Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2011) dalam Suwarni & Rahayu
(2020). Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien dalam
mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien mengungkapkan
perasaan klien dengan kekerasan.Perilaku kekerasan merupakan respon destruktif
individu terhadap stresor (Stuart, 2013).
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan
mengancam (Towsend, 2014). Ancaman yang dirasakan dapat menimbulkan respons.
Respon kognitif pasien isolasi sosial dapat berupa merasa ditolak oleh orang lain,
merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak berguna, merasa putus asa dan
tidak mampu membuat tujuan hidup atau tidak memiliki tujuan hidup, tidak yakin
dapat melangsungkan hidup, kehilangan rasa tertarik kegiatan sosial, merasa tidak
aman berada diantara orang lain, serta tidak mampu konsentrasi dan membuat
keputusan (Suerni & Livana, 2019). Klien dengan isolasi sosial tidak mampunyai
kemampuan untuk bersosialisasi dan sulit untuk mengungkapkan keinginan dan tidak
mampu berkomunikasi dengan baik sehingga klien tidak mampu mengungkapkan
marah dengan cara yang baik (Sukaesti, 2018).
Perilaku isolasi sosial menarik diri merupakan  suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000).Ketidakmampuan berhubungan sosial yang
dialami klien gangguan jiwa membutuhkan peran perawat dalam melatih
keterampilan sosial, keterampilan sosial ini dapat menjadi perilaku baru untuk
menjalin hubungan sosial kembali dengan orang lain (Townsend, 2011) dalam
Suryati, Hamid & Susanti, (2020).
B. Proses Tejadinya Isolasi Sosial
1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor yang menjadi sumber terjadinya stress.


Terjadinya perilaku menarik diri adalah karena adanya tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik yang dapat mengakibatkan
individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindari diri dari orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan. Kemudian adanya
gangguan komunikasi didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-norma
yang salah yang dianut dalam keluarga serta faktor biologis berupa gen yang
diturunkan dari keluarga yang menyebabkan gangguan jiwa. Pada faktor ini juga
dapat disebabkan oleh biokimia dan fisiologis (Livana & Suerni, 2019).

2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang menjadi penyebab adalah adanya stressor biologis,
stressor sosial budaya serta stressor psikologis yang dapat menyebabkan klien
mengalami kecemasan (Prabowo, 2014).
a. Stressor biologi, sifat stressor yang termasuk dalam komponen ini adalah
penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak.
b. Stressor social budaya, meliputi aturan yang sering bertengtangan antara
individu dan kelompok masyarakat, tidak sanggup mencapai tuntutan
dalam hidup ataupun adanya stigma dari masyarakat terhadap klien
gangguan jiwa.
c. Stressor psikologis, meliputi adanya kegagalan dalam hidup seperti
pertumbuhan dan perkembangan, berpisah dengan orang yang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam
keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan
menarik diri dari lingkungan
C. Jenis Isolasi Sosial
a. Isolasi ruang; dapat dipaksakan dari luar dengan meniadakan kontak seperti
yang terjadi ketika seseorang dikucilkan dari pergaulan komunitasnya atau
dipenjarakan.
b. Isolasi organik; gejala keterasingan yang disebabkan bukan karena ketiadaan
kontak yang dipaksakan dari luar, melainkankarena ketiadaan kontak yang
disebabkan karena kecacatan individu seperti kebutaan dan ketulian.

Gangguan hubungan sosial terdiri atas :


a. Isolasi Sosial

Adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan


sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif
yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan,
ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata.
Ketidaksesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan
perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri,
pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan
penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami
perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang
banyak.

b. Kerusakan Interaksi sosial


Adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu
kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang
tidak efektif, dengan karakteristik :
 Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidaknyamanan dalam situasi-
situasi sosial.
 Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk
menerima atau mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat,
atau membagi cerita.
 Tampak menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil.
 Disfungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau orang lain.
 Penggunaan proyeksi yang berlebihan tidak menerima tanggung jawab atas
perilakunya sendiri.
 Manipulasi verbal.
 Ketidakmampuan menunda kepuasan.

