Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI PROFESO NERS

FAKULTAS KESEHATAN

}}}}}}}}2022
A. PENGERTIAN

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi dan
mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya,
lebih menyukai berdiam diri, mengurung diri, dan menghindar dari orang lain
(Yosep, Sutini, 2014).

B. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala isolasi sosial menurut Direja (2011) meliputi:

1. kurang spontan
2. apatis atau acuh terhadap lingkungan
3. ekspresi wajah kurang berseri
4. tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5. tidak ada/kurang sadar terhadap komunikasi verbal
6. mengisolasi diri
7. tidak sadar/kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8. aktivitas menurun
9. kurang energi
10. rendah diri
11. asupan makanan dan minuman terganggu

C. PENYEBAB
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan ketidakpercayaan
pada individu, menimbulkan ras pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada
orang lain dan merasa tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan
dampak seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka
menyendiri, lebih suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari
(Direja, 2011).

1. Faktor predisposisi

Menurut Stuart G.W & Lararia, M.T, (2011) ada beberapa faktor
predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi :

1) Faktor perkembangan Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan


dalam perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya
bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak
berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin
tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga.
2) Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam
gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi; norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat,
dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi
norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
3) Faktor biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial
maladaptif. Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter
dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian
lebih lanjut.
2. Faktor presipitasi
Menurut direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi sosial,
meliputi sebagai berikut:

1) Faktor eksternal : Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress


yang ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Faktor internal : Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang
terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.
Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan individu.

D. RENTANG RESPON

Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon


yang adaptif sampai maladaptif. Respon adaptif adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat.
Sedangkan respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan
masyarakat. Menurut Riyadi S dan Puerwanto T. (2013) respon adaptif dan
maladaptif tersebut adalah :
1. Menyendiri : Merupakan respon yang dilakukan individu untuk
merenungkan apa yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara
mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
2. Otonom : Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu
mampu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
3. Bekerjasama (Mutualisme) : Merupakan kemampuan individu untuk
saling pengertian, saling memberi, dan menerima dalam hubungan
interpersonal.
4. Saling Ketergantungan (Interdependen) : Merupakan suatu hubungan
saling ketergantungan saling tergantung antar individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
5. Merasa Sendiri (Loneliness) : Merupakan kondisi dimana individu merasa
sendiri dan merasa asing dari lingkungannya.
6. Menarik Diri : Merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya dan tidak mampu membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain.
7. Ketergantungan (Dependen) : Merupakan terjadi bila seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi
secara sukses.
8. Manifulasi : Merupakan gangguan hubungan sosial dimana individu
memperlakukan orang lain sebagai obyek, hubungan terpusat pada
masalah mengendalikan orang lain dan individu cenderung berorientasi
pada diri sendiri.
9. Impulsif : Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat
diandalkan dan penilaian yang buruk.
10. Narsisme : Merupakan individu memiliki harga diri yang rapuh, terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, pecemburuan,
mudah marah jika tidak mendapatkan pujian dari orang lain.

Akibat Isolasi Sosial

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri


atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami
pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kekecewaan, dan kecemasan.(Prabowo, 2014: 112).

Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam


mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam
dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi

E. PSIKOPATOLOGI

Faktor Tumbang Bilogis Stressor Sosbud Psikologis Lingkungan


Sosial
Individu memiliki Kelebihan Perceraian, Kecemasan
tugas pada setiap dopamin, perpisahan yang tinggi Diasingkan
tahap tumbangnya MAO dengan orang menurunkan lingkungan
yang harus dilalui menurun, yang kemampuan social budaya
dengan baik, jika LH rendah, dicintai,kehilanga individu karena
tidak akan Hipotiroidis berhubungan individu
Merasa diri tidak berharga MenarikDiri

Harga diri
Tidak nyaman berhubungan dengan orang lain
rendah

Tidak mampu beradaptasi terhadap stimulus dari dalam dan luar


secara adekuat. Perubahan persepsi terhadap stimulus Halusinasi
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA

Isolasi Sosial : Menarik Diri

G. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah

Tujuan umum : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan khusus

1. TUK 1 : Dapat membina hubungan saling percaya


Kriteria hasil:
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran perawat.
Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini
secara verbal:
a) Mau menjawab salam
b) Ada kontak mata
c) Mau berjabat tangan
d) Mau berkenalan
e) Mau menjawab pertanyaan
f) Mau duduk berdampingan dengan perawat
g) Mau mengungkapkan perasaannya
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi
terapetik
b) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c) Perkenalkan diri dengan sopan
d) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien
e) Jelaskan tujuan pertemuan
f) Buat kontrak interaksi yang jelas
g) Jujur dan menepati janji
h) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
i) Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat
j) Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidak
menjawab
k) Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buru-
buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien
l) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

