
Adaptif Maladaptif
- Menyendiri - Merasa sendiri - Manipulasi
- Otonomi - Menarik diri - Impulsif
- Bekerja sama - Tergantung - Narsisme
- Saling bergantung

Terdapat dua respon yang dapat terjadi pada isolasi sosial, yakni :
a. Respon adaptif : merupakan suatu respons yang masih dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku
dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika
menyelesaikan masalah
1) Menyendiri (solitude) merupakan respons yang dibutuh seseorang
untuk merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya
(instropeksi).
2) Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan social
3) Bekerja sama merupakan kemampuan individu yang saling
membutuhkan satu sama lain serta mampu untuk memberi dan
menerima
4) Interdependen merupakan saling ketergantungan antara individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respon maladaptif : merupakan suatu respons yang menyimpang
dari norma sosial dan kehidupan disuatu tempat, perilaku respons
maladaptif, yakni meliputi:
1) Menarik diri merupakan keadaan dimana seseorang yang
mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
2) Ketergantungan merupakan keadaan dimana seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya dirinya sehingga tergantung dengan
orang lain.
3) Manipulasi merupakan hubungan sosial yang terdapat pada
individu yang menganggap orang lain sebagai objek dan
berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi
pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan sosial
secara mendalam.
4) Curiga merupakan keadaan dimana seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri terhadap orang lain.
5) Impulsif ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mmpunyai
penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak.
6) Narkisisme harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris,
pence,buru dan marah jika orang lain tidak mendukung
3. Etiologi
Menurut Fitria (2012), terdapat faktor predisposisi dan prespitasi
yang dapat menyebabkan isolasi sosial sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Bila tugas dalam perkembangan tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Contohnya
ketika anggota keluarga menerima pesan yang bertentangan dalam
waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga
sehingga akan menghambat untuk berhubungan dengan orang lain
atau di luar lingkungan keluarga.
c. Faktor sosial budaya
Hal ini terjadi dikarenakan oleh norma-norma yang salah dianut
oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga dengan usia lanjut,
berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari
lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis
Salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
berhubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak misalnya pada
klien dengan skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan
sosial.
2. Faktor Prespitasi
a. Faktor eksternal
Faktor eksternal berupa stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Stress psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi dengan keterbatasan kemampuan klien
untuk mengatasinya maupun koping yang tidak sesuai. Ansietas ini
dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami isolasi sosial terbagi
menjadi dua, yaitu mayor dan minor, berikut penjabarannya :
1. Tanda dan gejala mayor
a. Merasa ingin sendirian
b. Merasa tidak aman di tempat umum
c. Merasa ditolak oleh orang lain
d. Tidak berminat/menolak interaksi dengan orang lain/lingkungan
2. Tanda dan gejala minor
a. Merasa berbeda dengan orang lain
b. Merasa asyik dengan pikiran sendiri
c. Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
d. Afek datar
e. Menunjukkan permusuhan
f. Ekspresi emosi sedih
g. Tidak ada kontak mata
h. Tampak lesu
i. Tindakan tidak berarti (Keliat, 2019).
5. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang Dikaji
Data yang perlu dikaji menurut Fitria (2012), yaitu :
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Isolasi Sosial Subjektif :
1) Klien mengatakan malas bergaul dengan orang
lain.
2) Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani
perawat dan meminita untuk sendirian.
3) Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan
orang lain.
4) Tidak mau berkomunikasi.
5) Data tentang klien biasanya didapat dari
keluarga yang mengetahui keterbatasan klien
(suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman
dekat).
Objektif :
1) Kurang spontan
2) Apatis (acuh terhadap lingkungan).
3) Ekspresi wajah kurang berseri.
4) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan diri.
5) Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
6) Mengisolasi diri.
7) Tidak ada kurang sadar terhadap lingkungan
sekitarnya.
8) Asupan makanan danminuman terganggu.
9) Retensi urine dan feses
10) Aktivitas menurun.
11) Kurang berenergi atau bertenaga.
12) Rendah diri.
13) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus
atau janin (khususnya pada posisi tidur).

Anda mungkin juga menyukai