D. Tanda dan Gejala


Tanda gejala yang dilihat pada klien isolasi sosial terdiri dari aspek kognitif,
afektif, fisiologi, perilaku dan sosial. Aspek kognitif yang dinilai adalah adanya
pikiran sepi, ditolak orang lain, tidak tertarik kegiatan sehari-hari, tidak dapat
menerima nilai dari masyarakat, tidak aman berada dekat dengan orang lain, tidak
mampu memenuhi harapan orang lain, tidak mampu membuat tujuan hidup, dan
pikiran tidak yakin mampu melangsungkan hidup. pada aspek fisiologis antara lain
wajah terlihat murung, sulit tidur, merasa lelah atau letih dan kurang bergairah, aspek
sosial meliputi, perilaku menarik diri dari orang lain, sulit berinteraksi, tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain, kegagalan berinteraksi dengan orang lain di
dekatnya, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial, acuh terhadap
lingkungan dan curiga pada orang lain. (Suryati, Hamid & Susanti, 2020)
Sedangkan Menurut Keliat (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
 Menghindar dari orang lain (menyendiri).
 Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat.
 Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
 Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
 Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
 Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
E. Rentang Respon Sosial
Salah satu cara untuk menemukan kepuasan dalam hidup adalah memiliki
hubungan interpersonal yang sehat dan mempunyai kedekatan (keintiman) dengan
orang lain (stuart, 2013). Kedekatan ini termasuk kepekaan terhadap kebutuhan orang
lain, mampu mengekpresikan perasaan, menerima dan menghargai orang lain.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), rentang respon pasien ditinjau dari
interaksinya demhgan lingkunan sosial dapat terbagi dalam tiga respin, yaitu 1) respon
sosialyang adaptif, mencakup kemampuab utuk mentolerir kesendirian dan ekspresi dari
kemandirian, kebersamaan dan saling ketergantungan. 2) titik tengah, seseorang akan
mengalami kesepian, menarik diri dan ketergantungan dan 3) respon sosial maladaptif,
yaitu seeoran menunjukkan perilaku manipulatif, iplusif dan narsisme. Peilaku tesebut
biasanya dipicu oleh pengalaman yang kurang menyenangkan dalamkeluarga,
dilingkunan kerja dan lingkungan sosial.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri Merasa Manipulasi
Otonomi Sediri/ kesendirian Impulsif
Kebersamaan Menarik diri Narsisme
Independen Depedensi

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan sosial budaya. Aspek
fisik/biologis
d. Aspek psikososial: konsep diri.
e. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
f. Kebutuhan persiapan pulang
g. Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus
internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
i. Pengetahuan
j. Aspek medik

2. Diagnosa Keperawatan
1) Isolasi sosial : menarik diri
2) Harga diri rendah
3) Ketidakefektifan koping
4) Hambatan komunikasi verbal
5) Hambatan interaksi sosial

G. Strategi Pelaksanaan (SP)


 Pada Pasien
1. SP1 Pasien
a. Bina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
1) Menanyakan pendapat klien tentang berinteraksi dengan orang lain
2) Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain.
3) Membantu klien mengenal keuntungan berinterksi dengan orang lain.
4) Membantu klien mengenal kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain.
2. SP II Pasien
a. Diskusikan bersama pasien keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
b. Ajarkan pasien berkenalan dengan satu orang
c. Anjurkan pasien untuk memasukan kegiatan berkenalan dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan harian
3. SP III Pasien
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang
c. Melatih pasien berinteraksi dengan dua orang atau lebih.
d. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4. SP IV Pasien
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien berbicara sambil melakukan kegiatan sosial.

 Pada Keluarga
1. SP1 Keluarga
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
2. SP II Keluarga
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi
sosial
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi
sosial
3. SP III Keluarga
a. Menjelaskan tentang pemanfaatan lingkungan yang mendukung perawatan
pasien isolasi social.
4. SP IV Keluarga
a. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning)
b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa.


Keliat, B. A. (2009). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9 ed.).
Missouri: Mosby, Inc.
Suerni, T., & Livana, P. H. (2019). Gambaran Faktor Predisposisi Pasien Isolasi
Sosial. Jurnal Keperawatan 11(1).
Sukaesti, D. (2018). Sosial Skill Training Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan 6(1).
Suryati, T., Hamid, A. Y. S., & Susanti, H. (2020). Manajemen Kasus Pada Klien
Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan 12(4).
Suwarni., & Rahayu, D.A. (2020). Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien
Isolasi Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1-
3. Jurnal Ners Muda 1(1).
Townsend, M.C. (2014). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing Concepts
of care in Evidence-Based Practice. Sixth Edition. Philadelphia, F.A. Davis
Company.

Anda mungkin juga menyukai