2. TUK 2 : Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Kriteria hasil :
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan minimal satu
penyebab menarik diri yang berasal dari:
a) Diri sendiri
b) Orang lain
c) Lingkungan
Intervensi
a) Tanyakan pada pasien tentang :
1) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
2) Orang terdekat pasien dirumah/ diruang perawatan
3) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
4) Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
5) Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan
orang lain
b) Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
c) Beri kesemapatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri tidak mau bergaul
d) Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta
penyebab yang muncul
e) Berikan reinforcement (penguatan) positif terhadap kemampuan
pasien dalam mengungkapkan perasaannya.

3. TUK 3 : Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan


orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
Kriteria hasil :
Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain, misal:
a) Banyak teman
b) Tidak kesepian
c) Bisa diskusi
d) Saling menolong

Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan kerugian tidak


berhubungan dengan orang lain, misal:
a) Sendiri
b) Tidak punya teman, kesepian
c) Tidak ada teman ngobrol
Intervensi
a) Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan dengan orang lain serta kerugiannya bila
tidak berhubungan dengan orang lain
b) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
tentang berhubungan dengan orang lain
c) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
d) Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
e) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

4. TUK 4 : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap


Kriteria hasil :
Setelah ...x interaksi, pasien dapat mendemonstrasikan hubungan
sosial secara bertahap
Intervensi
a) Observasi perilaku pasien saat berhubungan dengan orang lain
b) Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/ berkomunikasi
dengan orang lain melalui: pasien-perawat, pasien-perawat-
perawat lain, pasien-perawat-perawat lain - pasien lain, pasien-
perawat-perawat lain-pasien lain-masyarakat
c) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai
d) Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan
orang lain
e) Beri motivasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
f) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasien
dalam mengisi waktu luang
g) Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat
h) Beri reinforcement atas kegiatan pasien dalam memperluas
pergaulan melalui aktivitas yang dilaksanakan

5. TUK 5 : Pasien dapat mengungkapkan perasaannya setelah


berhubungan dengan orang lain
Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien dapat mengungkapkan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain untuk
untuk:
a) Diri sendiri
b) Orang lain
c) Kelompok
Intervensi
a) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain/kelompok
b) Diskusikan dengan pasien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain
c) Beri reinforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan
perasaannya berhubungan dengan orang lain

6. TUK 6 : Pasien dapat memberdayakan system pendukung atau


keluarga mampu mengembangkan kemampuan pasien untuk
berhubungan dengan orang lain Kriteria hasil
Setelah ...x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang
a) Pengertian menarik diri dan tanda gejalanya
b) Penyebab dan akibat menarik diri
c) Cara merawat pasien dengan menarik diri
Intervensi
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga: salam,
perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak eksplorasi
perasaan keluarga
b) Diskusikan pentingnya peranan keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi perilaku menarik diri
c) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: perilaku menarik
diri , penyebab perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi jika
perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi
pasien menarik diri
d) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu mengatasi pasien
menarik diri
e) Latih keluarga merawat pasien menarik diri
f) Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih
g) Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada
pasien untuk berkomunikasi dengan orang lain
h) Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
pasien minimal satu kali seminggu
i) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga

7. TUK 7 : Pasien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Kriteria hasil
Setelah ...x interaksi, pasien menyebutkan:
a) Manfaat minum obat
b) Kerugian tidak minum obat
c) Nama, warna, dosis, efek samping obat

Setelah ...x interaksi, pasien mampu mendemonstrasikan penggunaan


obat dan menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dokter

Intervensi
a) Diskusikan dengan pasien tentang kerugian dan keuntungan tidak
minum, serta karakteristik obat yang diminum (nama, dosis,
frekuensi, efek samping minum obat)
b) Bantu dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara, waktu)
c) Anjurkan pasien minta sendiri obatnya kepada perawat agar pasien
dapat merasakan manfaatnya
d) Beri reinforcement positif bila pasien menggunakan obat dengan
benar
e) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter
f) Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan dokter/perawat apabila
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan .(Prabowo, 2014)

STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal


penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan
mengajarkan pasien berkenalan  
Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Paulina Apriliani, Saya senang dipanggil Paulina, Saya mahasiswa Universitas
Ngudi Waluyo yang akan merawat Ibu.”
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan ibu hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman ibu ?”
Mau dimana kita bercakap-cakap?”
“Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, bu?”
“Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja:
”Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini?
“O.. ibu merasa sendirian?”
“Siapa saja yang ibu kenal di ruangan ini ?”
 “Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal ?”
“Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien
yang  lain?”
”Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
“Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya bu ? Ya, apa lagi ? (sampai
pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
“Kalau begitu maukah ibu belajar bergaul dengan orang lain ?
”Bagus. Bagaimana kalau sekarang  kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita
dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang
dipanggil T. Asal saya dari jawa, hobi membaca”
“Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:
Nama ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan
saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang
hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

Terminasi:
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita  latihan berkenalan?”
” ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Apakah mau
dipraktekkan ke pasien yang lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini  untuk mengajak ibu berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berbicara dengan melakukan kegiatan


harian yang biasa dilakukan (misalnya : gosok gigi) 
Orientasi :
“Selamat pagi bu! ”
“ masih ingat dengan saya ? betul bu....!
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?
“Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan » Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan perawat !
“Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya akan mengajarkan ibu
melakukan kegiatan ke dua yaitu latihan berbicara dengan gosok gigi ya bu. Tidak
lama kok, sekitar 5 menit
“baiklah bu, sesuai kesepakatan kita kemarin kita latihan berbicara dengan kegiatan
yang biasa ibu lakukan seperti gosok gigi. Sambil melakukan kegiatan itu ibu berbicara
sampai selesai ya bu.
“Ayo kita temui perawat O disana »

Kerja :
“Baiklah bu, ibu bisa praktekkan latihan berbicara dengan melakukan kegiatan gosok
gigi sesuai kesepakatan kita kemarin ya bu. Contohnya seperti ini bu, ambil sikat gigi
dan pasta gigi, menuangkan pasta gigi ke sikat gigi, berkumur – kumur, kemudian
menggosok gigi, setelah selesai berkumur lagi. Seperti itu bu.
“Apa ibu bisa melakukannya ?” baiklah coba dipraktekan yang saya ajarkan ke ibu !
bagus banget bu, ibu bisa melakukan yang saya ajarkan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan baru seperti gosok gigi
sambil melatih berbicara ibu”
”ibu tampak bagus  sekali saat melakukan kegiatan gosok gigi tadi”
”Pertahankan terus  apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan
setiap harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari?
Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau
jam berapa? Jam 9? Sampai besok bu.”

SP 3 Pasien : Melatih Pasien berbicara dengan kegiatan lain selain gosok gigi
(misalnya : menulis)
Orientasi:
“Selamat pagi bu!
“Masih ingat kan dengan saya ?
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dan berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi selalu
dilakukan ?”
”Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat O dan berbicara
sambil melakukan kegiatan gosok gigi yang kita jadwalkan kemarin?”
”Bagus sekali ibu bisa melakukan apa yang kita jadwalkan kemarin”
”Kalau begitu ibu mau melatih berbicara dengan melakukan kegiatan yang lain seperti
menulis ?”
”Bagaimana kalau sekarang kita coba peraktekan caranya bu ?”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”silahkan ibu menulis apa yang ibu ingin tulis di buku yang sudah disiapkan ini ya bu”
Kerja:
"Baiklah bu, sebelum kita melakukan cara yang ketiga saya contohkan dulu ya bu.
Caranya seperti ini bu, pertama mengambil pulpen, kemudian mulai menulis dibuku
yang sudah saya siapkan silahkan ibu menulis apa yang ada di pikiran ibu atau apa yan
ingin sekali ibu sampaikan melalui tulisan ibu. Seperti itu caranya bu, tidak jauh beda
dengan cara berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi, selalu di ingat ya bu saat
melakukan kegiatan tersebuat dibarengi dengan berbicara ya bu.
“Apakah ibu bisa melakukan kegiatan kita yang ketiga ini ?” ibu bisa mempraktekkan
cara yang saya ajarkan itu ya bu
“Bagus bu, ibu melakukannya dengan baik sekali !”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan yang lain menulis sambil
melatih berbicara ibu”
”ibu tampak bagus  sekali saat melakukan kegiatan menulis tadi”
”Pertahankan terus  apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap
harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana
kalau 1 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa?
Jam 10? Sampai besok bu.”

