Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1. Tofiah (071221001)
2. Dicky Aris Setiawan (071221002)
3. Fransiska Febriani (071221004)
4. Irene Ayu K.W. (071221005)
5. Setyaningtyas K.W. (071221007)
6. Sumiyati (071221008)
7. Haerul Rizal (071221016)
8. Tri Retno Nurasih (071221029)
9. Paulina Apriliani E.P.D (071221032)
10. Lutfi Indriyani (071221039)
11. Pujiyana Amaliya (071221046)
A. Latar Belakang
Kegiatan penyuluhan pada agregat pra pra lansia adalah salah satu kegiatan
di Desa Gogik, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Lokasi yang menjadi
tempat pelaksanaan kegiatan praktik dilakukan di RT 04, 05, 08 Desa Gogik, Kecamatan
Ungaran Barat, Kabupaten Semarang yang memiliki jarak antara pusat pemerintahan ke
Kantor Kelurahan memiliki jarak tempuh 2 km ke Kantor Bupati atau Walikota memiliki
jarak tempuh 6 km. luas wilayah dan penggunaan lahan di Desa Gogik memiliki luas
wilayah 18.000 m², dengan batas wilayah sebelah utara yaitu kelurahan candirejo, sebelah
timur, PTPN XI, sebelah selatan desa gebugan, dan sebelah barat berbataasan dengan
Desa Gogik memiliki jumlah penduduk 2.033 jiwa, yang terdiri dari Laki-laki
sebanyak 1.013 jiwa dan Perempuan sebanyak 1.020 jiwa. Wilayah Desa Gogik memiliki
kekayaan alam yang memilpah dan asri yang dijadikan Warga sebagai salah satu mata
pencaharian dan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari oleh sebagian masyarakat, penduduk
yang tinggal di Desa Gogik memiliki berbagai macam mata pencaharian diantaranya
petani, pekerja swasta, buruh dan lainnya. Tak lupa dengan adat dan budaya yang masih
kental menjadikan masyarakat menjunjung tinggi nilai dan norma yang ada.
Desa Gogik memiliki fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat diantaranya
balai dusun, tempat ibadah, tempat pendidikan (RA), pondok pesantren (ponpes), lapangan,
pos keamanan, sarana perekonomian (warung kelontong, kedai makan), dan fasilitas
kesehatan seperti posyandu balita, posbindu, posyandu remaja, dan posyandu pra lansia
untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Di Desa Gogik, pada tahun 2023 kegiatan posyandu pra lansia, posbindu
dilaksanakan setiap satu bulan sekali di halaman Masjid, adapun kendala yang dihadapi
adalah turunnya minat masyarakat dalam melakukan pemeriksaan kesehatan yang telah di
fasilitasi sehingga tingkat kesehatan belum terjamah dengan maksimal.
Dari hasil pengkajian warga RT 04, 05, 08 didapatkan angka penyakit yang di derita
oleh agregat pra pra lansia dari usia 45 - 59 tahun dari 60 responden, Desa Gogik
mempunyai sebanyak 40 orang memiliki Hipertensi,
Prevelensi hipertensi di Indonesia sebanyak 25,8% dan sebagian besar diderita oleh
wanita. Hipertensi umumnya berisiko tingga pada usia lebih dari 45 tahun. Aktivitas fisik
merupakan faktor yang mempengaruhi hipertensi, aktivitas fisik berupa perilaku sedentari
berpotensi menimbulkan penyakit jantung dan pembuluh darah. Seseorang dikatakan
menderita hipertensi jika nilai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg, atau tekanan
darah diastolic lebih dari 90 mmHg.
Berdasarkan data Riskesdas 2018 prevelensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia lebih dari 18 tahun sebanyak 34,11%, pada kelompok usia
31-44 tahun sebanyak 31,6%, usia 45-54 tahun 43,3%, umur 55-64 tahun sebanyak 55,2%.
Dari prevalensi sebesar 34,1% diketahui sebanyak 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3%
orang yang terdiagnosi hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya
menderita hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan (Rikesdas, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan pada agregat pra pra lansia untuk meningkatkan
derajat Kesehatan di masyarakat di Desa Gogik, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten
Semarang.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan pada pra pra lansia tentang hipertensi, khususnya
tentang:
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab hipertensi
c. Tanda dan gejala hipertensi
d. Komplikasi hipertensi
e. Upaya pencegahan hipertensi
f. Upaya penanganan hipertensi
g. Makanan Diit DASH untuk hipertensi
C. Manfaat
1. Bagi Ageregat
a. Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemantauan informasi kesehatan
dan penyakit hipertensi.
b. Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemantauan hipertensi pada pra
lanjut usia sehingga dapat dikontrol apabila terjadi masalah dengan penyakit
hipertensi khususnya.
2. Bagi Institusi
a. Dapat dijadikan pedoman dalam menentukan kebijakan program penyakit
hipertensi untuk golongan pra pra lansia.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Konsep Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu
balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran
keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan prioritas.
Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai
masalah kesehatan atau perawatan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).
Komunitas merupakan suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam
kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (communities of common interest), baik
yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai territorial. Istilah komunitas dalam
batas-batas tertentu dapat menunjuk pada warga sebuah dusun (dukuh atau kampung),
desa, kota, suku atau bangsa. Dalam perspektif sosiologi komunitas dapat dibedakan dari
masyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman perhatian bersama (a community of
interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi (an attachment community). Para anggota
komunitas mempunyai kebutuhan bersama (common needs). Komunitas sebagai klien
berarti sekumpulan individu / klien yang berada pada lokasi atau batas geografis tertentu
yang memiliki nilai-nilai, keyakinan dan minat relative sama serta adanya interaksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi
keluarga. Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok risiko tinggi, antara
lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh, dll.
Sebagai tempat berinteraksi, komunitas didirikan atas dasar kepedulian satu sama
lain antaranggota. Anggotanya bisa terdiri dari semua kalangan usia. Tujuannya untuk
menemukan alternatif solusi dari berbagai kebutuhan dan permasalahan. Sekian banyak
komunitas yang ada, komunitas lanjut usia (pra lansia) merupakan salah satu komunitas
yang penting untuk dicarikan alternatif solusi. Mengingat jumlahnya yang semakin banyak
dan diikuti permasalahan kesejahteraan yang dihadapi pra lansia.
B. Konsep Usia
1. Pengertian Pra lansia
Perubahan-perubahan dalam proses “aging” atau penuaan merupakan masa
ketika seorang individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan bahagia melalui
berbagai perubahan dalam hidup. Bukan berarti hal ini dikatakan sebagai “perubahan
drastis” atau “kemunduran”. Secara definisi, seorang individu yang telah melewati usia
45 tahun atau 60 tahun disebut pra lansia. Akan tetapi, pelabelan ini dirasa kurang tepat.
Hal itu cenderung pada asumsi bahwa pra lansia itu lemah, penuh ketergantungan,
minim penghasilan, penyakitan, tidak produktif, dan masih banyak lagi (Amalia, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) pra lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Pra lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan pra lansia ini akan terjadi proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaan. Pra lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015)
2. Batasan Usia Pra lansia
Batasan usia lanjut usia (pra lansia) berbeda dari waktu ke waktu. Menurut
World Health Organization (WHO) pra lansia meliputi :
a. Usia Pertengahan (Middle age) antara usia 45 – 59 tahun
b. Lanjut Usia (Elderly) antara usia 60 – 74 tahun
c. Lanjut Usia Tua (Old) antara usia 75 – 90 tahun
d. Usia Sangat Tua (Very old) 90 tahun
Batasan usia pra lansia menurut Departemen Kesehatan RI (2006) dikelompokkan
menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (Usia 55 – 59 tahun)
b. Usia Lanjut Dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (Usia 60 – 64 tahun)
c. Pra lansia Berisiko Tinggi yaitu bagi pra lansia yang menderita berbagai penyakit
degeneratif (Usia >65 tahun)
3. Perubahan Yang Terjadi Pada Pra lansia
Proses penuaan ditandai dengan perubahan fisiologis yang terlihat dan tidak
terlihat. Perubahan fisik yang terlihat seperti kulit yang mulai keriput dan mengendur,
rambut yang beruban, gigi yang ompong, serta adanya penumpukan lemak di pinggang
dan perut. Perubahan fisik yang tidak terlihat seperti diantaranya perubahan fungsi
organ, seperti pengelihatan, pendengaran, kepadatan tulang. Untuk itu sangat penting
melakukan pengecekan kesehatan secara rutin. (Amalia, 2019). Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2018, penyakit yang terbanyak pada pra lansia adalah untuk penyakit
tidak menular antara lain ; hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut,
diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke, dan penyakit menular antara lain seperti
ISPA, diare, dan pneumonia.
Masalah kesehatan sering yang pada usia 45 tahun keatas adalah sebagai
berikut:
a. Kurang bergerak yaitu gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan dapat
menyebabkanpra lansia kurang bergerak penyebab yang paling sering adalah
gangguan tulang sendidan otot gangguan saraf dan penyakit jantung dan pembuluh
darah.
b. Instabilitas penyebab terjatuh pada pra lansia dapat berupa faktor instrik (hal-hal
yang berasal dari tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan.
c. Sering buang air kecil ( beser ) merupakan salah satu masalah yang sering
didapati pada pra lansia.
d. Gangguan intelektual merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan
fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan
terganggunya aktifitas kehidupan sehari-hari.
e. Infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada pra lansia
karena sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang
menyebabkan keterlambatan didalam diagnosis dan pengobatan serta resiko
menjadi fatal atau meningkat
f. Gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan juga masalah kesehatan
kulit
g. Sulit buang air besar ( konstipasi )
h. Depresi adalah perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial serta perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu
munculnya depresi pada pra lansia.
4. Hal Yang Mendukung Kesehatan Pra lansia
Beberapa hal yang mendukung kesehatan pra lansia diantaranya sarana dan
pemenuhan kebutuhan fisik yang menunjang dalam proses penyembuhan pra lansia. Di
samping itu, juga diperlukan perhatian, kasih sayang, dan dukungan perawatan dari
anggota keluarga serta perawatan yang diberikan oleh tenaga medis. Kesehatan pra
lansia yang perlu diperhatikan meliputi aktivitas fisik, aktivitas mental atau psikologis,
aktivitas sosial, dukungan sosial, dan fasilitas perawatan ketika sakit. Dalam kesehatan
mental pra lansia, salah satu aspek yang paling penting adalah hubungan atau relasi,
salah satu aspek yang paling penting adalah hubungan atau relasi dengan keluarga dan
kualitas komunikasi di dalam lingkungan keluarga. Keluarga yang merawat pra lansia
dapat menunjukkan kepedulian, kehangatan, perhatian, cinta, dukungan, dan
penghormatan pada pra lansia (Amalia, 2019).
C. Mekanisme Menua
Setiap manusia di bumi ini pasti akan mengalami proses penuaan. Menua
didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi 8 seorang yang
frail (lemah dan rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis
dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai macam penyakit dan kematian secara
eksponensial (Setiati, 2014). Berbagai teori mengenai proses penuaan telah banyak
diajukan, namun hingga 20 tahun lalu teori-teori tersebut sepertinya sama dengan teori
yang pernah diajukan 200 tahun yang lalu. Beberapa teori yang telah ditinggalkan dan
ditolak diantaranya adalah : (1) Model “error catastrophe” yang diperkenalkan oleh Orgel;
(2) Teori rate of living yang diajukan oleh Pearl; dan (3) Hipotesis glukokortikoid.
Beberapa teori tentang proses menua yang dapat diterima saat ini antara lain adalah teori
radikal bebas, teori glikosilasi dan teori “DNA repair” (Setiati, 2014).
1. Teori radikal bebas
Radikal bebas adalah molekul atau bagian molekul yang tidak lagi utuh karena
sebagian telah pecah atau melepaskan diri. Bagian yang melepaskan diri ini akan
melekat pada molekul lain dan merusak atau mengubah struktur dan fungsi molekul
yang bersangkutan. Teori ini menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme oksidatif
yang sangat reaktif yaitu radikal bebas dapat bereaksi dengan berbagai komponen
penting sel, termasuk protein, DNA dan lipid yang akan mengakibatkan komponen sel
tersebut menjadi molekul-molekul yang tidak berfungsi namun dapat bertahan lama
dan menggangu fungsi sel lainnya. Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi
elektron tidak berpasangan yang tebentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses
selular. Sebagai contoh adalah ROS (Reactive Oxygen Spesies) dan RNS (Reactive
Nitrogen Species) yang dihasilkan selama metabolisme normal. Karena elektronnya
tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan mencari pasangan elektronnya
dengan bereaksi dengan substansi lain terutama protein dan lemak tidak jenuh. Melalui
proses oksidasi, radikal bebas yang dihasilkan selama fosforilasi oksidatif dapat
menghasilkan berbagai modifikasi makromolekul. Sebagai contoh, membran sel
mengandung sejumlah lemak, ia dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga
membran sel mengalami perubahan. Akibat perubahan tersebut, membran sel menjadi
lebih permeabel terhadap substansi dan memungkinkan substansi tersebut melewati
membran secara bebas. Struktur di dalam sel seperti mitokondria dan lisosom juga
diselimuti oleh lemak sehingga mudah dirusak oleh radikal bebas. DNA juga dapat
bereaksi dengan radikal bebas sehingga menyebabkan mutasi kromosom dan merusak
genetik normal dari sel. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori radikal bebas merupakan
akumulasi radikal bebas secara bertahap seiring dengan berjalannya waktu yang terjadi
di dalam sel dan apabila kadarnya melebihi batas ambang konsentrasinya, maka
mereka mungkin berkontribusi pada perubahan-perubahan yang terkait dengan
penuaan (Setaiti, 2014).
2. Teori “Genetic Clock”
Teori ini mengungkapkan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Setiap spesies mempunyai inti sel yang memiliki jam genetik
yang telah diputar menurut sutau replikasi tertentu. Jam ini akan mengatur mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Menurut konsep ini, bila jam telah
berhenti, maka spesies tersebut akan meninggal meski tanpa disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit terminal. Walaupun secara teoritis, jam ini dapat diputar
ulang kembali meski hanya untuk beberapa waktu dengan syarat terdapat pengaruh-
pengaruuh dari luar berupa peningkatan 10 kesehatan, pencegahan penyakit dengan
obat-obatan atau dengan tindakantindakan tertentu. Teori telomere merupakan
perkembangan dari teori genetic clock, menjelaskan bahwa setiap mitosis sel bagian
telomere DNA akan memendek, dengan semakin pendeknya telomere ini maka
kemampuan sel untuk membelah menjadi terbatas dan pada akhirnya berhenti
(Darmojo, 2015). Namun sebenarnya, peran pengendalian genetik terhadap usia hidup
hanya memberi kontribusi sedikit, sekitar 15-35%. Pengaruh terbesar pada kekuatan
hidup adalah berasal dari lingkungan yang nyaman dan kebiasaan hidup yang
menyenangkan.
3. Teori Imunitas
Teori ini menggambarkan tentang menurunnya imunitas tubuh yang
berhubungan dengan proses penuaan. Semakin menua seseorang, maka semakin
banyak pula sel yang telah mengalami mutasi berulang sehingga menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh untuk mengenali dirinya sendiri. Mutasi
ini menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel yang menyebabkan
sistem imun tubuh menganggap sel yang telah mengalami mutasi tersebut sebagai
benda asing dan kemudian menghancurkannya. Sudah terdapat banyak bukti bahwa
terjadi peningkatan prevalensi auto-antibodi pada orang lanjut usia. Di sisi lain, sistem
imun sendiri mengalami penurunan pertahanan tubuh, sehingga daya serangnya
terhadap sel kanker juga menjadi menurun yang mengakibatkan sel kanker membelah
dengan leluasa (Darmojo, 2015).
D. Konsep Hipertensi
Teori penuaan memaparkan bahwa radikal bebas dapat membantu mempercepat
proses penuaan. Oleh karena hal tersebut pada pra lansia sering terjadi beberapa penyakit
degeneratif salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi merupakan peningkatan darah lebih
dari 140/90 mmHg secara kronis (Setiati, 2014). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di
atas 90 mmHg (Smeltzer dan Bare, 2011; dalam Ahmad, 2019). Menurut WHO (World
Health Organization), batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-
90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik
≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥95 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila
tekanan darah sistolik antara 140 mmHg-160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90
mmHg-95 mmHg (Proverawati, 2018).
Semakin tua usia seseorang maka resiko terkena hipertensi menjadi lebih besar.
Hal ini disebabkan seiring berjalannya usia, pembuluh darah mengalami perubahan
struktur menjadi lebih kaku sehingga cenderung menyebabkan tekanan yang lebih tinggi
pada aliran darah di pembuluh. Perubahan fisik, perilaku, budaya, dan spiritual akan
menyebabkan kehilangan fungsi tubuhnya. Perubahan fisik akan berdampak pada berbagai
sistem fisiologis, termasuk sistem kardiovaskular. Masalah kesehatan akibat usia, seperti
hipertensi, sering muncul pada system kardiovaskular, yang merupakan proses degeneratif
(Kellicker & Buckley, 2013).
Setiap tahunnya Jumlah usia 45 tahun keatas terus meningkat dari tahun ke tahun.
Telah terjadi pertumbuhan yang substansial Sebagaimana terungkap melalui hasil survei,
penduduk Indonesia didominasi usia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah mencapai
191,08 juta jiwa (70,72%). Jumlah itu jauh melampaui jumlah penduduk usia muda (0-14
tahun) sebanyak 63,03 juta jiwa (23,33%), dan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas)
sebanyak 16,07 juta jiwa (5,95%). Menurut JNC III dalam Kemenkes (2018), Hipertensi
diklasifikasikan menjadi: 1) tekanan darah normal, yaitu <120/80 mmHg. 2) Pra
hipertensi, yaitu 120;139/80-89 mmHg. 3) hipertensi tingkat 1 yaitu 140-159/ 90-99
mmHg. 4) hipertensi tingkat 2, yaitu >160/100 mmHg.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi di klasifikasikan menjadi hipertensi primer dan
hipertensi sekunder. Hipertensi primer/essensial adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi akibat suatu penyakit atau
karena ada kelainan yang mendasari seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim
ginjal, hiperaldosteronisme dan sebagainya (Hustrini, 2014)
Pasien dengan hipertensi yang tidak mempertahankan kontrol tekanan darah yang
benar berisiko mengalami berbagai konsekuensi yang berpotensi fatal. Stroke, demensia
atau pikun, kerusakan pembuluh darah mata yang rapuh serta kesulitan pada pembuluh
darah dan jantung, semuanya merupakan komplikasi dari hipertensi.(Marliani, Lili. &
Tantan, 2017). Angka kematian akibat hipertensi di Indonesia, diproyeksikan sebesar
427.218 kasus (Kemenkes RI, 2018).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian Data
1. Data Core
Hasil Tabulasi Data Umum
a. Distribusi Frekuensi Penduduk Usia 45 Tahun keatas Dusun Gogik berdasarkan
Jenis kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki Laki 25 41.7 41.7 41.7
Perempuan 35 58.3 58.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
f. Distribusi Frekuensi Penduduk Usia 45 Tahun keatas Dusun Gogik yang rutin
mengkonsumsi obat hipertensi
Rutin Konsumsi Obat HT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TidAK Rutin 49 81.7 81.7 81.7
Rutin 11 18.3 18.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
n. Distribusi Frekuensi Penduduk Usia 45 Tahun keatas Dusun Gogik pada saat
keluhan hipertensi muncul, upaya yang dilakukan
Upaya Yang Dilakukan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak ada 21 35.0 35.0 35.0
Istirahat 14 23.3 23.3 58.3
Periksa dokter 12 20.0 20.0 78.3
Minum obat 13 21.7 21.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
o. Distribusi Frekuensi Penduduk Usia 45 Tahun keatas Dusun Gogik yang mengikuti
program Kesehatan
Mengikuti Program Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Mengikuti 44 73.3 73.3 73.3
Mengikuti 16 26.7 26.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Keterangan: Skor:
A. Sesuai dengan peran perawat komunitas 1= Sangat rendah
B. Resiko terjadi 2= Rendah
C. Resiko parah 3= Cukup
D. Kemungkinan untuk dilakukan penkes 4= Tinggi
E. Minat masyarakat 5= Sangat tinggi.
F. Kesesuaian dengan program pemerintah
G. Kemungkinan untuk diselesaikan
H. Ketersediaan sumber: tempat
I. Ketersediaan sumber: dana
J. Ketersediaan sumber: waktu
K. Ketersediaan sumber: fasilitas
L. Ketersediaan sumber: petugas.
E. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN STRATEGI RENCANA EVALUASI
NO
KEPERAWATAN Jangka Pendek Jangka Panjang INTERVENSI Kriteria Standar TTD
1 Perilaku Kesehatan Pemeliharaan Setelah Program Kelompok:
Cenderung Beresiko Kesehatan dilakukan asuhan Mengajarkan cara - Sasaran mampu 1. (100%) sasaran Mahasis-
(L.12106) keperawatan mengontrol tekanan darah mempraktikkan Pra lansia wa UNW
Ekspetasi: selama 2 jam, dengan terapi rendam kaki rendam kaki air penderita kelompo
Meningkat pada pra lansia air hangat untuk hangat untuk Hipertensi k3
Setelah dilakukan dengan mengendalikan menggendalikan mengontrol
tindakan hipertensi peningkatan tekananan peningkatan tekanan darah
keperawatan selama diharapkan di darah tekanan darah. dengan terapi
3x30 menit enam bulan (Harnani&Axmalia,2017) rendam kaki
diharapkan masalah kedepan risiko
komunitas komplikasi Kemitraan:
berkurang dengan akibat hipertensi Kerja sama dengan kader
kriteria hasil: dapat ditekan kesehatan, bidan Dusun - Sebagian tenaga 2. (100%) kader,
1. Menunjukkan dan perangkat Dusun kesehatan ikut tenaga
perilaku adaptif setempat untuk berpartisipasi kesehatan, dan
dari skala 3 memotivasi pra lansia perangkat
(sedang) dengan hipertensi untuk Dusun
meningkat ke mengikuti penyuluhan setempat
skala 5 kesehatan berpartisipasi
(meningkat)
2. Menunjukkan Pemberdayaan :
pemahaman Pembuat jadwal bersama
perilaku sehat keluarga pra lansia - Keluarga pra lansia 3. 75 % keluarga
dari skala 3 dengan hipertensi untuk memahami dan pra lansia
(sedang) senantiasa mengingatkan terus mengingatkan mampu
meningkat ke pra lansia rutin control pra lansia untuk mengingatkan
dan minum obat ((Zulfitri tetap menjaga pra lansia untuk
skala 5 et al., 2019) kesehatan. rutin control
(meningkat) tekanan darah
3. Kemampuan PendidikanKesehatan : dan rutin
menjalankan Memberikan pendidikan minum obat
perilaku sehat kesehatan seputar
dari skala 3 informasi Hipertensi - Pra lansia dengan 4. 80 % pra lansia
(sedang) kepada pra lansia. (Chen Hipertensi dapat mempu
meningkat ke et al., 2020)(Rukmana, mengetahui seputar mehamami apa
skala 5 2020) penyakit hipertensi itu hipertensi,
(meningkat) dan bagaimana cara tanda gejala,
4. Menunjukkan untuk faktor yang
minat perilaku mengendalikan memperberat
sehat dari skala 3 hipertensi. dan
(sedang) meringankan
meningkat ke serta
skala 5 penatalaksanaa
(meningkat) n hipertensi
2 Defisit Pengetahuan Tingkat Setelah Program kelompok :
pengetahuan dilakukan asuhan 1. Memberikan - Pra lansia dapat - 100% pra lansia
berhubungan dengan
(L.12111) keperawatan penyuluhan Kesehatan berpartisipasi dan dapat
kurang terpapar Ekspetasi: pada pra lansia tentang hipertensi mempraktikan serta mempraktikan
Meningkat dengan meliputi Pendidikan melaksanakan senam hipertensi,
infomasi tentan
1. Perilaku sesuai hipertensi Kesehatan tentang pola senam hipertensi, rendam kaki
hipertensi. anjuran dari diharapkan di hidup sehat, standarisasi, rendam kaki dengan dengan air hangat
skala 3 (sedang) enam bulan dan nutrisi untuk air hangat dan terapi dan terapi otot
(D.0011)
meningkat ke kedepan pra mencegah hipertensi otot progresif secara progresif
skala 5 lansia dapat (Chen et al., mandiri
(meningkat) mengendalikan 2020)(Rukmana, 2020)
2. Verbalisasi peningkatan
minat dalam tekanan darah - Kader mampu ikut - 60% kader
belajar dari skala 2. Mengidentifikasi berpartisipasi dalam kesehatan
3 (sedang) dan mengenalkan mengaktifkan melakukan
meningkat ke perilaku pengendalian kembali Posyandu kesepakatan untuk
skala 5 hipertensi dengan Pra lansia mengaktifkan
(meningkat) metode CERDIK dan kembali posyandu
3. Kemampuan PATUH (Sanly et al, pra lansia
menjelaksan 2021).
pengetahuan - Seluruh keluarga - 60% keluarga pra
tentang suatu pra lansia dengan lansia dengan
topik dari skala 3 hipertensi mampu hipertensi mampu
(sedang) Kemitraan : melaksanaan jadwal mengupayakan
meningkat ke Bermitra dengan bidan exercise dan membantu
skala 5 Dusun dan kader kesehatan pengontrolan pola melaksanaan
(meningkat) untuk mempersiapkan makan yang sudah sesuai jadwal
4. Kemampuan pengaktifan posbindu dibuat
menggambarkan PTM(F. D. Astuti et al.,
pengalaman 2020)
sebelumnya
sesuai dengan
topik dari skala 3 Pendidikan Kesehatan :
(sedang) Memberikan pendidikan
meningkat ke kesehatan seputar
skala 5 informasi Hipertensi
(meningkat) kepada pra lansia. (Chen
5. Perilaku sesuai et al., 2020)(Rukmana,
dengan 2020)
pengetahuan dari
skala 3 (sedang)
meningkat ke
skala 5
(meningkat)
6. Pertanyaan
tentang masalah
yang di hadapi
dari skala 3
(sedang)
3. Defisit Kesehatan Status Kesehatan Setelah dilakukan Program kelompok : - Pra lansia dapat - 100% pra lansia
Komunitas 1. Mengajarkan senam berpartisipasi dapat
Komunitas tindakan
(L.12109) hipertensi kepada pra dan mempraktikan
berhubungan dengan Ekspektasi: keperawatan selama lansia(H. P. Astuti & mempraktikan senam hipertensi,
Meningkat Safitri, 2017) serta rendam kaki
hambatan akses 1 minggu
1. ketersedian 2. Mengajarkan terapi melaksanakan dengan air hangat
program promosi diharapkan tingkat rendam kaki dengan senam dan terapi otot
Kesehatan air hangat dan terapi hipertensi, progresif
pengetahuan dapat
meningkat dari skala relaksasi otot progresif rendam kaki
2 (sedang) ke skala 5 meningkat dan (S Kep, 2018) dengan air
(meningkat) 3. Memfasilitasi hangat dan
sesuai dengan
2. Partisipasi dalam pemeriksaan tekanan terapi otot
program Kesehatan program kesehatan darah, tinggi badan progresif secara
komunitas dan berat badan (Didi mandiri
dalam upaya
meningkat dari skala et al, 2021)
2 (sedang) ke skala 5 peningkatan - Kader dapat - 60% kader dapat
( meningkat) memfasilitasi melakukan
kesehatan.
3. Kepatuhan pemeriksaan pemeriksaan
terhadap standar Kemitraan : tekanan darah, tekanan darah,
Kesehatan Bermitra dengan bidan tinggi badan tinggi badan, dan
lingkungan Dusun dan kader kesehatan dan berat badan berat badan pada
meningkat dari skala untuk mempersiapkan pada pra lansia pra lansia sesuai
2 (sedang) ke skala 5 pengaktifan posbindu PTM secara rutin jadwal yang
(meningkat) (F. D. Astuti et al., 2020) ditentukan
4. pemantauan -
standar Kesehatan
komunitas Pendidikan Kesehatan :
meningkat dari skala Memberikan pendidikan
2 (sedang) ke skala 5 kesehatan seputar
(meningkat) informasi Hipertensi
kepada pra lansia. (Chen
et al., 2020)(Rukmana,
2020)
PRE PLANNING KKG (KOMUNITAS) RW.02 RT 04,05,08 DESA GOGIK
PADA AGREGAT PRALANSIA DI DESA GOGIK, KEC UNGARAN BARAT, KAB
SEMARANG
Dosen Pembimbing : Ns. Umi Setyoningrum, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1. Tofiah (071221001)
2. Dicky Aris Setiawan (071221002)
3. Fransiska Febriani (071221004)
4. Irene Ayu K.W. (071221005)
5. Setyaningtyas K.W. (071221007)
6. Sumiyati (071221008)
7. Haerul Rizal (071221016)
8. Tri Retno Nurasih (071221029)
9. Paulina Apriliani E.P.D (071221032)
10. Lutfi Indriyani (071221039)
11. Pujiyana Amaliya (071221046)
A. Latar Belakang
Kegiatan penyuluhan pada agregat pra lansia adalah salah satu kegiatan
pengabdian masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan derajat Kesehatan
masyarakat di Desa Gogik, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Lokasi
yang menjadi tempat pelaksanaan kegiatan praktik dilakukan di RT 04, 05, 08 Desa
Gogik, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang yang memiliki jarak antara
pusat pemerintahan ke Kantor Kelurahan memiliki jarak tempuh 2 km ke Kantor Bupati
atau Walikota memiliki jarak tempuh 6 km. luas wilayah dan penggunaan lahan di Desa
Gogik memiliki luas wilayah 18.000 m², dengan batas wilayah sebelah utara yaitu
kelurahan candirejo, sebelah timur, PTPN XI, sebelah selatan desa gebugan, dan
sebelah barat berbataasan dengan kelurahan Langen Sari.
Desa Gogik memiliki jumlah penduduk 2.033 jiwa, yang terdiri dari Laki-laki
sebanyak 1.013 jiwa dan Perempuan sebanyak 1.020 jiwa. Wilayah Desa Gogik
memiliki kekayaan alam yang memilpah dan asri yang dijadikan Warga sebagai salah
satu mata pencaharian dan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari oleh sebagian
masyarakat, penduduk yang tinggal di Desa Gogik memiliki berbagai macam mata
pencaharian diantaranya petani, pekerja swasta, buruh dan lainnya. Tak lupa dengan
adat dan budaya yang masih kental menjadikan masyarakat menjunjung tinggi nilai dan
norma yang ada.
Desa Gogik memiliki fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat
diantaranya balai dusun, tempat ibadah, tempat pendidikan (RA), pondok pesantren
(ponpes), lapangan, pos keamanan, sarana perekonomian (warung kelontong, kedai
makan), dan fasilitas kesehatan seperti posyandu balita, posbindu, posyandu remaja,
dan posyandu lansia untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Di Desa Gogik, pada tahun 2023 kegiatan posyandu lansia, posbindu
dilaksanakan setiap satu bulan sekali di halaman Masjid, adapun kendala yang dihadapi
adalah turunnya minat masyarakat dalam melakukan pemeriksaan kesehatan yang telah
di fasilitasi sehingga tingkat kesehatan belum terjamah dengan maksimal.
Dari hasil pengkajian warga RT 04, 05, 08 didapatkan angka penyakit yang di
derita oleh agregat pra lansia dari usia 45 - 59 tahun dari 60 responden, Desa Gogik
mempunyai sebanyak 40 orang memiliki Hipertensi,
Prevelensi hipertensi di Indonesia sebanyak 25,8% dan sebagian besar diderita
oleh wanita. Hipertensi umumnya berisiko tingga pada usia lebih dari 45 tahun.
Aktivitas fisik merupakan faktor yang mempengaruhi hipertensi, aktivitas fisik berupa
perilaku sedentari berpotensi menimbulkan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Seseorang dikatakan menderita hipertensi jika nilai tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg, atau tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg.
Berdasarkan data Riskesdas 2018 prevelensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia lebih dari 18 tahun sebanyak 34,11%, pada kelompok
usia 31-44 tahun sebanyak 31,6%, usia 45-54 tahun 43,3%, umur 55-64 tahun sebanyak
55,2%. Dari prevalensi sebesar 34,1% diketahui sebanyak 8,8% terdiagnosis hipertensi
dan 13,3% orang yang terdiagnosi hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin
minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar hipertensi tidak mengetahui
bahwa dirinya menderita hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan (Rikesdas,
2018).
B. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan pengetahuan pada agregat pra lansia untuk meningkatkan derajat
Kesehatan di masyarakat di Desa Gogik, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten
Semarang.
2. Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan pada pra lansia dan lansia tentang hipertensi,
khususnya tentang:
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab hipertensi
c. Tanda dan gejala hipertensi
d. Komplikasi hipertensi
e. Upaya pencegahan hipertensi
f. Upaya penanganan hipertensi
g. Makanan Diit DASH untuk hipertensi
C. Sasaran
Warga Desa Gogik yang memiliki usia 45 tahun keatas
E. Pengorganisasian Acara
1. Penanggung jawab
a. Dicky Aris
b. Haerul
2. Pembawa Acara
a. Fransiska Febriana
b. Lutfi Indriyani
3. Ketua kelompok
a. Dicky Aris
4. Moderator
a. Paulina Aprilliani
b. Irene
5. Presenter
a. Tofi’ah
b. Sumiyati
6. Notulen
a. Tri Retno
b. Pujiyana Amalia
7. Fasilitator
a. Anggota Kelompok
F. Media dan Alat
1 Laptop 7 Tensimeter
2 LCD 8 Stetoskop
3 Sound System 9 Timbangan
4 Meja dan Kursi 10 Metlin
5 Kompor 11 Baskom
listrik/Hitetr
Water
6 Air
G. Setting Tempat
H. Susunan Acara
1. Pembukaan
2. Doa
3. Pemeriksaan tekanan darah, TB, BB dan IMT
4. Senam
5. Rendam kaki air hangat
6. Relaksasi otot progresif
7. Pendidikan kesehatan hipertensi
8. Pemeriksaan tekanan darah
9. Penutup
I. Proses Kegiatan
1. Pembukaan
2. Penyajian
3. Penutup
J. Evaluasi
1. Struktur
2. Proses
3. Hasil
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION) / POA KOMUNITAS
PADA WARGA RW 02 RT 04, 05 dan 08 DESA GOGIK
Masalah PJ
keperawat Bentuk Waktu dan (Penangg
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Media Pelaksanaan Dana
an Kegiatan Tempat ung
Jawab)
1. Perilaku 1. Mengajarkan Untuk Masyarakat usia Demonstrasi Serambi Air hangat Mahasiswa Dana
kesehatan cara mengendal 45 tahun ke atas masjid atau dan baskom UNW mandiri
cenderung mengontrol ikan tekan kediaman mahasiswa
beresiko tekanan darah darah dan warga
dengan terapi dan
rendam kaki memperlan
air hangat car tekanan
darah
2. Deficit 1. Memberikan Menambah Masyarakat usia Penyuluhan Serambi Lembar Mahasiswa Dana
pengetahua penyuluhan Pengetahu 45 tahun ke atas dan masjid atau balik, PPT, UNW mandiri
n b.d kesehatan an dan Demonstrasi kediaman Leafleat. mahasiswa
kurang tentang Pemahama warga
terpapar hipertensi n terhadap
informasi meliputi masalah
tentang pendidikan kesehatan
hipertensi kesehatan Hipertensi
tentang pola
hidup sehat,
standarisasi
nutrisi untuk
mencegah
hipertensi dan
pemeriksaan
kesehatan
secara periodic
dengan
memotivasi
ikut kegiatan
posbindu di
masing-masing
dusun.
2. Mengidentifika
si dan
mengenalkan
perilaku
pengendalian
hipertensi
dengan Metode
CERDIK dan
PATUH,
Pembentukan
forum
komunikasi
dari program
CERDIK dan
PATUH
meliputi
struktur
organisasi
dengan
melibatkan
agregat yang
mampu
menyebar
luaskan dan
mengajari
agregat
lainnya.
3. Deficit 1. Mengajarkan Untuk Masyarakat Demonstrasi Serambi Sound Mahasiswa Dana
kesehatan Senam meningka usia 45 tahun masjid atau system, UNW mandiri
komunitas Hipertensi tkan ke atas kediaman LCD, mahasiswa
b.d 2. Memfasilitasi aliran warga Laptop, Alat
hambatan pemeriksaan darah dan tulis,
akses kesehatan pasokan tensimeter,st
pada oksigen etoskop,
masyarakat ke dalam timbangan
pralansia otot-otot badan, metlin
(Tekanan dan
Darah, TB, rangka
BB, dan IMT) yang aktif
khususny
a otot
jantung
sehingga
dapat
menurunk
an
Tekanan
Darah
Untuk
mengetah
ui
permasala
han
kesehatan
melalui
pemeriksa
an
skrining
kesehatan