SP 4 Pasien : Melatih Pasien berbicara saat melakukan kegiatan sosial


(seperti : berbelanja, senam dan gotong royong)
Orientasi:
“Selamat pagi bu!
“Masih ingat kan dengan saya ?
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dan berbicara sambil melakukan kegiatan gosok gigi dan
menyapu selalu dilakukan ?”
”Bagus sekali ibu bisa melakukan apa yang kita jadwalkan kemarin”
”Kalau begitu ibu mau melatih berbicara dengan melakukan kegiatan sosial seperti
berbelanja ?”
”Bagaimana kalau sekarang kita coba peraktekan caranya bu ?”
”seperti biasa kira-kira 5 menit”
”Mari kita berbelanja bu”

Kerja:
"Baiklah bu, sebelum kita melakukan cara yang keempat saya contohkan dulu ya bu.
Caranya seperti ini bu, misalnya kita mau beli makanan, kita berbicara ke penjual seperti
ini ya bu. Ibu saya mau beli nasi goreng, harganya berapa bu? Oh iya bu ini uangnya,
terima kasih bu. Nah seperti itu caranya bu, apakah ibu bisa mempraktekannya
sekarang? Baiklah silahkan dipraktekkan bu ! Bagus sekali bu, ibu bisa melakukannya
dengan baik.

Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan yang lain seperti bebelanja
sambil melatih jiwa sosial ibu”
”ibu tampak bagus  sekali saat melakukan kegiatan sosial (bebelanja) tadi”
”Pertahankan terus  apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk dilakukan setiap
harinya ya bu. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana
kalau 1 kali. Baik nanti ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa?
Jam 11 ? Sampai besok bu.”

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


1. Tujuan:
Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi 
sosial
2. Tindakan:
Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial. Keluarga merupakan
sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien
mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu
bersama-sama dengan pasien sepanjang hari. Tahapan melatih keluarga agar
mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien.
2) Menjelaskan tentang :
a. Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
b. Penyebab isolasi sosial.
c. Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
a) Membina hubungan saling percaya dengan pasien
dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji.
b) Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien
untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan
orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien
dan memberikan pujian yang wajar.
c) Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
d) Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan
pasien.
d. Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
e. Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang
telah dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi.
f. Menjelaskan perawatan lanjutan

SP 1 Keluarga :   Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang


masalah isolasi   sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara
merawat pasien dengan  isolasi sosial  
Peragakan kepada pasangan saudara komunikasi dibawah ini :
Orientasi:
“Selamat pagi  Pak”
”Perkenalkan saya Paulina saya mahasiswa keperawatan dari Universitas Ngudi
Waluyo Ungaran saya yang merawat, anak bapak”
”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak sekarang?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya”
 ”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau
setengah  jam?”

Kerja:
”kira-kira bapak tahu apa yang terjadi dengan anak bapak? Apa yang sudah
dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh anak disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan   saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah
dengan orang–orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang  bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus
sabar menghadapi anak bapak. Dan untuk merawat anak bapak, keluarga perlu
melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya
dengan anak bapak  yang caranya adalah bersikap peduli dengan anak bapak  dan
jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada
anak bapak untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah
pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.”
"Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap
dengan anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama,
melakukan kegiatan rumah tangga bersama.”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”
” Begini contoh komunikasinya, Pak:  anak bapak, bapak lihat sekarang kamu sudah
bisa  bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak
senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan
saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah.
Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat
bersana-sama keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana anak bapak, kamu mau
coba kan, nak ?”
”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”
”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”
”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”

Terminasi:
“Baiklah waktunya  sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”
“Coba Bapak  ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial"
"Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang
mengalami masalah isolasi sosial"
"Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut"
"Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama."
"Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ?"
"Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama"

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien


dengan  masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien

Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari  berberapa
hari yang lalu?”
“Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan
coba 30 menit.”
”Sekarang mari kita temui anak bapak”

Kerja:
”Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari ini?”
”Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba tunjukkan jadwal
kegiatannya!” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa
hari lalu” (Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana  perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua mba?”
”Baiklah,  sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga
meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga).

Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu  setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”
"Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada anak bapak"
"Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang 
Pak"
"Sampai jumpa"

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan


Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
”Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan
lanjutan di rumah.”
”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan  tersebut disini saja”
”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja:
”Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah
dilanjutkan? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di
rumah, baik jadwal kegiatan  maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus tidak mau
bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau bawa
anak bapak ke rumah sakit”

Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak bapak.
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.
Silakan selesaikan administrasinya!”

DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance
mental healyh nursing). Bandung: Refika Aditama.
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
S. N. Ade Herma Direja. (2011).Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:
NuhaMedika.
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Herdman, T. Heather. 2018. Nanda-1 Diagnosa Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.
Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Kemenkes
Kusumawati F dan Hartono Y. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai